Anda di halaman 1dari 64

8

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Pengendalian Kualitas

2.1.1 Definisi Kualitas

Menurut Montgomery (2009, p4) kualitas dapat didefinisikan dengan berbagai

cara. Pengertian kualitas yang konseptual berhubungan dengan satu atau beberapa

karakteristik yang diharapkan untuk dapat dipunyai sebuah produk atau jasa. Kualitas

merupakan salah satu faktor keputusan yang paling penting bagi pelanggan untuk dapat

memilih produk atau jasa dari sekian banyak kompetisi produk/jasa yang ada. Pengertian

dan pengembangan kualitas merupakan faktor kunci untuk pertumbuhan, kesuksesan

bisnis, dan pencapaian keunggulan kompetitif.

Terdapat definisi tradisional dan modern dari kualitas. Menurut Montgomery

(2009, p6) Definisi tradisional dari kualitas adalah kecocokan dengan kegunaan. Hal ini

terkait dengan dua aspek, yaitu kualitas desain dan kualitas konformansi. Kualitas desain

berhubungan dengan ukuran, perjanjian, penampilan, dan performansi. Kualitas

konformansi berhubungan dengan sejauh mana produk memenuhi spesifikasi desain yag

telah dibuat. Definisi yang lebih modern dari kualitas adalah kebalikan secara

proporsional dari variabilitas. Semakin sedikit terjadinya variabilitas dari sebuah produk,

maka kualitasnya akan meningkat. Semakin banyak terjadi variabilitas, maka semakin

banyak kemungkinan produk di luar standar, sehingga menimbulkan kemungkinan

terjadinya rework dan keperluan waktu, tenaga, dan biaya yang lebih besar. Peningkatan

kualitas adalah pengurangan variabilitas pada proses dan produk.


9

2.1.2 Dimensi Kualitas

Menurut Montgomery (2009, p4-5) kualitas dari suatu produk dapat

dideskripsikan dan dievaluasi dengan berbagai cara. Delapan komponen atau dimensi

kualitas :

1. Performance, yaitu seberapa baik suatu produk dapat melakukan tujuan utamanya.

2. Realibility, yaitu seberapa sering kegagalan produk.

3. Durability, yaitu seberapa lama produk tahan untuk dapat tetap digunakan.

4. Serviceability, yaitu seberapa mudah produk dapat diperbaiki.

5. Aesthetics, yaitu mengenai penampilan produk.

6. Features, yaitu apa saja yang dapat dilakukan oleh produk.

7. Perceived Quality, yaitu bagaimana reputasi perusahaan atau produk tersebut.

8. Conformance atau Standards, yaitu bagaiman suatu produk dapat dijadikan sesuai

dengan rancangan yang telah dibuat sebelumnya.

2.1.3 Quality Engineering

Menurut Montgomery (2009, p8) setiap produk memiliki beberapa elemen yang

mendeskripsikan hal yang pelanggan atau pengguna pikirkan mengenai kualitas.

Parameter ini disebut karakteristik kualitas, atau CTQ (Critical-To-Quality). Quality

Engineering merupakan suatu set dari aktivitas operasional, manajerial, dan teknik yang

digunakan oleh perusahaan untuk meyakinkan bahwa karakteristik kualitas dari sebuah

produk telah mencapai tingkat tertentu dan variabilitas di sekitar tingkat yang

diharapkan dapat minimum. Kebanyakan perusahan menemukan kesulitan untuk

mencapai karakteristik kualitas yang identik dari satu unit ke unit lain. Penyebabnya
10

adalah terjadinya variabilitas. Karena variabilitas hanya dapat dideskripsikan dengan

statistic, maka digunakan aplikasi metode statistik untuk quality engineering.

2.1.4 Manajemen Pengendalian Kualitas

Menurut Montgomery (2009, p17) quality planning merupakan aktivitas strategis

dan keharusan untuk mencapai kesuksesan bisnis jangka panjang sebagai rencana

pengembangan produk, rencana keuangan, rencana pemasaran, dan rencana penggunaan

sumber daya manusia. Quality assurance merupakan serangkaian aktivitas yang

meyakinkan bahwa tingkat kualitas dari produk dan jasa dapat dijaga dan isu kualitas

dari supplier maupun customer dapat diselesaikan. Quality control dan improvement

mencakup serangkaian aktivitas yang digunakan untuk meyakinkan bahwa produk dan

jasa mencapai ketentuan dan dikembangkan terus-menerus secara mendasar.

Menurut Montgomery (2009, p21-22) W. Edwards Deming merekomendasikan

Shewhart Cycle, sebuah model untuk menuntun peningkatan dengan empat tahapan

siklus, Plan-Do-Check-Action. Joseph M.Juran mencetukan filosofi manajemen yang

fokus ke tiga komponen: perencanaan, kontrol, dan peningkatan (improvement) di mana

salah satu tool primer yang digunakan adalah SPC. Armand V. Feigenbaum

memperkenalkan konsep pengendalian kualitas secara keseluruhan pada perusahaan,

dengan bukunya Total Quality Control di mana tiga langkah peningkatan kualitas

didefinisikan yaitu kepemimpinan kualitas, teknologi kualitas, dan komitmen kualitas.

Deskripsi secara singkat dari filosofi Deming, Juran, dan Feigenbaum memiliki

perbedaan dengan caranya masing-masing, tetapi memiliki persamaan dalam

penyampaian kepentingan kualitas sebagai senjata kompetitif, di mana pihak manajemen


11

harus ikut berperan dalam menerapkan peningkatan kualitas, dan kepentingan dari

teknik dan metode statistik dalam sebuah formasi kualitas di perusahaan.

2.1.5 Konsep Dasar Six Sigma

Menurut Liebermann (2011, p53-54), huruf Yunani sigma (σ) memiliki tiga

kegunaan, dua kegunaan yang pertama saling berintegrasi menjadi yang ketiga – yaitu

metodologi six sigma :

1. σ = standar deviasi, yaitu ukuran statistik dari variasi.

2. σ = kapabilitas proses, yaitu ukuran statistik dari kemampuan proses untuk

mencapai kebutuhan secara spesifk.

3. 6σ = metodologi manajemen/proses, yaitu sebuah metodologi pemecahan

masalah dan peningkatan secara terus-menerus, termasuk di dalamnya

pengukuran kesuksesan dibandingkan dengan kebutuhan teknik yang

ditentukan oleh pelanggan dan target bisnis.

Menurut Tjahjono, et.al (2010, p219-222) six sigma merupakan seperangkat tool

statistik yang diadopsi dalam manajemen kualitas untuk membangun sebuah kerangka

peningkatan proses. Salah satu strategi untuk peningkatan proses adalah dengan

membatasi pendekatan six sigma terhadap satu atau dua kebutuhan bisnis yang kritis

yang fokus terhadap peluang dan kelemahan yang paling besar. DMAIC merupakan

metode yang digunakan dalam pencapaian keberhasilan six sigma yang lebih difokuskan

dalam penghematan biaya. Salah satu aspek yang harus dipertimbangkan dalam sebuah

proyek six sigma adalah tool-tool yang digunakan akan harus beradaptasi dan

berkembang sesuai dengan kematangan proyek. Sangat perlu untuk menggunakan tool

yang tepat di waktu yang tepat untuk mencapai hasil yang sukses. Keuntungan dari six
12

sigma adalah mengurangi biaya, meningkatkan hasil, dan meningkatkan integrasi data.

Six sigma dapat digunakan untuk menemukan dan mengeliminasi akar penyebab dari

suatu masalah, mengurangi variasi pada proses untuk menghindari defect.

Menurut Gasperz (2002, p1-3) six sigma Motorola merupakan metode atau

teknik pengendalian dan peningkatan kualitas dramatik yang diterapkan oleh perusahaan

Motorola sejak tahun 1986, yang merupakan terobosan baru dalam bidang manajemen

kualitas. Metode Six Sigma Motorola dikembangkan dan diterima secara luas oleh dunia

industri, karena manajemen frustasi terhadap sistem-sistem manajemen kualitas yang

ada, yang tidak mampu melakukan peningkatan kualitas secara dramatik menuju tingkat

kegagalan nol (zero defect). Prinsip-prinsip pengendalian dan peningkatan kualitas Six

Sigma Motorola telah terbukti berhasil dengan pencapaian tingkat kualitas 3,4 DPMO

(defects per million opportunities – kegagalan per sejuta kesempatan) setelah

implementasi konsep Six Sigma selama kurang lebih 10 tahun. Hasil-hasil peningkatan

kualitas dramatik pada perusahaan diukur berdasarkan persentase antara COPQ (cost of

poor quality) terhadap penjualan yang ditunjukkan dalam tabel berikut.

Tabel 2.1 Tabel Perbandingan Tingkat Sigma, DPMO, COPQ

COPQ (Cost Of Poor Quality)


Tingkat Pencapaian
DPMO COPQ
Sigma
691.462
1-sigma Tidak dapat dihitung
(sangat tidak kompetitif)
308.538
2-sigma Tidak dapat dihitung
(rata-rata industri Indonesia)
3-sigma 66.807 25-40% dari penjualan
4-sigma 6.210 15-25% dari penjualan
5-sigma 233 5-25% dari penjualan
6-sigma 3,4 <1% dari penjualan
Setiap peningkatan atau pergeseran 1-sigma akan memberikan peningkatan keuntungan
sekitar 10% dari penjualan.
Sumber: Gasperz (2002, p3)
13

Menurut Gasperz (2002, p9) pada dasarnya pelanggan akan puas apabila mereka

menerima nilai sebagaimana yang mereka harapkan. Apabila produk (barang dan/atau

jasa) diproses pada tingkat kualitas six sigma, perusahaan boleh mengharapkan 3,4

kegagalan per sejuta kesempatan (DPMO) atau mengharapkan bahwa 99,99966 persen

dari apa yang diharapkan pelanggan akan ada dalam produk itu. Dengan demikian six

sigma dapat dijadikan ukuran target kinjerja sistem industri tentang bagaimana baiknya

suatu proses transaksi produk antara pemasok (industri) dan pelanggan (pasar). Semakin

tinggi target sigma yang dicapai, kinerja sistem indutsri akan semakin baik. Sehingga 6-

sigma otomatis lebih baik daripada 4-sigma, 4-sigma lebih baik daripada 3-sigma. Six

sigma juga dapat dianggap sebagai strategi terobosan yang memungkinkan perusahaan

melakukan peningkatan luar biasa (dramatic) di tingkat bawah. Six sigma juga dapat

dipandang sebagai pengendalian proses industri berfokus pada pelanggan, melalui

penekanan pada kemampuan proses (process capability). Terdapat enam aspek kunci

yang perlu diperhatikan dalam aplikasi konsep six sigma, yaitu:

1. Identifikasi pelanggan anda

2. Identifikasi produk anda

3. Identifikasi kebutuhan anda dalam memproduksi produk untuk pelanggan anda

4. Definisikan proses anda.

5. Hindari kesalahan dalam proses anda dan hilangkan semua pemborosan yang ada

tingkatkan proses anda secara terus-menerus menuju target six-sigma.

Menurut Gasperz (2002, p10) pendekatan pengendalian proses 6-sigma Motorola

(Motorola’s Six Sigma process Control) mengizinkan adanya pergeseran nilai rata-rata

(mean) setiap CTQ individual dari proses industri terhadap nilai spesifikasi target (T)

sebesar ±1,5-sigma (baca: plus/minus 1,5-sigma), sehingga akan menghasilkan 3,4


14

DPMO (defects per million opportunities). Proses six sigma dengan distribusi normal

yang mengizinkan nilai rata-rata (mean) proses bergeser 1,5-sigma dari nilai spesifikasi

target kualitas (T) yang diinginkan oleh pelanggan, ditunjukkan dalam bagan berikut.

Sumber: http://mvpprograms.com/help/perform/ppa/six_sigma_ppm

Gambar 2.1 Konsep Six Sigma Motorola dengan Distribusi Normal Bergeser 1,5 sigma

Sumber: http://www.leantransformation.com/six-sigma-quality.html

Gambar 2.2 Konsep Six Sigma dengan Distribusi Normal Terpusat

Menurut Gasperz (2002, p10) konsep six sigma Motorola dengan pergeseran

nilai rata-rata (mean) dari proses yang diizinkan sebesar 1,5-sigma (1,5 × standar deviasi

maksimum) adalah berbeda dari konsep six sigma dalam distribusi normal yang umum
15

dipahami selama ini yang tidak mengizinkan pergeseran dalam nilai rata-rata (mean)

dari proses. Perbedaan ini ditunjukkan pada tabel 2.2.

