PERANCANGAN
LEAN MANUFAKTURING
Perencanaan dan
penentuan Fasilitas
Material Handling
Program Tatap
Fakultas Kode MK Disusun Oleh
Studi Muka
Teknik Industri Teknik Industri Kode MK Bambang Yoga Samekta ST.MSi
06
Abstract Kompetensi
Dalam setiap perusahaan yang bergerak di Perusahaan membutuhkan integritas,
bidang produksi barang maka sebagian
besar mereka akan menggunakan lean tidak disiplin, professional, bekerja
manufacturing. Lean merupakan upaya dengan efektif dan efisien. ,
yang dilakukan oleh perusahaan untuk
mencegah dan menghilangkan menghasilkan produk berkualitas pada
pemborosan sehingga bisa meningkatkan karyawan yang produktif dan potensial
nilai tambah produk untuk konsumen.
Konsep ini tergambar jelas di untuk bersaing dengan perusahaan
lapangan pada tingkat rasio nilai lainnya, terutama adanya sumber daya
tambah terhadap pemborosan.
manusia yang handal
Material Handling
Material handling adalah salah satu jenis transportasi (pengangkutan) yang dilakukan
dalam perusahaan industri, yang artinya memindahkan bahan baku, barang setengah jadi,
atau barang jadi, dari tempat asal ke tempat tujuan yang telah ditetapkan. Pemindahan
material dalam hal ini adalah bagaimana cara yang terbaik untuk memindahkan material
dari satu tempat proses produksi ke tempat proses produksi yang lain.
Kegiatan material handling adalah kegiatan yang tidak produktif, karena pada kegiatan
ini bahan tidak mendapat perubahan bentuk atau perubahan nilai, sehingga sebenarnya
akan mengurangi kegiatan yang tidak efektif dan mencari ongkos material handling
terkecil. Menghilangkan transportasi, tidaklah mungkin dilakukan, maka caranya adalah
dengan melakukan hand off, yaitu menekan jumlah ongkos yang digunakan untuk biaya
transportasi. Menekan jumlah ongkos transportasi dapat dilakukan dengan cara
menghapus langkah transportasi, mekanisasi, atau meminimasi jarak.
Di dalam merancang tata letak pabrik, maka aktivitas pemindahan bahan (material
handling) merupakan salah satu hal yang cukup penting untuk diperhatikan dan
diperhitungkan. Pentingnya masalah pemindahan bahan ini karena tujuan utama dari
pemindahan bahan berhubungan langsung dengan suatu cakupan yang luas yang
berurusan dengan efisiensi produksi menyeluruh.
Dalam melakukan suatu perencanaan Tata Letak Fasilitas dan pemindahan bahan,
dibutuhkan beberapa kebutuhan luas lantai untuk kegiatan produksi pabrik yang akan
didirikan, serta fasilitas-fasilitas pendukung lainnya. Dengan demikian perlu dihitung
berapa luas lantai yang disiapkan, terutama untuk kegiatan bagian produksi. Perhitungan
luas lantai ini didasarkan pada bahan baku yang akan disiapkan. Berdasarkan hal tersebut
maka akan didapat luas lantai Receiving(Gudang bahan baku) model Tumpukan dan Rak.
Tumpukan digunakan untukmaterial yang rata-rata mempunyai dimensi yang besar
sehingga tidak memungkinkan untuk dimasukan kedalam suatu wadah/tempat tertentu.
Sedangkan untuk material yang menggunakan model penyimpanan menggunakan rak,
digunakan untuk material yang berdimensi kecil.
Tujuan utama dari perencanaan material handling adalah untuk mengurangi biaya
produksi. Selain itu, material handling sangat berpengaruh terhadap operasi dan
perancangan fasilitas yang diimplementasikan. Beberapa tujuan dari sistemmaterial
handling antara lain (Meyers, F.E.):
Pemindahan bahan yang terjadi di proses satu jenis mesin menuju satu jenis mesin yang
lainnya.
Pemindahan bahan dari departemen assembling menuju gudang barang jadi.
