Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Pada Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Dan Kebumian
Universitas Sains Dan Teknologi Jayapura
Oleh :
Oleh :
RANTO SIANIPAR
16 211 027
Hari : Selasa
Tanggal : 2 Februari 2021
Tempat : Online by Google Meet
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Mengetahui,
Ketua Program Studi Teknik Mesin
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Mengesahkan : Mengetahui :
Ranto Sianipar
iv
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Penulis panjatkan Kepada Tuhan yang Maha Esa, yang telah
melimpakan berkat anugrah-Nya kepada kita sekalian dalam penyusunan Tugas
Akhir (TA), sehinga penulis dapat meyelesaikan bimbingan dan arahan dari
Dosen serta Rekan-rekan Mahasiswa yang membantu dalam penyusunan Tugas
Akhir ini dengan baik.
Maksud dan tujuan penyusunan Tugas akhir adalah sebagai salah Sebagai
Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Mata Kuliah Tugas Akhir Pada Program
Studi Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Dan Kebumian Universitas Sains
dan Tekonologi Jayapura
Pada kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Dr. Yuyu N. Kastella, M.Pd, selaku Rektor Universitas Sains dan Teknologi
Jayapura.
2. Bapak Ir Misdi, MT selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri dan Kebumian.
3. Ibu Helen Riupassa,MT selaku Ketua Program Studi Teknik Mesin sekaligus
Dosen pembimbing.
4. Bapak Herman Tjolleng, MT selaku Sekretaris Program Studi Teknik Mesin
5. Bapak/Ibu Dosen di lingkungan Program Studi Teknik Mesin yang telah
memberikan ilmu kepada penulis selama penulis melaksanakan perkuliahan.
6. Rekan–rekan mahasiswa program studi teknik mesin angkatan 2016 terlebih
khusus Imanuel, Daniel, Evand, Danang dan Maksi, yang selalu memberikan
bantuan berupa masukan dan motifasi dalam penyusunan laporan tugas akhir
ini.
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan tugas akhir ini, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan pembaca pada umumnya.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Perumusan Masalah ................................................................................. 4
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 4
1.4 Batasan Masalah ...................................................................................... 5
1.5 Manfaat Penelitian ................................................................................... 5
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
ABSTRAK
RANTO SIANIPAR/16211027
Program Studi Teknik Mesin, FTIK - USTJ
viii
1
BAB I
PENDAHULUAN
Papua saat ini, terdapat banyak sampah plastik salah satunya plastik
jenis HDPE (High Density Polyethylene) pada bagian bawah tertera logo daur
ulang dengan angka 2 di tengahnya, biasa dipakai untuk botol susu yang
berwarna putih susu, tupperware, galon air minum, dan lain-lain. pengelolaan
sampah plastik, di kenal dengan 5R yaitu : (Reduce) mengurangi sampah,
(Reuse) menggunakan kembali sampah, (recycle) dibakar atau didaur ulang,
(Replace) mempercepat produksi sampah, dan (Replant) penanaman kembali
sampah. Pemanfaatan sampah plastik merupakan upaya menekan
pembuangan sampah plastik seminimal mungkin dan dalam batas tertentu
menghemat sumber daya dan mengurangi ketergantungan bahan baku impor..
Pemusnahan limbah plastik dengan cara pembakaran (incineration) juga
kurang efektif dan beresiko menyebabkan munculnya polutan dari emisi gas
buang (CO2, CO, NOx dan SOx) dan partikulat pencemar lainnya. Alternantif
penanganan sampah plastik yaitu proses daur ulang yang lebih
menguntungkan salah satunya adalah dengan mengkonversi sampah plastik
menjadi bahan bakar minyak sebagai sumber energi alternatif karena pada
dasarnya plastik berasal dari minyak bumi sehingga dikembalikan kebentuk
semula. Plastik juga mempunyai nilai kalor yang cukup tinggi setara dengan
bensin dan solar.
Salah satu proses yang paling populer dalam mengubah sampah plastik
menjadi bahn bakar disebut pirolisis Teknik ini membutuhkan pemanasan
plastik pada suhu yang sangat tinggi. Bahan dipisahkan dan ini
memungkinkannya untuk digunakan kembali dengan cara yang ramah
lingkungan.