Tabel 2.2 Perbedaan True 6-Sigma dengan Motorola’s 6-Sigma

True 6-Sigma Process Motorola’ 6-Sigma


(Normal Distribution Centered) (Normal Distribution Shifted 1,5-sigma)
Batas Batas
Spesifikasi Persentase DPMO Spesifikasi Persentase DPMO
(USL-LSL) (USL-LSL)
± 1-Sigma 68,27% 317.300 ± 1-Sigma 30,23% 697.700
± 2-Sigma 95,45% 45.500 ± 2-Sigma 69,13% 308.700
± 3-Sigma 99,73% 2.700 ± 3-Sigma 93,32% 66810
± 4-Sigma 99,9937% 63 ± 4-Sigma 99,3790% 6210
± 5-Sigma 99,999943% 0.57 ± 5-Sigma 99,97670% 233
± 6-Sigma 99,9999998% 0.002 ± 6-Sigma 99,99966% 3,4
Sumber: Gasperz (2002, p10)

Menurut Gasperz (2002, p13-14) dalam konteks pengendalian proses statistical

dikenal dua jenis data, yaitu:

1. Data Atribut (attributes data) merupakan data kualitatif yang dihitung menggunakan

daftar pencacahan untuk keperluan pencatatan dan analisis. Jika suatu catatan hanya

merupakan suatu ringkasan atau klasifikasi yang berkaitan dengan sekumpulan

persyaratan yang telah ditetapkan, maka catatan tersebut disebut sebagai “atribut”.

Contoh data atribut karakteristik kualitas adalah ketiadaan label pada kemasan

produk dan banyaknya jenis cacat pada produk. Data atribut biasanya diperoleh

dalam bentuk unit-unit nonkonfirmasi/ketidaksesuaian atau cacat/kegagalan terhadap

spesifikasi kualitas yang ditetapkan.

2. Data Variabel (variables data) merupakan data kuantitatif yang diukur menggunakan

alat pengukuran tertentu untuk keperluan pencatatan dan analisis. Data variabel

bersifat kontinyu. Jika suatu catatan dibuat berdasarkan keadaan aktual, diukur

secara langsung, maka karakteristik kualitas yang diukur itu disebut sebagai variabel.
16

Contoh data variabel karakteristik kualitas adalah diameter pipa, ketebalan produk,

berat semen dalam kantong, dan sebagainya.

Menurut Gasperz (2002, p50) DMAIC digunakan untuk meningkatkan proses

bisnis yang telah ada. DMAIC terdiri atas lima tahap utama:

1. Define – Mendefinisikan secara formal sasaran peningkatan proses yang konsisten

dengan permintaan atau kebutuhan pelanggan dan strategi perusahaan.

2. Measure – Mengukur kinerja proses pada saat sekarang (baseline Measurements)

agar dapat dibandingkan dengan target yang ditetapkan.

3. Analyze – Menganalisis hubungan sebab-akibat berbagai faktor yang dipelajari

untuk mengetahui faktor-faktor dominan yang perlu dikendalikan.

4. Improve – Mengoptimalisasikan proses menggunakan analisis-analisis untuk

mengetahui dan mengendalikan kondisi optimum proses.

5. Control – Melakukan pengendalian terhadap proses secara terus-menerus untuk

meningkatkan kapabilitas proses menuju target six sigma.

Menurut Gasperz (2002, p31-294) detail per tahapan DMAIC dijelaskan sebagai

berikut:

1. Define

Define (D) merupakan langkah operasional pertama dalam program

peningkatan kualitas six sigma. Sebelum membahas hal ini lebih jauh, perlu

dikemukakan bahwa istilah “program peningkatan kualitas six sigma” digunakan

untuk lingkup keseluruhan organisasi yang dilaksanakan secara terus-menerus,

sedangkan istilah “proyek peningkatan kualitas six sigma” digunakan untuk proses-

proses inti dalam organisasi yang ingin ditingkatkan kinerjanya serta pelaksanaannya
17

tergantung pada kebutuhan dari organisasi itu. Suatu proyek di bidang tertentu dapat

saja berakhir, kemudian dilanjutkan dengan proyek pada bidang lain, sedangkan

program peningkatan kualitas six sigma tidak pernah berakhir (never-ending

improvement). Terhadap setiap proyek six sigma yang ditentukan, harus

didefinisikan proses-proses kunci, sekuens proses beserta interaksinya, serta

pelanggan yang terlibat dalam setiap proses itu. Pelanggan di sini dapat menjadi

pelanggan internal maupun eksternal. Sebelum mendefinisikan proses kunci beserta

pelanggan dalam proyek six sigma, perlu diketahui model proses “SIPOC (Suppliers-

Inputs-Process-Outputs-Customers).” SIPOC merupakan suatu alat yang berguna

dan paling banyak dipergunakan dalam manajemen dan peningkatan proses. Nama

SIPOC merupakan akronim dari lima elemen utama dalam sistem kualitas, yaitu:

a. Supliers – merupakan orang atau kelompok orang yang memberikan informasi

kunci, material, atau sumber daya lain kepada proses. Jika suatu proses terdiri

dari beberapa sub-proses, maka sub-proses sebelumnya dapat dianggap sebagai

pemasok internal (internal suppliers).

b. Inputs – adalah segala sesuatu yang diberikan oleh pemasok (suppliers) kepada

proses.

c. Processes – merupakan sekumpulan langkah yang mentranformasi dan secara

ideal, menambah nilai kepada Inputs (proses transformasi nilai tambah kepada

Inputs). Suatu proses biasanya terdiri dari beberapa sub-proses.

d. Outputs – merupakan produk (barang dan/atau jasa) dari suatu proses. Dalam

industri manufaktur Outputs dapat berupa barang setengah jadi maupun barang

jadi (final product). Termasuk ke dalam Outputs adalah informasi-informasi

kunci dari proses.


18

e. Customers – merupakan orang atau kelompok orang, atau sub-proses yang

menerima Outputs. Jika suatu proses terdiri dari beberapa sub-proses, maka sub-

proses sesduahnya dapat dianggap sebagai pelanggan internal (internal

customers). Proses berikut merupakan pelanggan (the next process is your

customers).

Kemudian diidentifikasi langkah-langkah aktivitas beserta deskripsinya dalam

suatu proses yang terkait dengan proyek six sigma dengan menggunakan form diagram

alir proses (process flowcharts).

Sumber: http://www.innovationmanagement.org/Wiki/index.php?title=SIPOC

Gambar 2.3 SIPOC Diagram dalam Kasus Pembelian Mobil

2. Measure

Measure (M) merupakan langkah operasional kedua dalam program

pengingkatan kualitas six sigma. Terdapat tiga hal pokok yang harus dilakukan
19

dalam tahap MEASURE (M), yaitu: (1) memilih atau menentukan karakteristik

kualitas (CTQ) kunci yang berhubungan langsung dengan kebutuhan spesifik dari

pelanggan, (2) mengembangkan suatu rencana pengumpulan data melalui

pengukuran yang dapat dilakukan pada tingkat proses, output, dan/atau outcome, dan

(3) mengukur kinerja sekarang (current performance) pada tingkat proses, output,

dan/atau outcome untuk ditetapkan sebagai baseline kinerja (performance baseline)

pada awal proyek six sigma) Karakteristik kualitas (Critical-to-quality = CTQ) kunci

yang ditetapkan seyogianya berhubungan langsung dengan kebutuhan spesifik dari

pelanggan, yang diturunkan secara langsung dari persyaratan-persyaratan output dan

pelayanan.

3. Analyze

Analyze (A) merupakan langkah operasional ketiga dalam program

peningkatan kualitas six sigma. Pada tahap ini kita perlu melakukan beberapa hal

berikut: (1) menentukan stabitilitas (stability) dan kapabilitas (capability) dari

proses, (2) menetapkan target-target kinerja dari karakteristik kualitas kunci (CTQ)

yang akan ditingkatkan dalam proyek six sigma, (3) mengidentifikasi sumber-sumber

dan akar penyebab kecacatan atau kegagalan, dan (4) mengkonversikan banyak

kegagalan ke dalam biaya kegagalan kualitas (cost of poor quality). Pemahaman

yang baik tentang metode-metode statistika dan perilaku proses industri akan mampu

meningkatkan kinerja sistem industri. Pemahaman ini mengenai: (1) perilaku proses

industri (statistical thinking), dan (2) alat-alat statistika (statistical tools) merupakan

dua hal utama yang harus dimiliki oleh tim proyek six sigma. Jadi, pemahaman

tentang proses industri ini disebut dengan “statictical thinking” yang harus dibedakan

dengan “statictical tools”. Dengan demikian penggunaan metode statistika dalam


20

industri bukan sekadar menerapkan alat-alat statistika (statistical tools), tetapi lebih

diutamakan untuk mengendalikan dan meningkatkan proses industri guna

meningkatkan kinerja sistem industri itu menuju target kegagalan nol (statistical

thinking).

Variasi adalah ketidakseragaman dalam sistem industri sehingga

menimbulkan perbedaan dalam kualitas pada produk (barang dan/atau jasa) yang

dihasilkan. Pada dasarnya dikenal ada dua sumber atau penyebab timbulnya variasi,

yang diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Variasi penyebab-khusus (special-causes variation) adalah kejadian-kejadian di

luar sistem industri yang mempengaruhi variasi dalam sistem industri itu.

Penyebab khusus mengambil pola-pola nonacak (nonrandom patterns) sehingga

dapat diidentifikasi/ditemukan, sebab mereka tidak selalu aktif dalam proses

tetapi memiliki pengaruh yang lebih kuat pada proses sehingga menimbulkan

variasi.

b. Variasi penyebab-umum (common-causes variation) adalah faktor-faktor di

dalam sistem industri atau yang melekat pada proses industri yang menyebabkan

timbulnya variasi dalam sistem indutri serta hasil-hasilnya. Penyebab umum

sering disebut juga sebagai penyebab acak (random causes) atau penyebab

sistem (system causes). Oleh karena penyebab umum ini selalu melekat pada

sistem, maka untuk menghilangkannya harus menelusuri pada elemen-elemen

dalam sistem itu dan hanya pihak manajemen industri yang dapat

memperbaikinya, karena pihak manajemen industri yang mengendalikan sistem

industri itu.
21

Kontribusi utama dari penggunaan metode statistika dalam pengendalian

sistem industri adalah memisahkan variasi total proses ke dalam dua sumber di atas,

Suatu sistem industri disebut berada dalam pengendalian statistical apabila sistem itu

terbebas dari variasi yang ditimbulkan oleh penyebab khusus. Kinerja dari sistem

industri akan dapat diprediksi dengan baik.

Untuk dapat menemukan akar penyebab dari suatu masalah, maka kita perlu

memahami dua prinsip yang berkaitan dengan hukum sebab-akibat, yaitu:

a. Suatu akibat terjadi atau ada hanya jika penyebabnya itu ada pada titik yang

sama dalam ruang dan waktu.

b. Setiap akibat mempunyai paling sedikit dua penyebab dalam bentuk: (a)

penyebab yang dapat dikendalikan (Controllable causes). Penyebab yang dapat

dikendalikan berarti penyebab itu berada dalam lingkup tanggung jawab dan

wewenang kita sehingga dapat diambil tindakan (actionable) untuk

menghilangkan penyebab itu. Sebaliknya penyebab yang tidak dapat

dikendalikan berada di luar pengendalian. Penyebab yang tidak dapat

dikendalikan (berada di luar kontrol) terdiri dari paling sedikit dua penyebab,

yaitu (b1) penyebab yang dapat diperkirakan (predictable causes) sehingga

memungkinkan kita untuk mengantisipasi dan mencegahnya, dan (b2) penyebab

yang tidak dapat diperkirakan karena belum ada referensi atau pengetahuan

tentang kejadian itu sebelumnya.

