Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PERANCANAAN TATA LETAK PARBRIK

(Metode Kualitatif Dan Kuantitatif)

Dosen pengampu : Emy Khikmawati, S.T., M.M

Disusun Oleh :
Hadi Mulyadi 19130004
Hiri Salia 19130005
Intan Dewi SM 19130006

PRODI TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MALAHAYATI

BANDAR LAMPUNG

2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis hanturkan kehadirat Allah Subhanahuwata’ala atas
limpahan rahmat, hidayah serta inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi
Muhammad Salallahualaiahi wassalam yang telah membimbing umat islam dari
zaman yang penuh ketidaktahuan kepada zaman yang penuh dengan ilmu
pengetahuan.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Perencanaan tata
letak pabrik, serta sebagai bahan diskusi di kelas.

Makalah ini tidak dapat terselesaikan tanpa bantuan dari beberapa pihak. Oleh
sebab itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Emy Khikmawati, S.T., M.M selaku dosen pengampu mata kuliah


Perencanaan tata letak pabrik
2. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini

Kami menyadari jika dalam penyusunan makalah ini masih terdapat


kekurangan, kami mengharapkan kritik dan saran sebagai penyempurnaan ke
depan. Selanjutnya kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kami khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Bandar Lampung, 5 Mei 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

COVER .................................................................................................................. 1

KATA PENGANTAR ............................................................................................ 2

DAFTAR ISI ........................................................ 3Error! Bookmark not defined.

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 4

1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 4

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 4

1.3 Tujuan Penulis ............................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 5

2.1 Metode kuantitatif ......................................................................................... 5

2.1.1 Metode Kuantitatif Guna Menganalisis Aliran Bahan ........................... 5

2.2 Metode Kualitatif .......................................................................................... 6

2.2.1 Metode Kualitatif Guna Menganalisis Aliran Bahan ............................. 7

BAB III PENUTUP .............................................................................................. 12

3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 13


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tata letak pabrik atau tata letak fasilitas bisa didefinisikan sebagai tata cara
pengaturan fasilitas-fasilitas pabrik guna menunjang kelancaran proses produksi.
Pengaturan tersebut akan coba memanfaatkan luas area (space) untuk penempatan
mesin atau fasilitas penunjang produksi yang lainnya, kelancaran gerakan
perpindahan material, penyimpanan material baik yang bersifat sementara maupun
permanen, personel pekerja, dan lain sebagainya. Dalam tata letak pabrik ada dua
hal yang diatur letaknya, yaitu pengaturan mesin (machine layout) dan pengaturan
departemen yang ada di pabrik (department layout). Bilamana kita menggunakan
istilah tata letak pabrik, seringkali hal ini akan kita artikan sebagai pengaturan
peralatan/fasilitas produksi yang sudah ada (the existing arrangement) ataupun
bisa juga diartikan sebagai perencanaan tata letak pabrik yang baru sama sekali
(the new plant layout).

1.2 Rumusan Masalah


Permasalahan yang biasa terjadi pada sebuah perusahaan adalah, metode apa
yang akan digunakan dalam perencanaan tata letak pabrik?

