Group : 1T2
2. Endah P.S.T
3. M.Indra P.S.ST
TEKNIK TEKSTIL
E-Mail : rendirenaldi1504@gmail.com
Nomor : 082116377323
Abstrak
Pada eksperimen ini akan diberikan cara menggunakan teori ralat untuk mengukur
luas permukaan balok (lempengan A suatu benda berbentuk balok). Pengukuran
menggunakan suatu volume tertentu dengan pengabaian ketebalan balok (untuk
pengukuran luas permukaan balok) dan menggunakan alat ukur penggaris.
Eksperimen akan dilakukan secara pengukuran tunggal dan pengukuran berulang.
Hasil yang didapatkan adalah luasan balok pengukuran tunggal A ± ∆A = (1,35 ±
0,01).10² cm2. Tujuan dari eksperimen ini adalah praktikan mempunyai kemampuan
menggunakan teori ralat dalam melakukan eksperimen secara mengerti cara penulisan
ilmiah. Eksperimen selanjutnya akan diberikan salah satu topik tentang mekanika
klasik untuk mesin atwood yang sering digunakan dalam dunia teknik dan sains.
Eksperimen ini menggunakan persamaan hukum newton untuk memperlihatkan
persamaan gerak dari hasil nilai percepatan, serta menentukan relevansi hasil
percepatan antara perhitungan secara teori maupun secara eksperimen . Teori ralat
juga digunakan pada setiap perhitungan yang di dapat dalam eksperimen. Tujuan dari
eksperimen ini ialah untuk menentukan percepatan sistem dengan menggunakan
percobaan mesin atwood. Dalam penggunaannya mesin atwood juga digunakan
dalam mesin – mesin tekstil yaitu sebagai pergerak motor mesin. Penulisan ilmiah
serta analisis kesalahan yang mempengaruhi hasil perhitungan juga dibahas dalam
laporan ini.
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Di dalam melakukan pengukuran seperti panjang, massa, suatu keterbatasan alat ukur
dan keterbatasan Panca indra yang dapat mengakibatkan hasil pengukuran yang
diamati menjadi berbeda antara orang yang satu dengan orang yang lain, walaupun
objek yang diamati dan alat ukur yang digunakan adalah sama, semisal dalam
mengukur panjang suatu bahan. Menurut Halliday (1997), mengatakan bahwa di
dalam dunia internasional (National Institute of Standards and Technology (NIST) di
Gaithersburg, Maryland) telah disepakati bahwa cara untuk melakukan pengukuran
eksperimental di dunia teknik dan sains harus memperlihatkan nilai ketidakpastian
(teori ralat). Tanpa adanya nilai ketidakpastian ini, maka suatu eksperimen menjadi
tidak ada artinya (meaningless). Umumnya dalam melakukan pengukuran dapat
dituliskan x ± ∆x, yang bermakna x adalah besaran yang diamati, sedangkan ∆x
adalah nilai ralatnya atau angka ketidakpastian. Pada bab ini akan dibahas tentang
bagaimana cara menentukan teori ralat dari suatu pengukuran. (Putra, V.G.V, dan
Endah Purnomosari,E. 2015)
Mekanika newton atau klasik adalah teori tentang gerak yang didasarkan pada konsep
masa dan gaya dan hukum – hukum yang menghubungkan konsep – konsep fisis ini
dengan besaran kinematika dan dinamika. Semua gejala dalam dinamika klasik dapat
digambarkan secara sederhana dengan menerapkan hukum newton tentang gerak.
Mekanika klasik menghasilkan hasil yang sangat akurat dalam kehidupan sehari –
hari. Pada bab ini akan diperlihatkan bahwa konsep mekanika newton dapat
digunakan untuk menentukan percepatan suatu sistem dan persamaan geraknya
dengan menggunakan mesin atwood. (Putra, V.G.V, dan Endah Purnomosari,E.