Apabila kita mengumpulkan jawaban dari penyebab yang dapat dikendalikan

dan jawaban dari penyebab yang tidak dapat dikendalikan namun dapat diperkirakan,

maka dua tindakan solusi masalah berikut dapat diambil, yaitu: (1) menghilangkan

akar penyebab yang dapat dikendalikan, dan (2) mengantisipasi melalui tindakan
22

pencegahan terhadap penyebab yang tidak dapat dikendalikan namun dapat

diperkirakan itu. Selanjutnya akar-akar penyebab dari masalah yang ditemukan

melalui bertanya “mengapa” dimasukkan ke dalam diagram sebab-akibat yang

mengkategorikan sumber-sumber penyebab berdasarkan prinsip 7M, yaitu :

a. Manpower (tenaga kerja): berkaitan dengan kekurangan dalam pengetahuan

(tidak terlatih, tidak berpengalaman), kekurangan dalam keterampilan dasar yang

berakitan dengan mental dan fisik, kelelahan, stress, ketidakpedulian, dll.

b. Machines (mesin-mesin) dan peralatan: berkaitan dengan tidak ada sistem

perawatan preventif terhadap mesin-mesin produksi, termasuk fasilitas dan

peralatan lain, tidak sesuai dengan spesifikasi tugas, tidak dikalibrasi, terlalu

kompleks, terlalu panas, dll.

c. Methods (metode kerja): berkaitan dengan tidak adanya prosedur kerja yang

benar, tidak jelas, tidak diketahui, ditak terstandardisasi, tidak cocok, dll.

d. Materials (bahan baku dan bahan penolong): berkaitan dengan ketiadaan

spesifikasi kualitas dari bahan baku dan bahan penolong yang digunakan,

ketiadaan penanganan yang efektif terhadap bahan baku dan penolong itu, dll.

e. Media: berkaitan dengan tempat dan waktu kerja yang tidak memperhatikan

aspek-aspek kebersihan, kesehatan dan keselamatan kerja, dan lingkungan kerja

yang kondusif, kekurangan dalam lampu penerangan, ventilasi yang buruk,

kebisingan yang berlebihan, dll.

f. Motivation (motivasi): berkaitan dengan ketiadaan sikap kerja yang benar dan

profesional (tidak kreatif, bersikap reaktif, tidak mampu bekerja sama dalam tim,

dan lain-lain), yang dalam hal ini disebabkan oleh sistem balas jasa dan

penghargaan yang tidak adil kepada tenaga kerja.


23

g. Money (keuangan): berkaitan dengan ketiadaan dukungan finansial (keuangan)

yang mantap guna memperlancar proyek peningkatan kualitas six sigma yang

akan diterapkan.

FMEA (failure mode and effect analysis) adalah suatu prosedur terstruktur

untuk mengidentifikasi dan mencegah sebanyak mungkin mode kegagalan (failure

modes). Suatu mode kegagalan adalah apa saja yang termasuk dalam

kecacatan/kegagalan dalam desain, kondisi di luar batas spesifikasi yang telah

ditetapkan, atau perubahan-perubahan dalam produk yang menyebabkan

terganggunya fungsi dari produk itu.

4. Improve

Setelah sumber-sumber dan akar-akar penyebab dari masalah kualitas

teridentifikasi, maka perlu dilakukan rencana tindakan (action plan) untuk

melaksanakan peningkatan kualitas six sigma. Pada dasarnya rencana-rencana

tindakan (action plan) akan mendeskripsikan tentang alokasi sumber-sumber daya

serta prioritas dan/atau alternative yang dilakukan dalam implementasi dari rencana

itu. Bentuk-bentuk pengawasan dan usaha-usaha untuk mempelajari melalui

pengumpulan data dan analisis ketika implementasi dari suatu rencana, juga harus

direncanakan.

5. Control

Control (C) merupakan tahap operasional terakhir dalam proyek peningkatan

kualitas six sigma. Pada tahap ini hasil-hasil peningkatan kualitas didokumentasikan

dan disebarluaskan, praktek-praktek terbaik yang sukses dalam meningkatkan proses

distandardisasikan dan disebarluaskan, prosedur-prosedur didokumentasikan dan

dijadikan prosedur kerja standar. Tujuan dari standardisasi adalah


24

menstandardisasikan sistem kualitas six sigma yang telah terbukti menjadi terbaik

dalam bisnis kelas dunia. Hasil-hasil yang memuaskan dari proyek peningkatan

kualitas six sigma harus distandardikasikan, dan selanjutnya dilakukan peningkatan

terus-menerus pada jenis masalah yang lain melalui proyek-proyek six sigma yang

lain mengikuti konsep DMAIC.

Standardisasi dimaksudkan untuk mencegah masalah yang sama atau

praktek-praktek lama terulang kembali. Terdapat dua alasan melakukan

standardisasi:

a. Apabila tindakan peningkatan kualitas atau solusi masalah itu tidak

distandardisasikan, terdapat kemungkinan bahwa setelah periode waktu tertentu,

manajemen dan karyawan akan kembali menggunakan cara-cara kerja lama

sehingga memunculkan kembali masalah yang sudah pernah diselesaikan itu.

b. Apabila tindakan peningkatan kualitas atau solusi masalah itu tidak

distandardisasikan dan didokumentasikan, maka terdapat kemungkinan setelah

periode waktu tertentu apabila terjadi pergantian manajemen dan karyawan,

orang-orang baru akan menggunakan cara-cara kerja yang memunculkan kembali

masalah yang sudah pernah diselesaikan oleh manajemen dan karyawan

terdahulu itu.

Menurut Haftl (2007, p4) sepuluh elemen yang harus diperhatikan untuk sebuah

implementasi six sigma yang sukses:

1. Dukungan dan komitmen manajemen yang terlihat.

2. Kesesuaian program dengan strategi bisnis.

3. Kesesuaian program dengan harapan dan permintaan pelanggan.


25

4. Edukasi dan training.

5. Sebuah sistem manajemen proses yang diterapkan dengan baik.

6. Infrastruktur untuk mengelola program.

7. Kemampuan untuk siap dalam mengkomitmenkan orang yang terbaik ke program.

8. Sistem penghargaan dan pengakuan untuk anggota tim.

9. Pengertian yang dibagikan mengenai inti proses bisnis dan karakteristik kritikalnya.

10. Mengkomunikasikan pengalaman kesuksesan dan kegagalan.

2.2 Model, Korelasi dan Anova

2.2.1 Pembangunan Model

Menurut Aczel (2009, p440) sebuah model statistik merupakan serangkaian dari

formula dan asumsi matematik yang mencerminkan situasi di dunia nyata. Sebuah model

diharapkan dapat menjelaskan sebanyak mungkin mengenai proses berdasarkan data.

Bagaimanapun juga, berdasarkan pada sifat yang mendasar pada situasi dunia nyata,

yaitu ketidakpastian, model ini mungkin tidak dapat menjelaskan seluruhnya, dan akan

selalu ada kesalahan (error) yang tetap muncul. Error ini merupakan faktor luar yang

tidak diketahui yang mempengaruhi proses dalam mengenerasi data.

Menurut Aczel (2009, p441) sebuah model statistik yang baik bersifat

parsimonious, yang berarti menggunakan sesedikit mungkin batasan matematik untuk

mendeskipsikan situasi nyata. Sebuah model menangkap perilaku sistematis dari data,

meninggalkan faktor yang tidak sistematis dan tida dapat diprediksi, yaitu error.

Diasumsikan bahwa random error berdistribusi normal.

Menurut Aczel (2009, p219-222) selang kepercayaan merupakan rentang nilai

yang dipercaya untuk memasukkan sebuah parameter populasi yang tidak diketahui.
26

Selang ini merupakan sebuah ukuran keyakinan. Dalam bisnis dan aplikasi lainnya,

selang kepercayaan 95% secara umum digunakan.

2.2.2 Model Simpel Regresi Linear

Menurut Aczel (2009, p230) persamaan aljabar dari sebuah garis liris adalah Y =

A+BX, di mana A merupakan intersep (faktor yang menahan) dan B merupakan slope

(lekuk) dari sebuah garis. Pada simple regresi linear, hubungan antara dua variabel X

dan Y dimodelkan dengan sebuah garis lurus. Oleh karena itu, model harus mencakup

dua parameter yaitu parameter intersep dan parameter slope. Notasi untuk populasi

intersep adalah βo , dan notasi untuk populasi slope adalah β1 . Jika error dimasukkan,

populasi model regresinya sebagai berikut:

Y=βo + β1 X +

di mana Y merupakan variabel dependen, variabel yang diharapkan dapat

diprediksi; X merupakan variabel independen, disebut juga variabel predictor; dan

adalah faktor error, satu-satunya komponen acak pada model dan sumber dari keacakan

Y.

Asumsi dari model sebagai berikut :

1. Hubungan antara X dan Y merupakan hubungan garis lurus.

2. Nilai dari variabel independen X diasumsikan pasti (tidak acak); satu-satunya

keacakan Y berasal dari faktor error .

3. Error berdistribusi normal dengan nilai tengah 0 dan bervariansi konstan σ2 . Error

tidak berhubungan satu sama lain.


27

Berikutnya adalah memperhitungkan garis least-square, yaitu garis yang

meminimasi SSE. SSE merupakan sum squares of error (jumlah kuadrat error).

Kalkulus digunakan untuk menemukan nilai dari b0 (atau βo ) dan b1 (atau β1 ) yang

meminimasi SSE. Persamaan normalnya sebagai berikut:


n n

Yi = nb0 + b1 Xi
i=1 i=1

Definisi dari sums of squares dan hubungan antar produk yang digunakan di

analisis regresi sebagai berikut:

2
2
(∑x)
SSx = x-
n
2
2
(∑y)
SSy = y-
n

( ∑ x )( ∑ y )
SSxy = xy-
n

Perkiraan least-square untuk b0 dan b1 sebagai berikut :

Perkiraan regresi least-squares untuk slope

SSxy
b1 =
SSx

Dan intersepnya

b0 =y-b1 x

Menurut Groebner, Shannon, Smith, & Fry (2001, p425) scatter Plot – sebuah

bidang dua dimensi yang menunjukkan nilai untuk suatu kejadian penggabungan dari

dua variabel. Scatter plot dapat digunakan untuk mewakilkan secara grafis sebuah

hubungan/relasi antara dua variabel. Disebut juga dengan scatter diagram. Scatter plot
28

menggambarkan hubungan potensial di antara nilai sebuah variabel dependen, y, dan

sebuah variabel independen, x. Variabel dependen, yaitu variabel yang akan diprediksi

atau dijelaskan dengan sebuah model regresi. Variabel ini diasumsikan untuk

berhubungan secara fungsional dengan variabel independen. Variabel independen, yaitu

variabel yang berhubungan dengan variabel dependen dalam sebuah persamaan regresi.

Variabel independen digunakan pada sebuah model regresi untuk memperkirakan nilai

dari variabel dependen.

2.2.3 Koefisien Korelasi

Menurut Groebner, Shannon, Smith, & Fry (2001, p430) koefisien korelasi

adalah sebuah ukuran kuantitatif dari kekuatan sebuah hubungan linear antara dua

variabel. Rentang nilai korelasi adalah -1.0 sampai +1.0. Korelasi ±1.0 mengindikasikan

sebuah relasi linear yang sempurna, dimana korelasi 0 menunjukkan tidak adanya

hubungan linear. Sebuah koefisien korelasi dari dua variabel dapat diperkirakan dengan

sampel data menggunakan persamaan aljabar :

∑ (x-x )(y-y)
r=
n ∑ x2 - ∑ x 2 - n ∑ y2 - ∑ y 2

r = koefisien korelasi sampel

n = ukuran sampel

x = nilai dari variabel independen

y = nilai dari variabel dependen

Koefisien korelasi sampel yang digunakan dengan persamaan tersebut disebut

sebagai Pearson Product Moment Correlation.


29

2.2.4 Tes Signifikan untuk Korelasi

Besarnya nilai koefisien korelasi harus dianalisa lebih lanjut. Menurut Groebner,

Shannon, Smith, & Fry (2001, p430-442) walaupun nilai koefisien korelasi, misalnya

0.8325 kelihatannya cukup tinggi (dibandingkan dengan 0), nilai yang didasarkan hanya

dari sampel 12 data dapat saja menjadi kesalahan sampling. Karena itu, sebuah prosedur

uji hipotesis normal dibutuhkan untuk menentukan apakah memang ada hubungan antara

dua variabel terkait. Digunakan simbol Yunani ρ (rho) untuk mewakili koefisien korelasi

populasi.

H0 : ρ = 0.0 (tidak ada korelasi)

H1 : ρ > 0.0 (ada hubungan korelasi)

Harus diuji apakah sampel data mendukung untuk dapat menolak hipotesis nol.

Prosedur tesnya menggunakan t-statistic dengan persamaan berikut :


r
t=
1-r2
n-2

df = n-2

t = nilai perkiraan standar deviasi r dari 0

r = koefisien korelasi sampel

n = ukuran sampel

Uji t untuk menentukan apakah korelasi populasinya sama sekali bukan 0

mengasumsikan bahwa kedua variabel (x dan y) memiliki distribusi bivariate normal.