1.3 Tujuan Penulis


Dengan melakukan pembahasan perencanaan tata letak pabrik penulis
memiliki tujuan pembahasan:
1. Untuk mengetahui metode apa yang baik untuk memulai perencanaan tata
letak pabrik.
2. Sebagai referensi bacaan tentang perencanaan tata letak pabrik untuk
generasi selanjutya.
3. guna untuk pembelarjan bagi penulis sendiri.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Metode kuantitatif
Metode memerlukan kriteria keputusan yang dapat diukur, seperti biaya
penanganan barang, waktu tempuh pembeli atau jarak.
Metode kuantitatif terdiri dari string diagram, triangular flow diagram dan
from to chart. Sring diagram merupakan alat untuk menggambarkan elemen dari
layout yang menggunakan tali, benang atau kawat untuk menunjukkan
perpindahan bahan dari satu lokasi area lain. Kemudian triangular flow diagram
adalah diagram yang digunakan untuk menggambar aliran material, produk,
informasi, dan sebagainya dan dapat digunakan untuk menggambarkan
hubungan kerja antardepartemen. Sedangkan from to chart adalah teknik
konvensional yang digunakan untuk merencanakan tata letak dan pemindahan
bahan suatu produksi.
2.1.1 Metode Kuantitatif Guna Menganalisis Aliran Bahan
Di dalam analisis kuantitatif aliran bahan akan diukur berdasarkan
kuantitas material yang dipindahkan seperti berat, volume, jumlah unit satuan
kuantitatif lainnya. Peta yang sering digunakan untuk melakukan analisis
kuantitatif ini adalah From to Chart.(Sritomo, 2003, p180)
a. From to Chart
From to Chart adalah suatu teknik konvensional yang umum digunakan
untuk perencanaan tata letak pabrik dan pemindahan bahan dalam suatu
proses produksi. Teknik ini sangat berguna untuk kondisi-kondisi dimana
banyak item yang mengalir melalui suatu area seperti job shop, bengkel
permesinan dan lain-lain. Pada dasarnya from to chart adalah merupakan
adaptasi dari “Mileage Chart” yang umumnya dijumpai pada suatu peta
perjalanan, angka-angka yang terdapat dalam suatu From to Chart akan
menunjukkan total dari berat beban yang harus dipindahkan, frekuensi dan
jarak perpindahan bahan, volume atau kombinasi-kombinasi dari faktor-
faktor ini. (Sritomo, 2003, p190)
From to Chart atau Travel Chart dipakai khusus untuk maksud merancang
layout terutama yang menyangkut pemindahan material dalam jarak yang
sependekpendeknya. Secara umum From to Chart akan banyak digunakan
untuk menganalisis layout yang diatur berdasarkan aliran proses atau bisa
pula untuk combination layout. Sedangkan untuk product layout tidak akan
banyak manfaatnya karena disini pengaturan mesin sudah diatur dalam jarak
yang sependek-pendeknya yaitu berdasarkan urutan pembuatan produk
tersebut. (Sritomo, 2003, p263)
From to Chart berguna jika keterkaitan terjadi antara beberapa kegiatan
dan jika diinginkan adanya penyusunan kegiatan optimum. Beberapa
kegunaan dan keuntungan dari From to Chart adalah (Apple, 1990, p190):
1) Menganalisis perpindahan bahan
2) Perencanaan pola aliran
3) Penentuan lokasi kegiatan
4) Perbandingan pola aliran atau tata letak pengganti
5) Pengukuran efisiensi pola aliran
6) Perinupaan perpindahan bahan
7) Menunjukkan ketergantungan satu kegiatan dengan kegiatan
lainnya
8) Menunjukkan volume perpindahan antarkegiatan
9) Menunjukkan keterkaitan lintas produksi
10) Menunjukkan masalah kemungkinan pengendalian produksi
11) Perencanaan keterkaitan antara beberapa produk , komponen,
barang, bahan, dsb.
12) Menunjukkan hubungan kuantitatif antara kegiatan dan
perpindahannya
13) Pemendekan jarak perjalanan selama proses.

2.2 Metode Kualitatif


Metode yang menggunakan kriteria kualitatif seperti alasan keamanan atas
bahaya kecelakaan kebakaran dan alasan ketenangan, misalnya bagian
pengelasan dan pengecatan dibuat berjauhan dan bagian yang memiliki
kegiatan berisik juga dijauhkan.
Metode kualitatif biasanya menggunakan ALDEP (Automated Layout
Design Program). ALDEP dikembangkan oleh IBM tahun 1967 dan
diperjelas oleh Seehof dan Evans. ALDEP dapat menangani hingga 63
departemen dan bangunan bertingkat tiga. SLP digunakan sebagai dasar dari
perencanaan ALDEP. SLP (Systematic Layout Planning) dikaji oleh Muther
dan Wheeler, mereka ingin menempatkan departemen dengan departemen
yang lain dengan peringkat, yaitu mutlak perlu (A), sangat penting (E),
penting (I), cukup dekat (O), tidak penting (U), dan tidak perlu (X).
Peringkat tersebut terdapat pertimbangan keamanan, kenikmatan pembeli,
atau perkiraan aliran antardepartemen. Misalkan di dalam supermarket pada
keamanan yaitu menempatkan barang mahal di dekat kasir agar terhindar
pencurian.
2.2.1 Metode Kualitatif Guna Menganalisis Aliran Bahan
a. Activity Relationship Cha
Aliran bahan bisa diukur secara kualitatif menggunakan tolak ukur
derajat kedekatan hubungan antara satu fasilitas dengan lainnya. Nilai-nilai
yang menunjukkan derajat hubungan dicatat sekaligus dengan alasan-alasan
yang mendasarinya dalam sebuah peta hubungan aktivitas (Activity
Relationship Chart) yang telah dikembangkan oleh Richard Muther dalam
bukunya “Systematic Layout Planning (Botom Cahners Books, 1973)”.
Suatu peta hubungan aktivitas dapat dikonstruksikan dengan prosedur
sebagai berikut :
1) Identifikasi semua fasilitas kerja atau departemen-departemen yang
akan diatur tata letaknya dan dituliskan daftar urutannya dalam
peta.
2) Lakukan wawancara atau survei terhadap karyawan dari setiap
departemen yang tertera dalam daftar peta dan juga dengan
manajemen yang berwenang.
3) Definisikan kriteria hubungan antar departemen yang akan diatur
letaknya berdasarkan derajat keterdekatan hubungan serta alasan
masing-masing dalam peta. Selanjutnya terapkan nilai hubungan
tersebut untuk setiap hubungan aktivitas antar departemen yang
ada dalam peta.
4) Diskusikan hasil penilaian hubungan aktivitas yang telah dipetakan
tersebut dengan kenyataan dasar manajemen. Secara bebas beri
kesempatan untuk evaluasi atau perubahan yang lebih sesuai.
Checking, rechecking, dan tindakan koreksi perlu dilakukan agar
ada konsistensi atau kesamaan persepsi dari mereka yang terlibat
dalam hubungan kerja.