Setelah diketahui aktivitas-aktivitas pemindahan yang terjadi, maka selanjutnya dapat
dihitung ongkos material handling yang terjadi akibat aktivitas-aktivitas yang ada
tersebut. Dalam menentukan alat angkut perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
Berat material disesuaikan dengan daya angkut maksimal alat tersebut,
Bentuk dan jenis material serta ukuran luasnya disesuaikan dengan daya tampung alat
angkut,
Sifat material, dimana harus diperhatikan kemungkinan menggunakan alat angkut khusus.
Selain itu juga terdapat beberapa pertimbangan dalam melakukan perancangan
sistem material handling:
1. Karakteristik material
2. Tingkat aliran
3. Tipe tata letak pabrik
Pola Aliran
Pola aliran yang dipakai untuk pengaturan aliran bahan dalam proses produksi yang
terdiri dari:
1. Straight line
Pola aliran berdasarkan garis lurus atau Straight line umum dipakai bilamana proses
produksi berlangsung singkat, relatif sederhana dan umum terdiri dari beberapa
komponen-komponen atau beberapa macam production equipment. Pola aliran bahan
berdasarkan garis lurus ini akan memberikan:
o Jarak yang terpendek antara dua titik.
o Proses atau aktivitas produksi berlangsung sepanjang garis lurus.
o Jarak perpindahan bahan (handling distance) secara total
akan kecil karenajarak antara masing - masing mesin adalah yang sependek-pendeknya.
secara ekonomis hal ini dapat mengatasi segala keterbatasan dari area, dan ukuran dari
bangunan pabrik yang ada.
3. U-Shaped
Pola aliran menurut U-Shaped ini akan dipakai bilamana dikehendaki bahwa akhir dari
proses produksi akan berada pada lokasi yang sama dengan awal proses produksinya. Hal
ini akan mempermudah pemanfaatan fasilitas transportasi dan juga sangat mempermudah
pengawasan untuk keluar masuknya material dari dan menuju pabrik. Aplikasi garis
aliran bahan relatif panjang, maka aliran U-Shapedini akan tidak efisien.
4. Circular
Pola aliran berdasarkan bentuk lingkaran (circular) sangat baik dipergunakan bilamana
dikehendaki untuk mengembalikan material atau produk pada titik awal aliran produksi
berlangsung. Aliran ini juga baik dipakai apabila departemen penerimaan material atau
produk jadi direncanakan untuk berada pada lokasi yang sama dalam pabrik yang
bersangkutan.
5. Odd angle
Pola aliran berdasarkan Oddangle ini tidaklah begitu dikenal dibandingkan dengan pola-
pola aliran yang lain. Pada dasarnya pola ini sangat umum dan baik digunakan untuk
kondisi-kondisi seperti:
o Bilamana tujuan utamanya adalah untuk memperoleh garis aliran yang produk
diantara suatu kelompok kerja dari area yang saling berkaitan.
o Bilamana proses handling dilaksanakan secara mekanis.
o Bilamana keterbatasan ruangan menyebabkan pola aliran yang lain terpaksa tidak
dapat diterapkan.
o Bilamana dikehendaki adanya pola aliran yang tetap dari fasilitas-fasilitas produksi
yang ada.
mengoptimasi aliran bahan dengan merencanakan sebuah urutan operasi dan pengaturan
peralatan, mengurang mengkombinasi dan menghilangkan pergerakan atau peralatan
yang tidak diperlukan, memanfaatkan prinsip gravitasi bagi pergerakan bahan jika
memungkinkan, meningkatkan jumlah, ukuran dan berat muatan yang dipindahkan,
menggunakan peralatan pemindahan yang mekanis dan otomatis, mengurangi waktu non
produktif dari peralatan dan tenaga kerja.
Pengertian lain, Material Handling Planning Sheet (MHPS) adalah suatu tabel yang
digunakan untuk menghitung biaya penanganan bahan, yang mana umumnya adalah
penanganan aliran bahan yang ada pada sebuah lantai produksi. Dalam
pembuatan Material Handling Planning Sheet (MHPS), data yang dibutuhkan antara lain
kapasitas produksi, luas mesin, data proses, dan data mesin yang digunakan.
