OLEH :
FAKULTAS TEKNIK
2022
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Salam Sejahtera
Segala puji dan syukur kepada Tuhan yang maha esa atas segala karunia
serta nikamatnya yang senantiasa memberikan segala nikmat dan karunianya
sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.
Penulis sangat menyadari dalam penyusunan tugas ini tidak terlepas dari
bantuan berbagai pihak, untuk itu, pada kesempatan ini, penulis ingin
menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih juga penulis ucapkan
kepada:
1. Idham Halid Lahay ST., M.sc., IPM selaku dosen pengampuh mata kuliah
Perancangan Tata Letak Fasilitas
Penulis menyadari bahwa tugas uas ini masih jauh dari kata sempurna
karena terbatasnya pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki penulis. Akhir
kata, penulis berharap tugas uas ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak
yang membacanya khususnya bagi penulis.
MUH. TAUFIK
BAB 1
PENDAHULUAN
UMKM Kursi Jepara adalah sebuah usaha yang bergerak dibidang industri
mebel pembuatan kursi dan meja. UMKM Kursi Jepara terletak di Desa Boidu,
Kecamatan Bulango Utara, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo, maka
diperlukannya analisis perancangan tata letak fasilitas dan material handling yang
lebih lanjut. Pada penelitian ini penyusun mengambil UMKM Kursi Jepara
sebagai materi yang akan dijadikan sebagai tugas UAS Perancangan Tata Letak
Fasilitas .
2.1 UMKM
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) adalah usaha yang dirintis
dan dikelola oleh pengusaha yang memiliki asset kurang dari 200 juta Rupiah,
dihitung dari laba tahunan. Kontribusi UMKM terhadap perekonomian negara dan
perkembangan usaha UMKM di Indonesia mendukung pergerakan pembangunan
serta perekonomian Indonesia. UMKM merupakan usaha yang dinamis dan
mampu bertahan dalam kondisi perkonomian Negara yang sedang berat, termasuk
pada saat perekonomian negara Indonesia terdampak Covid 19.(Rachmawati &
Widowati, 2021)
1. A = Mutlak perlu
Dua departemen tersebut mutlak untuk didekatkan agar proses operasi
berjalan dengan baik. Tidak ada alasan untuk memisahkan departemen
tersebut.
2. E = Sangat penting
Dua departemen dinilai sangat terkait, hanya saja keterkaitan hubungan
dua departemen tidak sepenting derajat keterkaitan A.
3. I = Penting
Dua departemen penting untuk didekatkan jika kondisi area
memungkinkan.
4. O = Cukup / biasa
Dua departemen yang kaitannya tidak terlalu dekat.
5. U = Tidak penting
Dua departemen tidak perlu untuk didekatkan. Hanya dalam keadaan
tertentu masih dapat ditempatkan berdampingan.
6. X = Tidak dikehendaki
Dua departemen harus dipisahkan antara satu dengan lainnya, karena
kemungkinan akan mengganggu kelancaran proses operasi, baik pada masing–
masing departemen, kedua departemen sekaligus atau bahkan ada
kemungkinan dapat mengganggu kelancaran proses operasi secara
keseluruhan.
2.5 Activity Relationship Diagram. (ARD))
From To Chart (FTC) kadang disebut pula sebagai trip Frequency Chart
atau Travel Chart yaitu suatu teknik konfensional yang umum digunakan untuk
perencanaan tata letak pabrik dan pemindahan bahan dalam suatu proses produksi.
Teknik ini sangat berguna untuk kondisi-kondisi dimana banyak items yang
mengalir melalui suatu area seperti job shop, bengkel permesinan, kantor dan lain-
lain. Pada dasarnya from to chart merupakan adaptasi dari “Mileage Chart” yang
umumnya dijumpai pada suatu peta perjalanan (road map), angka-angka yang
terdapat dalam suatu From To Chart akan menunjukkan total dari berat beban
yang harus dipindahkan, jarak perpindahan bahan, volume atau kombinasi-
kombinasi dari faktor-faktor ini.(Handayani, 2018)
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Identifikasi Masalah
1. Kondisi stasiun kerja saat tidak beraturan sehingga aliran
bahan/material tidak efisien.
2. Pengecatan masih dilakukan diruangan yang terbuka sehingga
mencemari udara dilingkungan sekitarnya. Kondisi tersebut di atas
memerlukan penanganan perbaikan dalam hal teknis penataan
ruang dan peralatan kerja (Process Lay Out) yang mengikuti aliran
atau tahapan proses produksi sehingga urutan proses dapat berurut
sesuai tahapan dari awal sampai akhir. Posisi peralatan
disesuaikan dengan posisi kerja serta jarak antara peralatan
memungkinkan pekerja atau operator dapat bekerja dengan aman dan
nyaman.
3. Tempat penyimpanan produk jadi terlalu jauh dari pintu, sehingga
ketika produk yang jadi akan keluar dari pabrik jarak pengangkatannya
jauh dan membuat beban pekerja makin besar.
3.3 Layout Sesudah dan Solusi Masalah
Layout Sesudah/ Usualan Perbaikan
Solusi Masalah
Menurut Susetyo et al. (2010), sistem material handling (perpindahan
aliran bahan) yang kurang sistematis menjadi masalah yang cukup besar dan
mengganggu kelancaran terhadap proses produksi sehingga dapat mempengaruhi
suatu sistem secara menyeluruh.
Gambar 3.3 Pola U-Shaped
I Penting berdekatan
Kode Nama
1 Penerimaan
2 Gudang Setengah Jadi
3 Mesin Amplas
4 Mesin Pengecetan
5 Mesin Jahit
6 Mesin Hekter Tembak
7 Finishing
Tabel 3.3 Kode dan nama fasilitas produksi Kursi pada UMKM Kursi Jepara
Kode Deskripsi
1 Penggunaan catatan secara bersama
2 Menggunakan tenaga kerja sama
3 Menggunakan space area yang sama
4 Derajat kontak personel yang sering dilakukan
5 Derajat kontak kertas kerja yang sering dilakukan
6 Urutan aliran kerja
7 Melaksanakan kegiatan kerja yang sama
8 Menggunakan peralatan kerja yang sama
9 Kemungkinan adanya bau yang tidak mengenakan, ramai, dll
From/To 1 2 3 4 5 6 7 Total
1 3,5 3,5
2 2,5 2,5
3 6 6
4 5,5 5,5
5 2 2
6 3,5 3,5
7
From/To 1 2 3 4 5 6 7 Total
1 3,5 3,5
2 2,5 2,5
3 6,5 6,5
4 6 6
5 2 2
6 3,5 3,5
7
3.7 Layout Sekarang dan Usulan
Handayani, D. (2018). Perancangan Ulang Tata Letak Fasilitas Produksi Pada Ud.
Mapan Jaya. Undergraduate Thesis, 10–27. http://repository.untag-
sby.ac.id/1399/
Lasina, R. (n.d.). ANALISIS MATERIAL HANDLING PADA PRODUKSI POT
BUNGA DI UMKM CV SURYATAMA BETON.
Rachmawati, R., & Widowati, W. (2021). Analisis Pendanaan Usaha Dan Kinerja
Usaha Umkm Batik Pekalongan. Prosiding Pendidikan Teknik Boga ….
https://journal.uny.ac.id/index.php/ptbb/article/view/44546
Rosyidi, M. R. (2018). Analisa Tata Letak Fasilitas Produksi Dengan Metode Arc,
Ard, Dan Aad Di Pt. Xyz. WAKTU: Jurnal Teknik UNIPA, 16(1), 82–95.
https://doi.org/10.36456/waktu.v16i1.1493