Anda di halaman 1dari 43

PROPOSAL PROYEK AKHIR

PENGARUH JENIS COOLING PAD TERHADAP


PERFORMANSI SISTEM PENDINGIN EVAPORATIF

Oleh

RAY ARYA WIRADARMA

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK PENDINGIN DAN TATA UDARA

JURUSAN TEKNIK MESIN


POLITEKNIK NEGERI BALI
2023
PROPOSAL PROYEK AKHIR

PENGARUH JENIS COOLING PAD TERHADAP


PERFORMANSI SISTEM PENDINGIN EVAPORATIF

Oleh

RAY ARYA WIRADARMA


NIM. 2015223027

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK PENDINGIN DAN TATA


UDARA

JURUSAN TEKNIK MESIN


POLITEKNIK NEGERI BALI
2023

LEMBAR PENGESAHAN PROPOSAL


ii
PENGARUH JENIS COOLING PAD TERHADAP
PERFORMANSI SISTEM PENDINGIN EVAPORATIF

Oleh

RAY ARYA WIRADARMA


NIM. 2015223027

Diajukan sebagai persyaratan untuk menyelesaikan Proyek Akhir


Program D3 pada Jurusan Teknik Mesin
Politeknik Negeri Bali

Disetujui oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

I Nengah Ardita, S.T., M.T. Dr. Luh Putu Ike Midiani, ST., MT
NIP. 196411301991031004 NIP. 197206021999032002

Disahkan oleh:
Ketua Jurusan Teknik Mesin

Dr. Ir. I Gede Santosa, M.Erg.


NIP. 196609241993031003

iii
LEMBAR PERSETUJUAN

PENGARUH JENIS COOLING PAD TERHADAP


PERFORMANSI SISTEM PENDINGIN EVAPORATIF

Oleh

RAY ARYA WIRADARMA


NIM. 2015223027

Proposal Proyek Akhir ini telah dipertahankan di depan Tim Penguji dan diterima
untuk dapat dilanjutkan sebagai Proyek Akhir pada hari/tanggal:
Senin, 27 Februari 2023

Tim Penguji Tanda Tangan

Ketua Penguji : Dr. Putu Wijaya Sunu, ST., MT. ( )


NIP : 198006142006041004

Penguji I : Ir. I Nyoman Gede Baliarta, MT. ( )


NIP : 196509301992031002

Penguji II : Achmad Wibolo, ST., MT. ( )


NIP : 196405051991031002

iv
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama : Ray Arya Wiradarma
NIM : 2015223027
Program Studi : D3 Teknik Pendingin dan Tata Udara
Judul Proyek Akhir : Pengaruh Jenis Cooling Pad Terhadap Performansi
Sistem Pendingin Evaporatif

Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Buku Proyek Akhir ini bebas
plagiat. Apabila dikemudian hari terbukti plagiat, maka saya bersedia menerima
sanksi sesuai Peraturan Mendiknas RI No.17 Tahun 2010 dan Perundang-
undangan yang berlaku.

Badung, 23 Febeuari 2023


Yang membuat Pernyataan

Materai
10.000

RAY ARYA WIRADARMA


NIM. 2015223027

v
UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam penyusunan Buku Proyek Akhir ini, penulis banyak menerima


bimbingan, petunjuk serta dorongan dan bantuan dari berbagai pihak baik yang
bersifat moral maupun material. Penulis secara khusus mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu. Dengan puji
syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, penulis pada kesempatan ini
menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak I Nyoman Abdi, SE, M.eCom, selaku Direktur Politeknik Negeri Bali.
2. Bapak Dr. Ir. I Gede Santosa, M.Erg, selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin.
3. Bapak I Kadek Ervan Hadi Wiryanata, S.T., M.T, selaku Sekretaris Jurusan
Teknik Mesin.
4. Bapak Ir. I Wayan Adi Subagia, MT, selaku Ketua Program Studi Teknik
Pendingin dan Taat Udara.
5. Bapak I Nengah Ardita, S.T., M.T., selaku dosen pembimbing-1 yang selalu
memberikan bimbingan, arahan, dorongan, dan semangat kepada penulis,
sehingga Buku Proyek Akhir ini dapat diselesaikan.
6. Ibu Dr. Luh Putu Ike Midiani, ST., MT, selaku dosen pembimbing-2 yang selalu
memberikan dukungan, perhatian, semangat dari awal menjadi mahasiswa hingga
saat ini.
7. Segenap dosen dan seluruh staf akademik serta PLP yang selalu membantu dalam
memberikan fasilitas, ilmu, serta pendidikan pada penulis hingga dapat
menunjang dalam penyelesaian Buku Proyek Akhir ini.
8. Kedua orang tua tercinta yang selama ini telah membantu penulis dalam bentuk
perhatian, kasih sayang, semangat, serta doa demi kelancaran dan kesuksesan
dalam meyelesaikan Buku Proyek Akhir ini.
9. Teman – teman seperjuangan dalam meyelesaikan Buku Proyek Akhir yang telah
memberikan banyak masukan serta dukungan kepada penulis
10. Serta masih banyak lagi pihak – pihak yang sangat berpengaruh dalam proses
penyelesaian Buku Proyek Akhir yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu
Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa membalas semua kebaikan yang
telah diberikan.
Semoga buku proyek akhir ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
umumnya, peneliti atau penulis, dan khususnya kepada civitas akademik
Politeknik Negeri Bali.