Perhitungan pada Material Handling Planning Sheet (MHPS) adalah sebagai berikut :
1. Distance (meter)
Distance = 0,5 x (akar luas mesin from + akar luas mesin to)
2. Unit Disiapkan
Didapat dari unit yang disiapkan pada routing sheet.
3. Berat Total (Kg)
Berat Total = (unit yang disiapkan x berat per unit (gr))/1000
4. Biaya per meter dalam penggunaan peralatan (cost per meter equipment)
cost per meter equipment = UMP per jam / (jam kerja x 3600) x lama equipment
berpindah per meter.
5. Cost
Cost = jarak (m) x cost per meter equipment x frekuensi per jam
Diasumsikan :
a. Equipment Depretiation Cost (biaya depresiasi) pemakaian trollyselama tiga tahun
sebesar Rp 500.000. Total hari kerja selama satu bulan adalah 20 hari, maka
didapatkan biaya depresiasi adalah Rp 695,- per hari.
b. Hourly Labor Cost (Upah pekerja per jam) berdasarkan UMR (Upah Minimum
Regional) yaitu sebesar Rp 900.000,- per bulan. Sehingga didapatkan upah pekerja
dibayar sebesar Rp 45.000,- per hari.
c. Waktu perpindahan untuk cara manual adalah dalam waktu 2 detik menempuh jarak 1
meter dan dengan trolly dalam waktu 3 detik menempuh jarak 1 meter.
2. Tentukan produksi jadi per satuan periode, yaitu produk yang dihasilkan untuk periode
tertentu didasarkan pada produksi per jam dari perusahaan.
3. Tentukan volume kemasan total, yaitu volume kebutuhan untuk produk jadi per
periode tertentu.
4. Tentukan luas lantai, yaitu lahan yang dibutuhkan berdasarkan volume kemasan.
5. Tentukan Allowance.
6. Tentukan total luas lantai.
Kode, Nama Komponen, Tipe Bahan, Ukuran Pakai dan Ukuran Terima dapat dilihat dari
deskripsi OPC.
Potongan Material = Ukuran Terima (P) / Ukuran Pakai (P).
Menentukan Produksi / Jam, yaitu dilihat dari Routing Sheet DS-nya.
Material / jam = Produksi per jam potongan material.
Material 10 hari = Material per jam x 10 hari x 8 jam kerja.
Menghitung Volume Unit dari ukuran terima (P x L x T).
Volume Kebutuhan = Vol. Unit x Material 10 hari.
Menentukan tumpukan bahan baku dengan memperhitungkan jumlah material10 hari
dan ukuran terima tinggi maksimum adalah 2,0 m.
Luas Lantai = Luas Lantai + Total Allowance
Tata letak pabrik dan penanganan material mempunyai tujuan umum yaitu
meminimumkan biaya. Biaya penanganan material dapat diminimumkan dengan
menyusun lebih dekat departemen-departemen yang berhubungan, agar
perpindahan material terjadi dengan jarak yang pendek.
Minimasi biaya merupakan salah satu tujuan utama dari sistem penangananmaterial. Ada
beberapa cara untuk mencapai tujuan tersebut, antara lain:
1. Mengurangi waktu menganggur peralatan.
2. Pemakaian maksimum peralatan untuk mendapatkan satuan muatan yang tinggi.
3. Meminimumkan perpindahan material.
4. Mengatur departemen-departemen sedekat mungkin agar jarak
perpindahanmaterial lebih pendek.
5. Mencegah perbaikan yang besar dengan melakukan perencanaan aktivitas perawatan
yang lebih baik.
6. Harus menggunakan peralatan yang tepat untuk mengurangi kerusakanmaterial.
7. Menghindari pekerjaan yang tidak aman bagi tenaga kerja seperti mengangkat beban
yang terlalu berat.
