Anda di halaman 1dari 30

BAB III

GETARAN MEKANIK

3.1 Tujuan Percobaan

Tujuan dilakukannya percobaaan ini adalah untuk menghitung karakteristik

dinamis dari getaran satu derajat kebebasan (one degree of freedom vibration) yaitu

frekuensi pribadi ꞷn.

1. Rumusan Masalah

Mencari karakteristik dinamis dari getaran satu derajat kebebasan pada

sistem amplitudo redaman.

2. Batasan Masalah

1. Pegas dan massa beban M sudah ditentukan

2. Motor listrik diputar dari putaran rendah hingga putaran tinggi dengan

step putaran yang sudah ditentukan

3. Membuat grafik amplitudo sebagai fungsi dari putaran

4. Mencari karakteristik getaran dari graf

3.2 Teori Dasar

1. Pengertian

Getaran adalah gerakan bolak-balik dalam suatu interval waktu tertentu

secara teratur suatu benda melalui satu titik seimbang. Karena terjadi dengan

teratur, getaran sering juga disebut dengan gerak periodik. Kuat atau

lemahnya pergerakan benda tersebut dipengaruhi oleh jumlah energi yang

diberikan. Getaran berhubungan dengan gerak osilasi benda dan gaya yang

berhubungan dengan gerak tersebut. Semua benda yang mempunyai massa


dan elastisitas mampu bergetar, jadi kebanyakan mesin dan struktur rekayasa

(engineering) mengalami getaran sampai derajat tertentu dan rancangannya

biasanya memerlukan pertimbangan sifat osilasinya. Ada dua kelompok

getaran yang umum yaitu :

a. Getaran Bebas

Getaran bebas terjadi jika sistem berosilasi karena bekerjanya gaya

yang ada dalam sistem itu sendiri (inherent), dan jika ada gaya luas yang

bekerja. Sistem yang bergetar bebas akan bergerak pada satu atau lebih

frekuensi naturalnya, yang merupakan sifat sistem dinamika yang

dibentuk oleh distribusi massa dan kekuatannya. Semua sistem yang

memiliki massa dan elastisitas dapat mengalami getaran bebas atau

getaran yang terjadi tanpa rangsangan luar. Berikut ini adalah gambar

dari sistem pegas massa dan diagram benda bebas yang ditunjukan pada

Gambar 3.1

Gambar 3. 1 Sistem pegas massa dan diagram benda bebas


b. Getaran Paksa

Getaran paksa adalah getaran yang terjadi karena adanya rangsangan

gaya luar yang bekerja pada suatu sistem sehingga sistem tersebut

bergetar. Gaya luar tersebut dapat berupa gaya eksitasi harmonik paksa

yang diperoleh dari ketidakseimbangan yang berputar dan dibatasi untuk

bergerak dalam arah vertikal identic. Jika rangsangan tersebut berosilasi

maka sistem dipaksa untuk bergetar pada frekuensi rangsangan. Jika

frekuensi rangsangan sama dengan salah satu frekuensi natural sistem,

maka akan didapat keadaan resonansi dan osilasi besar yang berbahaya

mungkin terjadi. Sistem cenderung bergetar pada frekuensi sendiri

disamping mengikuti gaya eksitasi.

Kerusakan pada struktur besar seperti jembatan, gedung ataupun

sayap pesawat terbang, merupakan kejadian menakutkan yang

disebabkan oleh resonansi. Jadi perhitungan frekuensi natural merupakan

hal yang utama.

Gambar 3. 2 Getaran Paksa Dengan Peredam


2. Gerak Harmonik

Gerak osilasi dapat berulang secara teratur atau dapat juga tidak teratur,

jika gerak itu berulang dalam selang waktu yang sama maka gerak itu disebut

gerak periodik. Waktu pengulangan tersebut disebut perioda osilasi dan

kebalikannya disebut frekuensi. Jika gerak dinyatakan dalam fungsi waktu x

(t), maka setiap gerak periodik harus memenuhi hubungan (t) = x (t + 0).