Badung, 23 Februari 2023


Ray Arya Wiradarma

vi
ABSTRAK

vii
ABSTRACK

viii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Proyek Akhir ini yang berjudul
”Pengaruh Jenis Cooling Pad Terhadap Performansi Sistem Pendingin
Evaporatif” tepat pada waktunya. Penyusunan Proyek Akhir ini merupakan salah
satu syarat untuk kelulusan program pendidikan pada jenjang Diploma 3 Jurusan
Teknik Mesin Politeknik Negeri Bali.
Penulis menyadari pada pembuatan Proyek Akhir ini ditemukan banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penulis berharap kritik
dan saran dari pembaca sebagai pelajaran bagi penulis agar dapat
menyempurnakan karya-karya ilmiah lainnya di masa yang akan datang.

Badung, 23 Februari 20023


Ray Arya Wiradarma

ix
DAFTAR ISI

Halaman Judul ..................................................................................................... ii


Lembar Pengesahan ............................................................................................ iii
Lembar Persetujuan ............................................................................................. iv
Surat Pernyataan Bebas Plagiat........................................................................... v
Kata Pengantar .................................................................................................... vi
Daftar Isi.............................................................................................................. vii
Daftar Tabel ........................................................................................................ ix
Daftar Gambar ..................................................................................................... x
Daftar Lampiran .................................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 2
1.3 Batasan Masalah................................................................................ 2
1.4 Tujuan Penelitian .............................................................................. 2
1.4.1 Tujuan Umum .......................................................................... 2
1.4.2 Tujuan Khusus ......................................................................... 3
1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................ 3
1.5.1 Bagi Penulis ............................................................................. 3
1.5.2 Bagi Politeknik Negeri Bali ..................................................... 3
1.5.3 Bagi Masyarakat....................................................................... 3
BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................... 5
2.1 Sistem Pendingin Evaporatif ............................................................. 5
2.2 Cara Kerja Sistem Pendingin Evaporatif .......................................... 5
2.3 Tipe Desain Sistem Pendingin Evaporatif ........................................ 6
2.4 Komponen Sistem Pendingin Evaporatif dan Fungsi Komponennya 8
2.5 Cooling Pad ...................................................................................... 9
2.6 Jenis Bahan Cooling Pad yang sudah pernah diteliti ........................ 10
2.7 Pasir Zeolit ........................................................................................ 11

x
2.8 Serabut Kelapa .................................................................................. 12
2.9 Pscychometric chart .......................................................................... 12
2.9.1 Parameter pada psychometric chart ......................................... 13
2.10 Performansi Sistem Pendinginan Evaporatif .................................. 16
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 20
3.1 Jenis Penelitian .................................................................................. 20
3.1.1 Desain penempatan komponen utama ...................................... 20
3.1.2 Desain penempatan alat ukur ................................................... 21
3.2 Alur Penelitian .................................................................................. 22
3.3 Lokasi dan Waktu penelitian............................................................. 23
3.4 Penentuan Sumber Data .................................................................... 24
3.5 Sumber Daya Penelitian .................................................................... 24
3.6 Instrumen Penelitian.......................................................................... 24
3.7 Prosedur Penelitian............................................................................ 26
3.7.1 Langkah persiapan ................................................................... 26
3.7.2 Langkah pengambilan data ...................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 27
LAMPIRAN ....................................................................................................... 28

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Jenis bahan cooling pad yang sudah pernah diteliti ........................... 10
Tabel 3.1 Jadwal pelaksanaan penelitian proyek akhir ..................................... 22
Tabel 3.2 Data hasil pengujian jenis dengan temperatur lingkungan ................... 26
Tabel 3.3 Data hasil pengujian jenis dengan menggunakan air yang didinginkan
................................................................................................................................. 26

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Direct Evaporative Cooling ........................................................... 5


Gambar 2.2 Indirect Evaporative Cooling ......................................................... 6
Gambar 2.3 Stayrofoom...................................................................................... 7
Gambar 2.4 Fan / Kipas ..................................................................................... 7
Gambar 2.5 Cooling Pad .................................................................................... 8
Gambar 2.6 Pompa Air....................................................................................... 8
Gambar 2.7 Bak penampung air bawah ............................................................. 9
Gambar 2.8 Pipa air ............................................................................................ 9
Gambar 2.9 Psychometric Chart ........................................................................ 12
Gambar 2.10 Dry-bulb temperature ................................................................... 12
Gambar 2.11 Wet-bulb temperature ................................................................... 13
Gambar 2.12 Dew-point temperature................................................................. 13
Gambar 2.13 Specific Humidity ......................................................................... 14
Gambar 2.14 Relative Humidity ......................................................................... 14
Gambar 2.15 Enthalpi ........................................................................................ 15
Gambar 2.16 Specific volume ............................................................................. 15
Gambar 3.1 Desain penempatan komponen utama ............................................ 19
Gambar 3.2 Desain penempatan alat ukur ......................................................... 20
Gambar 3.3 Diagram alur penelitian .................................................................. 21
Gambar 3.4 Display dan kabel thermocouple .................................................... 24
Gambar 3.5 Multimeter ...................................................................................... 25
Gambar 3.6 Anemometer ................................................................................... 25
Gambar 3.7 Stopwatch ....................................................................................... 26