8. Mengurangi keanekaragaman jenis peralatan untuk mengurangi kebutuhan investasi.
9. Mengganti peralatan yang sudah usang dengan peralatan yang baru agar lebih efisien.
Penentuan ongkos material handling dapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan
tata letak fasilitas. Ditinjau dari segi biaya, tata letak yang baik adalah tata letak yang
mempunyai total ongkos material handling kecil, meskipun dalam hal ini biaya bukan
satu-satunya indikator untuk menyatakan bahwa tata letak itu baik dan masih banyak
faktor-faktor lain yang perlu dipertimbangkan. Secara umum biaya yang termasuk dalam
perancangan dan operasi sistem penangananmaterial adalah sebagai berikut:
1. Biaya investasi
Yang termasuk dalam biaya ini adalah harga pembelian peralatan, harga komponen alat
bantu dan biaya instalasi.
2. Biaya operasi yang terdiri dari:
a. Biaya perawatan.
b. Biaya bahan bakar.
c. Biaya tenaga kerja yang terdiri dari upah dan jaminan kecelakaan.
Dalam melakukan suatu perencanaan tata letak fasilitas/pabrik, aktivitas dalam
pemindahan bahan material (MaterialHandling) merupakan salah satu faktor yang cukup
1.Lay-Out By Product
Lay-out by product adalah penempatan mesin yang disesuaikan dengan urutan proses
produksi dari produk yang akan dibuat pada satu departemen.
Keuntungan:
Pergerakan material tidak terlalu besar.
Jika pergerakan material tidak terlalu besar, maka ongkos Material Handling pun
kecil.
Keseimbangan lintasan akan mudah dilakukan atau mudah diawasi.
Ruangan untuk masing-masing mesin atau stasiun kerja relatif kecil.
Waktu penyelesaian produk bisa lebih cepat.
Kerugian:
Jika terjadi kerusakan pada satu mesin akan menyebabkan kerusakan pada satu sistem.
Tingkat fleksibelitas pada masing-masing departemen kecil.
Tingkat Botle Neck (Penumpukan) akan terjadi lebih besar jika salah satu mesin
lambat.
2. Lay-Out By Process
Lay-out By Process adalah penempatan mesin-mesin yang sama pada satu departemen.
Keuntungan :
Pemakaian mesin-mesin dapat direncanakan dengan lebih baik.
Fleksibelitas terhadap perubahan produk dan dengan mudah dapat dirubah urutannya.
Mudah menjaga kontinyuitas produksinya, bila ada kerusakan mesin, kekurangan
bahan, pekerja tidak masuk dan sebagainya.
Mendorong pekerja untuk berproduksi lebih banyak.
Kerugian :
Perencanaan dan penjadwalan produksi menjadi lebih rumit.
Memerlukan pemindahan barang yang lebih banyak.
Pergerakan material lebih besar, maka Material Handling pun besar.
Dibutuhkan tempat yang besar untuk masing-masing stasiun kerja.
Memerlukan tenaga kerja terlatih untuk macam-macam pekerjaan.
Waktu pembuatan produk relatif lebih lama.
Peralatan yang biasa digunakan sebuah perusahaan Manufaktur Diskrit dalam
melakukan kegiatan Material Handling ini adalah:
Conveyor
Cranes
Truck (lift Truck dan Walky Fallet)
Beberapa aktivitas pemindahan bahan yang perlu diperhitungkan adalah sebagai
berikut:
Pemindahan bahan dari gudang bahan baku (Receiving) menuju departemen Pabrikasi
maupun departemen Assembling.
Pemindahan bahan yang terjadi diproses satu jenis mesin menuju jenis departemen
yang lainnya.
Pemindahan bahan dari departemen Assembling menuju gudang barang jadi
(Shipping).
2. Jarak Pengangkutan
Kegiatan awal perhitungan OMH merupakan perhitungan tahap pertama, karena akan
dilakukan lagi perhitungan OMH yang merupakan revisi dari perhitungan tahap pertama.
Pada perhitungan tahap pertama jarak antar kelompok mesin dan departemen yang
mengalami aktivitas pengangkutan diasumsikan berdampingan. Selain itu untuk
mengoptimalkan jarak antar aktivitas tersebut, maka kelompok mesin atau departemen
untuk sementara diasumsikan berbentuk bujur sangkar.