Para peneliti di Purdue University telah menemukan teknik berbeda
yang disebut pemrosesan hidrotermal. Proses ini menempatkan polipropilen
dalam reaktor yang berisi air, dan memanaskannya hingga suhu yang sangat
tinggi mulai dari 380-500 derajat Celcius. Ini berlanjut hingga lima jam pada
tekanan tinggi. Pada panas dan tekanan tinggi ini, air memecah plastik dan
mengubahnya menjadi minyak. Bekerja sama dengan peneliti dari Institut Kimia
3
memecah rantai polimer menjadi senyawa dengan berat molekul yang lebih
rendah. Hasil dari proses cracking plastik ini dapat digunakan sebagai bahan
kimia atau bahan bakar. Salah satu proses cracking adalah thermal cracking
yang termasuk proses pyrolisis, yaitu dengan cara memanaskan bahan
polimer tanpa oksigen. Proses ini biasanya dilakukan pada temperatur antara
350 °C sampai 900 °C. Dari proses ini akan dihasilkan arang, minyak dari
kondensasi gas seperti parafin, isoparafin, olefin, naphthene dan aromatik,
serta gas yang memang tidak bisa terkondensasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI
Hendry Y. Nanlohy, dkk (2020) ”The role of rhodium sulfate on the bond
angles of triglyceride molecules and their effect on the combustion
characteristics of crude jatropha oil droplets” melakukan penelitian tentang
7
Gambar 2.1 Deformasi untuk tetesan transien pada proses penyalaan pada
tekanan normal : (a) Tanpa katalis dan (b) dengan katalis.
kamar. Temuan penting yang didapat dari penelitian ini antara lain: Adanya
karbon nanopartikel membuat jarak antar molekul bahan bakar semakin dekat
sehingga potensi tumbukan meningkat dan bahan bakar mudah terbakar.
Penambahan nanopartikel 1 ppm pada CPO berhasil meningkatkan kinerja bahan
bakar yang dibuktikan dengan bentuk nyala CPO1 yang lebih tinggi dan lebih
volatil dari bahan bakar CPO dan CPO5. Bentuk lonjakan api CPO1
menunjukkan bahwa ledakan mikro berpotensi meningkatkan laju pembakaran.
Untuk CPO5, penambahan nanopartikel sebesar 5 ppm terbukti memberikan efek
yang merugikan, yang menunjukkan bahwa densitas meningkat dan kinerja bahan
bakar menurun
350 ºC terdapat endapan, dengan nilai viskositas 0,3 dPa.S, Densitas 750 Kg/m3
dan Flash point 33 ºC. pada suhu 400 ºC hasil cair berwarna pekat dan terdapat
banyak endapan dengan nilai viskositas 0,31 dPa.S, Densitas 760 Kg/m3 dan
Flash point 34 ºC.
dan kedokteran yang tahan panas dan tekanan, tanpa mengalami perubahan.
Barang-barang dari bahan ini tahan lama.
1. Temperatur
Temperatur merupakan variabel yang paling penting yang mempengaruhi
katalitik cracking dari plastik. Temperatur reaksi biasanya pada rentang suhu
300-450 ºC. Secara umum, kenaikan temperatur mengarah pada peningkatan
kemampuan katalis. Tetapi hal itu harus diperhitungkan, bahwa pada suhu
tinggi terjadinya secara bersamaan dengan reaksi termal cracking yang lebih
sering, dimana dapat mengubah selektivitas dari produk. Jika pirolisis
17
katalitik berlangsung pada temperatur operasi yang lebih tinggi atau pada
tingkat pemanasan yang tinggi dapat menyebabkan peningkatan pemecahan
ikatan dan dengan demikian mendukung produksi molekul yang lebih kecil.
Salah satu cara untuk meningkatkan konversi yaitu dengan menaikkan
temperatur, dan dapat dilihat bahwa dengan konversi yang lebih tinggi produk
utama yang terbentuk akan menjadi produk gas dan hasil cairan yang minimal
atau nol. Pengaruh katalis yang berbeda pada cairan yang dihasilkan dan
distribusi produk menjadi kurang signifikan dengan meningkatnya
temperatur, reaksi yang terjadi akan mirip dengan degradasi termal. Tidak
semua bahan polimer dapat pecah dengan meningkatkan temperatur. Van der
Waals adalah gaya antara molekul, yang menarik molekul bersama-sama dan
mencegah pecahnya molekul. Ketika getaran molekul cukup besar, molekul
akan menguap dari permukaan objek. Namun, rantai karbon akan rusak jika
energi yang disebabkan oleh van der Waals di sepanjang rantai polimer lebih
besar dari entalpi ikatan C-C dalam rantai, ini adalah alasan mengapa molekul
polimer yang tinggi susah terurai bila dipanaskan.