Dua variabel dikatakan bivariate normal apabila distribusi gabungannya berdistribusi

normal.
30

Menurut Groebner, Shannon, Smith, & Fry (2001, p806) derajat kebebasan

merupakan angka dari nilai data independen yang dapat digunakan untuk

memperkirakan standar deviasi populasi. Jika sejumlah k parameter harus diperkirakan

sebelum sebuah standar deviasi dapat dihitung dari sejumlah sampel sebanyak n, derajat

kebebasannya sebesar n-k. Nilai dari derajat bebas (df atau degrees of freedom) yang

digunakan untuk tes ini adalah n-2 karena satu derajat kebebasan telah digunakan untuk

memperkirakan nilai tengah populasi dari dua variabel di persamaan r sebelumnya.

2.2.5 Uji Regresi

Menurut Groebner, Shannon, Smith, & Fry (2001, p439-440) salah satu ukuran

dari kecocokan regresi adalah dengan mean square error (MSE). MSE memperkirakan

variansi dari regresi sebenarnya dan mengukur variasi data terhadap garis regresi. Selain

itu dibutuhkan ukuran relatif dari derajat variasi data terhadap garis regresi. Ukuran

relatif lainnya yang membandingkan variasi Y dengan garis regresi, dengan variasi Y

tapa regresi, yang disebut koefisien determinasi (r2). Koefisien determinasi r2 merupakan

ukuran deskriptif dari kekuatan hubungan regresi, ukuran sebagaimana baik garis regresi

cocok dengan data. Koefisien korelasi r dapat bernilai antara -1 sampai 1. Kuadratnya,

r2 dapat bernilai 0 sampai 1. Interpretasi dari r2 adalah persentase dari variasi Y yang

dapat dijelaskan dengan regresi. Jika r2=1, diketahui bahwa 100% Y dijelaskan dengan

X. Ini berarti bahwa semua data terletak pada garis regresi, dan tidak terdapat error.

Walaupun r2 tidak dapat bernilai negatif (dari r2 tidak terlihat apakah garis regresi terus

naik atau terus turun (arahnya dapat diketahui dari b1 atau r), dari r2 dapat diketahui

bahwa garis memberikan kecocokan yang sempurna dengan data. Kasus seperti ini tidak

terjadi dalam bisnis dan ekonomi. Pada faktanya, ketika tidak ada error, tidak ada variasi
31

alami, tidak diperlukan statistik. Semakin tinggi nilai r2, semakin cocok data dan

semakin tinggi keyakinan pada regresi yang telah dibuat. Nilai r2 0.9 atau lebih sangat

baik, lebih dari 0.8 baik, 0.6 atau lebih dapat memuaskan di beberapa aplikasi, 0.5 atau

kurang, prediksinya tidak baik. Jika hanya dipentingkan mengenai adanya hubungan

antara variabel-variabel nilai r2 yang rendah dapat saja diterima, dengan kondisi model

tersebut tidak akan dapat banyak menjelaskan hubungan antar variabel.

Menurut Aczel (2009, p810) dalam regresi sering ditemukan istilah residual.

Residual adalah perbedaan dari nilai variabel dependen secara nyata dengan nilai yang

diprediksi dengan model regresi. Berikutnya, dengan ANOVA (Analysis of Variance)

dipertimbangkan deviasi dari perlakuan yang diberikan, deviasi dari nilai tengah

kelompok dari nilai tengah keseluruhan. ANOVA digunakan untuk menguji apakah ada

perbedaan signifikan dari populasi yang dibandingkan. Ketentuan yang digunakan untuk

menentukan keputusan adalah, tolak H0 bila statistik sampel jatuh pada daerah kritis.

Jika tes menggunakan pendekatan p-value, H0 ditolak apabila p-value lebih kecil dari

taraf nyata; selain itu H0 tidak ditolak. Dalam melakukan perhitugan ANOVA digunakan

tabel ANOVA, sebagai berikut:

Tabel 2.3 ANOVA 1 Interaksi

Source of Degrees of
Sum of Squares Mean Square F Ratio
Variation Freedom
Treatment SSTR r-1 MSTR F
Error SSE n-r MSE
Total SST n-1
32

r
2
SSTR= ni (xi -x)
i=1

r ni

SSE= (xij -xi )2


i=1 j=1

SST=SSTR+SSE

SSTR
MSTR
r‐1
E
MSE=
n-r
MSTR
F=
MSE

Tes statistik dari ANOVA yaitu uji F = F(r-1,n-r) di mana r adalah jumlah kelas

dari populasi dan n adalah jumlah populasi. Terima H0 jika F>F(r-1,n-r) .

2.2.6 Metode Solver Excel untuk Regresi

Menurut Groebner, Shannon, Smith, & Fry (2001, p458) Metode Solver di

Microsoft Excel dapat digunakan untuk memaksa regresi mencapai titik tertentu di mana

dibuat suatu batasan nilai untuk dicapai. Kriteria dari titik line terbaik pada metode

Solver meminimalisasi sum of squared errors (SSE).

2.2.7 Uji Chi-Square Goodness-of-Fit

Menurut Groebner, Shannon, Smith, & Fry (2001, p458) uji goodness-of-fit dapat

digunakan untuk menentukan apakah data sampel cocok dengan distribusi tertentu.

Logika dalam pengujian ini berdasarkan penentuan sejauh mana frekuensi observasi dari

frekuensi yang diharapkan.


33

k
2
2 oi -ei
X=
ei
i=1

df=k-1

k = jumlah kategori atau sampel

oi = nilai observasi

ei = nilai harapan

Ketentuan pengambilan keputusannya adalah, H0 diterima jika nilai X2 lebih

kecil dari nilai kritisnya. Nilai kritis yang ditentukan adalah X2(df).

2.3 Analisa dan Perancangan Sistem Informasi

2.3.1 Definisi Sistem Informasi

Menurut O’Brien (2005, p5) sistem informasi merupakan kombinasi teratur apa

pun dari orang-orang, hardware, software, jaringan komunikasi, dan sumber daya data

yang mengumpulkan, mengubah, dan menyebarkan informasi dalam sebuah organisasi.

Orang bergantung pada sistem informasi untuk berkomunikasi antara satu sama lain

dengan menggunakan berbagai jenis alat fisik (hardware), perintah (software), saluran

komunikasi (jaringan), dan data yang disimpan (sumber daya data) sejak permulaan

peradaban.

Menurut O’Brien (2005, p39-41) aktivitas sistem informasi diklasifikasikan

menjadi lima:

1. Input. Input biasanya berbentuk aktivitas entri data seperti pencatatan dan

pengeditan. Para pemakai akhir biasanya memasukkan data secara langsung ke

dalam sistem komputer, atau mencatat data mengenai transaksi dalam beberapa jenis
34

media fisik seperti formulir kertas. Hal ini biasanya meliputi berbagai aktivitas edit

untuk memastikan bahwa data telah dicatat dengan benar.

2. Pemrosesan. Data biasanya tergantung pada aktivitas pemrosesan seperti

perhitungan, perbandingan, pemilahan, pengklasifikasian, dan pengikhtisaran.

Aktivitas-aktivitas ini mengatur, menganalisis, dan memanipulasi data, hingga

mengubahnya ke dalam informasi bagi para pemakai akhir. Kualitas data apa pun

yang disimpan dalam sistem informasi juga harus dipelihara melalui proses terus-

menerus dari aktivitas perbaikan dan pembaruan.

3. Output. Informasi dalam berbagai bentuk dikirim ke pemakai akhir dan disediakan

untuk mereka dalam aktivitas output. Tujuan dari sistem informasi adalah untuk

menghasilkan produk informasi yang tepat bagi para pemakai akhir. Produk

informasi umum meliputi pesan, laporan, formulir, dan gambar grafis, yang dapat

disediakan melalui tampilan video, respons audio, produk kertas, dan multimedia.

4. Penyimpanan. Penyimpanan dalah komponen sistem dasar sistem informasi.

Penyimpanan adalah aktivitas sistem informasi tempat data dan informasi disimpan

secara teratur untuk digunakan kemudian.

5. Pengendalian. Sistem informasi harus menghasikan umpan balik mengenai aktivitas

input, pemrosesan, output, dan penyimpanan. Umpan balik ini haris diawasi dan

dievaluasi untuk menetapkan apakah sistem dapat memenuhi standar kinerja yang

ditetapkan.

2.3.2 Analisa dan Desain Sistem

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005, p3-4) sistem informasi merupakan

faktor yang sangat penting untuk kesuksesan dari organisasi bisnis modern. Sistem yang
35

baru secara konstan dikembangkan untuk membuat bisnis menjadi lebih kompetitif.

Kunci untuk pengembangan sistem yang sukses adalah melalui analisis dan desain

sistem untuk dapat mengerti kebutuhan bisnis dari sistem informasi. Analisis sistem

berarti mengetahui dan menspesifikasikan detil dari apa yang sistem informasi harus

lakukan. Sistem desain berarti menspesifikasikan ke dalam detail bagaimana banyak

komponen dari sistem informasi harus diterapkan secara fisik.

2.3.3 Sistem Informasi

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005, p6-8) sistem merupakan sekumpulan

dari komponen yang saling berhubungan yang bekerja sama untuk meraih suatu hasil

tertentu. Sistem informasi yaitu sekumpulan dari komponen yang saling berhubungan

yang mengumpulkan, memproses, menyimpan, dan mendukung keluaran informasi yang

diperlukan untuk melengkapi suatu tugas bisnis. Sebuah sistem dapat memiliki beberapa

subsistem. Subsistem merupakan sebuah sistem yang merupakan bagian dari sistem lain.

Setiap sistem, sebaliknya, merupakan bagian dari sistem yang lebih besar, yang disebut

supersistem. Setiap sistem memiliki batasan (boundary) di antara sistem tersebut dan

lingkungannya. Menentukan input dan output merupakan bagian yang penting dari

analisis dan desain sistem. Dalam sebuah sistem informasi, orang-orang merupakan

komponen kunci, dan orang-orang ini melakukan suatu pekerjaan yang akan

diselesaikan oleh suatu sistem. Jadi, terdapat batasan lain yang penting untuk seorang

system analyst, yang disebut automation boundary.


36

2.3.4 Jenis – Jenis Sistem Informasi

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005, p9-10) Transaction processing

systems (TPS) yaitu sistem yang menangkap dan menyimpan informasi mengenai

transaksi yang mempengaruhi perusahaan. Management information systems (MIS)

yaitu sistem yang mengambil informasi yang telah ditangkap oleh TPS dan

memproduksi laporan yang manajemen butuhkan untuk perencanaan dan pengendalian

bisnis. MIS mungkin dibuat karena informasi telah ditangkap oleh TPS dan disimpan ke

dalam database perusahaan. Executive information systems (EIS) menyediakan informasi

untuk digunakan oleh eksekutif dalam mengawasi lingkungan kompetitif dan untuk

perencanaan strategis. Beberapa informasinya berasal dari data perusahaan, tetapi

banyak informasi berasal dari sumber eksternal, misalnya pesaing laporan saham,

peramalan ekonomi, dan sebagainya. Decision support systems (DSS) memungkinkan

user ntuk memerika akibat dari beberapa pilihan atau keputusan. Kadang proses ini

disebut analisis “bagaimana jika” (“what-if” analysis) karena user menanyakan ke

sistem untuk dapat menjawab pertanyaan user mengenai peramalan situasi tertentu,

misalnya berapa armada yang diperlukan untuk dapat mengelola distribusi pada periode

berikutnya. Communication support systems memungkinkan karyawan untuk dapat

berkomunikasi satu sama lain dan dengan customer dan supplier. Misalnya wireless

personal digital assistants (PDA), ponsel dengan fitur pesan dan PDA, video conference,

dan sebagainya. Office support systems yang membantu karyawan untuk membuat dan

membagi dokumen, termasuk laporan, penawaran, dan catatan lain. Office support

systems dapat juga membantu pengelolaan jadwal kerja, perjanjian, dan meeting.
37

2.3.5 Unified Process (UP)

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005, p50-51) Unified Process (UP)

merupakan sebuah metodologi pengembangan sebuah sistem object-oriented yang

sangat berpengaruh dan paling banyak digunakan. Siklus hidup Unified Process

termasuk di dalamnya fase penyelesaian proyek dari waktu ke waktu, tetapi setiap fase

siklus hidup melalui satu atau lebih iterasi, yaitu tahap analisis, desain, dan implementasi

untuk bagian dari sistem. Pada akhir dari setiap iterasi, tim proyek menggunakan siklus

hidup UP yang telah lengkap dan beberapa bagian software yang telah dievaluasi dengan

use dari sistem. Empat fase dari siklus hidup UP dinamakan inception, elaboration,

construction, dan transition.