2015)
Tujuan :
DASAR TEORI
TEORI RALAT
Dalam pengukuran berulang (minimal tiga kali pengukuran) dapat menggunakan ralat
berulang, untuk menentukan ralat berulang yaitu dengan menggunakan standar
deviasi, yang memiliki fungsi probabilitas. Menurut Boas (2006) untuk x adalah
suatu besaran yang terukur secara eksperimen dan dilakukan sebanyak Ni kali untuk
tiap i menggunakan metode yang sama (semisal mengukur panjang pada daerah yang
sama) dan dilakukan suatu pengukuran total secara berulang sebanyak N kali
pengukuran untuk total tayangan i, semisal daerah ukur panjangnya berbeda cara
dalam mengamati (vertical atau horizontal)
Besar rerata (harga ekspetasi) atau averagevalue dari pengukuran mengukuran untuk
pi adalah suatu fungsi probabilitas f (xi) dengan sebanyak Ni kali, dapat ditulis sebagai
berikut (Boas,2006)
n n
1
Average of x =E (x) = µ = <x> = x =
N
∑ N ixi = ∑ pixi…..(1)
i=1 i=1
n n
1
Average of x =E (x) = µ = <x> = x =
N
∑ ❑xi = ∑ pixi…..(2)
i=1 i=1
n n
s = Var(x) = ∑ f (xi)(xi - <x> ) =
2 2
∑ pI (xi - <x>)2….(3)
i=1 i=1
Variasi umumnya disebut sebagai dispersion jika besar data xi nilainya mendekati
reratanya maka nilai variansinya kecil, sehingga V ar (x) kecil. Besar sebaran data
pengukuran adalah akar dari V ar (x) yang biasa disebut sebagai deviasi standar
Standar deviasi = σ err = (xi - <x>) = Serr ≈ √ Var ( x ) …..(4)
Untuk menentukan besar deviasi standar sebagai fungsi Var(x), dapat digunakan
rumus berikut :
n
s = ∑ p i(xi - <x>)2 …...(5)
2
i=1
Untuk pi adakah suatu konstanta, maka :
n n
s = pi ∑ ¿¿ i - μ] – [<x> - μ]) = pi∑ ¿¿ xi – μ]2 – 2 [xi – μ] [<x> - μ] + [<x> - μ ¿….(6)
2 2
i=1 i=1
n
s2 ≅ σ X 2 +¿pi ∑ −2¿ ¿ i - μ] [<x> - μ])2 + [ xi – μ]2 ….(7)
i=1
s ≅ σ X −¿pi ∑ p j∑ x −μ 2….(10)
2
i=1
2
[( ) ] n
j=1
j
[( ) ]
2 n n
NσX 1 1
s ≅
2
N
−
N
∑ N
∑ x j −μ 2
…..(11)
i=1 j=1
Dengan nilai
[( ) ]
n
1 1
∑
N j=1
xj ❑ −μ 2 =
N
∑ ¿ ¿2
Maka didapatkan bahwa
n n
Nσ X 2 1 1
s2=
− ∑ ∑ ( X J −μ)2……(12)
N N i=1 J=1 N
( ) = σ x ( N−1
N )
2 2
Nσ X σ X 2
s2 = − …..(13)
N N
√ ( ) ∑ p (x <x>) …..(14)
n
2 1 N 2
σ = ( )s 2 = i i-
N−1 N−1 i=1
Jika nilai σ x dibagi dengan √ N , yang merupakan standar deviasi σ err (Boas, 2006)
√ ( )∑ ¿ ¿
n
σx 1 1
σ err = = 2
= √ ¿ ¿….(16)
√N N N−1 i=1
σ err =
σx
√N
=
√1 1
N N−1 ( )((∑ X ) −2< X >∑ x + ¿ x >¿ ¿)…..(17)
I
2
i
2
σx 1
σ err = = √ ¿ ¿…..(18)
√N N
σx 1
= √ ¿ ¿ …….(19)
√N N
(√ )
ax
N
Max =
1
2
√ N ¿ ¿ ¿ …………..(20)
1
¿err)max = √ ¿ ¿2……(21)
N
σ err adalah error standar, yang merupakan harga sebaran estimasi dari nilai rerata (x).
Persamaan (16) dan (12) dapat digunakan sebagai alat dari pengukuran berulang. Dan
kedua persamaan dapat digunakan untuk memperlihatkan besar standar deviasi
sebaran data eksperimen.