2. Suhu
Suhu sangat mempengaruhi produk yang dihasilkan karena sesuai dengan
persamaan Arhenius, suhu makin tinggi nilai konstanta dekomposisi
termal makin besar akibatnya laju pirolisis bertambah dan konversi naik.
3. Ukuran Partikel
Ukuran partikel berpengaruh terhadap hasil, semakin besar ukuran
partikel, luas permukaan per satuam berat semakin kecil, sehingga proses
akan menjadi lambat.
4. Berat Partikel
Semakin banyak bahan yang dimasukkan, menyebabkan hasil bahan
bakar cair (tar) dan arang meningkat.
5. Waktu
18
6. Komposisi Plastik
Jenis plastik bahan baku juga mempengaruhi distribusi produk Jenis
plastik bahan baku juga mempengaruhi distribusi produk. Pada jenis
termoplastik pada umumnya, hasil produk cairan adalah 80 % atau lebih,
dimana PS > PP > PE. Plastik dengan struktur polisiklik mempunyai hasil
cairan dan padatan yang lebih banyak dibandingkan plastik yang
mempunyai struktur poliolefinik. Mempunyai hasil cairan dan padatan
yang lebih banyak dibandingkan plastik yang mempunyai struktur
poliolefinik.
a) Pemotongan rantai akhir atau depolimerisasi: polimer ini rusak dari gugus
akhir berturut-turut menghasilkan monomer yang sesuai.
b) Pemotongan rantai secara acak: Rantai polimer dipecah secara acak ke
dalam fragmen tidak merata panjang.
c) Pelucutan rantai: penghapusan pengganti yang reaktif atau kelompok
samping pada rantai polimer, mengarah ke evolusi produk cracking di satu
sisi, dan rantai polimer charring pada lainnya.
d) Penghubung silang : Pembentukan jaringan rantai, yang sering terjadi
untuk polimer thermosetting ketika dipanaskan.
bakar yang unsur pembentuk utamanya adalah air dan gas. Kita ketahui
bersama bahwa air memiliki jumlah yang begitu besar maka air bisa
dikategorikan sebagai energi terbarukan. Hidrongen (H 2) didapatkan dari
senyawa H2O yang jika diuraikan H2 dan O2. Kekurangan dari pada
bahan bakar hidrogen ialah pengelolahannya yang cukup rumit tapi bila
dimasukkan dalam blans energi tetap menguntungkan, ini dikarenakan
adanya energi yang dipakai untuk menghasilkan energi baru.
jenis, derajat penggabungan dari bahan bakar dan udara merupakan suatu
faktor pengontrol dalam reaksi yang terjadi pada saat campuran bahan
bakar dan udara terbakar, meskipun kwantitas dari udara yang disalurkan
dalam suatu proses pembakaran dapat melebihi kwantitas secara teori,
namun hal tersebut biasa terjadi pada beberapa senyawa seperti
karbonmonoksida dan oksigen yang tidak terbakar. Hal ini seharusnya
dapat digunakan campuran yang tidak lengkap, dan waktu yang tidak
cukup untuk pembakaran yang lengkap srta faktor-faktor lainnya. Apabila
kwantitas udara yang tersedia lebih sedikit daripada kwantitas udara
berdasarkan teori, produk-produk tersebut termasuk CO2 dan CO, dan
mungkin juga terdapat bahan bakar yang tidak dipanaskan dalam produk
pembakaran yang sebenarnya dan kwantitas relatifnya dapat ditentukan
hanya melalui eksperimen.
2
D ( t )=D 2 .t
0−K v ………………………………………..(2.1)
Keterangan:
D : diameter tetesan pada waktu tertentu (mm)
D0 : diameter tetesan awal (mm)
Kv : koefisien evaporasi (mm/s)
t : waktu
27
BAB III
METODE PENELITIAN
10. Camera mikroskop : untuk melihat sampel bahan bakar pada thermocuple
31
12. Laptop : untuk melihat gambar dari kamera mikroskop dan menampilkan
grafik dari data logger
b. Bahan baku
1. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Plastik
HDPE sebagai bahan baku.