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

xiv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia merupakan Negara yang beriklim tropis sehingga pemakaian
sistem pengkondisian udara sangat di butuhkan oleh masyarakat. Teknik
pengkondisian udara sudah banyak digunakan, antara lain pada bidang industri,
rumah tinggal, pertokoan, perkantoran, hotel, dan kendaraan. Pengkondisian
udara diperlukan untuk memberikan kondisi lingkungan yang berudara nyaman,
segar, dan bersih. Oleh karena itu perlu perlakukan proses terhadap udara untuk
mengatur temperatur, kelembaban dan kebersihan, serta mendistribusikannya
secara serentak guna memenuhi kenyamanan yang diinginkan.
Sekarang ini banyak alat pengkondisian udara yang kurang ramah
lingkungan. Misalnya AC (air conditioning) baik untuk ruangan atau untuk
kendaraan, lemari es, maupun yang lainnya. Penyebabnya yaitu penggunaan
refrigeran yang tidak ramah lingkungan seperti refrigeran CFC (Cloro Fluro
Carbon). Refrigeran tersebut dapat merusak lingkungan, yakni merusak lapisan
ozon yang nantinya dapat menyebabkan pemanasan global. Oleh sebab itu,
diperlukan suatu alat pengkondisian udara yang ramah lingkungan seperti sistem
pendingin evaporatif. Pendingin evaporatif merupakan sistem pengkondisian
udara yang menggunakan air untuk mendinginkan dan menambah kadar air atau
kelembaban pada aliran udara, sehingga temperatur bola kering menjadi lebih
dingin dari pada sebelum mengalami proses penguapan.
Sistem Pendingin Evaporatif tidak sama dengan AC, karena tidak
menggunakan kompresor dan refrigeran sebagai zat pendingin. Pada sistem
pendingin evaporatif udara mengalir melalui media pad basah sehingga
menurunkan temperatur udara ruangan. Dalam penelitian ini bahan pad yang
digunakan terbuat dari pasir zeolit dan serabut kelapa. Proses pendinginan pada
sistem pendingin evaporatif berlangsung dengan dua cara yaitu: proses
pendinginan secara langsung dan proses pendinginan secara tidak langsung.
1
2

Dibandingkan dengan AC sistem kompresi uap, sistem pendingin evaporatif


relatif lebih ramah lingkungan dan tidak merusak ozon. Selain itu daya listrik
yang dibutuhkan lebih rendah dan harganya lebih murah dibandingkandengan AC
sistem kompresi uap. Maka dari itu dengan memperhatikan hal-hal yang ada di
atas, penulis ingin melakukan penelitian tentang bagaimana” pengaruh jenis
cooling pad terhadap performansi sistem pendingin evaporatif”.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang akan dibahas pada Proyek Akhir yang berjudul
“Pengaruh Jenis Cooling Pad Terhadap Performansi Sistem Pendingin
Evaporatif” ini di antaranyta:
1. Bagaimana pengaruh jenis cooling pad terhadap performansi sistem
pendingin evaporatif?
2. Bagaimana daya listrik yang di butuhkan pada sistem pendingin
evaporatif?

1.3 Batasan Masalah


Dalam Proyek Akhir ini penulis akan membahas mengenai pengaruh jenis
cooling pad terhadap performansi sistem pendingin evaporatif.

1.4 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dari dibuatnya penelitian proyek akhir ini sebagai berikut:

1.4.1 Tujuan Umum


Sebagai persyaratan untuk menyelesaikan Program Pendidikan Diploma 3
pada jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Bali.
3

1.4.2 Tujuan Khusus


Untuk penulis secara khusus bertujuan untuk:
1. Mengetahui pengaruh jenis cooling pad dengan lingkungan terhadap
performansi sistem pendingin evaporatif.
2. Mengetahui daya listrik yang di butuhkan pada sistem pendingin
evaporatif.

1.5 Manfaat Penelitian


Penulis berharap dengan adanya penelitian ini dapat memberikan manfaat
sebagai berikut:

1.5.1 Bagi Penulis


1. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan
bagi penulis tentang sistem pendingin evaporatif.
2. Dengan adanya penelitian ini penulis dapat menerapkan ilmu yang
telah dipelajari selama mengikuti perkuliahan di Politeknik Negeri Bali
khususnya Program Studi Teknik Pendingin dan Tata Udara.

1.5.2 Bagi Politeknik Negeri Bali


1. Diharapkan adanya pengembangan peralatan praktik di Laboratorium
Program Studi Teknik Pendingin dan Tata Udara.
2. Menambah literatur dan dapat dipergunakan sebagai acuan bagi
mahasiswa Politeknik Negeri Bali.

1.5.3 Bagi masyarakat


1. Hasil pengujian dapat menjadi pengetahuan yang baru bagi masyarakat
2. Agar masyarakat dapat mengetahui terdapat sistem pendingin selain
dari kompresi uap yaitu sistem pendingin evaporatif.
4

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Sistem Pendingin Evaporatif


Sestem Pendingin Evaporatif merupakan sistem pengkondisian udara yang
di mana penguapan cairan, biasanya ke udara sekitarnya, mendinginkan suatu
benda atau cairan yang di ambil dari udara. menggunakan air sebagai media
pendinginan dan menambah kelembaban pada aliran udara, sehingga temperatur
bola kering menjadi lebih dingin dibandingkan sebelum mengalami proses
penguapan. Udara dalam proses penguapan dibedakan atas temperatur bola kering
(dry bulb temperature) dan temperatur bola basah (wet bulb temperature).
Perbedaan kedua temperatur tersebut dari kondisi udara yang digunakan, akan
menentukan terhadap besarnya efek pendinginan yang terjadi. Sistem pendingin
evaporatif secara teknik disebut dengan pendinginan adiabatik. Pendinginan
adiabatik adalah proses pengkondisian udara yang dilakukan dengan membiarkan
kontak langsung antara udara dengan uap air sehingga terjadi perubahan dari
panas sensibel menjadi panas laten. Perbedaan dasarnya adalah pada udara
keluaran direct evaporative cooling (DEC) kelembapannya meningkat ,sedangkan
pada indirect evaporative cooling (IEC) kelembapannya konstan karena air
pendinginnya tidak berkontak langsung dengan udara (Reksa Anestyan et al.,
2018).