Jarak Pengangkut
Kegiatan awal perhitunganOngkos Material Handling (OMH)ini merupakan perhitungan
tahap pertama, karena akan dilakukan lagi perhitungan OMH yang merupakan revisi dari
perhitungan tahap pertama. Pada perhitungan tahap pertama ini, jarak antar kelompok
mesin dan departemen yang mengalami aktivitas pengangkutan diasumsikan
berdampingan. Selain itu untuk mengoptimalkan jarak antar aktivitas tersebut, maka
kelompok mesin atau depertemen untuk sementara diasumsikan berbentuk bujur sangkar.
From To Chart
Pada From To Chart (FTC), data yang digunakan untuk perhitungan adalah data
ongkos material handling. Hal ini karena, fungsi dari FTC salah satunya adalah
memperpendek jarak perpindahan dan menganalisa perpindahan barang. Berikut ini
merupakan teori From To Chart (FTC) yang menjadi dasar pembuatan Tabel FTC pada
praktikum PTLF yang telah dilaksanakan. From To Chartmerupakan penggambaran
tentang berapa total OMH dari suatu bagian aktivitas dalam pabrik menuju aktivitas
pabrik lainnya sehingga dari peta ini dapat dilihat total OMH secara keseluruhan, mulai
dari gudang bahan baku menuju fabrikasi, assembling, sampai terakhir menuju gudang
barang jadi. From To Chart berguna pada aliran barang yang cukup banyak, untuk
mengetahui keterkaitan antara beberapa kegiatan dan jika diinginkan adanya penyusunan
kegiatan yang optimum.
Pada dasarnya FTC adalah merupakan adaptasi dari Mileage Chart yang umumnya
dijumpai pada suatu peta perjalan (road map), angka-angka yang terdapat dalam suatu
FTC akan menunjukan atau dari berat beban yang harus dipindahkan, jarak perpindahan,
volume atau kombinasi-kombinasi dari faktor-faktor ini (Wignjosoebroto, 2000).
FTC biasanya berguna apabila barang yang mengalir pada suatu wilayah berjumlah
banyak, seperti pada bengkel, kantor atau fasilitas lainnya. Hal ini berguna jika terjadi
keterkaitan antara beberapa kegiatan dan jika diinginkan adanya penyusunan kegiatan
yang optimum. Menurut Apple (1990), FTC atau peta dari ke- secara umum mempunyai
beberapa keuntungan dan kegunaan yaitu menganalisa perpindahan bahan, perencanaan
pola aliran, mengukur effesiensi pola aliran, menunjukkan ketergantungan suatu aktivitas
dengan aktivitas lainnya, merencanakan hubungan antara sejumlah produk, bagian, item
dan lainnya, menggambarkan jumlah hubungan antara aktivitas dan pergerakkan
diantaranya, memperpendek jarak perjalanan dalam suatu proses.
Menurut Apple, 1990 menjelaskan From to chart (FTC) merupakan penggambaran
tentang berapa total OMH dari suatu bagian aktivitas dalam pabrik menuju aktivitas
dalam pabrik lainnya, sehingga dari peta ini dapat dilihat total OMH secara keseluruhan
mulai dari gudang bahan baku receiving menuju fabrikasi, assembling sampai terakhir
menuju gudang barang jadi (shipping). FTC biasanya berguna apabila barang yang
mengalir pada suatu wilayah berjumlah banyak, seperti pada bengkel, kantor atau fasilitas
lainnya. Hal ini berguna jika terjadi keterkaitan antara beberapa kegiatan dan jika
diinginkan adanya penyusunan kegiatan yang optimum. Keuntungan menggunakan FTC
antara lain:
Dapat menganalisis perpindahan bahan.
Dapat merencanakan pola aliran.
Dapat mengukur efisiensi pola aliran.
Dapat menunjukkan ketergantungan suatu aktivitas dengan aktivitas lainnya.