Gambar 3. 3 Rekaman Gerak Harmonik

a. Prinsip D’Alembert

Sebuah alternatif pendekatan untuk mendapatkan persamaan adalah

penggunaan Prinsip D’Alembert yang menyatakan bahwa sebuah sistem

dapat dibuat dalam keadaan keseimbangan dinamis dengan menambahkan

sebuah gaya fiktif pada gaya-gaya luar yang biasanya dikenal sebagai gaya

inersia.

b. Persamaan Differential Gerak

Model fisik dari getaran bebas tanpa redaman dibuat dalam keadaan

keseimbangan dinamis dengan menambahkan sebuah gaya fiktif pada


gaya-gaya luar yang biasanya dikenal sebagai gaya inersia. dapat dilihat

pada gambar dibawah ini:

Gambar 3. 4 Model Fisik Sistem Getaran Bebas 1 DOF Tanpa Redaman


Dimana :

x : Simpangan

m : Massa

k : Konstanta pegas

Untuk mendapatkan model matematika dari model fisik di atas yaitu

dengan dilakukan analisis diagram benda bebas (Free Body Diagram

Analysis)

2.1.1
Gambar 3. 5 Free Body Diagram Analysis (FBDA) Pada Getaran Bebas

2.1.2 1 DOF Tanpa Redaman

Dimana :

kx adalah gaya pegas

m˙x˙ adalah gaya inersial


Dengan menggunakan persamaan kestimbangan gaya arah vertikal

dapat dinyatakan model matematika dari sistem di atas adalah sebagai

berikut: m˙x˙+ kx = 0.

3. Pegas Dipasang Seri Atau Paralel

Pemasangan konstanta pegas ekivalen dari suatu sistem dapat dilakukan

melalui dua cara yaitu paralel (Gambar 3.6 (a)) dan seri (Gambar 3.6 (b))

y
K1 K2
K1
𝜌
𝜌 𝜌
𝜌 y1 = y1 =
K2 K1 K1 y = y1+y2
K1 1 1 1
Untuk dua pegas paralel, gaya P yang diperlukan untuk membuat
= 𝑘1 + 𝑘2
(a) (b) 𝑘𝑡

+
Gambar 3. 6 Kombinasi Pegas (a) Pegas Paralel (b) Pegas Seri
K2

Perpindahan pada satu sistem adalah sebesar perkalian antara

perpindahan dengan jumlah kedua konstanta pegas tersebut, sehingga besar

kekakuan pegas total adalah :

Ke = k1+k2...................................................................................................(1)

Atau secara umum, dapat dirumuskan sebagai berikut :

Ke = ∑𝑛𝑖=𝑙 𝑘𝑙 ............................................................................................... (2)

Dimana n adalah jumlah pegas yang dipasang paralel, Sedangkan untuk

dua pegas terpasang seri, gaya P menghasilkan perpindahan total y dari

ujung bebas pada susunan pegas sebesar :


𝑃 𝑃
y=𝑘 + 𝑘𝑙
................................................................................................. (3)
𝑙
Akibatnya, gaya yang diperlu t satu unit perpindahan (konstanta pegas

ekivalen) diberikan oleh :


𝑝
Ke = 𝑦 .................................................................................................... ………(4)

Dengan mensubstitusi y dari persamaan ini ke dalam persamaan 4, maka

didapatkan nilai kebalikan dari konstanta pegas :


1 1 1
= + 𝑘 ……………………….…………………..………..…….…(5)
𝑘𝑒 𝑘1 2

Secara umum, konstanta pegas ekivalen yang terpasang seri. Dimana n

adalah jumlah pegas terpasang seri.


1 1
= ∑𝑛𝑙=1 𝑘 ……...……........…………………………………………………………...…(6)
𝑘𝑒 1

4. Sistem Derajat Kebebasan Tunggal Tak Teredam

5. Dalam dinamika struktur, jumlah koordinat bebas (independent coordinates)

diperlukan untuk menetapkan susunan atau posisi sistem pada setiap saat,

yang berhubungan dengan jumlah derajat kebebasan (Degree of freedom).

Pada umumnya, struktur yang berkesinambung (continuous structure)

mempunyai jumlah derajat kebebasan (number of degrees of fredom) tak

berhingga. Namun dengan proses idealisasi atau seleksi, sebuah model

matematis yang tepat dapat mereduksi jumlah derajat kebebasan menjadi

suatu jumlah diskrit dan untuk beberapa keadaan dapat menjadi berderajat

kebebasan tunggal. Pada gambar 3.7 terlihat beberapa contoh struktur yang

dapat dianggap sebagai struktur berderajat kebebasan satu (one degree of

freedom) dalam analisis dinamis, yaitu struktur yang dimodelisasikan


sebagai sistem dengan koordinat perpindahan tunggal. Sistem Derajat

Kebebasan Tunggal Tak Teredam dapat dilihat seperti pada gambar

Gambar 3. 7 Contoh Struktur Yang Di Visualisasikan Sebagai


Sistem Derajat Kebebasan Tunggal
Sistem derajat kebebasan tunggal ini dapat dijelaskan secara tepat

dengan model matematis seperti pada Gambar, dimana memiliki elemen-

elemen sebagai berikut :

1. Elemen massa (m), menyatakan massa dan sifat inersia dari struktur.

2. Elemen pegas (k), menyatakan gaya balik elastis (elastic restoring

force) dan kapasitas energi potensial dari struktur

3. Elemen redaman (c), menyatakan sifat geseran dan kehilangan energi

dari struktur.

4. Gaya pengaruh (F(t)), menyatakan gaya luar yang bekerja pada sistem

Struktur

Gambar 3. 8 Model matemtis system derajat kebebasan tunggal


Dengan mengambil model matematis pada Gambar 2.8 dianggap bahwa

tiap elemen dalam sistem menyatakan satu sifat khusus, yaitu

1. Massa (m), menyatakan sifat khusus inersia (property of inertia), bukan

elastisitas atau kehilangan energi.

2. Pegas (k), menyatakan elastisitas, bukan inersia atau kehilangan energi.

3. Peredam (c), menyatakan kehilangan energi.

6. Sistem Tak Teredam (Undamped System)

Dinamika struktur adalah sistem derajat kebebasan tunggal, dimana

gaya geseran atau redaman diabaikan, dan sebagai tambahan, akan ditinjau

sistem yang bebas dari gaya aksi gaya luar selama bergerak atau bergetar.

Pada keadaan ini, sistem tersebut hanya dikendalikan oleh pengaruh atau

kondisi yang dinamakan kondisi awal (initial conditions), yaitu perpindahan

yang diberikan dalam kecepatan pada saat t=0, pada saat pembahasan

dimulai. Sistem derajat kebebasan tunggal tak teredam sering dihubungkan

dengan osilator sederhana tak teredam (simple undamped oscillator) yang

selalu disajikan seperti Gambar 3.9 (a) dan 3.9 (b).

Gambar 3. 9 Bentuk Alternatif Model Matematis Sistem Derajat Kebebasan


Kedua gambar tersebut merupakan model matematis secara dinamis

ekivalen.dan hanya tergantung pada pilihan perorangan saja dalam

penggunaannya. Pada model ini massa m dihambat oleh pegas k dan

bergerak menurut garis lurus sepanjang satu sumber koordinat. Karakteristik

mekanis dari pegas digambarkan antara besar gaya Fs yang bekerja pada

ujung pegas dengan hasil perpindahan y seperti terlihat pada Gambar 3.10

yang menunjukkan secara grafik dari tiga jenis pegas yang berbeda.

Gambar 3. 10 Hubungan Gaya Dan Perpindahan dari (a) Pegas Kuat,


(b) Pegas Linear, (c) Pegas Lemah
Berdasarkan Gambar 3.10 karakteristik lengkungan (a) menyatakan

sifat dari pegas kuat (hard spring), dimana gaya harus memberikan pengaruh

lebih besar untuk suatu perpindahan yang disyaratkan seiring dengan

terdeformasinya pegas. Sedangkan, karakteristik lengkungan (b),

menyatakan sifat pegas linear, karena deformasinya selaras (proportional)

dengan gaya dan gambar grafisnya mempunyai karakteristik garis lurus.

Konstanta keselarasan antara gaya dan perpindahan dari pegas linier disebus

konstanta pegas (spring constant), yang biasa dinyatakan dengan “k”,

sehingga persamaan yang menyatakan hubungan antara gaya dan

perpindahan pegas linier adalah sebagai berikut :

Fs = Ky……………………………………………………..…….……….(7)
Pegas dengan karakteristik lengkungan (c) pada gambar V.4 disebut

pegas lemah, dimana pertambahan gaya untuk memperbesar perpindahan

cenderung mengecil pada saat deformasi pegas menjadi makin besar.

7. Hukum Gerak Newton

Hubungan analitis antara perpindahan y dan waktu t, diberikan oleh

Hukum Newton Kedua untuk gerak sebagai berikut :

F = m.a

dimana :

F : Gaya yang bekerja

a : Resultan percepatan

m : Massa

Persamaan ini dapat ditulis dalam bentuk ekivalen, dimana besaran

komponennya menurut sumbu koordinat x, y dan z, yaitu :

∑ 𝐹𝑥 = 𝑚𝑎𝑥 ………………………....……………………..……………(8)

∑ 𝐹𝑦 = 𝑚𝑎𝑦 ……………………………………....………...…………....(9)

∑ 𝐹𝑧 = 𝑚𝑎𝑧 ………………………………………………….….……...(10)

Percepatan di definisikan sebagai turunan kedua vektor posisi terhadap

waktu, yang berarti ketiga persamaan adalah persamaan differential.

Persamaan Hukum Newton dapat digunakan pada benda idealis seperti

partikel yang bermassa tetapi tidak bervolume, tetapi juga dapat digunakan

pada benda berdimensi yang bergerak. Benda kaku yang bergerak pada

sebuah bidang adalah simetris terhadap bidang gerak (bidang x-z), sehingga

mengakibatkan Hukum Newton perlu dimodifikasi menjadi :


∑ 𝐹𝑥 = 𝑚(𝑎𝐺 )x……………………………………………….………...(11)

∑ 𝐹𝑥 = 𝑚(𝑎𝐺 )y…………………………………………………………(12)

∑ 𝐹𝑥 = 𝑚(𝑎𝐺 )z…………………………………………………………(13)

𝑚(𝑎𝐺 )x, 𝑚(𝑎𝐺 )y : Komponen percepatan sepanjang sumbu x day y dari

pusat benda yang bermassa G

α : Percepatan sudut

IG : Momen inersia massa benda terhadap sumbu melalui

pusat

8. Diagram Benda Bebas

Digram Free Body adalah suatu sketsa dari benda yang dipisahkan dari

benda lainnya, dimana semua gaya luar pada benda terlihat jelas. Pada

Gambar 3.11(b) Mengilustrasikan Diagram Free Body dari massa osilator

(m) yang dipindahkan pada arah positif menurut koordinat y, yang

memberikan gaya pada pegas sebesar F ky s = (asumsi pegas linier).

mg
y
m
ky

(a) (b) n

Gambar 3. 11 Diagram Free Body, (a) Sistem Kebebasan Tunggal,


(b) Gaya-gaya Luar
Berat dari mg dan reaksi normal N dari permukaan penunjang

diperlihatkan juga untuk pelengkap meskipun gaya-gaya ini bekerja pada

arah vertikal dan tidak termasuk dalam persamaan gerak yang ditulis

menurut arah y. Penggunaan Hukum Gerak Newton memberikan.

-ky = mӰ………………………………………………………….….…(14)

Dimana gaya pegas bekerja pada arah negatif mempunyai tanda minus

dan percepatan dinyatakan oleh Pada notasi ini, dua titik di atas menyatakan

turunan kedua terhadap waktu dan satu titik menyatakan turunan pertama

terhadap waktu, yaitu kecepatan.

9. Getaran Bebas Dengan Redaman

Bila peredaman diperhitungkan, berarti gaya peredam juga berlaku

pada massa selain gaya yang disebabkan oleh peregangan pegas. Bila

bergerak dalam fluida benda akan mendapatkan peredaman karena

kekentalan fluida. Gaya akibat kekentalan ini sebanding dengan kecepatan

benda. Konstanta akibat kekentalan (viskositas) c ini dinamakan koefisien

peredam, dengan satuan N s/m (SI).

y
k
(a) m
c

k
ky
(b)
cy

Gambar 3. 12 Getaran Bebas Dengan Redaman


Dengan menjumlahkan semua gaya yang berlaku pada benda kita

mendapatkan persamaan :

+ cṙ + kx = 0 ………………………………………...……………..(15)

Solusi persamaan ini tergantung pada besarnya redaman. Bila redaman

cukup kecil, sistem masih akan bergetar, namun pada akhirnya akan

berhenti. Keadaan ini disebut kurang redam, dan merupakan kasus yang

paling mendapatkan perhatian dalam analisis vibrasi. Bila peredaman

diperbesar sehingga mencapai titik saat sistem tidak lagi berosilasi, kita

mencapai titik redaman kritis. Bila peredaman ditambahkan melewati titik

kritis ini sistem disebut dalam keadaan lewat redam.

10. Metode Respon Frekuensi

Metode respon frekuensi merupakan suatu analisis harmonik. Sebuah

gaya eksitasi sinusoidal dikenakan pada sistem dan respons keadaan stedi

dapat diuji pada daerah frekuensi tertentu. Untuk sistem linier, gaya eksitasi

maupun respons sistem akan berbentuk sinusoidal dengan frekuensi yang

sama, dan dapat dibuktikan dengan teori persamaan diferensial. Metode

tersebut secara umum digunakan untuk pengukuran getaran sehingga kita

dapat dengan mudah memperoleh spekffurn Fourier dengan bantuan

instmmentasi alat getar dan komputer. Teknik pemodulasian dapat dijadikan

prosedur umum untuk memperoleh data respons frekuensi yang merupakan

karakteristik sistem.

3.3 Langkah Kerja

Alat dan Bahan


Adapun alat dan perlengkapan terdiri dari :

1. Panel pengatur putaran motor eksitato yang dilengkapi dengan kontrol

tegangan dan putaran

2. Mikrometer digunakan untuk mengukur ampitudo

3. Massa tak seimbang dan massa dapat diatur sesuai dengan kebutuhan

Pelaksanaan pengujian adalah sebagai berikut :

1. Letakan motor listrik di balok lentur pada posisi tertentu

2. Timbang beban, (M1)

3. Catat konstanta pegas k

4. Pegas dan massa beban M di set pada posisi tertentu

5. Motor listrik diputar dari putaran rendah hingga putaran tinggi dengan

step putaran ∆𝑛

6. Untuk tiap putaran catat amplitudo getaran

7. Buat grafik amplitudo sebagai fungsi dari putaran

8. Cari karakteristik getaran dari grafik

9. Eksperimen diulang kembali dengan beban yang berbeda

3.4 Perhitungan

3.4.1 Perhitungan Getaran Mekanik Pada Beban = 1,5 Kg

1. Perhitungan Amplitudo

1) Amplitudo Pada Putaran 372 Rpm

A1 = 2 (Sakhir - Sawal)

= 2 ( 6,07-6,04 )

A1 = 0,06 mm
2) Amplitudo pada Putaran 477 Rpm

A2 =2 (Sakhir - Sawal)

=2 ( 6,10-6,04 )

A2 = 0,12 mm

3) Amplitudo Pada putaran 504 Rpm

A3 =2 (Sakhir - Sawal)

= 2 ( 6,31-6,04 )

A3 = 0,54 mm

4) Amplitudo Pada Putaran 610 Rpm

A4 =2 (Sakhir - Sawal)

= 2 ( 6,42-6,04 )

A4 = 0,76 mm

5) Amplitudo Pada Putaran 706 Rpm

A5 =2 (Sakhir - Sawal)

= 2 ( 6,25-6,04 )

A5 = 0,42 mm

6) Amplitudo Pada Putaran 870 Rpm

A6 =2 (Sakhir - Sawal)

= 2 ( 6,22-6,04 )

A6 = 0,36 mm

7) Amplitudo Pada Putaran 972 Rpm

A7 =2 (Sakhir - Sawal)

= 2 ( 6,16-6,04)
A7 = 0,12 mm

8) Amplitudo Pada Putaran 1015 Rpm

A8 =2 (Sakhir - Sawal)

= 2 ( 6,21-6,04 )

A8 = 0,34 mm

9) Amplitudo Pada Putaran 1136 Rpm

A9 =2 (Sakhir - Sawal)

= 2 ( 6,11-6,04)

A9 = 0,14 mm

10) Amplitudo Pada Putaran 1256 Rpm

A10 = 2 (Sakhir - Sawal)

= 2 ( 6,09-6,04 )

A10 = 0,1 mm

11) Amplitudo Pada Putaran 1351 Rpm

A11 = 2 (Sakhir - Sawal)

= 2 ( 6,47-6,04 )

A11 = 0,86 mm

12) Amplitudo Pada Putaran 1406 Rpm

A12 = 2 (Sakhir - Sawal)

= 2 ( 6,04-5,36)

A12 = 1,36 mm

13) Amplitudo Pada Putaran 366 Rpm

A13 = 2 (Sakhir - Sawal)


= 2 ( 6,06-6,04)

A13 = 0,04 mm

14) Amplitudo Pada Putaran 448 Rpm

A14 = 2 (Sakhir - Sawal)

= 2 ( 6,16-6,04)

A14 = 0,24 mm

15) Amplitudo Pada Putaran 530 Rpm

A15 = 2 (Sakhir - Sawal)

= 2 ( 6,18-6,04 )

A15 = 0,28 mm

Tabel 3.1 Perbandingan Antara Amplitudo Terhadap Putaran

NO Putaran (RPM) AMPLITUDO

1 372 0,06
2 477 0,12
3 504 0,54
4 610 0,76
5 706 0,42
6 870 0,36
7 972 0,12
8 1015 0,34
9 1136 0,14
10 1256 0,1
11 1351 0,86
12 1406 1,36
13 366 0,04
14 448 0,24
15 530 0,28
⅀ n (766,266) ⍙𝑥 (0,382)
2. Perhitungan Konstanta Pegas

𝐹
𝑘=
⍙𝑥

⍙𝑥 = 0,382 mm = 0,000382 m

F = 9,81 N

9,81
𝐾 =
0,000382

𝐾 = 25.680,62 (N/m)

3. Perhitungan Frekuensi Pribadi

𝐾
𝜔𝑛 = √
𝑚

25.680,62
=√
1,5

= √1164

𝜔𝑛 = 130,84 Hz

4. Perhitungan Frekuensi Eksitasi

60
𝑇=
2𝜋𝑛
60
𝑇 =
2 𝑥 3,14 𝑥 766,266
T = 0,0125 Hz

5. Perhitungan Faktor Redaman (ℰ)

ℰ = 𝜔𝑛 = 130,84 Hz (Nilainya akan sama)

6. Perhitungan Rasio Frekuensi ()

𝑇
𝑟 =
𝜔𝑛
0,0125
=
130,84

𝑟 = 0,000095

Tabel 3.2 Nilai dari setiap perhitungan

NO Nilai Perhitungan

1 K 25.680,62 N/m
2 𝜔𝑛 130,84 Hz
3 T 0,0125 Hz
4 ℰ 𝜔𝑛
5 R 0,000095

3.4.2 Perhitungan Getaran Mekanik Pada Beban = 1 Kg

1. Perhitungan Amplitudo

1) Amplitudo Pada Putaran 372 Rpm

A1 = 2 (Sakhir - Sawal)

= 2 ( 6,46-6,04 )

A1 = 0,84 mm

2) Amplitudo pada Putaran 477 Rpm

A2 = 2 (Sakhir - Sawal)

=2 ( 6,07-6,04 )

A2 = 0,06 mm

3) Amplitudo Pada putaran 504 Rpm

A3 = 2 (Sakhir - Sawal)

= 2 ( 6,16-6,04 )
A3 = 0,24 mm

4) Amplitudo Pada Putaran 610 Rpm

A4 = 2 (Sakhir - Sawal)

= 2 ( 6,19-6,04 )

A4 = 0,30 mm

5) Amplitudo Pada Putaran 706 Rpm

A5 = 2 (Sakhir - Sawal)

= 2 ( 6,12-6,04 )

A5 = 0,16 mm

6) Amplitudo Pada Putaran 870 Rpm

A6 = 2 (Sakhir - Sawal)

= 2 ( 6,16-6,04 )

A6 = 0,16 mm

7) Amplitudo Pada Putaran 972 Rpm

A7 = 2 (Sakhir - Sawal)

= 2 ( 6,04-5,513)

A7 = 1,054 mm

8) Amplitudo Pada Putaran 1015 Rpm

A8 = 2 (Sakhir - Sawal)

= 2 ( 6,04-5,517 )

A8 = 1,046 mm

9) Amplitudo Pada Putaran 1136 Rpm

A9 = 2 (Sakhir - Sawal)
= 2 ( 6,04-5,516)

A9 = 1,048 mm

10) Amplitudo Pada Putaran 1256 Rpm

A10 = 2 (Sakhir - Sawal)

= 2 ( 6,09-5,511 )

A10 = 1,058 mm

11) Amplitudo Pada Putaran 1351 Rpm

A11 = 2 (Sakhir - Sawal)

= 2 ( 6,04-5,517 )

A11 = 1,052 mm

12) Amplitudo Pada Putaran 1406 Rpm

A12 = 2 (Sakhir - Sawal)

= 2 ( 6,04-5,517)

A12 = 1,046 mm

13) Amplitudo Pada Putaran 366 Rpm

A13 = 2 (Sakhir - Sawal)

= 2 ( 6,04-5,510)

A13 = 1,06 mm

14) Amplitudo Pada Putaran 448 Rpm

A14 = 2 (Sakhir - Sawal)

= 2 ( 6,04-5,521)

A14 = 1,038 mm

15) Amplitudo Pada Putaran 530 Rpm


A15 = 2 (Sakhir - Sawal)

= 2 ( 6,35-6,04 )

A15 = 0,62 mm

Tabel 3.3 Perbandingan Antara Amplitudo Terhadap Putaran

NO Putaran (RPM) AMPLITUDO

1 372 0,84
2 477 0,06
3 504 0,24
4 610 0,30
5 706 0,16
6 870 0,24
7 972 1,054
8 1015 0,046
9 1136 1,048
10 1256 1,058
11 1351 1,052
12 1406 1,046
13 366 1,06
14 448 1,038
15 530 0,62
⅀ n (766,266) ⍙𝑥 (0,724)
2. Perhitungan Konstanta Pegas

𝐹
𝑘=
⍙𝑥

⍙𝑥 = 0,724 mm = 0,000724 m

F = 9,81 N
9,81
𝐾 =
0,000724

𝐾 = 13.549,72 (N/m)

3. Perhitungan Frekuensi Pribadi

𝐾
𝜔𝑛 = √
𝑚

13.549,72
=√
1

= √13.549,72

𝜔𝑛 = 116,40 Hz

4. Perhitungan Frekuensi Eksitasi

60
𝑇=
2𝜋𝑛
60
𝑇 =
2 𝑥 3,14 𝑥 766,266
T = 0,0125 Hz

5. Perhitungan Faktor Redaman (ℰ)

ℰ = 𝜔𝑛 = 116,40 Hz (Nilainya akan sama)

6. Perhitungan Rasio Frekuensi ()

𝑇
𝑟 =
𝜔𝑛

0,0125
=
116,40

𝑟 = 0,000107
Tabel 3.4 Nilai dari setiap perhitungan

NO Nilai Perhitungan

1 K 13.549,72 N/m
2 𝜔𝑛 116,26 Hz
3 T 0,0125 Hz
4 ℰ 𝜔𝑛
5 r 0,000107

3.5 Grafik dan Analisa

3.5.1 Garafik dan Analisa Pada Beban 1,5 kg

Grafik 3.1 Hubungan antara Amplitudo dengan Putaran

Hubungan Amplitudo Dengan Putaran


1,6
1,4
1,2
Amplitudo mm

1
0,8
0,6
0,4
0,2
0
372 477 504 610 706 870 927 1015 1136 1256 1351 1406 366 448 530
Putaran Rpm

Dari grafik hubungan antara amplitude dan putaran di atas, terlihat bahwa

pada beban 1,5 Kg terjadi amplitudo terbesar pada putaran 1406 Rpm yaitu

1,36 mm dan amplitudo terkecil di putaran 366 Rpm pada amplitudo 0,04 mm.

Pada Beban 1,5 kg kecepatan putaran 372 Rpm - 610 Rpm terjadi kenaikan

amplitudo dari 0,06 mm – 0,76 mm, namun pada kecepatan putaran dari 610
Rpm - 972 Rpm menyebabkan penurunan nilai amplitudo dari 0,76 mm – 0,12

mm, kemudian kecepatan putaran pada 972 Rpm – 1015 Rpm ampilitudo

mengalami kenaikan 0,12 mm – 0,34 mm, namun pada kecepatan putaran 1136

Rpm – 1256 Rpm mengalami penurunan amplitudo dengan nilai 0,14 mm –

0,1 mm, selanjutnya mengalami kenaikan amplitudo pada kecepatan putaran

1451 Rpm – 1406 Rpm dengan nilai amplitudo 0,86 mm – 1,36 mm, kemudian

mengalami penurunan amplitudo secara pesat pada puataran 366 Rpm – 448

Rpm dengan nilai amplitudo 0,04 mm – 0,24 mm, selanjutnya mengalami

kenaikan kembali dari putaran 530 Rpm 0,28 mm.

Hal ini dipengaruhi oleh ketika kecepatan putaran di tingkatkan maka

respon yang terjadi pada sistem adalah peningkatan amplitudo getaran hingga

mencapai titik maksimum atau fase kritis, dimana gaya eksitasi yang diberikan

terhimpit atau mendekati frekuensi natural dari sistem yang bekerja atau

dengan kata lain terjadi resonansi,

3.5.2 Garafik dan Analisa Pada Beban 1 kg

Grafik 3.2 Hubungan antara Amplitudo dengan Putaran

Hubungan Amplitudo Dengan Putaran


1,2

1
Amplitudo mm

0,8

0,6

0,4

0,2

0
372 477 504 610 706 870 927 1015 1136 1256 1351 1406 366 448 530
Putaran Rpm
Dari grafik hubungan antara amplitude dan putaran di atas, terlihat bahwa

pada beban 1 Kg terjadi amplitudo terbesar pada putaran 366 Rpm yaitu 1,06

mm dan amplitudo terkecil di putaran 477 Rpm pada amplitudo 0,06 mm.

Pada Beban 1 kg kecepatan putaran 372 Rpm - 477 Rpm terjadi penurunan

amplitudo dari 0,84 mm – 0,06 mm, namun pada kecepatan putaran dari 504

Rpm - 610 Rpm terjadi kanaikan nilai amplitudo dari 0,24 mm – 0,30 mm,

kemudian kecepatan putaran pada 706 Rpm – 972 Rpm ampilitudo mengalami

kenaikan 0,16 mm – 1,054 mm, namun pada kecepatan putaran 1015 Rpm –

mengalami penurunan derasti pada amplitudo dengan nilai 0,046, selanjutnya

mengalami kenaikan amplitudo pada kecepatan putaran 1136 Rpm – 1256

Rpm dengan nilai amplitudo 1,048 mm – 1,058 mm, kemudian mengalami

penurunan amplitudo pada putaran 1351 Rpm – 1406 Rpm dengan nilai

amplitudo 1,052 mm – 1,046 mm, selanjutnya mengalami kenaikan kembali

dari putaran 366 Rpm 1,06, kemudian kembali mengalami penurunan secarea

pesat pada putaran 448 Rpm – 530 Rpm dengan nilai amplitud0 1,038 mm –

0,62 mm

Hal ini dipengaruhi oleh ketika kecepatan putaran di tingkatkan maka

respon yang terjadi pada sistem adalah peningkatan amplitudo getaran hingga

mencapai titik maksimum atau fase kritis, dimana gaya eksitasi yang diberikan

terhimpit atau mendekati frekuensi natural dari sistem yang bekerja atau

dengan kata lain terjadi resonansi, kemudian amplitudo getaran akan turun

perlahan seiring peningkatan kecepatan putaran setelah melewati fase kritis

tersebut.
3.6 Kesimpulan dan Saran

1. Kesimpulan

Dari hasil Pengujian Getaran mekanik dapat disimpulkan bahwa

karakteristik dinamis getaran satu derajat kebebasan mengakibatkan

perubahan nilai Amplitudo getaran (mm) terhadap Kecepatan Putaran

(Rpm), dimana pada beban 1,5 kg terjadi amplitudo terbesar (fase kritis)

sebesar 1,36 mm, pada putran 1406 Rpm. Sedangkan pada beban 1 kg

terjadi amplitudo terbesar (fase kritis) sebesar 1,06 mm, pada putran 366

Rpm.

2. Saran

Sebaiknya alat pengujian di perbaharui agar kecepatan yang

diinginkan tepat dan perhitungan lebih akurat.

3. Ayat-Ayat Yang Berhubungan

QS. Al-Hajj Ayat 1

‫ع ِظ ۡي ٌم‬
َ ‫ع ِة ش َۡى ٌء‬
َ ‫سا‬ ُ َّ‫ٰۤيـاَيُّ َها الن‬
َّ ‫اس اتَّقُ ۡوا َربَّ ُك ۡمۚ ا َِّن زَ ۡلزَ لَةَ ال‬
Artinya : “Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu; sungguh,

guncangan (hari) Kiamat itu adalah suatu (kejadian) yang sangat besar”.

Anda mungkin juga menyukai