Sumber: Satzinger, Jackson, & Burd (2005, p45)

Gambar 2.4 Sikus Hidup Pengembangan Sistem Unified Process

Pada tahap inception, developer mengembangkan dan menentukan pandangan

dari sistem yang baru untuk menunjukkan bagaimana sistem tersebut akan meningkatkan

operasi dan menyelesaikan permasalahan saat ini. Pada tahap elaboration, dilengkapi

identifikasi dan definisi untuk semua kebutuhan sistem. Di tahap construction, desain

sistem diteruskan dan sistem diimplemetasikan. Di tahap transition, sistem yang

dikembangkan telah siap untuk dioperasikan.


38

Sumber: Satzinger, Jackson, & Burd (2005, p53)

Gambar 2.5 Disiplin UP Yang Digunakan Dalam Berbagai

Tingkat Kebutuhan di Setiap Iterasi

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005, p55) enam disiplin dari

pengembangan UP adalah : business modelling, requirements, design, implementation,

testing, dan deployment. Garis besar dari pengembangan disiplin UP sebagai berikut :

1. Business Modelling

Tujuan utama dari disiplin ini adalah untuk mengerti dan

mengkomunikasikan sifat alami dari lingkungan bisnis di mana sistem akan

disiapkan. Permasalahan saat ini dan peningkatan potensial yang dapat

dilakukan oleh sistem harus dapat dimengerti. UML diagram dapat

digunakan untuk mendokumentasikan aspek lingkungan dari sistem yang


39

akan dikembangkan dengan pemodelan aliran kerja, objek bisnis, dan fungsi

dasar yang harus didukung oleh sistem.

2. Requirements

Tujuan utama dari disiplin ini adalah untuk mengerti dan

mendokumentasikan kebutuhan bisnis dan proses bagi sistem yang akan

dikembangkan. Problem domain - daerah di mana user membutuhkan

penyelesaian sisem informasi didefinisikan. Kebutuhan fungsional

digambarkan dengan use case dan description, dan langkah interaksi user

dengan siste digambarkan dengan UML diagram.

3. Design

Tujuan dari disiplin ini adalah untuk mendesain solusi sistem berdasarkan

kebutuhan yang telah ditentukan sebelumnya. User interface, komponen

software, database, dan lingkungan operasional ditentukan.

4. Implementation

Disiplin ini termasuk pembangunan sistem yang diperlukan secara nyata.

Aplikasi dapat dikembangkan dengan beragam teknik.

5. Testing

Disiplin testing ditentukan dengan menjalankan tes dan menggunakan sampel

data untuk mengevaluasi sistem dalam berbagai kondisi tertentu.

6. Deployment

Disiplin deployment mennjuk kepada aktivitas untuk membuat sistem

diterapkan secara operasional, termasuk pemasangan hardware dan software,

instalasi komponen, pelatihan karyawan, dan pengkonversian data.


40

7. Project Management

Disiplin ini bertujuan untuk mendukung team pengembang, dalam hal

finalisasi sistem dan lingkup proyek sampai kepada pengawasan dan

pengendalian penjadwalan, komunikasi internal dan eksternal, dan

penyelesaian isu resiko.

8. Configuration and Change Management

Disiplin ini termasuk pengembangan prosedur kontrol dan manajemen model

dan komponen software.

9. Environment

Disiplin ini dijalankan dengan pengelolaan lingkungan sistem dan fasilitas

terkait.

2.3.6 Model dan UML

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005, p47) Setiap kali seseorang perlu

untuk menyimpan atau mengkomunikasikan informasi, sangat diperlukan untuk

membentuk sebuah model. Sebuah model merupakan representasi dari aspek penting

pada dunia nyata. Model digunakan untuk pengembangan sistep termasuk representasi

dari input, output, proses, data, objek, interaksi objek, lokasi, jaringan, perangkat, dan

lain-lain. Sebagian besarnya merupakan model grafis, disebut diagram atau chart.

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005, p47) diagram yang dibuat untuk

menunjukkan model sistem digambar mengikuti notasi yang telah ditentukan melalui

Unified Modelling Languange (UML). UML merupakan seperangkat standar dari model

yang dibangun dan dinotasikan secara khusus untuk pengembangan object-oriented.


41

Dengan menggunakan UML, analisis dan end user dapat mengerti variasi diagram yang

digunakan dalam proyek pengembangan sistem.

2.3.7 Pendekatan Object-Oriented

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005, p60) pendekatan object-oriented

terhadap pengembangan sistem adalah melihat sebuah sistem informasi sebagai suatu

serangkaian interaksi objek yang bekerja sama untuk menyelesaikan suatu tugas tertentu.

Secara konsep, tidak ada proses atau program yang terpisah, tidak ada entitas data atau

file yang terpisah. Sebuah sistem dalam suatu operasi berisikan objek-objek. Sebuah

objek merupakan sesuatu dalam sistem komputer yang memiliki kemampuan untuk

merespon sebuah pesan. Pendekatan object-oriented memandang sebuah sistem

informasi sebagai sekumpulan objek yang saling berinteraksi. Object-Oriented Analysis

(OOA) menentukan tipe-tipe objek yang diperlukan oleh user untuk bekerja dengan dan

menunjukkan interaksi user yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan.

Object-Oriented Design (OOD) menentukan tipe tambahan dari objek yang biasanya

digunakan untuk berkomunikasi dengan orang-orang dan perangkat dalam suatu sistem,

menujukkan bagaimana objek saling berinteraksi dalam menyelesaikan suatu pekerjaan,

dan memperjelas asti dari setiap tipe objek sehingga dapat digunakan dengan bahasa

atau lingkungan yang spesifik. Object-Oriented Programming (OOP) berisikan

bagaimana menuliskan suatu pernyataan dalam bahasa pemrograman untuk menentukan

apa yang dilakukan oleh setiap tipe objek.


42

2.3.8 Keuntungan dari Pengembangan Object-Oriented

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005, p61) dua alasan utama mengapa

object-oriented digunakan untuk pengembangan sistem :

1. Objek bersifat lebih alami

Kealamian dari pendekatan object-oriented menunjuk ke arah fakta yang

biasanya dipikirkan oleh seseorang mengenai dunia mereka dengan sudut pandang

objek, jadi ketika orang-orang bebicara mengenai pekerjaan dan mendiskusikan

kebutuhan sistem, seringkali mereka cenderung menentukan class dari objek yang

terkait. Jadi, pendekatan object-oriented cocok dengan cara tipikal manusia melihat

dunia mereka. OOA, OOD, dan OOP semuanya berkaitan dengan memodelkan class

dari objek, jadi forkusnya tertap pada objek sepanjang proses pengembangannya.

2. Class dari Objek dapat digunakan lagi

Selain itu, kemampuan untuk menggunakan lagi class dan objek merupakan

keuntungan dari pengembangan object-oriented. Reuse atau penggunaan ulang

berarti class dan objek dapat diciptakan sekali dan digunakan berulang kai. Ketika

pengembang telah menentukan sebuah class, misalnya class pelanggan, class

tersebut dapat digunakan lagi di banyak sistem lain yang juga menggunakan objek

pelanggan. Jika sistem baru memiliki jenis khusus dari pelanggan, class pelanggan

yang sekarang juga dapat digunakan untuk class baru sebagai subclassnya dengan

mewarisi semua sifat pelangga dan kemudian menambahkan karakteristik-

karakteristik yang baru. Class dapat digunakan lagi pada situasi ini pada saat di

analisis, desain, atau saat pemrograman. Saat melakukan pemrograman, developer

tidak perlu melihat sumber code dari class yang digunakanlagi, karena sifat

pewarisan yang ada.


43

2.3.9 Konsep Object-Oriented

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005, p61-62) sebuah objek dalam sistem

komputer seperti objek pada dunia nyata, yaitu sesuatu yang memiliki atribut dan

behavior. Sebush sistem komputer dapat memiliki beberapa jenis objek, seperti objek

user interface yang membuat user interface dan objek sistem yang fokus kepada tugas di

lingkungannya. Atribut merupakan karakteristik dari objek yang memiliki nilai tertentu.

Method merupakan behavior atau operasi yang mendeskripsikan apa yang dapat

dikerjakan oleh suatu objek.

2.3.10 Class dan Objek

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005, p63) class merupakan sebuah

pengelompokkan di mana semua objek yang sama tergabung di dalamnya. Dalam

pemprograman komputer dan objek, objek dapat merupakan instansi dari sebuah class.

Ketika objek dibuat untuk class, dapat dikatakan bahwa class terinisiasi. Objek-objek

saling berinteraksi satu sama lain, menanyakan objek lain untuk meminta atau

mengeluarkan satu dari sekian banyak method yang dimilikinya. Dengan kata lain, objek

user interface seperti form dengan tombol dan text box dapat megirimkan pesan dengan

menanyakan class untuk membuat instansi baru dari dirinya sendiri. Instansi baru dari

pesanan dapat mengirim pesan kepada pelanggan, misalnya Susan, menginformasukan

bahwa pelanggan tersebut membuat order baru.

2.3.11 Asosiasi dan Multiplicity

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005, p66-67) objek-objek saling

berinteraksi dengan mengirimkan pesan, tetapi harus ada asosiasi (hubungan) di


44

antaranya. Asosiasi objek secara konsep sama dengan relasi dalam pemodelan database,

kecuali setiap objek bertanggung jawab untuk mengelola hubungannya dengan objek

lain. Asosiasinya dapat satu ke satu, misalnya ketika satu pesanan terhubung ke satu

pelanggan, dan beberapa yang lain dapat satu ke banyak, misalnya ketika seorang

pelanggan membuat banyak pesanan. UML yang berhubungan dengan nilai/angka yang

menunjukkan asosasi ini disebut multicpicity dari sebuah asosiasi.

Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2005, p66)

Gambar 2.6 Contoh Asosiasi

Encapsulation berarti, objek memiliki atribut dan method yang digabungkan ke

dalam suatu unit. Mengkombinasikan atribut dan method berarti struktur internal dari

objek terhadap pesan tidak perlu diketahui, tetapi hanya perlu diketahui apa yang objek

tersebut dapat lakukan untuk pengembangnya. Encapsulation menyembunyikan struktur

internal dari objek, dan menjaganya dari korupsi. Inilah yang dimaksud konsep

information hiding dari pendekatan object-oriented. Suatu class dapat memliki

karakteristik dari suatu class lain dan mengkhususkannya (extend), konsep ini disebut

inheritance. Misalnya terdapat suatu objek person (orang). Objek person dapat memiliki

atribut nama dan alamat. Class Customer (pelanggan) merupakan jenis khusus dari

person dengan atribut tambahan untuk shipping address (alamat pengiriman) dan

informasi credit-card. Objek SalesClerk juga merupakan person, yang dapat

didefinisikan dengan meng-extend class person, dan menambahkan atribut jabaran dan
45

gaji. Pada kasus ini, class person merupakan superclass, dan baik class pelanggan

maupun SalesClerk merupakan subclass.

Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2005, p66)

Gambar 2.7 Contoh Multiplicity

Hasil dari meng-extend suatu class umum (class person) ke class yang lebih

spesifik (class Customer dan SalesClerk) disebut dengan generalisasi/hirarki spesialisasi,

disebut juga hirarki inheritance (pewarisan). Atribut bukan satu-satunya karakteristik

yang diwariskan dari superclass. Subclass juga mewarisi method dan hubungan asosiasi.

Konsep yag berhubungan dengan hirarki generalisasi/spesiaisasi dari method adalah

polymorphism yang berarti “banyak form”. Dalam pendekatan object oriented,

polymorphism menunjuk ke konsep bahwa objek yang berbeda dapa merespon pesan

yang sama dengan caranya masing-masing. Misalnya, sebuah dialog box, sebuah

koneksi jaringan, dan sebuah dokumen dapat menerima pesan untuk close. Setiap objek

mengetahui bagaimana menjalankan close dan menjalankannya dengan caranya masing-

masing ketika pesan close diberikan.

2.3.12 Pendokumentasian dengan Activity Diagram

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005, p144-145) mengamati cara berjalan

proses bisnis akan membantu dalam pemahaman fungsi bisnis. Ketika informasi proses
46

bisnis telah dikumpukan, misalnya dengan mewawancara user dan mengamati proses,

hasilnya perlu didokumentasikan. Salah satu cara yang efektif untuk menangkap

informasi ini adalah dengan menggunakan diagram. Diagram diperlukan untuk

menggambarkan aliran kerja yang berjalan sekarang. Sebuah workflow atau aliran kerja

merupakan langkah dari tahapan proses yang menangani suatu transaksi bisnis atau

permintaan pelanggan. Workflow dapat simple atau kompleks. Tidak ada metode tertentu

yang harus standar digunakan untuk memodelkan workflow. Metodologi tertentu yang

umumnya digunakan termasuk flowchart dan activity diagram. Banyak analis

menggunakan jenis diagram workflow yang disebut activity diagram. Activity diagram

merupakan sebuah diagram yang menggambarkan aktivitas dari beragam user atau

sistem, siapa yang melakukan aktivitas, dan aliran urutan dari aktivitas.