Dapat merencanakan hubungan antara sejumlah produk, bagian, item, dan lainnya.
Dapat menggambarkan jumlah hubungan antara aktivitas dan pergerakan diantaranya.
Dapat memperpendek jarak perjalanan dalam suatu proses.
Skala prioritas hubungan antar mesin berdasarkan inflow atatu outflow, (dipilih
berdasarkan jumlah biaya yang lelbih kecil) merupakan skala yang digunakan untuk
mengetahui derajat kepentingan hubungan antara mesin-mesin produksi, di mana tingkat
kedekatan hubungannya dapat dilihat pada From To Chart Inflow dan Outflow. Di sini
angka yang paling besar yang terdapat pada kedua peta tersebut menunjukkan hubungan
yang paling dekat.
Adapun tanda dari derajat kedekatan tersebut adalah sebagai berikut (Apple, 1990, p.
227):
A : hubungan mutlak diperlukan (untuk aktifitas yang dipertimbangkan saling
berkelanjutan)
201 Perancangan Lean Manufacturing
6 14 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Bambang Yoga Samekta ST.MSi http://www.mercubuana.ac.id
15
Dalam literature lain juga disebutkan bahwa Activity relationship chart (ARC) adalah
peta yang menggambarkan tingkat hubungan antar bagian-bagian atau kegiatan yang
terdapat dalam suatu perusahaan industri. Setiap kegiatan atau aktivitas dalam industri
manufaktur saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya, bahwa setiap kegiatan
itu perlu tempat untuk melaksanakannya. Kegiatan tersebut berupa aktivitas produksi,
pelayanan kebutuhan karyawan, administrasi, inventory, dan lain sebagainya. Oleh sebab
itu maka dalam perencanaan tata letak fasilitas harus dilakukan penganalisaan yang
optimal untuk mencegah adanya penghamburan waktu dan biaya akibat harus
terselenggaranya suatu aktivitas. Teknik untuk menganalisa hubungan antar aktivitas
yang ada adalah dengan menggunakan Activity relationship chart (ARC).
ARC ini berguna dalam:
Penyusunan urutan pendahuluan bagi satu.
Lokasi nisbi dari pusat atau departemen dalam satu kantor.
Lokasi kegiatan dalam satu usaha pelayanan.
Lokasi pusat kerja dalam operasi perawatan atau perbaikan.
Lokasi nisbi dari daerah pelayanan dalam satu fasilitas produksi.
Menunjukkan hubungan satu kegiatan dengan yang lainnya, serta alasannya.
Memperoleh satu landasan bagi penyusunan daerah selanjutnya.
Daftar Pustaka
1. Womack, James P.; Daniel T. Jones; Daniel Roos (1990). The Machine That Changed the World.
3. Bailey, David (24 January 2008). "Automotive News calls Toyota world No 1 car
maker". Reuters.com. Reuters. Retrieved 19 April 2008.
4. Krafcik, John F. (1988). "Triumph of the lean production system". Sloan Management
Review. 30 (1): 4152.
5. Liker, Jeffrey K. and Michael Hoseus (2008) Toyota Culture: The Heart and Soul of The Toyota
Way, McGraw-Hill , New York p. 3-5 ISBN 978-0-07-149217-1
6. Ohno, Taiichi (1988). Toyota Production System. Productivity Press. p. 8. ISBN 0-915299-14-3.
9. Spear, Steven; Bowen, H. Kent (September 1999). "Decoding the DNA of the Toyota Production
System". Harvard Business Review.
10. \"Problems continue at Heathrow's Terminal 5". New York Times. March 31, 2008.
11. Andrew Dillon, translator, 1987. The Sayings of Shigeo Shingo: Key Strategies for Plant
Improvement).
12. (Charles Buxton Going, preface to Arnold and Faurote, Ford Methods and the Ford Shops (1915))
13. Ford, Henry; with Crowther, Samuel (1922). My Life and Work. Garden City, New York, USA:
Garden City Publishing Company, Inc. Various republications, including ISBN 978-1-4065-0018-9.
Original is public domain in U.S.