Keterangan Gambar :
1. Tabung reaktor
2. Pipa
3. Alat pendingin (kondensor)
33
2
6 7
5 1
4 3
Keterangan Gambar :
1. Laptop
2. Data logger
3. Kamera mikroskop resolusi 1600 mega picxel
35
4. Trafo 5A (12 V)
5. Kawat Ni-Cr(0,90,mm)
6. Thermocouple
7. Tetesan Minyak (0,01 ml)
MULAI
TINJAUAN PUSTAKA
TUJUAN PENELITIAN
PERSIAPAN PENELITIAN
PENGUJIAN DATA
PENGAMBILAN DATA
Tidak
Ya
KESIMPULAN
SELESAI
BAB IV
37
BAB IV
HASIL DAN ANALISA
Pada gambar 4.4 Hasil uji FTIR dengan graphene, membuktikan spektrum
pada puncak gelombang 2854 – 2956 mengandung senyawa alkana ikatan C-H
yang kita lihat melalui daerah frekuensinya menyatakan bahwa intentensitas yang
di temukan kuat. Jumlah transmitansi panas infra merah graphene yang diserap
119% T dan tanpa graphene 108% T . Untuk waktu pengapian relatif lebih cepat
dan waktu pembakaran lebih singkat.
41
0−K v
42
2 2
D ( t )−D 0=−K v . t
2 2
D ( t ) −D0
−K v =
t
2 2
−( 1,987 ) ( 0,75 ) −( 1,987 )
−K v =
0,75
−K v =−0,1387
K v =0,1387
0
0,323 0,1386
5
0,33 2,038 2 0,75 1,987 7
0,296 0,1155
6
0,36 2,038 3 0,9 1,987 6
0,253 0,0990
7
0,42 2,038 9 1,05 1,987 5
0,222 0,0866
8
0,48 2,038 2 1,2 1,987 7
0,385 0,1501
9
0,54 2,013 1 1,35 1,962 7
0,346 0,1351
10
0,6 2,013 5 1,5 1,962 5
0,315 0,1228
11
0,66 2,013 0 1,65 1,962 6
0,288 0,1126
12
0,72 2,013 8 1,8 1,962 3
0,266 0,1039
13
0,78 2,013 6 1,95 1,962 6
0,247
14
0,84 2,013 5 2,1 1,936 0,1448
0,231 0,1351
15
0,9 2,013 0 2,25 1,936 4
0,270 0,1667
16
0,96 2 9 2,4 1,911 7
0,255
17
1,02 2 0 2,55 1,892 0,1853
0,288 0,1847
18
1,08 1,987 8 2,7 1,885 9
0,273 0,1908
19
1,14 1,987 6 2,85 1,873 9
0,342
20
1,2 1,962 2 3 1,863 0,1938
0,325 0,1810
21
1,26 1,962 9 3,15 1,866 2
0,387 0,1795
22
1,32 1,936 9 3,3 1,86 7
0,440 0,1717
23
1,38 1,911 7 3,45 1,86 6
0,422 0,2165
24
1,44 1,911 3 3,6 1,809 8
0,471 0,2328
25
1,5 1,885 2 3,75 1,783 2
0,2918
26
3,9 1,707 8
44
0.14
Grafene
0.12
Tanpa Grafene
Laju Penguapan (mm/s)
0.10
0.08
0.06
0.04
0.02
0.00
0 0.5 1 1.5 2 2.5
Waktu (sekon)
stabil, semakin stabil temperatur lingkungan semakin baik dan semakin cepat
terjadinya penguapan untuk penyalaan.