Sumber: Satzinger, Jackson, & Burd (2005, p145)

Gambar 2.8 Contoh Activity Diagram

Simbol oval mewakilkan aktivitas individu pada workflow. Panah penghubung

menunjukkan urutan dari aktivitas. Lingkaran hitam digunakan untuk menandakan milai

dan berakhirnya workflow. Diamond meupakan titik keputusan dimana aliran proses
47

akan mengikuti satu atau langkah lain dari pilihan yang ada. Garis tebal merupakan

synchronizarion bar, yang bisa memisahkan langkah kebeberapa langkah atau

mengombinasikan ulang beberapa langkah yang ada. Swimlane mewakilkan agen yang

menjalankan akivitas. Pada workflow, umunya memiliki beberapa agen berbeda (berupa

orang tertentu) yang menjalankan langkah yang berbeda dari proses workflow. Simbol

swimlane memisahkan aktivitas workflow ke group, menunjukkan agen mana yang

menjalankan aktivitas tersebut.

Sumber: Satzinger, Jackson, & Burd (2005, 145)

Gambar 2.9 Simbol pada Activity Diagram

2.3.13 Events

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005, p167) sebuah event (kejadian) terjadi

pada satu waktu dan tempat yang spesifik, dapat digambarkan, dan harus diingat oleh
48

sistem. Event menggerakkan atau memicu semua proses yang dilakukan sistem, jadi

mendaftar event dan menganalisa event diperlukan ketika kebutuhan sistem harus

ditentukan dengan menentukan use case.

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005, p173-174) salah satu teknik yang

digunakan untuk menentukan event mana yang diaplikasikan untuk mengontrol sistem

adalah asumsi bahwa teknologi sempurna. Perfect technology assumption menyatakan

bahwa event harus dimasukkan saat pendefinisian kebutuhan hanya jika sistem

dibutuhkan untuk merespon di dalam kondisi yang sempurna, misalnya perlengkapan

tidak pernah rusak, kapasitas penyimpanan data tidak terbatas, dan dengan orang yang

mengoperasikan sistem sangat jujus dan tidak pernah membuat kesalahan. Dengan

perfect technology assumption, analisis dapat mengeliminasi event misalnya seperti back

up database, dan sebagainya. Saat mengembangkan daftar event, analisis juga harus

mencatat setiap informasi tambahan tentang suatu event.

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005, p175) event meyebabkan sistem

harus melakukan sesuatu. Trigger merupakan signal yang memberitahu sistem bahwa

event tertentu telah terjadi. Untuk external event, trigger nya adalah kedatangan data

yang harus diproses oleh sistem. Misalnya, ketika customer melakukan pemesanan,

detail pesanan baru disimpan sebagai input. Source dari data juga penting untuk

diketahui. Pada kasus pemesanan, source dari pesanan baru adalah customer – seorang

external agent. Untuk temporal event, trigger nya adalah titik waktu tertentu. Misalnya,

akhir setiap hari, sistem mengetahui bahwa itu adalah waktu untuk memproduksi suatu

laporan ringkasan transaksi yang telah dilakukan. Use case merupakan apa yang

dilakukan sistem ketika suatu event terjadi (reaksi atas event). Ketika customer

melakukan pemesanan, sistem digunakan untuk mengeluarkan sebuah use case misanya
49

“create a new order”. Ketika sudah waktunya meproduksi laporan ringkasa transaksi,

sistem digunakan untuk mengeluarkan use case yaitu “produce transaction summary”.

Response merupakan output dari sistem. Saat sistem memproduksi laporan ringkasan

transaksi, laporan tersebut merupakan outputnya. Satu use case dapat menghasulkan

beberapa respon. Misalnya, ketika sistem membuat pesanan baru, sebuah kondirasi

pesanan diberikan ke customer, detail pesanan diberikan ke pengiriman, dan transaksi

tersebut diberikan ke bank. Destination merupakan tempat dimana tanggapan/respon

tertentu (output) dikirim, misalnya ke external agent. Kadang sebuah use case tidak

men-generate response. Misalnya, customer ingin mengupdate informasi account,

informasi disimpan di database, tetapi tidak ada output yang diproduksi lagi.

Tabel 2.4 Contoh Event Table

Event Trigger Source Use Case Response Destination


Customer
Item
wants to Item Look up item
Customer availability Customer
check item inquiry availability
details
availability
Sumber: Satzinger, Jackson, & Burd (2005, p175)

2.3.14 Domain Model Class Diagram

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005, p183-184) pada pendekatan object-

oriented, sesuatu yang perlu disimpan karena penting untuk sistem disebut problem

domain class. Class-class ini dimodelkan dengan sebuah model class diagram. Domain

model class diagram adalah sebuah UML diagram yang menunjukkan hal-hal yang

penting dalam pekerjaan user: problem domain class, hubungan di antaranya dan atribut-

atributnya. Notasi UML class diagram digunakan untuk domain model class diagram
50

dan design class diagram. Sebuah kotak mewakili class, dan garis yang menghubungkan

antara kotak menunjukkan hubungan di antara class-class. Simbol class adalah kotak

dengan tiga bagian. Bagian teratas memuat nama class, bagian tengah memuat daftar

atribut dari class, dan bagian bawah memuat daftar method yang penting untuk class.

Method tidak ditunjukkan pada domain model class diagram. Sesungguhnya, simbol

class seing situnjukkan dengan hanya dua bagian untuk mengindikasikan bahwa itu

adalah sebuah domain model. Sebagai contoh adalah class customer dan order

(pesanan). Terlihat bahwa setiap pelanggan dapat meletakkan banyak order, dan setiap

order diletakkan oleh satu pelanggan. Model dari contoh menunjukkan bahwa customer

dapat meletakkan minimum nol dan maksimum banyak order. Dibaca dari arah

sebaliknya, dikatakan bahwa order diletakkan oleh sekurang-kurangnya satu customer

dan hanya satu customer. Batasan ini merefeleksikan aturan bisnis yang telah ditentukn

user atau manajemen. Analis tidak menentukan batasan ini, tetapi user atau

manajemenlah yang menentukannya.

Sumber: Satzinger, Jackson, & Burd (2005, p186)

Gambar 2.10 Contoh Pemakaian Simbol Multiplicity

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005, p186) jenis-jenis multiplicity :

0..1 : zero or one

1 : one and only one


51

1..1 : one and only one alternate

0..* : zero or mor

* : zero or more alternate

1..* : one or more

2.3.15 Hirarki Pada Notasi Class Diagram

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005, p189-191) terdapat dua cara

tambahan yang yang distrukturisasi dari pemahaman terghadap domain class di dunia

nyata yaitu hirarki generalisasi / spesialisasi dan hirarki whole-part.

1. Notasi generalisasi / spesialisasi

Hirarki generalisasi / spesialisasi didasarkan pada ide bahwa seseorang

mengklasifikasikan sesuatu dengan persamaan dan perbedaannya. Generalisasi

merupakan sebuah penilaian yang mengelompokkan jenis yang sama dari suatu hal

tersebut; misalnya banyak jenis dari motor vehicle (kendaraan bermotor) – car

(mobil), truck (truk), tractors (traktor), dan sebagainya. Semua motor vehicles

memiliki karakteristik umum, jadi motor vehicle merupakan class umum.

Spesialisasi adalah penilaian bahwa mengelompokkan berbagai jenis benda –

misalnya, jenis special dari car adalah sport car, sedan, dan sport utility vehicle.

Tipe car ini sama dalam beberapa hal, dan juga berbeda di lain hal. Jadi, sport car

merupakan jenis special dari car.


52

Sumber: Satzinger, Jackson, & Burd (2005, p190)

Gambar 2.11 Contoh Hirarki Generalisasi/Spesialisasi

Hirarki generalisasi/spesialisasi digunakan untuk membuat struktur atau

memberikan benda-benda ini dari yang lebih umum ke yang lebih spesial. Setiap

class pada hirarki tersebut mungkin memiliki class yang lebih umum di atasnya,

disebut superclass. Pada saat yang sama, class mungkin memiliki class yang lebih

spesial di bawahnya, yang disebut subclass. Notasi UML class diagram

menggambarkan superclass dan subclass dengan segitiga kecil pada garis yang

menunjuk ke superclass.

Inheritance (pewarisan) memungkinkan subclass untuk berbagi karakteristik

dengan superclass nya. Subclass mewarisi karakteristik-karakteristik. Pada

pendekatan object-oriented, inheritance merupakan konsep kunci yang mungkin

karena adanya hirarki generalisasi / spesialisasi ini. Seringkali hirarki ini menunjuk

pada hirarki inheritance.

2. Notasi hirarki whole-part

Cara lain seseorang untuk menstrukturisasi informasinya adalah dengan

menentukannya berdasarkan bagian-bagiannya. Misalnya mempelajari sistem

komputer mungkin termasuk mengenali komputer yang merupakan kumpulan part –


53

processor (prosesor), main memory (memori utama), keyboard, disk storage, dan

monitor. Keyboard bukan merupakan jenis khusu dari komputer, tetapi merupakan

bagian dari komputer. Hirarki whole-part menangkap hubungan bahwa orang-orang

mengidentifikasi hubungan antara objek dengan komponennya. Terdapat dua jenis

dari hirarki whole-part. Agregasi digunakan untuk menggambarkan hubungan

whole-part antara aggregate (whole) dan komponennya (part) di mana part dapat

berdiri terpisah.

Sumber: Satzinger, Jackson, & Burd (2005, p192)

Gambar 2.12 Contoh Hirarki Whole-Part

Jenis kedua dari hirarki whole-part adalah komposisi. Komposisi digunakan

untuk menggambarkan hubungan whole-part yang lebih kuat, dimana komponen

(part) nya, ketika dihubungkan, tidak lagi dapat berdiri terpisah. Simbol diamond

digunakan untuk menunjukkan komposisi. Hirarki whole-part, baik agregasi dan

komposisi memungkinkan analis untuk mengeskpresikan perbedaan yang lebih halus

antara hubungan antar class.


54

2.3.16 CRUD Matrix

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005, p199) terdapat sebuah matrix yang

dapat dibuat untuk menekankan kebutuhan akses. Salah satu pendekatan adalah dengan

mendata use case dan domain class pada sebuah ide case domain class matris. Matrix

ini menunjukkan use case mana yang dapat mengakses setiap domain class. Informasi

ini diperlukan ketika mendesain interaksi objek untuk setiap usecase. Membuat matrix

untuk merangkum informasi ini akan sangat berguna. Huruf C berarti use case membuat

data baru, R berarti use case membaca data, U berari use case mengupdate data, dan D

berarti use case dapat menghapus data. Akromin CRUD (Create, Read, Update, Delete)

sering digunakan untuk menggambarkan jenis matrix ini.

Tabel 2.5 Contoh CRUD Matrix

Domain Classes
Use Cases
Customer Inventory Item Order
Look up item
R
availability
Create new order CRU RU C
Update order RU RU RUD
Sumber: Satzinger, Jackson, & Burd (2005, p200)

2.3.17 Definisi Detail Kebutuhan Object-Oriented

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005, p212) untuk dapat menangkap

kebutuhan sistem, analis menggunakan sekumpulan model yang didasarkan pada use

case dengan pendekatan object-oriented. Empat model use case diagram, use case

description, activity diagram, dan system sequence diagram digunakan untuk

menggambarkan use case sistem dari berbagai sudut pandang. Pendekatan untuk
55

menentukan kebutuhan sistem dengan cara ini disebut dengan “use case driven”.

Pendekatan dasarnya adalah utnuk membicarakan use case, satu demi satu, dan

menjabarkan kebutuhan secara lebih detail. Model lainnya adalah statechart diagram.

Statechart diagram bukan merupakan “use case driven” melainkan “object driven”.