2.2 Cara Kerja Sistem Pendingin Evaporatif


Pada sistem pendingin evaporatif bekerja dengan menghisap udara dari
lingkungan, saat dihisap inilah udara bersinggungan dengan pad yang ditetesi air
di sisi belakang (sisi hisap) blower/fan. Air membasahi pad yang menyerupai jala-
jala di bagian atasnya dan sisa tetesan ini akan jatuh di water tank yang ada di
bawah. Air disirkulasikan dari water tank ke bagian atas pad dengan bantuan
pompa. Udara dingin yang keluar dari pad akan dihisap dan dihembuskan oleh
blower/fan kelingkungan, dan proses pendinginan pun berlangsung. Selama
5

penguapan berlangsung sistem tersebut harus menyerap panas yang berasal dari
udara masuk yang bersentuhan dengan air. Sebagian panas diserap oleh air dan
udara menjadi lebih dingin. Air tidak kenaikan suhu selama proses ini, tetapi
hanya berubah dari fase cairan menjadi uap. (Suryana et al., 2014).

Dalam penelitian ini air yang digunakan adalah air PDAM dengan
temperatur lingkungan, temperatur lingkungan yang dimaksud yaitu temperatur di
Lab Tata Udara Politeknik Negeri Bali yang berkisaran 30℃.

2.3 Tipe Desain Sistem Pendngin Evaporatif


A. Sistem pendingin Evaporatif Langsung (Direct Evaporatif Cooling)
Sisitem pendingin evaporatif langsung (Direct evaporatif cooling)
merupakan suatu cara yang digunakan untuk mendinginkan udara dengan sangat
sederhana. Sebuah unit pendingin menguapkan uap air secara mekanik dengan
menggunakan kipas angin untuk menarik udara melalui membran yang dibasahi
atau pad, yang menyediakan permukaan yang luas untuk penguapan air ke udara.
Air disemprotkan di bagian atas pad sehingga dapat menetes ke dalam pad dan
terus menjaga pad dalam keadaan basah. dimana udara melewati media basah
secara langsung untuk menurunkan temperatur dengan memanfaatkan
perpindahan kalor udara lingkungan ke air. Setiap kelebihan air yang menetes
keluar dari bagian bawah pad dikumpulkan dalam bak penampungan air
kemudian diedarkan kembali ke atas. Prinsip kerja direct evaporatif cooling dapat
dilihat pada Gambar di bawah ini:

Gambar 2.1 Direct evaporative cooling


Sumber: Amer (2015)
6

Udara dari luar dialirkan secara paksa menggunakan supply fan melalui
cooling pad yang dijaga tetap basah dengan cara mengalirkan air dari bagian atas
cooling pad sehingga sebagian panas sensibel dari udara dipindahkan ke air dan
menjadi panas laten yang menyebabkan suhu udara menjadi dingin (Amer et al.,
2015).

B. Sistem Pendingin Evaporatif Tidak Langsung (Indirect evaporatif


cooling)
Sistem pendingin evaporative tidak langsung (Indirect evaporatif cooling)
merupakan proses mendinginkan tanpa meningkatkan kelembaban spesifik.
Sistem kerjanya dimana udara lingkungan di dinginkan dengan cara kontak
langsung antara air dan udara, sehingga terjadi perpindahan kalor dari udara ke air
yang mengakibatkan proses penguapan, sehingga temperatur udara turun dan nilai
kelembabanya konstan. Sistem indirect lebih mahal dan mengonsumsi energi
yang lebih banyak jika dibandingkan dengan menggunakan sistem direct
evaporatif cooling. Prinsip kerja dari sistem ini ditunjukkan pada gambar di
bawah ini:

Gambar 2.2 Indirect evaporatif cooling


Sumber : Amer (2015)

Supply fan mengalirkan udara luar (outdor air) hingga bersentuhan dengan
satu sisi permukaan heat exchanger yang dingin, yang didalamnya mengalir udara
7

yang suhunya relatif rendah. Setelah terjadi perpindahan panas antara udara yang
mengalir di luar heat exchanger dengan udara yang berada di dalam melalui heat
exchanger, udara yang di dalam suhunya menjadi naik dan pada saat bersamaan
pada sisi lain heat exchanger bersentuhan dengan cooling pad sehingga terjadi
proses direct evaporatif cooling (Amer et al., 2015).

2.4 Komponen Pendingin Evaporatif dan Fungsi Komponennya


A. Styrofoom atau casing
Bagian yang merupakan frame atau rangka dari sebuah evaporative
cooling dan berfungsi sebagai tempat melekat dari cooling pad, pompa, bak air,
fan atau kipas. Dalam penelitian ini menggunakan styrofoom dengan ukuran 75cm
x 40cm.

Gambar 2.3 Stayrofoom


Sumber : https://images.app.goo.gl/hVae9cNSPNxi7bwk9

B. Fan atau kipas


Fan atau kipas merupakan peralatan yang berfungsi untuk mengalirkan
udara dari luar untuk masuk melewati saluran masuk cooling pad serta keluar
melalui saluran output. Fan yang digunakan berukuran 15x15cm menggunakan
arus listrik AC 220 volt.

Gambar 2.4 Fan / Kipas


Sumber : https://static.cytron.io
8

C. Cooling pad
Cooling pad merupakan bagian yang berfungsi sebagai media pendingin
dan umumnya cooling pad terbuat dari bahan berpori. Cooling pad digunakan
untuk proses penguapan yang mengubah udara menjadi lebih sejuk .