Diameter vs Waktu
2.1
2.04 tanpa graphene
graphene
1.98
1.92
Diameter (mm)
1.86
1.8
1.74
1.68
1.62
1.56
1.5
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4
Waktu (sekon)
5
2868,1
2924,09 10,534 24,908 5 2752,42 20,553 460,4
2956,87 40,026 22,213 2945,3 2883,58 42,377 13,888
3051,3
9 2947,23 19,447 1,688
Dengan 2868,1
2. graphene 8,952 34,897 25,839 5 2754,35 8,952 3,079
25,887 23,232 29,28 2945,3 2883,58 25,887 9,738
3051,3
8,491 40,026 12,686 9 2947,23 8,491 1,227
47
Intensitas vs puncak
45
40
35
30
intensitas
25
20
15
10 tanpa grafena
5 dengan grafene
0
2840 2860 2880 2900 2920 2940 2960 2980
puncak
Area vs puncak
45
40
35
30
25
Graphene
Area
20 Tanpa Graphene
15
10
5
0
2840 2860 2880 2900 2920 2940 2960 2980
puncak
\
49
BAB V
5.1 KESMIPULAN
Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat memberikan kesimpulan
sebagai berikut :
1. Dengan menggunakan pengujian FTIR (Fourier Tranform Infra Red)
unntuk menganalisis karakteristik penguapan penyalaan api, dan
terbukti bahwa dengan penambahan graphene lebih baik jika
dibandingkan dengan tanpa graphene
2. Diameter penguapan untuk penyalaan api dengan graphene 1,8 mm,
jika tanpa graphene 1,7 mm. relatif rata-rata diameter penguapan
penyalaan api pada 1,8 mm.
3. Waktu penguapan penyalaan api dengan graphene lebih cepat jika
dibandingkan tanpa graphene lebih lambat, sehingga graphene lebih
bagus di lihat dari waktunya hanya butuh waktu 1,5 detik sementara
tanpa graphene 3,9 detik. hal ini dibuktikan dari perbedaan waktu
penguapan untuk penyalaan api yaitu 2,4 detik dan waktu adalah fungsi
dari daya sehingga semakin cepat waktunya semakin bagus dan polusi
berkurang.
4. Warna penyalaan api untuk dengan graphene lebih gelap, ini
dikarenakan graphene memiliki karbon lebih tinggi. Dan untuk warna
api tanpa graphene lebih cerah, dikarenakan karbon lebih rendah.
5.2 SARAN
Saran yang dapat diberikan dalam penelitian adalah sebagai berikut :
1. Diperlukan penelitian lanjutan untuk pengujian pembakaran dengan
penambahan graphene hingga nyala api terbakar sampai titik padam
nyala api.
2. Diperlukan modifikasi alat thermal cracking pirolis yang lebih efisisen.
50
DAFTAR PUSTAKA
Daud Patabang, (2009) “Analisis Nilai Kalor Secara Eksperimental dan Teoritik
dari Briket Arang Kulit Kemiri” Jurnal Mektek Tahun XI No.3
Fira Laras Savira dan Okik Hendriyanto, (2018), “Pirolisis Sampah Plastik
Sebagai Bahan Bakar Alternatif Dengan Penambahan Sampah Ranting”,
Jurnal Envirotek Vol. 9 No. 2
Gina Lova Sari, (2017), “Kajian Potensi Pemanfaatan Sampah Plastik Menjadi
Bahan Bakar Cair”, Jurnal Teknik Lingkungan Vol.3 No.1
Kurniansyah Rizki Hanani, (2015), “Kajian Pirolisis Plastik Low Density Poly
Ethilene Dan Poly Propilene Sebagai Bahan Baka”, Institut Teknologi
Sepuluh Nopember Surabaya.
Marlina Ena; Wardana ING; Yuliati Lilis; Wijayanti W; (2019)” The effect
of fatty acid polarity on the combustion characteristics of vegetable oils
droplets” IOP Conference Series: Materials Science and Engineering IOP
Conf. Series: Materials Science and Engineering 494 IOP Publishing.
Mokhamad Amirudin Ibnu Rosyidi, (2019) “Pemanfatan Sampah Plastik Jenis
Hdpe Menjadi Bahan Bakar Alternatif Proses Pyrolysis” Universitas
Nusantara PGRI Kediri.
51
Velma Nindita, (2015), “Studi Berbagai Metode Pembuatan Bbm Dari Sampah
Plastik Jenis LDPE Dan PVC Dengan Metode Thermal Dan Catalytic
Cracking (Ni-Cr/Zeolit)”, Universitas PGRI Semarang
52
LAMPIRAN
1. Bahan baku plastik HDPE
GRAPHENE 5 PPM
Peak Intensity Corr. Intensity Base (H) Base (L) Area Corr. Area
Peak Intensity Corr. Intensity Base (H) Base (L) Area Corr. Area
Resolution; 4 [1/cm]
4 [1Apodization;/cm]Happ-Genzel
Happ-Genzel
User; Lab Sentral UM
Lab Sentral UM
MURNI
Peak Intensity Corr. Intensity Base (H) Base (L) Area Corr. Area