∂V ∂V 1 ∂2 v 2 ∂V
V (p,l,t) - VO = (p - <p>) + (l - <l>) + 2 (l -<l>) + (t-<t>)2 +…(24)
∂P ∂l 2 ∂l ∂t
|∆ V| = | σ | + | σ | + | σ |…(27)
∂V ∂V ∂V
P l t
∂p ∂l ∂t
σ vol2 = (( )
∂V 2 2
∂P
σp ) + (( )
∂V
∂l
2
σl 2 ) + (( )
∂V
∂t
2
σ t 2 )…..(30)
σ Vol =
√( ∂ P ( ∂ l ( ∂ t )2 σ t ) … ..(31)
( ∂V
) 2 σp ) + (2∂V
) 2 σl ) + (
∂V 2 2
MESIN ATWOOD
Pesawat Atwood merupakan alat peraga yang digunakan untuk menjelaskan
hubungan antara tegangan, energi potensial dan energi kinetik dengan menggunakan
dua pemberat ( masa berbeda) yaitu m 1 dan m2 dihubungkan dengan tali pada sebuah
katrol. (Wasino,dkk. 2013). Mesin Atwood atau sering disebut pesawat Atwood
diciptakan pada tahun 1784 oleh matematikawan Inggris George Atwood sebagai
percobaan laboratorium untuk memverifikasi hukum mekanik gerak dengan
percepatan konstan. Mesin Atwood adalah demonstrasi kelas yang umum digunakan
untuk memahami hukum II Newton tentang percepatan. Dalam menganalisa mesin
Atwood, dapat digunakan rumus sebagai berikut
Ditinjau pergerakan pada masa m dan M1
∑𝐹 = (𝑚+𝑀1 ) 𝑎 = 𝑀𝑎… (1)
𝑀𝑔 – 𝑇1 = 𝑀𝑎…(2)
Tinjau pergerakan massa m2
∑𝐹=𝑀2a… (3)
𝑇2− 𝑀2g = M2a… (4)
Tinjau pergerakan massa katrol dengan jejari r = R dan massa m katrol dengan massa
m1 dan m2
lr
∑𝑟 = …(5)
r
la
𝑇1 −𝑇2 = …(6)
r2
Subtitusi persamaan (6), (4) ke persamaan (2), maka didapatkan bahwa
m
a= 1 g …..(7)
M 1+ M + M 2+
r2
Untuk menentukan momen inersia silinder pejal, maka dapat digunakan rumusan
berikut
1 2
l = ∫ r 2 dm = ∬ r 2 dr dθ = mr ……(8)
2
Untuk menentukan percepatan secara eksperimen dapat digunakan persamaan gerak
jatuh bebas yaitu
1 2
h= at ….(9)
2
2h
a= ….(10)
t2
Dengan ralat percepatan adalah
Dapat dilakukan metode grafik ataupun metode pengukuran tunggal atau berulang
untuk menentukan besar percepatan a ± ∆a
BAB III
METODE EKSPERIMEN
Cara kerja
Ditentukan percepatan gravitasi
Ditentukan ketinggian awal ho sebelum diberikan massa m
Ditentukan waktu dengan stopwatch saat ketinggian h (pengukuran tunggal)
Untuk pengukuran menggunakan metode grafik, maka ditentukan ketinggian
awal ho sebelum diberikan massa m
Ditentukan waktu dengan stopwatch saat ketinggian h dan ketinggian divariasi
dan ditentukan waktu
Di plot grafik ketinggian terhadap waktu T
Diukur massa m, m katrol dan juga m1, m2
Dicobakan untuk jenis batang lain
BAB IV
M = 70,5 g
m1 = 67,7 g
m2 = 67,7 g
m = 4,1 g
m
a= g
Menghitung percepatan secara teori 1
M 1 +m+ M 2 + 2
r
4 ,1 × 9 ,8 40 , 18
a= =
70 , 6 175 , 1
4 , 1+2 , 68+
2
2
a=0 , 2 m/s
h = 20 cm
= 20×10−1
t1 = 1,78 s
t2 = 1,81 s
1, 78+1 , 81
=1 ,79 s
2
2h
a= 2
t
−2
2, 10 ×10
a= 2
1 , 81
2
a=0 , 6 m/s
t ± ∆ t=( 21 , 0 ± 0 ,0 1 ) s
∆ t= √ ¿ ¿ ¿
∆ t= √ ¿ ¿ ¿
∆ t=0 ,1
2
a ± ∆ a=(0 , 06 ± 0 ,0 1) m/ s
| || |
2∆h
t 2 +
4 h∆t
t2
| 2× 0,001
1 ,81
2 ||
+
4 × 0 , 25 ×0 , 06
1 , 81
2 |
= 0,03
BAB V
1. Kesimpulan
Telah dipelajari cara menggunakan ralat secara pengukuran tunggal dan ralat untuk
menghitung percepatan system mesin atwood. Hasil eksperimen sebagai berikut
Hasil Teori
2
a teori=0 , 2 m/s
Hasil Ralat
2
a ± ∆ a=(21 ,0 ± 0 , 0 1)m/s
Hasil eksperimen dan literature memperlihatkan hasil yang tak jauh berbeda
2. Saran
Melakukan metode grafik dan mahasiswa diijinkan untuk mencoba mesin Atwood
DAFTAR PUSTAKA