14. Bennett, Harry; with Marcus, Paul (1951). We Never Called Him Henry. New York: Fawcett
Publications. LCCN 51036122.
15. Womack, James P.; Daniel T. Jones (2003). Lean Thinking. Free Press.
16. b Ruffa, Stephen A. (2008). Going Lean: How the Best Companies Apply Lean Manufacturing
Principles to Shatter Uncertainty, Drive Innovation, and Maximize Profits. AMACOM. ISBN 0-
8144-1057-X.
17. Hounshell, David A. (1984), From the American System to Mass Production, 1800-1932: The
Development of Manufacturing Technology in the United States, Baltimore, Maryland: Johns
Hopkins University Press, ISBN 978-0-8018-2975-8, LCCN 83016269 pp 248 ff.
19. Womack, James P.; Daniel T. Jones (2003). Lean Thinking. Free Press. p. 352.
20. Bicheno, John; Holweg, Matthias (2009). The Lean Toolbox. PICSIE. ISBN 978-0-9541244-5-8.
23. Maskell & Baggaley (December 19, 2003). "Practical Lean Accounting". Productivity Press, New
York, NY.
24. The Gold Mine, F & Michael ball, The Lean Enterprise Institute, 2005, p196
25. Michael Ball & Freddy Ball (2009) The Lean Manager, Lean Enterprise Institute
26. Adsit, Dennis. "Cutting Edge Methods Target Real Call Center Waste". isixsigma.com. Archived
from the original on 2008-04-14. Retrieved 19 April 2008.
27. Hanna, Julia. Bringing Lean Principles to Service Industries. HBS Working Knowledge.
October 22, 2007. (Summary article based on published research of Professor David Upton of
Harvard Business School and doctoral student Bradley Staats: Staats, Bradley R., and David M.
Upton. Lean Principles, Learning, and Software Production: Evidence from Indian Software
Services.. Harvard Business School Working Paper. No. 08-001. July 2007. (Revised July 2008,
March 2009.)
28. Radnor, Dr Zoe; Paul Walley; Andrew Stephens; Giovanni Bucci. "Evaluation Of The Lean
Approach To Business Management And Its Use In The Public Sector".scotland.gov.uk.
Retrieved 19 April 2008.
29. Radnor & Bucci (2010). "Analysis of Lean Implementation in UK Business Schools and
Universities" (PDF). Association of Business S
Lembar Penegasan
Saya yang bertanda tangan dibawah ini,
Nama Bambang Yoga Samekta ST MSi :
N.I.K. :
Dengan ini menyatakan persetujuan untuk mengembangkan modul sesuai surat
penugasan mengajar dari Kaprodi dengan mengikuti aturan - aturan penulisan yang
disyaratkan secara akademis dan ketentuan - ketentuan yang ditetapkan oleh Pusat
Bahan Ajar dan eLearning Universitas Mercu Buana.
Saya mengetahui dan menyetujui modul tersebut menjadi milik Universitas Mercu Buana
sepenuhnya dan dapat digunakan untuk berbagai keperluan Universitas yang
diantaranya dan tidak dibatasi pada: bahan ajar perkuliahan, materi pembelajaran jarak
jauh serta Webometrics Universitas.
Dengan ini pula, Saya menegaskan dan menyatakan bahwa modul yang saya
kembangkan adalah :
1. Karya asli Saya sendiri.
2. Telah mengikuti aturan - aturan penulisan akademis yang berlaku yang
berkaitan dengan Hak Cipta maupun Hak atas Kekayaan Intelektual.
Apabila dikemudian hari ditemukan bukti bahwa modul yang Saya kembangkan tidaklah
asli karya Saya sendiri maupun melanggar Hak Cipta atau Hak atas Kekayaan
Intelektual, Saya siap mempertanggung jawabkan dan menerima sanksi sesuai dengan
aturan yang diterapkan Universitas Mercu Buana maupun hukum yang berlaku.
Tanda Tangan
Tembusan:
1. Ketua Program Studi (Dokumen Asli)
2. Yang Bersangkutan
3. Arsip PBA dan eLearning