Gambar 2.5 Cooling Pad


Sumber : https://indonesian.alibaba.com

D. Pompa air
Pompa berfungsi untuk mensirkulasikan air dari water tank (penampungan
air), pompa bekerja ketika udara dialirkan oleh kipas melewati cooling pad
dimana pompa mengalirkan air dari water tank ke bagian atas cooling pad.
Spesifikasi pompa yang akan digunakan:
Output : 1000 L/H
Voltage : 220-240V
Power : 8W

Gambar 2.6 Pompa Air


Sumber : Joey (2021)
9

E. Bak penampung air


Bak penampung air berfungsi untuk menampung air yang akan
disirkulasikan dalam sistem. Dengan ukuran 28 x 30cm dengan tinggi 13cm.

Gambar 2.7 Bak penampung air

F. Pipa air
Pipa air berfungsi untuk tempat mengalirkan air dari bak penampung air
bagian bawah menuju ke cooling pad.

Gambar 2.8 Pipa Air


Sumber: Kania Dekoruma (2019)
10

2.5 Cooling Pad

Cooling pad merupakan komponen yang berpori dan harus tetap basah.
Cooling pad menyerap dan menahan air yang disemprotkan oleh sistem dan
melepaskan air tersebut dalam bentuk uap ke udara. Aliran udara yang melewati
cooling pad berkontak langsung dengan air pada pori-pori cooling pad
memberikan panas sensibel ke air menjadi panas laten yang mengubah air
menjadi uap. Cooling pad memfasilitasi perubahan fase air dari cair ke uap.
Prinsip kerja cooling pad udara luar masuk melalui celah-celah cooling pad. Pad
didinginkan dengan sirkulasi air secara terus menerus. Air di alirkan
menggunakan mesin pompa ke bagian atas cooling pad dan membasahi cooling
pad dengan merata. Sisa air yang menetes akan ditampung pada bak penampung
air kemudian di pompa kembali ke bagian atas cooling pad, proses ini
berlangsung secara terus menerus (Carbonari et al., 2015).

2.6 Jenis bahan cooling pad yang sudah pernah diteliti


Penelitian mencari bahan pad alternatif telah dilakukan seperti
menggunakan bahan anti selip, serabut kelapa, sumbu kompor, dan spon, karung
goni, jaring paranet. Seperti yang di tunjukkan pada tabel 2.2.

Tabel 2.2 Jenis bahan cooling pad yang sudah pernah diteliti

PENULIS BAHAN COOLING HASIL RISET


PAD
Suryana Spon Semakin tebal pad yang digunakan maka
semakin baik performansi dari sistem
evaporative cooling.
Rahman Serabut kelapa Dengan menggunakan spray satu lubang
menghasilkan efektifitas yang tinggi.
Sunarwo Tanpa Pad Performansi sistem evaporative cooling
dipengaruhi oleh temperatur lingkungan,
temperatur air pada reservoir, kecepatan
fan.
Wijaksana Karung goni dan Karung goni dipertimbangkan sebagai
sumbu kompor bahan pad alternatif.
Santika Sumbu kompor Sumbu kompor menghasilkan
pendinginan yang lebih nyaman.
Suryadi Anti selip dan Jaring Efisiensi Air Cooler terbaik dihasilkan
11

paranet dari pad dengan bahan anti selip.


Ariyanto Kain goni Efektifitas evaporative cooling semakin
baik dengan penambahan jumlah lapisan
cooling pad.
Carvalho Anti selip Efektifitas evaporative cooling terbaik
pada jumlah lapisan cooling pad
terbanyak.
Dalam penelitian ini menggunakan pad berbahan pasir zeolite dan serabut
kelapa dengan ukuran 12 x 12cm.

2.7 Pasir Zeolit


Pasir Zeolit merupakan salah satu adsorben alternatif yang memiliki
kemampuan adsorpsi yang tinggi karena memiliki pori yang banyak dan
mempunyai kapasitas tukar kation yang tinggi dan dapat diaplikasi dalam rentang
suhu yang luas sehingga sangat cocok digunakan sebagai adsorben. Zeolit dapat
diklasifikasikan menjadi zeolit alam dan zeolit sintetik. Zeolit alam adalah
mineral aluminosilikat. Zeolit memiliki kisi kristal yang sangat terbuka yang
memungkinkan molekul seperti uap air yang ditahan di dalam kristal itu sendiri.
Zeolit sintetik, juga disebut saringan molekuler, adalah aluminosilikat kristal yang
diproduksi dalam proses termal (Zhao, 2010).

2.8 Serabut Kelapa


Serabut kelapa adalah sumber daya terbarukan dan bahan netral CO.
Serabut kelapa memiliki, serat melimpah, tidak beracun, dapat terurai secara
hayati, densitas rendah dan biaya rendah. Serat memiliki tingkat retensi air yang
tinggi dan kaya mikronutrien. Serabut kelapa terdiri dari 30% berat serat dan 70%
berat bahan empulur. (Verma et al.,2013)

2.9 Pscychometric chart


Pscychometric chart merupakan sebuah grafik yang menunjukkan suatu
hubungan antara temperature, kelembaban, entalpi dan kandungan uap air. Grafik
psychrometric sangat berguna untuk mengetahui sifat-sifat udara (yang diperlukan
dalam bidang tata udara) (Wang, 1994).
12

Gambar 2.9 Psychometric chart


Sumber: https://id.scribd.com/document/515444274/Psychrometric-Chart

2.9.1 Parameter pada psychometric chart


1. Dry-bulb temperature (temperatur bola kering)
Dry-bulb Temperature (DB) mengukur suhu udara normal dalam derajat
Fahrenheit dan ditunjukkan dengan garis vertikal dengan satuan (℃). Suhu bola
kering ditunjukkan di bagian bawah grafik psikrometri (Stanfield dan Skaves,
2013).

Gambar 2.10 Dry- bulb temperature


Sumber: Ferry Irawan (2021)
13

2. Wet-bulb temperature (temperatur bola basah)


Wet-bulb Temperature (WB) mengukur suhu bola basah dalam derajat
Fahrenheit dan ditunjukkan dengan garis diagonal dengan satuan (℃). Suhu bola
basah ditunjukkan di sepanjang bagian melengkung di sisi kiri grafik psikrometri
(Stanfield dan Skaves, 2013).

Gambar 2.11 Wet-bulb temperature


Sumber: Ferry Irawan (2021)

3. Dew-point temperature (suhu titik embun)


Dew-point temperature (DP) mengukur suhu di mana air akan mulai
mengembun dari udara. Ini diukur dalam satuan (℃) dan ditunjukkan dengan
garis horizontal. Temperatur titik embun ditunjukkan sepanjang bagian
melengkung di sisi kiri grafik psikrometri. Mereka adalah angka yang sama yang
digunakan untuk membaca suhu bola basah. Namun, garis titik embun adalah
horisontal sedangkan garis bola basah diagonal (Stanfield dan Skaves, 2013).

Gambar 2.12 Dew-point temperature


Sumber: Ferry Irawan (2021)
14

4. Specific Humidity (kelembaban spesifik)


Specific humidity (W) mengukur berat uap air di udara dalam butir dan
ditunjukkan dengan garis horizontal dengan satuan (kg/kg dry air). Pembacaan
kelembaban spesifik ditunjukkan di sisi kanan grafik (Stanfield dan Skaves,
2013).

Gambar 2.13 Specific Humidity


Sumber: Ferry Irawan (2021)

5. Relative Humidity (RH)


Kelembaban relatif (RH), mengekspresikan persentase uap air di udara
dibandingkan dengan jumlah uap air yang bisa ditampung udara dengan satuan
(%). Kelembaban relatif ditunjukkan oleh garis lengkung menyapu. Nilai-nilai
ditulis pada baris (Stanfield dan Skaves, 2013).

Gambar 2.14 Relative Humidity


Sumber: Ferry Irawan (2021)
15

6. Enthalpi (h)
Enthalpi (h) mengukur total kandungan panas udara dalam BTU per pon
udara. Garis entalpi adalah garis diagonal yang hampir sejajar dengan garis suhu
bola basah dengan satuan (kJ/kg). Nilai entalpi ditunjukkan di sebelah kiri di
sepanjang garis lurus sejajar dengan garis melengkung (Stanfield dan Skaves,
2013).

Gambar 2.15 Enthalpi


Sumber: Ferry Irawan (2021)
7. Specific volume (SpV)
Specific volume mengukur ruang dalam kaki kubik yang ditempati oleh
setiap pon udara. Garis volume spesifik adalah garis diagonal dengan kemiringan
yang tidak terlalu jauh dengan satuan (m3/kg). Nilai-nilai ditulis pada baris
(Stanfield dan Skaves, 2013).

Gambar 2.16 Specific volume


Sumber: Ferry Irawan (2021)
16

2.10 Performansi Sistem Pendinginan Evaporatif


Performansi pendinginan sistem pendingin evaporative dapat dihitung
dengan persamaan berikut:
a. Pertambahan kandungan uap air
Pertambahan kandungan uap air pada proses sistem pendingin
evaporatif dapat dihitung dengan persamaan(2.1) :
∆w = wB - wA.......................................................................................... (2.1)
Dimana:
wB : kelembapan spesifik udara keluar dari cooling pad,
(kgair/kgudara).
wA : kelembapan spesifik udara masuk ke cooling pad, (kgair/kgudara).
Δw : pertambahan kandungan uap air per 1 kg udara kering, (kgair/kgudara).

b. Laju aliran volume udara (Qudara)


Laju aliran volume udara dapat dihitung dengan persamaan (2.2):
Qudara = V x A ......................................................................................... (2.2)
Dimana :
Qudara : debit aliran udara, (m3/s)
V : kecepatan rerata aliran udara, (m/s)
A : luas penampang, (m2)

c. Laju aliran massa udara (ṁudara)

Laju aliran massa udara dapat dihitung dengan Persamaan (2.3):


ṁudara = 𝑉 𝑥 𝐴 ..................................................................................(2.3)
vA

Dimana :
ṁudara : laju aliran massa udara, (kgudara/s)
vA : volume spesifik di titik A, (m3/kg)
V : kecepatan rerata aliran udara, (m/s)
A : luas penampang, (m2)
17

d. Energi kalor sensibel yang dilepas udara (Qout)


Energi kalor sensibel yang dilepas udara yang terjadi pada
proses evaporative cooling dapat dicari dengan Persamaan (2.4)
Qout = ṁudara x (hA-hC)........................................................................... (2.4)
Dimana:
Qout : energi kalor sensibel yang dilepas udara, (kJ/s)
ṁudara : laju aliran massa udara, (kgudara/s)
hA : entalpi udara di titik A, (kJ/kgudara)
hC : entalpi udara di titik C, (kJ/kgudara)
18

e. Energi kalor sensibel yang dilepas udara (Qout)


Energi kalor sensibel yang dilepas udara yang terjadi pada
proses evaporative cooling dapat dicari dengan persamaan (2.5)
Qout = ṁudara x (hA-hC)........................................................................... (2.5)
Dimana:
Qout : energi kalor sensibel yang dilepas udara, (kJ/s)
ṁudara : laju aliran massa udara, (kgudara/s)
hA : entalpi udara di titik A, (kJ/kgudara)
hC : entalpi udara di titik C, (kJ/kgudara)

f. Efektivitas pendinginan cooling pad (є)


Efektivitas pendinginan cooling pad dinyatakan dengan
perbandingan antara besarnya penurunan suhu udara kering yang dicapai
dengan besarnya maksimum penurunan suhu udara yang mungkin dicapai,
dinyatakan dengan Persamaan (2.6)

∆Taktual TdbA−TdbB
= ∆Tmaksimum = TdbA−Twb .............................................................. (2.6)
Є

Dimana (2.6) :
Є : Efektifitas pendinginan cooling pad
TdbB : Suhu udara kering di titik B, (oC)
TdbA : Suhu udara kering di titik A, (oC)
Twb : Suhu udara basah, (oC)

g. Energy efficiency ratio (EER) merupakan hasil bagi antara kapasitas


pendinginan sensibel dengan jumlah energi jumlah konsumsi energi
pendinginan dapat dihitung dengan persamaan berikut:

𝑄𝑠
𝐸𝐸𝑅 = .............................................................................................. (2.7)
𝑝
19

Dimana:
Q = laju aliran volume udara, m3/s.
ρ = massa jenis udara, kg/m3.
Cp = panas spesifik udara, kJ/kg.K
P = konsumsi energi pendinginan, kW.
𝑇𝑑𝐵,𝑖 = temperatur bola kering udara yang memasuki sistem.
𝑇𝑑𝐵,𝑜 = temperatur bola kering udara yang keluar sistem.

h. Untuk mengetahui berapa besar daya listrik yang dibutuhkan pada


sistem yaitu dengan menghitung tegangan dan arus yang masuk pada
pompa dan fan dapat dihitung dengan persamaan berikut:
P = V x I ................................................................................................. (2.8)
Dimana:
P = Daya yang dibutuhkan pada sistem (watt)
V = Tegangan sumber (volt)
I = Arus yang masuk (Ampere)
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis penelitian


Jenis penelitian yang di gunakan dalam Proyek Akhir ini adalah metode
eksperimen, dengan membandingkan pengaruh jenis cooling pad terhadap
performansi sistem pendingin evaporatif pertama menggunakan jenis cooling pad
kedua pengaruh jenis performansi sistem pendingin evaporatif.
Performansi sistem pendingin evaporatif merupakan perbandingan antara
panas sensibel yang di buang (Qout) terhadap konsumsi daya yang diperlukan (P).
Q sensibel merupakan hasil perkalian laju alir massa udara dengan selisih
enthalpy udara masuk (h) dengan enthalpy udara keluar (h).
Data hasil pengujian akan di masukkan ke tabel hasil pengujian dan
selanjutnya akan di masukkan ke Pscychometric chart untuk mencari temperatur
bola basah, enthalpy, volime spesifik, rassio kelembapan. Data-data tersebut akan
di olah dan di analisa agar mendapatkan hasil, dari hasil tersebut kemudian dapat
di tarik sebuah kesimpulan.

3.1.1 Desain penempatan komponen utama

3
.

Hot Air Cool Air

5 4

V&I 2
.
6

Gambar 3.1 Desain penempatan komponen utama.

20
21

Keterangan penempatan komponen utama:


1. Cooling pad
2. Pompa
3. Fan
4. Casing/styrofom
5. Pipa air
6. Bak penampung air

3.1.2 Desain penempatan alat ukur

RH. Lingk. RH1 RH2

T1. Lingk T1 T2

Hot Air Cool Air

V&I

Gambar 3.2 Desain penempatan alat ukur

Keterangan penempatan alat ukur:


T1 = Temperatur bola kering (dry bulb) 1
T2 = Temperatur bola kering (dry bulb) 2
RH1 = Relative humidity 1
RH2 = Relative humidity 2
V = Tegangan
I = Arus
22

3.2 Alur penelitian

Mulai

Hasil rancangan

Persiapan alat dan bahan Tidak

Pemasangan alat ukur

Pengujian jenis cooling


Ya
pad terhadap
performansi pendingin
evaporatif

datannn

Pengolahan data

Pembahasan

Kesimpulan

Selesai

Gambar 3.3 Diagram alur penelitian


23

3.3 Lokasi dan Waktu penelitian

a. Lokasi Pembuatan Proyek Akhir.


Tempat dan lokasi untuk pengerjaan proyek akhir ini dilakukan di
dalam kampus dan pengambilan data proyek akhir ini dilakukan di
Laboratorium Tata Udara, Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Bali.
b. Waktu Pembuatan Proyek Akhir.
Jadwal perancangan dalam tabel yakni meliputi kegiatan persiapan,
pelaksanaan, pengambilan data, pengolahan data, dan penyusunan laporan
proyek akhir. Mengingat terbatasnya waktu diharapkan agar terjalin
dukungan dan kerjasama yang baik dari beberapa pihak. Jadwal
penyelesaian Proyek Akhir terdapat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Jadwal pelaksanaan penelitian proyek akhir


24

3.4 Penentuan Sumber Data


Pada penelitian ini data-data diperoleh dengan menguji sistem pendingin
evaporatif yang menggunakan cooling pad zeolit dan menggunakan cooling pad
serabut kelapa. Data-data dapat diambil setelah sistem bekerja secara normal,
setelah sistem bekerja dengan normal maka langsung dilakukan pengambilan data
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

3.5 Sumber Daya Penelitian


Dalam pengujian ini dibutuhkan tenaga untuk menangani proses
pengujianya, yaitu dosen sebagai pembimbing saat dilakukannya pembuatan
rancang bagun ini, teknisi atau tim Lab Refrigerasi sebagai penuntun atau
membantu dalam proses pengujian ini dan saya sebagai mahasiswa yang
membuatnya. Tempat pembuatan rancang bangun ini adalah di Laboratorium Tata
Udara, Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Bali. Agar lebih mudah untuk
melakukan bimbingan dan untuk mempermudah meminjam alat yang akan
digunakan pada saat proses pembuatan rancang bangun ini.

3.6 Instrumen Penelitian


Pada penelitian ini alat ukur yang digunakan untuk memperoleh data
pengujian adalah sebagai berikut:
a. Thermocouple
Thermocouple adalah jenis sensor suhu yang digunakan untuk mendeteksi
atau mengukur suhu melalui dua jenis logam konduktor berbeda yang
digabung pada ujungnya sehingga menimbulkan efek “thermo – electric “.

Gambar 3.4 Display dan kabel thermocouple


25

b. AVO meter / Multimeter

AVO meter adalah singkatan dari Ampere, Volt, Ohm meter, jadi
Avometer adalah alat untuk mengukur arus, tegangan, tahanan pada suatu
rangkaian.

Gambar 3.5 Multimeter

c. Anemometer
Anemometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur tingkat
kecepatan aliran udara yang mengalir masuk melalui kipas.

Gambar 3.6 Anemometer


26

a. Stopwatch

Alat yang digunakan untuk mcngatur waktu yang dibutuhkan pada waktu
pengambilan data atau pegujian.

Gambar 3.7 stopwatch


Sumber: MR Rahmat (2015)

3.7 Prosedur penelitian

Proses pengambilan data pada Sistem pendingin evaporatif berbahan pad


zeolit dilakukan dengan mengikuti prosedur pengujian sebagai berikut:

3.7.1 Langkah Persiapan


a. Mempersiapkan alat ukur dan alat pengujian lainya yang akan digunakan untuk
pengambilan data seperti: Thermocouple, Avometer, Anemometer, Stopwatch,
dan lainnya yang diperlukan.
b. Memeriksa alat dan media sudah dalam kondisi yang baik dan siap digunakan
untuk pengambilan data.
3.7.2 Langkah Pengambilan Data
a. Menghidupkan sistem dan membiarkan sistem bekerja selama 20 menit.
b. Melakukan pengambilan data dengan penuh hati-hati dan teliti dengan titik
pengambilan data sebagai berikut :
Tdb1 : Temperatur Bola Kering 1
Tdb2 : Temperatur Bola Kering 2
RH1 : Kelembaban udara 1
RH2 : Kelembaban udara 2
V : Tegangan
I : Arus
27

c. Catat hasil pengambilan data dari awal sampai akhir sesuai dengan waktu yang
ditentukan.
d. Pengambilan data setiap 5 menit sekali selama 8 jam
e. Jika sudah selesai matikan sistem dalam posisi OFF.

Tabel 3.2 Data hasil pengujian menggunakan cooling pad pasir zeolit.

No Waktu (Menit) T. Link. (C). T1 (°C) T2 (°C) RH. Link. RH.1 RH.2 Daya Blower Pompa ( W )
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Tabel 3.3 Data hasil pengujian menggunakan cooling pad serabut kelapa.

No Waktu (Menit) T. Link. (C). T1 (°C) T2 (°C) RH. Link. RH.1 RH.2 Daya Blower Pompa ( W )
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
28

DAFTAR PUSTAKA

Amer, O., R. Boukhanouf, and H. G. Ibrahim. 2015. “A Review of Evaporative


Cooling Technologies.” International Journal of Environmental Science and
Development 6 (2): 111–17. https://doi.org/10.7763/ijesd.2015.v6.571.

Carbonari, A., B. Naticchia, and M. D’Orazio. 2015. “Innovative Evaporative


Cooling Walls.” Eco-Efficient Materials for Mitigating Building Cooling
Needs: Design, Properties and Applications, 215–40.
https://doi.org/10.1016/B978-1-78242-380-5.00008-X.

Hidayati, Baiti, Ferry Irawan, and Yolanda Biola Herawati. 2021. “Analisis
Kelembaban Udara Pada AC Split Wall Usia Pakai 8 Tahun Dengan
Kapasitas 18000 Btu/Hr.” Jurnal Austenit 13 (1): 8–12. https://j ur na l.po lsr
i.ac. id/ i nde x.p hp/ a uste nit /ar t ic le/ view /3263/1418.

Juniarta, P. (2014, September). ”Study Eksperimental Performansi Pendinginan


Evaporative Portable Dengan Pad Berbahan Sumbu Kompor Dengan
Ketebalan Berbeda". Jurnal Ilmiah TEKNIK DESAIN MEKANIKA ,
VOL1.

Reksa Anestyan, Dhanu, Hendra Wijaksana, I Nengah Suarnadwipa, and Bukit


Jimbaran Bali Abstrak. 2018. “Study Eksperimental Performansi
Evaporative Cooling Pad Dengan Penggunaan Aliran Paksa Udara Dingin
Dengan Saluran Udara Berbentuk Persegi Empat.” Jurnal Ilmiah TEKNIK
DESAIN MEKANIKA 7 (2): 182–88.

Stanfield, Carter, and David Skaves. 2013. Fundamentals of HVACR. United


States of America.

Suryana, Nyoman, Nengah Suarnadwipa, and Hendra Wijaksana. 2014. “Studi


Eksperimenta l Performans i Penndingin Evapora tive Portable Denga n. ”
Jurnal Ilmiah TEKNIK DESAIN MEKANIKA 1 (1).

Wang, Shan K. 1994. Handbook of Air Conditioning and Refrigeration. Choice


Reviews Online. Vol. 32. https://doi.org/10.5860/choice.32-0959.
29

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai