2.1 Tujuan
Sesudah mengerjakan modul ini, mahasiswa diharapkan mampu :
1. Menentukan ktp pada hasil eksperimen: secara grafis dan dengan metoda kuadrat terkecil.
2. Menentukan tetapan pegas k.
3. Menentukan percepatan gravitasi g dengan percobaan bandul sederhana.
2.2 Pustaka
1. Baird, 1962, Experimentation: An Introduction to measurement theory and experiment design.
2. Beers, 1967, Introduction to the theory of error.
3. Darmawan Djonoputro, 1984, Teori Ketidakpastian.
4. Mike Pentz, Milo Shott, 1989, Handling experimental data.
Dalam modul ini dibahas dua cara lain menganalisis data hasil pengukuran berulang, yaitu:
1. Cara grafis
2. Metoda Kuadrat Terkecil (MKT)
Cara Grafis
Pada cara ini kertas milimeter kita gunakan sebagai alat analisis. Perlu diingat bahwa dengan
demikian kertas itu memiliki ketelitian tertentu, yakni nilai yang kita berikan pada jarak antara dua
garis terdekat. Sehingga ∆xkertas = 0,5 mm. Tetapi berapakah nilai ketidakpastian dari besaran yang
akan kita plot? Ini bergantung pada nilai yang kita berikan pada 1 cm sumbu-x (atau sumbu-y).
Sebagai contoh apabila kita akan membuat plot dari temperatur dengan skala 1 cm sumbu-x diberi
nilai 10◦ C, maka ∆x = 0,5 mm ◦ ◦
1 cm × 10 C = 0,5 C. Namun jika skala 1 cm sumbu-x diberi nilai 1 C,
◦
0,5 mm
maka ∆x = 1 cm × 1◦ C = 0,05◦ C. Dalam cara ini tidak boleh dilupakan bahwa ketidakpastian yang
ada pada pengukuran HARUS DAPAT TERGAMBAR.
∆xpengukuran ≥ nstgrafik
Cara grafik yang akan dijelaskan di bawah ini, meski kasar/sederhana, tetapi merupakan alternatif
yang baik dalam analisis hasil pengukuran berulang. Namun sebelum suatu persamaan fungsi y = y(x)
dapat dianalisis, persamaan tersebut harus diubah menjadi berbentuk linier. Karena hanya fungsi
linierlah yang dengan mudah dan cukup teliti dapat digambar.
Contoh:
Nilai induktansi L suatu induktor hendak diukur menggunakan peristiwa resonansi dengan
menentukan frekuensi resonansi f0 untuk berbagai nilai C.
• Langkah 1: Pelurusan persamaan
r
1 1 1
f0 = → f02 = 2
2π LC 4π LC
Bila f02 = y dan C1 = x, diperoleh y = mx, dengan m = 4π12 L . Jika sudut kemiringan garis adalah
α maka m = tan α, sehingga L = 4π 2 1tan α dan ∆L ditentukan dari ∆α.
• Langkah 2: Setelah kita berhasil meluruskan persamaan, kita adakan pengukuran terhadap xi
dan yi (dalam contoh ini xi dan yi masing-masing adalah C1i dan f0,i 2 ). Misalkan diperoleh n
pasangan beserta ktp-nya berupa 12 nst. Sampel ini ditabelkan sebagai berikut
Percobaan ke- xi ± ∆x yi ± ∆y
1
2
• Langkah ke-3: Seluruh titik sejumlah n digambarkan pada kertas milimeter beserta ktp-nya.
Mestinya titik-titik itu terletak pada garis lurus, namun pada umumnya tidaklah demikian
halnya: banyak garis lurus yang dapat kita tarik melalui kawasan titik-titik tsb. Salah satu cara
menentukan garis terbaik adalah dengan menggunakan titik sentroida. Adapun titik sentroida
sampel ditentukan dengan menghitung koordinat xs dan ys .
∑ xi
xs =
n
2.3 Dasar Teori 19
∑ yi
ys =
n
Setelah mendapatkan xs dan ys kerjakan langkah berikut
– xs dan ys dibubuhkan pada plot.
– Hubungkan ke-n titik satu dengan yang lain hingga diperoleh garis patah-patah.
– Dengan mistar plastik yang transparan, carilah garis melalui titik sentroida sedemikian
rupa, sehingga luas diarsir yang terdapat di atasnya sama dengan luas di bawahnya.
Contoh dari pengerjaan dapat dilihat pada gambar di bawah.
Demikian pula
c1 = A1 → δ c1 = |c1 − ct |; c2 = A2 → δ c2 = |c2 − ct |;
δ c1 + δ c2
∆ct = (2.5)
2
Demikian diperoleh mt ± ∆m dan ct ± ∆c. Dari kedua hasil ini besaran yang dicari dapat
dihitung beserta ktp-nya. Cara grafik ini, meski sederhana namun cukup memadai sebagai alat
analisis data.
y = mt x + ct
2.3 Dasar Teori 21
∑ xi2 ∑ yi − ∑ xi ∑ xi yi
ct = (2.7)
n ∑ xi2 − (∑ xi )2
Sedangkan ktp-nya:
s
n
∆m = sy dan (2.8)
n ∑ xi2 − (∑ xi )2
s
∑ xi2
∆c = sy (2.9)
n ∑ xi2 − (∑ xi )2
dengan
!
2 2
1 ∑ xi2 (∑ yi ) − 2 ∑ xi ∑ (xi yi ) ∑ yi + n (∑ xi yi )
s2y = ∑ y2i −
n−2 n ∑ xi2 − (∑ xi )2
Catatan:
• Terdapat banyak kalkulator elektronik yang dapat menghasilkan mt dan ct secara langsung,
berkat program yang ada di dalamnya.
• Apabila hendak dihitung dengan kalkulator “biasa”, data perhitungan sebaiknya dituangkan
dalam tabel berikut, demi kemudahan menghitung.
Percobaan Perhitungan
i x y x2 y2 xy
1
2
n
∑ xi ∑ yi ∑ xi2 ∑ y2i ∑ xi yi
Perhatikan sistem pegas di atas. x = 0, dimana pegas tidak diberi simpangan, adalah titik
kesetimbangan. Apabila pegas diberi simpangan ±x oleh gaya luar F1 , didalam pegas timbul gaya
reaksi F yang mengimbangi F1 . F ini disebut gaya pegas. Secara eksperimen diperoleh besar gaya
F sebanding dengan simpangan x, tepatnya:
F = −kx (2.10)
Persamaan (2.10) dikenal sebagai hukum Hooke : “gaya pegas berbanding lurus dengan simpangan
yang diberikan, namun berlawanan arah dengan simpangan itu, dan karena itu disebut gaya pemulih
(restoring force)”
Dengan hukum ke-2 Newton, persamaan (2.10) dapat diubah bentuknya menjadi suatu persamaan
diferensial :
d2x
m = −kx (2.11)
dt 2
Bila dilepas dari kedudukan simpangan +x (atau −x), m akan bergerak bolak-balik antara titik
+x dan −x. Karena tidak mengalami gesekan, gerak ini akan dipertahankan sepanjang masa, dan
dikenal sebagai gerak harmonik sederhana, sedangkan m beserta pegasnya disebut osilator harmonik
sederhana.
Persamaan (2.11) adalah persamaan diferensial yang menggambarkan suatu gerak harmonik
sederhana (ghs). Solusi dari persamaan tersebut adalah
Kecepatan v = dx
dt = Aω cos(ωt + φ0 )
2
Percepatan a = ddt 2x = −Aω 2 sin(ωt + φ0 )
bila persamaan di atas disubstitusi
q ke dalam persamaan (2.12) diperoleh:
k
−mω 2 x = −kx atau ω = m (terbukti)
q
ω 1 k
Karena f = 2π , maka frekuensi getaran osilator: f = 2π m dan karena T = 1/ f , maka periode
getaran osilator:
r
m
T = 2π (2.13)
k
pakan gerak harmonik sederhana, karena memenuhi persamaan yang sebentuk dengan persamaan
(2.11). Misalkan pada suatu saat m sedang naik, maka m mengalami gaya pemulih F = mg sin θ
yang berlawanan arah dengan gerak m. Dari hukum ke-2 Newton :
d2θ d2θ g
−gθ = L atau =− θ (2.15)
dt 2 dt 2 L
disimpulkan bahwa gerak ayun bandul matematis merupakan gerak harmonik sederhana. Maka
mengikuti solusi osilator harmonikqdi atas, diperoleh :
g
kecepatan sudut bandul: ω = L
q
1 g
frekuensi ayun: f = 2π L
24 Chapter 2. Ketidakpastian Pada Hasil Eksperimen
periode bandul:
s
L
T = 2π (2.16)
g
m 1 2 3 n
10T (s)
T (s)
Tabel 2.1
• Tentukan k ± ∆k dengan jumlah angka penting tepat dengan metode Sentroida (Persamaan
(2.4) dan (2.5)) dan MKT (Persamaan (2.6)-(2.9)).
Panjang bandul L 1 2 3 n
10T s
Ts
Tabel 2.2
• Tentukan g ± ∆g dengan jumlah angka penting tepat dengan metode Sentroida (Persamaan
(2.4) dan (2.5)) dan MKT (Persamaan (2.6)-(2.9)).
• Bandingkan hasil anda dengan nilai g setempat (9,52 m/s2 )!
Sebelum meninggalkan ruangan kerja :
- kembalikan semua peralatan kepada petugas laboratorium/asisten;
- serahkan data TABEL 2.1 dan TABEL 2.2 kepada asisten
26 Chapter 2. Ketidakpastian Pada Hasil Eksperimen
2.6 Tugas-Tugas/Laporan
1. Kerjakan tugas yang diberikan Asisten selama praktikum berlangsung di laboratorium.
2. Kerjakan Laporan sesuai dengan format yang diberikan secara mandiri dan kumpulkan tepat
waktu sesuai jadwal yang ditentukan.