2.3.18 Use Case Diagram

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005, p213) use case diagram membuat

sebuah daftar isi dari aktivitas event bisnis yang harus didukung oleh sistem. Use case

diagram digunakan untuk mengidentifikasi kegunaan (uses), atau menggunakan case

dari sistem baru – dengan kata lain, untuk mengidentifikasikan bagaimana sistem akan

digunakan dan actor mana yang akan terkait dengan use case tertentu. Setiap use case

harus memuat penggambaran secara detail. Salah satu caraya adalah dengan menuliskan

deskripsi dari setiap langkah yang dilakukan bersama baik oleh user dan sistem untuk

menyelesaikan setiap use case.

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005, p214-215) use case disimbolkan

dengan sebuah oval dengan nama use case di dalamya. Garis yang menghubungkan

antara actor dan use case menandakan bahwa actor mana yang akan menangani use case

tertentu. Walaupun tangan bukan merupakan bagian dari standardisasi notasi UML,

actor pada diagram ini digambarkan dengan tangan untuk mengingatkan bahwa actor ini

harus memiliki akses langsung ke sistem.


56

Sumber: Satzinger, Jackson, & Burd (2005, p215)

Gambar 2.13 Contoh Use Case

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005, p220-225) pengembangan sistem

membutuhkan analis untuk lebih detail lagi dalam setiap level deskripsi diagram. Karena

itu dibuat sebuah use case description. Use case description ditulis pada tiga tingkat

detail brief description, intermediate description, dan fully developed description.

1. Sebuah brief description dapat digunakan untuk setiap use case secara simpel,

khususnya ketika sistem yang akan dibangun kecil, dan aplikasinya mudah

dimengerti.

Tabel 2.6 Create new order description

When the customer calls to order, the order clerk and system verify
customer information, create new order, add items to the order, verify
payment, create the order transaction, and finalize the order.
Sumber: Satzinger, Jackson, & Burd (2005, p221)

2. Intermediate Description

Intermediate-level use case description memperluas brief description untuk

memuat aliran internal aktivitas yang digambarkan untuk use case. Jika ada beberapa

scenario, masing-masing aliran aktivitas harus digambarkan. Kondisi perkecualian


57

dapat didokumentasikan jika diperlukan. Setiap langkah diidentifikasikan dengan

angka untuk membuatnya lebih mudah untuk dibaca.

Tabel 2.7 Contoh Intermediate Description

Flow of activities for scenario of Order Clerk creates telephone order


Main Flow :
1. Customer calls and gets order clerk.
2. Order clerk verifies customer information. If a new customer, invoke
Maintain customer account information use case to add a new customer.
3. Clerk initiates the creation of a new order.
4. etc
Exception Conditions :
1. if an item is not in stock, then customer can
a. choose not to purchase item, or
b. request item be added as a back-ordered item.
2. etc
Sumber: Satzinger, Jackson, & Burd (2005, p221)

3. Fully Developed Description

Fully developed description merupakan metode yang paling resmi untuk

mendokumentasikan sebuah use case. Walaupun perlu lebih banyak waktu untuk

menentukan semua komponen pada tingkat ini, ini merupakan metode yang lebih

banyak digunakan untuk mendeskripsikan setiap aktivitas dari use case. Kesulitan

dari pengembang software adalah memerlukan pemahaman yang dalam dari

kebutuhan user. Tetapi jika sebuah fully developed use case description dibuat,

kemungkinan akan meningkat bahwa anals telah mengerti proses bisnis dan

bagaimana sistem harus mendukung proses tersebut.

Ruang pertama dan kedua digunakan untuk mengidentifikasi use case dan

scenario yang terjadi dalam use case. Pada proyek yang lebih formal, identifikator

unik dapat ditambahkan, misalnya pengembang sistem. Ruang ketiga

mengidentifikasikan situasi yang memicu dimulasinya use case, dssebut trigger

Trigger ini sama dengan trigger yang telah digambarkan pada event table.
58

Ruang keempat adalah brief description dari use case atau scenario. Ruang

kelima mengidentifikasi actor. Ruang keenam mengidentifikasi use case lain dan

bagaimana use case tersebut berkaitkan dengan use case yang digambarkan. Ruang

stakeholders mengidentifikasi bagian yang bertanggung jawab, dan dapat juga yang

akan terpengaruh akan hasil dari use case ini.

Dua ruang selanjutnya memuat informasi kritis dari state sistem sebelum dan

sesudah use case dijalankan, disebut preconditions dan postconitions. Preconditions

menyatakan kondisi seperti apa yang harus ditemui sebelum sebuah use case dapat

dimulai, atau informasi apa yang harus ada sebelum memulai use case. Precondition

biasanya memuat hal-hal seperti objek apa yang harus ada di dalam sistem atau

database, relasi khusus apa yang harus ada di antara objek, dan nilai spesifik apa

yang harus diidentifikasi terlebih dahulu. Postcondition mengidentifikasikan apa

yang harus selesai atau ada saat use case selesai dijalankan. Item yang digunakan

untuk mendeskripsikan precondition harus dimasukkan pada pernyataan di

postcondition.

Dua ruang terakhir mendeskripsikan detail aliran aktivitas dari use case.

Ruang terakhir memuat aktivitas alternative dan perkecualian.

Tabel 2.8 Contoh Fully Developed Description

Use Case Name : Create new order


Scenario : Create new telephone order
Triggering Event : Customer telephones to purchase items from the catalog.
Brief Description : When customer calls to order, the order clerk and system
verify customer information, create a new order, add
items to the order, verify payment, create new order
transaction, and finalize the order.
Actors : Telehone sales clerk
Related Use Cases : Includes : Check item availability
Sumber: Satzinger, Jackson, & Burd (2005, p223)
59

Tabel 2.9 Contoh Fully Developed Description (lanjutan)

Stakeholders : Sales department : to provide primary definition


Shipping department : to verify that information content is
adequate for fulfillment
Marketing department : to collect customer statistics for
studies of buying patterns
Preconditions : Customer must exist.
Catalog, Products, and Inventory items must exist for
requested items.
Postconditions : Order and order line items must be created.
Order transation must be created for the order payment.
Inventory items must have the quantity on hand updated.
The order must be related (associated) to a customer.
Flow of Events : Actor System
1. Sales clerk answer
telephone and connects
to a customer.
2. Clerk verifies customer
information
3. Clerk initiates the
creation of a new order.
4. etc 3.1 Create new order
Exception 2.1 If customer does not exist, then ….. etc
Conditions
Sumber: Satzinger, Jackson, & Burd (2005, p223)

2.3.19 System Sequence Diagram

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005, p226) System sequence diagrams

(SSDs) digunakan untuk menentukan input dan output dan urutan perintah dari input dan

output. Dalam sequence diagram, aliran informasi yang masuk dan keluar disebut

messages. Pada pendekatan object-oriented, aliran informasi dijalankan dengan

mengirimkan messages dari dan ke actors, atau di antara external objects. Jadi, sebuah

dokumen SSD digunakan untuk mmendeskripsikan aliran informasi ke dan dari sistem.
60

SSD merupakan jenis interaction diagram. Pada use case diagram, digambarkan apa

yang dilakukan actor yang berhubungan dengan sistem, tetapi dalm SSD digambarkan

bagaimana actor tersebut berinteraksi dengan sistem dengan memasukkan input data dan

menerima output data. Idenya adalah sama pada kedua diagram ini, tapi memiliki level

detail yang berbeda. Kotak yang bertuliskan :System merupakan sebuah objek yang

mewakilkan seluruh sistem yang terotomatsasi. SSD menggunakan notasi objek. Notasi

objek mengindikasikan bahwa bentuk kotak mengarah ke sebuah objek individu dan

bukan seluruh class dari objek yang sama tersebut. Notasinya adalah sebuah kotak

dengan nama objek yang digarisbawahi. Tanda titik dua sebelum nama yang bergaris

bawah seringkali digunakan tapi bisa tidak digunakan. Pada SSD, objek yang terkait

digambarkan untuk mewakili keseluruhan sistem. Di bawah actor dan :System terdapat

garis putus-putus vertical yang disebut lifeline. Sebuah lifeline, atau object lifeline,

menunjukkan bahwa baik objek maupun actor sepanjang rentang waktu SSD. Tanda

panah di antara lifeline menunjukkan messages yang dikirim atau diterima oleh actor

atau sistem. Setiap panal memiiki sumber dan sebuah tujuan. Sumber dari message

merupakan actor atau object yang mengirim message tersebut. Actor atau objek tujuan

dari message diindikasikan dengan lifeline yang disentuh oleh kepala panah. Kegunaan

dari lifeline adalah untuk mengindikasikan tahapan urutan messages yang dikirim dan

diterima oleh actor dan object. Urutan ini dibaca dari atas ke bawah pada diagram ini.

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005, p229) sebuah message dituliskan

baik tujuan message maupun input data yang dimasukkan. Sintaks dari meesage

memiliki beberapa pilihan; cara yang paling simpel terlihat pda gambar. Sebuah message

dapat diartikan sebagai sebuah aksi yang meminta ke objek yang dituju, seperti perintah.

Bentuk sintaks ini digambarkan dengan panah penuh. Balasan dari message memiliki
61

format dan arti yang sedikit berbeda. Panahnya merupakan panah putus-putus. Sebah

panah putus-putus digunakan untuk mengindikasikan sebuah respon atau jawaban, dan

secara segera message yang mendahuluinya. Format dari label nya juga berbeda. Karena

merupakan sebuah respon, hanya dituliskan data yang dikembalikan. Misalnya list dari

informasi yang dikembalikan, seperti deskripsi, harga, dan jumlah item. Versi

penyingkatan dari informasi juga memuaskan. Pada kasus ini informasi yang

dikembalikan bernama item information. Dokumentasi tambahannya diperlukan untuk

menunjukkan detail informasi tersebut. Pada gambar, informasi tambahan ini

ditunjukkan dengan sebuah note. Note dapat ditambahkan ke berbagai UML diagram

untuk menambahkan penjelasan. Detail dari informasi juga dapat didokumentasikan

dengan narasi pendukung atau direferensikan dengan atribut.

Sumber: Satzinger, Jackson, & Burd (2005, p229)

Gambar 2.14 Contoh System Sequence Diagram Bagian 1

Seringkali message yang sama dikirim beberapa kali. Misalnya, ketika actor

mengentri item ke order, message “add item” ke order dapat dilakukan berkali-kali.

Pada gambar ditunjukkan notasi yang menunjukkan operasi yang berulang ini. Dengan

sebuah kotak yang lebih kecil di dalamnya dideskripsikan tulisan untuk mengontrol

behavior dari message. Kondisi “loop for all items” mengindikasikan bahwa message di
62

dalam kotak akan berulang berkali-kali atau berhubungan dengan banyaknya item yang

akan dipesan.

Sumber: Satzinger, Jackson, & Burd (2005, p230)

Gambar 2.15 Contoh System Sequence Diagram Bagian 2

2.3.20 Statechart Diagram

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005, p237) statechart diagram, atau

statechart, menggambarkan sekumpulan state dari setiap objek. Karena objek nyata

ditiru didalam sistem komputer, seringkali kondisi status dari objek nyata tersebut

merupakn bagian yang penting dari informasi yang dapat digunakan analis untuk

membantu menentukan aturan bisnis yang harus diterapkan di sistem komputer.

Misalnya, pesanan customer tidak akan komplit sebelum ada shipping (pengiriman).

Sebuah state pada statechart untuk objek sama dengan kondisi status dari objek.

Statechart dapat digunakan untuk class yang memiliki behavior yang kompleks atau

kondisi status yang perlu dideteksi. Bagaimanapun juga, tidak semua class memerlukan

statechart. Jika suatu objek tidak memiliki proses status yang akan mengontrol proses,

suatu statechart mungkin tidak diperlukan. Misalnya, class order mungkin

membutuhkan statechart, tetapi class order Transaction kemungkinan tidak


63

memerlukannya. Sebuah order transaction dibuat ketiak pembayaran telah dilakukan

dan hanya itu saja; tidak ada kondisi yang perlu dideteksi lagi.Statechart diagram

dibentuk dari bentuk oval yang mewakili status dari objek dan panah yang mewakili

transisinya. Pada gambar ditunjukkan statechart simpel untuk printer. Tanda mulainya

statechart dilambangkan dengan titik hitam, disebut pseudostate. Oval pertamanya

merupakan state (status) dari printer. Dalam kasus ini, printer mulai pada state off. State

digambarkan dengan kotak dengan ujung siku dengan nama state di dalamnya.

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005, p238) sebuah state dari objek adalah

kondisi yang terjadi pada saat hidupnya dan memenuhi kriteria tertentu, melakukan aksi

tertentu, atau menunggu event tertentu. Setiap state memiliki nama yang unik. State

merupakan kondisi semipermanen dari objek. State dapat dideskripsikan sebagai kondisi

semipermanen karena external event dapat menginterupsinya. Sebuah objek tetap pada

state sampai suatu event menyebabkannya berpindah ke state lainnya. Penamaan kondisi

status membantu mengidentifikasi state yang valid. Untuk mengidentifikasi state, dapat

dipikirkan kondisi yang mungkin diperlukan untuk dilaporkan kepihak manajemen atau

customer. Panah yang meninggalkan state disebut transition (transisi). Transition

merupakan sebuah perpindahan sebuah objek dari state satu ke state lainnya. Transition

diperhatikan memilik durasi yang pendek, dibandingkan dengan statem dan tidak dapat

diinterupsi. Guard-condition menunjukkan kondisi yang harus benar saat transisi

berjalan. Transition-name merupakan nama dari message event yang memicu transisi

dan mengakibatkan objek meninggakan state sebelumnya. Action-expression merupakan

expression prosedural yang mengeksekusi saat transition berjalan. Dengan kata lain,

mendeskripsikan aksi yang dijalanakan. Salah satu dari ketiga komponen ini transition-

name, guard-condition, atau action-expression dapat saja kosong.


64

Sumber: Satzinger, Jackson, & Burd (2005, p237)

Gambar 2.16 Contoh Statechart Diagram

2.3.21 Deployment Environment

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005, p264) sebagian besar perusahaan

telah memiliki sistem pendukung yang kompleks untuk beragam sistem informasi.

Analis harus bisa menentukan apakah arsitektur tersebut dapat mendukung sistem baru

dan perubahan yang diperlukan. Analis harus dapat mengadaptasikan sistem dengan

arsitektur yang ada saat ini, membungkusnya dengan sistem yang ada saat ini, dan

mengantisipasi sistem di masa mendatang.

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005, p270-271) deployment environment

memuat mengenai hardware, software sistem, dan lingkungan jaringan dimana sistem

akan dioperasikan. Single-computer architecture menggunakan sebuah sistem komputer

tunggal dan berhubungan dengan sebuah perangkat tertentu yang merupakan sebuah

aplikasi yang berinteraksi denga user melalui perangkat yang memiliki fungsi terbatas

yang langsung berhubungan dengan komputer. Kapasitas komputer tunggal tidak dapat

diterapkan untuk sistem informasi yang besar.


65

2.3.22 Jaringan Komputer

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005, p272) sebuah jaringan komputer

merupakan seperangkat jalur transmisi, hardware yang terspesialisasi, dan protocol

komunikasi yang memungkinkan komunikasi di antara berbagai user dan sistem

komputer berbeda. Sebuah LAN (Local Area Network) biasanya berjarak sekitar satu

kilometer dan dapat menghubungkan user di dalam suatu bangunan atau lantai tertentu.

WAN (Wide Area Networks) dapat menggambarkan sebuah jaringan lebih dari satu

kilometer, bahkan yang lebih luas, seperti antar kota, negara, benua, dan seluruh dunia.

2.3.23 Model Design Objet-Oriented

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005, p300) pada gambar berikut

ditunjukkan mana model requirement yang akan menentukan desain model tertentu.

Pada sisi sebelah kiri – use case diagram, use case description dan activity diagram,

domain model class diagram, sistem sequence diagram dan statechart diagram semua

itu telah dikembangkan pada saat pemodelan requirement. Pada sisi sebelah kanan

design class diagram, interaction diagram, statechart diagram, dan package diagram

akan dikembangkan pada saat pemodelan desain sistem. Informasi desain memiliki dua

sumber domain model class diagram dan interaction diagram. Pada kenyataanya, dapat

diperhatikan bahwa panah antara design class diagram dan interaction diagram

merupakan dua arah. Hal ini mengindikasikan bahwa sebagin informasi pada design

class diagram diperlukan untuk melengkapi interaction diagram, dan sebaliknya.


66

Sumber : Satzinger, Jackson, & Burd (2005, p300)

Gambar 2.17 Model Requirement

2.3.24 Design Class Diagram

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005, p303-304) terdapat empat jenis class

standar:

1. Entity class, yang datang dari sebuah domain model. Objek ini pasif, menunggu

sebuah event bisnis untuk terjadi sebelum objek trsebut melakukan sesuatu.

2. Boundary class, class yang didesign untuk hidup pada boundary otomatisasi sistem.

Pada sistem desktop, class ini bisanya merupakan window dan class lain yang

terhubung dengan user interface.


67

3. Control class, yaitu class yang menjadi penghubung antara boundary class dan entity

class. Bertanggung jawab untuk menangkap pesan dari class objek dan

mengirimkannya ke class entity objek yang tepat. Berperan sebagai controller antara

view layer dan domain layer.

4. Data access class, digunakan untuk mendapatkan kembali data dari dan ke database,

termasuk SQL (Structured Query Language) Statements ke method entity class,

sebuah layer pemisah antara class untuk mengakses database yang digunakan pada

desain sistem.

Sumber: Satzinger, Jackson, & Burd (2005, p304)

Gambar 2.18 Class Pada Design Class Diagram

2.3.25 Detail System Sequence Diagram

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005, p314) sebuah system sequence

diagram – SSD, dikembangkan sebagai bagian pada saat tahap requirement, tetapi hanya

menunjukkan message yang ditujukan ke sistem. Pada tahap desain, harus ditetapkan

objek mana yang akan menerima message ini. Untuk menyederhanakan proses ini,

desainer sistem biasanya membuat sebuah class baru yang akan melayani pengumpulan

message yang dituju oleh message yang masuk, disebut sebagai use case controllers.

Misalnya, pada use case Look up item availability, mungkin dibuat sebuah class

controller yang dinamakan AvailabilityHandeler. Sebuah use case controller sungguh


68

merupakan class tiruan yang dibuat oleh seseorang yang mendesain sistem. Kadang

class ini disebut artifacts, yang berarti sesuatu yang dibuat untuk tujuan tertentu hanya

karena diperlukan. Terdapat beberapa cara untuk membuat use case controller. Sebuah

use case controller dapat ditentukan untuk semua use case. Sekumpulan tanggung jawab

diberikan untuk dapat dibawa oleh use case tersebut. Desain yang lebih baik

menggunakan beberapa use case controller, masing-masing dengan beberapa tanggung

jawabnya sendiri. Use case controller dan problem domain class untuk use case

termasuk dalam sebuah design class diagram.

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005, p315-316) Sebuah SSD menangkap

interaksi antara sistem dan dunia luar yang diwakilkan oleh actor. Sistem itu sendiri

akan diperlakukan sebagai sebuah objek tunggal yang dinamakan :System. Sebuah detail

SSD akan menggunakan semua elemen yang sama dari SSD. Perbedaannya adalah,

objek :System akan digantikan oleh semua objek internal dan message di dalam sistem.

Dengan kata lain, pada SSD, sistem diperlakukan sebagai suatu kotak tertutup, dan

pemrosesan internal tidak dapat dilihat. Tujuan dari desain ini adalah untuk membuka

kotak terttutup itu dan menentukan proses internal yang harus terjadi di antara sistem

yang terotomatisasi. Langkah pertama untuk mengembangkan SSD adalah menntukan

objek lain apa saja yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu use case tertentu.

Berikutnya adalah menentukan use case controller, kemudian menambahkan objek lain

yang akan berkaitan dengan use case. Langkah berikutnya adalah menentukan message

apa yang harus dikirim, termasuk objek mana yang menjadi sumber dan tujuan dari

sebuah message.

Pada contoh yang disajikan, Objek Catalog merupakan hirarki paling atas dari

informasi yang diperlukan. Jadi, :ActivityHandler akan memberikan message ke objek


69

:Catalog. Objek :Catalog akan mengirimkan pesan ke :ProductItem dan

:CatalogProduct untuk memperoleh description dan price. Bagaimanamun juga,

:Catalog tidak memiliki navigation visibility yang langsung ke :InventoryItem, jadi

message lain akan dikirikan ke :ProductItem untuk meminta bantuan memperoleh

informasi quantity. Objek :ProductItem mengetahui bahwa :InventoryItem memiliki

informasi quantity, sehingga mengirimkan pesan tersebut dan mengumpulkan informasi

quantity. :Catalog mengumpulkan semua infromasi dan mengembalikannya ke

:ActivityHandler, yang mengirimkannya kembali kepada Clerk.

Sumber: Satzinger, Jackson, & Burd (2005, p315)

Gambar 2.19 Contoh Detail System Sequence Diagram

Sebuah simbol baru disertakan pada diagram, yaitu sebuah kotak vertikal

panjang yang terlihat pada objek :ActivityHandler dan :Catalog, disebut activation

lifeline. Sebelumnya, lifreline ditunjukkan dengan sebuah garis vertikal putus-putus.

Sebuah objek dikatakan aktif apabila sedang mengeksekusi sebuah method dan akan

tidak aktif (inactive) apabila mertide tersebut berhenti dilaksanakan.

Di dalam sequence diagram, kotak menunjuk kepada objek dan bukan class.

Nama di dalam kotak diberikan garis bawah mengindikasikan objek. Kadang, penting
70

untuk memperhatikan objek secara spesifik. Identifikasi spesifik digunakan ketika

sebuah referensi dari objek dibuuhkan pada bagian lain dari diagram. Misalnya,

C:Catalog, aC merupakan identifikasi dari sebuah objek catalog. Saat objek diintansiasi,

dan dikenali. Kemudian objek tersebut pergi ke database, untuk membaca dan

mendapatkan kembali data dari database, yaitu dengan mengirimkan message ke

:CatalogDA. Salah satu keuntungan mengembangkan sequence diagram dengan dua

langkah adalah first cut akan fokus hanya ke objek domain, tidak ada masalah untuk

perlu lebih meninjau kerumitan akses data. Communication diagram dan sequence

diagram sama-sama merupakan interaction diagram, dan menangkap informasi yang

sama. Model mana yang akan digunakan tergantung dari preferensi desainer.

2.3.26 Package Diagram

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005, p339-342) design class diagram

dapat dikembangkan untuk setiap layer. Pada view layer dan data access layer, beberapa

class baru harus dispesifikasikan. Package diagram pada UML merupakan diagram

tingkat lanjut yang memungkinkan desainer untuk menghubungkan setiap class ke

kelompok tertentu. Pada contoh digambarkan view layer, domain layer, dan data access

layer. Pada saat desainer perlu untu mendokumentasikan perbedaan atau pesamaan dari

relasi objek pada layer yang berbeda ini, misalnya mengelompokkan berdasar distribusi

proses dara, informasi ini dapat ditampilkan dengan menunjukkan setiap layer sebagai

package yang terpisah. Notasi package adalah kotak yang memiliki tab. Nama package

biasanya dituliskan pada tab, atau bila tidak ada detail dalam package, maka nama tab

dapat dituliskan di dalam tab. Untuk mengembangkan package diagram ini, biaanya

informasi diambil dari design class diagram dan interaction diagram untuk setiap use
71

case. Simbol lain yang digunakan adalah panah putus-putus yang mewakilkan

dependency relationship. Ekor panah dihubungkan ke package yang dependent, dan

kepala panah ke package yang independent. Sebuah cara pikir mengenai dependency

relationship ini adalah, jika ada perubahan terhadap elemen tertentu (independent

element), maka elemen lainnya (dependent element) akan juga mengalami perubahan.

Dependency relationship dapat terjadi anatar package atau antara class dalam satu

package. Misalnya, jika terjadi perubahan pada class Order, maka harus dievaluasi

perubahan pada class OrderWindow. Ini tidak berlaku pada kondisi kebalikannya.

Perubahan pada view layer biasanya tidak akan mempengaruhi domain layer.

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005, p342) secara singkat, package

diagram digunakan untuk menunjukkan relasi dan ketergantungan (dependency) antar

komponen. Secara umum, package diagram digunakan untuk menghubungkan class

atau komponen sistem lain seperti network nodes, untuk memisahkan sistem ke dalam

beberapa subsistem dan untuk menunjukkan rangkaian di dalam package.

2.3.27 Deployment Diagram

Menurut Mathiassen, Munk-Madsen, Nielsen, & Stage (2000, p209-210)

arsitektur proses mengarahkan lebih dekat ke tingkat fisik sistem. Selain fokus terhadap

distribusi dan eksekusi, proses dan objek, seorang analis sistem juga menentukan

mengenai perangkat fisik apa dalam sistem yang akan dipertimbangkan. Perencanaan

aktivitas proses ini menghasilkan sebuah deployment diagram yang mendeskripsikan

ditribusi dan kolaborasi komponen-komponen yang berjalan di dalam sebuah sistem.

Anda mungkin juga menyukai