Activity Relationship Chart adalah suatu cara atau teknik yang


sederhana di dalam merencanakan tata letak fasilitas atau departemen
berdasarkan derajat hubungan aktivitas yang sering dinyatakan dalam
penilaian kualitatif dan cenderung berdasarkan pertimbangan-pertimbangan
yang bersifat subjektif. Pada dasarnya Activity Relationship Chart ini
hampir sama dengan From to Chart, hanya saja disini analisisnya lebih
bersifat kualitatif. Kalau dalam From to Chart analisis dilaksanakan
berdasarkan angka-angka berat/volume dan frekuensi serta jarak
perpindahan bahan dari satu departemen ke departemen yang lain, maka
Activity Relationship Chart akan menggantikan kedua hal tersebut dengan
kode-kode huruf yang akan menunjukkan derajat hubungan akivitas secara
kualitatif dan juga kode angka yang akan menjelaskan alasan untuk
pemilihan kode huruf tersebut.

Di sini kode huruf seperti A, E, I dan seterusnya menunjukkan


bagaimana aktivitas dari masing-masing departemen tersebut akan
mempunyai hubungan secara langsung atau erat kaitannya satu sama lain.
Kode-kode huruf ini akan diletakkan pada bagian atas dari kotak yang
tersedia dan pemberian warna yang khusus juga diberikan untuk lebih
mudah analisisnya. Selanjutnya kode angka 1, 2, 3, dan seterusnya, yang
diletakkan bagian bawah kotak yang ada mencoba menjelaskan alasan-
alasan pemilihan / penentuan derajat hubungan antara masing-masing
departemen tersebut. Kode huruf yang menjelaskan derajat hubungan antara
masing-masing departemen ini secara khusus telah distandarkan, yaitu
sebagai berikut:

Tabel 2.1 Standar Penggambaran Derajat Hubungan Aktivitas

Selanjutnya, mengenai alasan-alasan untuk pemilihan derajat hubungan


ini (yang akan diberikan kode angka) dapat diambil berdasarkan
sifat/karakteristik dari aktivitas masing-masing departemen tersebut,
misalnya seperti :
1) Kebisingan, debu, getaran, bau dan lain-lain.
2) Penggunaan mesin atau peralatan, data informasi, material handling
equipment secara bersama-sama.
3) Kemudahan aktivitas supervisi.
4) Kerjasama yang erat kaitannya dari operator masing-masing
departemen yang ada.

Activity Relationship Chart sangat berguna untuk perencanaan dan


analisis hubungan aktivitas antar masing-masing departemen. Sebagai
hasilnya maka data yang didapat selanjutnya akan dimanfaatkan untuk
penentuan letak masing-masing departemen tersebut, yaitu lewat apa yang
disebut dengan Activity Relationship Diagram.

Activity Relationship Chart pada dasarnya sangat baik dipergunakan


untuk menganalisis tata letak pabrik dengan memperhatikan faktor-faktor
yang bersifat kualitatif. Untuk mengatur tata letak departemen/bagian dari
suatu perkantoran, gudang, tempat pembuangan limbah, dan lain-lain; maka
metode ini tepat untuk dipergunakan. Dalam pengaturan fasilitas-fasilitas
dari departemen produksi dalam pabrik, pemakaian Activity Relationship
Chart yang dikombinasikan dengan metode kuantitatif seperti From to Chart
sangat dianjurkan. (Sritomo, 2003, p199-203)

b. Activity Relationship Diagram

Pada dasarnya diagram ini menjelaskan mengenai hubungan pola aliran


bahan dan lokasi dari masing-masing departemen penunjang terhadap
departemen produksinya. Ada dua cara yang dapat digunakan untuk
membuat Activity Relationship Diagram :

1) Dengan membuat suatu Activity Template Block Diagram (ATBD).


2) Dengan menggunakan kombinasi-kombinasi garis dan pemakaian
kode-kode warna yang telah distandarkan untuk setiap hubungan
aktivitas yang ada.

Pada Activity Template Block Diagram, data yang telah dikelompokkan


ke dalam lembar kerja kemudian dimasukkan ke dalam suatu activity
template. Tiap-tiap template akan menjelaskan mengenai departemen yang
bersangkutan dan hubungan dengan aktivitas dari departemen lain.
Template disini hanya bersifat memberi penjelasan mengenai hubungan
aktivitas antara departemen satu dengan departemen lain, untuk itu skala
luas dari masing-masing departemen tidak perlu diperhatikan.

Pada dasarnya disini semua kode yang tercantum dalam lembaran kerja
dimasukkan ke dalam Activity Block Diagram kecuali kode huruf U
(unimportant), karena dianggap tidak memberi pengaruh apa-apa dari
aktivitas departemen satu ke departemen lainnya. Kode angka juga tidak
dicantumkan. Langkah selanjutnya adalah memotong dan mengatur
template tersebut sesuai dengan urutan derajat aktivitas yang dianggap
penting dan diperlukan, yaitu berdasarkan urutan kode huruf A, E dan
seterusnya. (Sritomo, 2003, p204)

Di samping pembuatan diagram dengan menggunakan activity


template, maka alternatif lain yang bisa dibuat adalah dengan mencoba
melihat hubungan aktivitas masing-masing departemen dengan memakai
kombinasi garis dan warna yang telah distandarkan. (Sritomo, 2003, p206)

c. Skala Prioritas
Untuk membantu menentukan kegiatan yang harus diletakkan pada satu
tempat, telah ditetapkan satu pengelompokkan derajat kedekatan, yang
diikuti dengan tanda bagi tiap derajat kedekatan tadi. Semuanya telah
ditetapkan oleh Richard Muther, yaitu :
1) A = Mutlak perlu kegiatan-kegiatan tersebut berhampiran satu sama
lain.
2) E = Sangat penting kegiatan-kegiatan tersebut berdekatan.
3) I = Penting bahwa kegiatan-kegiatan tersebut berdekatan.
4) O = Biasa kedekatannya, dimana saja tidak ada masalah.
5) U = Tidak perlu adanya keterkaitan geografis apapun.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan Analisis bahan secara kualitatif
diaplikasikan untuk pengaturan fasilitas produksi atau departemen bilamana
pergerakan material, informasi atau manusia relatif sedikit dilaksanakan.
Analisis kualitatif diperlukan bilamana kita ingin mengatur tata letak
berdasarkan derajat hubungan aktivitas seperti hubungan komunikasi atau
hirarki dalam struktur organisasi. Di sini ukuran kualitatif akan berupa range
derajat hubungan yang menunjukkan apakah suatu departemen harus diletakkan
berdekatan atau berjauhan dengan departemen yang lain. Dalam praktiknya
kedua analisis ini harus dilakukan bersama-sama.
DAFTAR PUSTAKA

Apple, James M.,(1990). “Tata Letak Pabrik Dan Pemindahan Bahan”,


Edisi Ke-3, ITB, Bandung.
Heragu, Sunderesh., (1997). “Facilities Design”, PWS Publishing
Company, Boston.
Kesy G, Annisa, (2006), Buku Ajar “ Perencanaan Tata Letak Fasilitas”
UMM, Malang
Nasution, Arman H. 2003. “Perencanaan dan Pengendalian Produksi”.
Surabaya : Guna Widya.
Richards L. Francis and John A. White,(1974), Facility Layout and
Location An Analytical Approach, Prentice Hall Intemational New Jersey
Wignjosoebroto, Sritomo., (2003). “Pengantar Teknik & Manajemen
Industri”, Edisi I, Penerbit Guna Widya, Surabaya.
Wignjosoebroto, Sritomo, (1996) , " Tata Letak Pabrik dan Pemindahan
Bahan", edisi ketiga, PT. Guna Widya, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai