Anda di halaman 1dari 29

BAB 7

OSILATOR HARMONIS

Pada Bab 6 kita telah berlatih menggunakan persamaan Schrödinger bebas


waktu untuk sistem yang potensialnya sangat sederhana, yaitu berupa su-
atu konstanta dalam interval tertentu dan konstanta lain dalam interval la-
innya. Pada bab ini kita akan berlatih menggunakan persamaan Schrödi-
nger untuk sistem yang potensialnya tidak lagi berupa suatu konstanta,
namun masih cukup mudah diselesaikan secara analitik. Sistem yang kita
maksud adalah osilator harmonis sederhana (simple harmonic oscillator).
Osilator harmonis adalah suatu entitas fisis yang memiliki energi po-
tensial
1
V ( x)  k x 2 (7. 1)
2
dengan k suatu konstanta (biasanya disebut konstanta pegas), dan x me-
nyatakan posisi partikel terhadap kedudukan setimbangnya. Entitas seperti
itu akan bergerak secara harmonis dengan frekuensi   k / m dengan m
menyatakan massa (inersial) partikel.
Ada beberapa alasan pentingnya membahas osilator harmonis secara
kuantum, antara lain sebagai berikut.
 Osilator harmonis merupakan penghampiran (pendekatan) yang sa-
ngat wajar bagi gerakan sebarang benda di sekitar posisi setimbang-
nya, yaitu posisi di mana potensial partikel bernilai minimum.
 Perilaku sebagian besar sistem fisis kontinu, seperti getaran atom-atom
pada medium kontinu (misalnya dinamika fonon dalam kristal, dan
perambatan bunyi dalam zat padat maupun zat cair); dan medan elek-
tromagnet dalam rongga, dapat dideskripsikan dengan teori osilator
harmonis.

Sutopo Pengantar Fisika Kuantum 181


182 Tinjauan klasik

 Osilator harmonis memainkan peran penting dalam pendeskripsian


suatu himpunan partikel identik yang secara kuantum semuanya me-
miliki keadaan yang sama. Kita akan melihat bahwa tingkat-tingkat
energi osilator harmonis terpisah secara seragam: beda antartingkat
energi yang berurutan selalu sama yaitu sebesar  . Osilator yang
berenergi n  , dengan n bilangan bulat, dapat kita pandang sebagai
sekumpulan n buah partikel identik yang masing-masing memiliki
energi  .
 Prosedur penyelesaian persamaan nilai-eigen osilator harmonis mem-
beri kita suatu ilustrasi bagaimana mendapatkan nilai-nilai eigen de-
ngan memanfaatkan perilaku yang harus dipenuhi oleh fungsi eigen di
tempat yang sangat jauh (di x    ).
 Postulat Planck tentang pengkuantuman energi osilator harmonis telah
mengantarkan lahirnya fisika kuantum di mana persamaan Schrödi-
nger sebagai alat utamanya. Kita akan melihat bahwa penerapan per-
samaan Schrödinger pada osilator harmonis akan menghasilkan ke-
simpulan yang sama dengan yang dipostulatkan oleh Planck. Ini me-
nunjukkan kepada kita betapa kokohnya metode yang dikembangkan
dalam fisika kuantum.

7.1 TINJAUAN KLASIK

Secara klasik, persamaan gerak osilator harmonis mengikuti hukum


Newton:
d2 x
F m (7. 2)
dt 2
Karena osilator harmonis merupakan sistem konservatif maka gaya F da-
lam persamaan di atas dapat diturunan dari energi potensialnya. Untuk
osilator harmonis kita dapatkan
dV d
F    (1 / 2 kx 2 )   kx . (7. 3)
dx dx
Dengan demikian Persamaan (6.2) menjadi

d2 x
m  kx  0 . (7. 4)
dt 2
Penyelesaian persamaan tersebut adalah

Pengantar Fisika Kuantum


Tinjauan klasik 183

x(t )  A sin( t ) , (7. 5)

dengan A menyatakan tetapan, biasanya dipilih sebagi amplitudo osilasi,


dan   k /m .
Berdasarkan Persamaan (7.5) kita dapat merumuskan energi osilator
harmonis pada sebarang t sebagai berikut.
Energi kinetik osilator pada sebarang waktu t adalah
2
1 1  dx  1
T (t )  m v 2  m    m  2 A 2 cos 2 ( t ) . (7. 6)
2 2  dt  2
Energi potensial osilator pada sebarang waktu t adalah
1 2 1
V (t )  k x ( t )  m 2 A 2 sin 2 ( t ) . (7. 7)
2 2
Energi total osilator pada sebarang waktu t adalah
1
E( t )  T( t )  V(t )  m 2 A 2 . (7. 8)
2
Ternyata energi total sistem tidak bergantung waktu. Dengan kata lain,
energi total osilator harmonis adalah konstan. Ini sesuai dengan kenyataan
bahwa osilator harmonis merupakan sistem konservatif.
Untuk osilator tertentu, artinya massa dan konstanta pegasnya terten-
tu, Persamaan (7.8) menunjukkan bahwa energi total osilator harmonis ha-
nya bergantung pada amplitudo osilasi A. Karena A dapat bernilai seba-
rang, artinya berapapun amplitudo yang diberikan sistem tetap berosilasi,
maka energi total osilator harmonis dapat memiliki nilai sebarang, dari nol
sampai takhingga, bergantung nilai amplitudonya. Inilah kesimpulan pen-
ting dari analisis secara klasik. Kita akan melihat bahwa kesimpulan ini
akan dikoreksi oleh fisika kuantum.

7.2 PERSAMAAN SCHRÖDINGER

Karena energi potensial osilator harmonis secara eksplisit hanya ber-


gantung pada posisi x, lihat Persamaan 7.1, maka kepadanya berlaku per-
samaan Schrödinger bebas waktu.
Persamaan Schrödinger bebas waktu osilator harmonis dapat ditulis
dalam bentuk

Bab 7: Osilator Harmonis


184 Persamaan Schrödinger

2
d 2 ( x) 2mE m  2
2
 2  ( x )    x  ( x)  0 . (7. 9)
dx    
Persamaan tersebut dapat disederhanakan dengan mendefinisikan va-
riabel-variabel tak berdimensi  dan  sebagai berikut.
  x (7. 10)

dengan  suatu tetapan yang dimensinya berbalikan dengan posisi x.


  E0 E (7. 11)

dengan E0 suatu tetapan yang dimensinya berbalikan dengan dimensi ener-


gi E.
Subtitusi Persamaan (7.10) dan (7.11) ke dalam Persamaan (7.9) dipero-
leh
2
d 2 ( ) 2 m  m  2
  ( )      ( )  0 . (7. 12)
d 2 2
 E0  2
  2 
Jika tetapan-tetapan E0 dan  masing-masing diberi nilai

m
 (7. 13)

dan
2
E0  (7. 14)

maka Persamaan (7.12) menjadi

d 2 ( )
 (   2 ) ( )  0 . (7. 15)
2
d
Persamaan (7.15) merupakan persamaan Schrödinger bebas waktu osi-
lator harmonis yang akan kita pecahkan selanjutnya. Bandingkan persama-
an hasil modifikasi ini dengan persamaan semula, yaitu Persamaan (7.9).
Dalam Persamaan (7.9), variabel x dan E merupakan variabel berdimensi;
sedangkan dalam Persamaan (7.15), variabel  dan parameter  semuanya
tidak berdimensi.
Dengan menggunakan nilai tetapan pada Persamaan (7.13) dan (7.14)
maka variabel  dan parameter  yang didefinisikan di Persamaan (7.10)
dan (7.11) tadi masing-masing menjadi

Pengantar Fisika Kuantum


Persamaan Schrödinger 185

m
 x (7. 16)

dan
2
 E. (7. 17)


Selanjutnya, persamaan Schrödinger osilator harmonis yang akan kita pe-


cahkan adalah yang dinyatakan dalam Persamaan (7.15). Tentu saja untuk
menafsirkan secara fisik berbagai kesimpulan yang didapatkan kita harus
mengolahnya kembali. Untuk mendapatkan E kita harus mengolahnya dari
 dengan menggunakan Persamaan (7.17), seagai contoh lihat Persamaan
(7.32). Demikian juga jika kita ingin mendapatkan fungsi eigen dalam x,
yaitu  (x) kita harus mengolahnya dari  (). Bagaimana cara mendapat-
kan  (x) dari  () akan diuraikan kemudian di bagian lain bab ini.
Marilah kita telaah lebih lanjut persamaan Schrödinger sebagaimana
dinyatakan pada Persamaan (7.15) di depan. Perlu diingat bahwa persa-
maan tersebut merupakan persamaan nilai-eigen bagi hamiltonan (energi
total) osilator harmonis. Fungsi  () disebut fungsi eigen dan parameter 
disebut nilai eigen. Selanjutnya, kita fokuskan telaah kita pada fungsi eigen
dan nilai eigen tersebut.

7.3 PENYELESAIAN PERSAMAAN SCHRÖDINGER

Untuk menyelesaikan Persamaan (7.15) kita gunakan kenyataan bah-


wa gerakan osilator adalah terbatas di sekitar titik setimbangnya. Ini berarti
bahwa peluang kehadiran partikel di x    haruslah nol. Kesimpulan
ini memberi petunjuk bahwa  ( x   )  0 , atau setara dengan pernyata-
an bahwa  (   )  0 .
Kita andaikan bahwa  ( ) dapat dinyatakan sebagai perkalian dua
fungsi F ( ) dan H ( ), yaitu:
 ( )  F ( ) H ( ) . (7. 18)
Bentuk kedua fungsi itu haruslah sedemikian rupa sehingga dipenuhi per-
syaratan  (   )  0 . Dengan demikian, kedua fungsi itu juga harus nol
di     meskipun kecepatannya menuju nol tidak harus sama.

Bab 7: Osilator Harmonis


186 Penyelesaian persamaan Schrödinger

Jika F( ) kita pilih lebih cepat menuju nol dibandingkan H( ), maka
perilaku  ( ) di     lebih banyak ditentukan oleh F( ) . Jika pilihan
ini yang kita ambil maka di     Persamaan (7.15) menjadi

d 2 F( )
 (   2 ) F ( )  0 . (7. 19)
d 2

 
Karena pada     berlaku    2    2 maka Persamaan (7.19) dapat
disederhanakan lagi menjadi
d 2 F( )
  2 F ( ) . (7. 20)
d 2
2
Penyelesaian persamaan itu berbentuk F( )  e c dengan c merupakan
suatu tetapan yang nilainya dapat ditentukan sebagai berikut. Subtitusi
2
F ( )  e  c ke Persamaan (7.20) menghasilkan

 2c (1  2c 2 )   2 . (7. 21)

Karena pada limit     berlaku 1  2c 2   2 c 2 maka Persamaan


(7.21) setara dengan ungkapan
1
4c 2 2   2  c . (7. 22)
2
Kita tidak mungkin menggunakan nilai c =  ½, sebab hal ini menyebabkan
F ( ) bernilai tak hingga di     . Dengan demikian hanya nilai c =+ ½
yang akan kita gunakan.
Dengan nilai c tersebut maka kita dapatkan bentuk akhir dari F ( )
sebagai
1
 2
F ( )  e 2 (7. 23)
Selanjutnya, fungsi H ( ) dapat kita temukan dengan cara sebagai be-
rikut. Subtitusi Persamaan (7.23) ke dalam (7.18), kemudian hasilnya disub-
titusikan ke dalam Persamaan (7.15), akan menghasilkan persamaan
d 2 H( ) dH( )
 2  (  1 ) H ( )  0 . (7. 24)
d 2 d

Pengantar Fisika Kuantum


Penyelesaian persamaan Schrödinger 187

Jadi H( ) harus memenuhi Persamaan (7.24) dengan syarat tambahan ha-
rus bernilai nol di     .
Persamaan (7.24) dapat diselesaikan dengan metode deret sebagai be-
rikut. Andaikan H ( ) dinyatakan dalam bentuk deret pangkat

j
H( )   a j ξ (7. 25)
j 0

maka
d 
H( )  a 1  2 a 2 ξ  3 a 3 ξ 2
 .....    j  1a j  1 ξ j
d j0

sehingga
d H( ) 
j 1

j
2  2  ( j  1) a j 1 ξ 2  j aj ξ (7. 26)
d j 0 j 0

dan
d2 2
H( )  2 a 2  3  2  a 3   4  3  a 4   .....
d 2
(7. 27)

  ( j  2)( j  1) a j  2 j .
j 0

Subtitusi Persamaan (7.25 s.d 7.27) ke dalam Persamaan (7.24) mengha-


silkan
  
 ( j  1)( j  2 ) a j  2  j  2  j a j  j  (  1)  a j  j  0 ,
j0 j0 j 0

atau

 ( j  1)( j  2) a j 2  2 j  1   a j  j  0 . (7. 28)
j0

Agar Persamaan (7.28) berlaku untuk semua  j maka harus dipenuhi hu-
bungan
2 j  1 ε
a j 2  aj (7. 29)
( j  1)( j  2)

Persamaan (7.29) memberikan resep hubungan antarkoefisien dalam deret


pangkat pada H( ) agar fungsi H( ) tersebut memenuhi Persamaan (7.24).
Dengan demikian, penyelesaian umum Persamaan (7.15) adalah

Bab 7: Osilator Harmonis


188 Penyelesaian persamaan Schrödinger

1
 2
 ( )  H( ) e 2 , (7. 30)

dengan H ( ) berupa polinom (deret pangkat) yang hubungan antar-koefi-


sien sukunya mengikuti Persamaan (7.29).

7.3.1 Nilai Eigen


Ada beberapa hal penting yang dapat dikemukakan dari penyelesaian
persamaan Schrödinger di atas.
1. Persamaan (7.29) menghubungkan koefisien suku berpangkat genap
dengan koefisien suku berpangkat genap berikutnya, atau antara koe-
fisien suku berpangkat ganjil dengan koefisien suku berpangkat ganjil
berikutnya. Jadi, antara koefisien suku berpangkat ganjil dan koefisien
suku berpangkat genap tidak ada hubungan sama sekali.
2. Koefisien suku berpangkat genap, yaitu aj dengan j bilangan genap, se-
muanya dapat dihubungkan dengan a0. Jadi jika a0 = 0 maka semua
koefisien suku berpangkat genap bernilai nol. Berarti H ( ) merupakan
deret berpangkat ganjil dan H( ) bersifat sebagai fungsi ganjil. Karena
F( ) merupakan fungsi genap maka fungsi eigen  ( ) merupakan
fungsi ganjil. Dalam hal ini  ( ) disebut fungsi eigen varitas ganjil.
3. Koefisien suku berpangkat ganjil, yaitu aj dengan j bilangan ganjil, se-
muanya dapat dihubungkan dengan a. Jadi jika a = 0 maka semua ko-
efisien suku berpangkat ganjil bernilai nol dan H ( ) merupakan deret
berpangkat genap. Akibatnya  ( ) merupakan fungsi genap dan
selanjutnya disebut fungsi eigen varitas genap.
4. Dalam setiap varitas, fungsi H ( ) merupakan deret divergen. Oleh ka-
rena itu harus dihentikan sampai suku tertentu agar menghasilkan
 ( ) yang bernilai nol di     . Prosedur penghentiannya diurai-
kan pada butir-butir berikut.
5. Untuk menghentikan deret sampai suku tertentu, misalnya suku yang
memuat  n, maka kita harus menetapkan aj = 0 untuk j > n. Hal ini
dapat kita lakukan dengan membuat koefisien aj+2 = 0 untuk j = n. Jadi,
berdasarkan Persamaan (7.29), agar deret berhenti di suku  n, maka
harus dipenuhi hubungan
2n  1  ε n
a n 2  an  0 ,
(n  1)( n  2)
atau

Pengantar Fisika Kuantum


Penyelesaian persamaan Schrödinger 189

2n + 1 =  n. (7. 31)
Indeks n perlu kita bubuhkan pada  sebab untuk memenuhi hubung-
an 2n+1 =  maka nilai  harus disesuaikan dengan nilai n.
6. Berdasarkan catatan nomor 2 dan 3 di depan, Persamaan (7.31) hanya
dapat menghentikan salah satu dari deret yang berpangkat ganjil saja
atau deret yang berpangkat genap saja; jadi tidak dapat menghentikan
keduanya sekaligus. Jika n merupakan bilangan genap, maka deret
yang dapat dihentikan dengan persamaan itu adalah deret yang ber-
pangkat genap. Sebaliknya jika n merupakan bilangan ganjil, deret
yang dapat dihentikan adalah deret yang berpangkat ganjil. Oleh se-
bab itu untuk menjamin agar  ( ) bernilai nol di     kita guna-
kan ketentuan tambahan: jika n genap maka a harus diberi nilai nol
sehingga semua koefisien berpangkat ganjil pada H (  ) bernilai nol;
sebaliknya jika n ganjil maka a harus diberi nilai nol sehingga semua
koefisien berpangkat genap pada H ( ) bernilai nol.

Marilah kita telaah lebih lanjut ungkapan dalam Persamaan (7.31).


Berdasarkan persamaan itu, agar  ( ) berhingga maka parameter  tidak
boleh bernilai sebarang, melainkan harus memenuhi hubungan n = 2n+1
dengan n sebarang bilangan cacah (0, 1, 2, …). Subtitusi nilai  ke dalam
Persamaan (7.17) menghasilkan ungkapan
  1
En   n   n    (7. 32)
2  2
Persamaan (7.32) menunjukkan bahwa energi total osilator harmonis
yang berfrekuensi anguler  tidak boleh sebarang, melainkan harus meru-
pakan kelipatan bulat (tepatnya kelipatan ganjil) dari ½  . Kesimpulan ini
berbeda dengan kesimpulan klasik yang menyatakan bahwa energi osilator
dapat bernilai sebarang. Perhatikan pula bahwa energi terendahnya bukan
nol, melainkan di atas nilai terendah energi potensialnya, yaitu ½  . .
Gambar 7.1 berikut menyajikan diagram tingkat energi yang diijinkan
pada osilator harmonis. Plot fungsi potensialnya juga ditunjukkan.

6 V(x)
5
4
Bab 7: Osilator Harmonis
3
2
1

Gambar 7.1 Plot energi potensial dan tingkat energi osilator harmonis.
190 Penyelesaian persamaan Schrödinger

7.3.2 Fungsi eigen


Berdasarkan Persamaan (7.29) sampai (7.31) dapat disimpulkan bahwa
setiap nilai  n tertentu akan menghasilkan fungsi  ( ) yang tertentu pula.
Selanjutnya, fungsi  ( ) yang diasosiasikan dengan nilai n tertentu ter-
sebut kita lambangi dengan  n ( ) . Mengingat adanya keterkaitan yang sa-
ngat erat antara n dan  n ( ) , maka akan lebih menguntungkan jika Persa-
maan (7.15) kita modifikasi menjadi

d 2 n ( )
 ( n   2 ) n ( )  0 . (7. 33)
2
d

Ungkapan tersebut menunjukkan bahwa n dan  n ( ) merupakan pa-


sangan antara fungsi eigen dan nilai eigen, yaitu n merupakan nilai eigen
dan  n ( ) merupakan fungsi eigen. Untuk memperjelas pernyataan itu,
perhatikan contoh-contoh berikut.

Contoh Soal 7.1


Dapatkan fungsi eigen osilator harmonis yang memiliki energi
total ½  .
Analisis
Berdasarkan Persamaan (7.32), energi tersebut bersesuaian dengan
nilai n = 0. Karena n merupakan bilangan genap, maka berdasar-

Pengantar Fisika Kuantum


Penyelesaian persamaan Schrödinger 191

kan catatan nomor 6 di depan, a1 harus kita beri nilai nol sehingga
semua koefisien suku berpangkat ganjil bernilai nol. Selanjutnya,
berdasarkan Persamaan (7.31), jika n = 0 maka  = 1. Dengan me-
ngetahui nilai  ini kita dapat menentukan nilai koefisien-koefisien
berpangkat genap yang tidak nol dengan menggunakan Persa-
maan (7.29).
Untuk j = 0, kita dapatkan
2  0  1 1
a2  a0  0 .
(0  1)(0  2)
Karena a2 = 0 maka koefisien suku berpangkat genap di atasnya ju-
ga bernilai nol. Dengan demikian, polinom H() yang cocok de-
ngan keadaan ini adalah H() = a0 = konstanta, dan fungsi eigen
yang kita cari (lihat Persamaan 7.30) adalah
1
 2
 0 ( )  a 0 e 2 .

Tetapan a0 biasanya dipilih sedemikian rupa sehingga fungsi eigen


 0 ternormalkan. Nilainya dapat ditentukan sebagai berikut.
Agar  0 ternormalkan maka harus dipenuhi:

2
  0 (ξ ) d  1 .


Atau
 2 2 
 2 2 2 ( 1 / 2 ) 2
 a 0 e d  2  a0 e d  2 a 0  a0   1.
 0 2
1/ 4
1
Jadi a0    .

Dengan demikian, kita dapatkan fungsi eigen yang telah ternormal-
kan:
1/ 4  1  2
1
 0 ( )    e 2 .
 
Gambar berikut adalah plot fungsi eigen untuk tingkat nol (terendah)

Bab 7: Osilator Harmonis


192 Penyelesaian persamaan Schrödinger

tersebut.

0()
V()

nilai eigen

Contoh Soal 7.2


Dapatkan fungsi eigen osilator harmonis yang memiliki energi to-
tal 3/2  .
Analisis
Berdasarkan Persamaan (7.32), energi tersebut bersesuaian dengan
nilai n = 1. Karena n merupakan bilangan ganjil, maka berdasar-
kan catatan nomor 6 di depan, a0 harus kita beri nilai nol sehingga
semua koefisien suku yang berpangkat genap bernilai nol. Selan-
jutnya, berdasarkan Persamaan (7.31), jika n = 1 maka  = 3. De-
ngan mengetahui nilai  ini kita dapat menentukan nilai koefisien-
koefisien berpangkat ganjil yang tidak nol dengan menggunakan
Persamaan (7.29).
2  1 1  3
Untuk j = 1, kita dapatkan a 3  a1  0 .
(1  1)( 1  2 )

Karena a = 0 maka koefisien suku berpangkat ganjil di atasnya


akan bernilai nol. Dengan demikian, polinom H() yang cocok
dengan keadaan ini adalah H() = a, dan fungsi eigen yang kita
cari adalah
1
 2
 1 ( )  a1  e 2 .

Pengantar Fisika Kuantum


Penyelesaian persamaan Schrödinger 193

Tetapan a1 biasanya dipilih sedemikian rupa sehingga fungsi eigen


 () ternormalkan. Nilainya ditentukan sebagai berikut. Agar
 () ternormalkan maka harus dipenuhi:
 2
  1 ( ) d  1


Atau
 
2 2 2 2 2  (3 / 2) 2 
 a1  2 e  d  2  a1  2 e  d  2 a1  a1 1 .
 0
2 2
1 /4
4
Jadi a1    .
 
Dengan demikian kita dapatkan fungsi eigen yang telah ternor-
malkan:
1/ 4 1
4  2
 1 ( )     e 2 .
 
Gambar berikut menyajikan plot fungsi eigen untuk tingkat energi
tersebut.

1()
V()

nilai eigen

Contoh Soal 7.3


Dapatkan fungsi eigen osilator harmonis yang memiliki energi to-
tal 5/2  .

Bab 7: Osilator Harmonis


194 Penyelesaian persamaan Schrödinger

Analisis
Energi tersebut bersesuaian dengan nilai n = 2. Karena n meru-
pakan bilangan genap, maka a1 harus kita beri nilai nol sehingga
semua koefisien suku berpangkat ganjil bernilai nol. Selanjutnya,
berdasarkan Persamaan (7.31), jika n = 2 maka  = 5. Dengan
mengetahui nilai  ini kita dapat menentukan nilai koefisien-
koefisien berpangkat genap yang tidak nol dengan menggunakan
Persamaan (7.29).
Untuk j = 0, kita dapatkan
2  0 1  5
a2  a0   2 a0 .
(0  1)(0  2)
Untuk j = 2, kita dapatkan
2  2 1  5
a4  a2  0 .
(2  1)(2  2)
Karena a4 = 0 maka koefisien suku pangkat genap di atasnya akan
bernilai nol. Dengan demikian, polinom H() yang cocok dengan
keadaan ini adalah


H 2 ( )  a 0 (1  2  2 )  N 2  2  1 , 
dan fungsi eigen yang kita cari adalah
1
 2
2
 2 ( )  N ( 2   1) e 2 .

Tetapan N dipilih sedemikian rupa sehingga  2() ternormalkan.


Dengan prosedur seperti pada contoh sebelumnya, besarnya
1 /4
1 
tetapan normalisasi ini adalah N    .
 4 
Perhatikan bahwa nilai a0 pada contoh ini berbeda dengan nilai a0
pada contoh sebelumnya.
Dengan demikian, fungsi eigen yang sudah ternormalkan adalah
1/4 1
1   2
 2 ( )    2 2

1 e 2 .
 4 

Pengantar Fisika Kuantum


Penyelesaian persamaan Schrödinger 195

Gambar berikut menyajikan plot fungsi eigen ternormalkan tersebut.

2()

V()


nilai eigen

Contoh Soal 7.4


Dapatkan fungsi eigen osilator harmonis yang memiliki energi to-
tal 7/2  .
Analisis
Energi tersebut bersesuaian dengan nilai n = 3. Karena n merupa-
kan bilangan ganjil, maka a = 0 sehingga semua koefisien suku
berpangkat genap bernilai nol.
Koefisien suku berpangkat ganjil ditentukan sebagai berikut. Ber-
dasarkan Persamaan (7.31), jika n = 3 maka  = 7. Subtitusi  = 7 ke
dalam Persamaan (7.29) kita dapatkan koefisien suku berpangkat
ganjil sebagai berikut.
2 11  7
Untuk j = 1, kita dapatkan a 3  a1   4 / 6 a 1 .
(1  1)(1  2 )

2 31 7
Untuk j = 3, kita dapatkan a 5  a1  0 .
( 3  1)( 3  2 )

Karena a = 0 maka koefisien suku pangkat ganjil di atasnya akan


bernilai nol. Dengan demikian, polinom H() yang cocok dengan
keadaan ini adalah

Bab 7: Osilator Harmonis


196 Penyelesaian persamaan Schrödinger

 
H 3 ( )  a 1 (  23  3 )  N 2  3  3 ,

dan fungsi eigen yang kita cari adalah


1
 2
 3
 3 ( )  N 2   3  e 2 .

Tetapan N dipilih sebagai tetapan normalisasi bagi  3(). Berda-


sarkan contoh-contoh sebelumnya diharapkan pembaca mencari
sendiri berapa nilai tetapan normalisasi ini.
Berikut adalah plot fungsi eigen tersebut.

V()

nilai eigen

 3()

Contoh Soal 7.5

Dapatkan fungsi eigen osilator harmonis yang memiliki energi to-


tal 9/2  .

Analisis
Energi tersebut bersesuaian dengan nilai n = 4, dan  = 9. Karena n
merupakan bilangan genap maka aj = 0 untuk j ganjil. Nilai aj un-
tuk j genap dicari dengan menggunakan Persamaan (7.29) sebagai
berikut.
2  01  9
Untuk j = 0, kita dapatkan a 2  a0   4 a0 .
(0  1)( 0  2 )

Pengantar Fisika Kuantum


Penyelesaian persamaan Schrödinger 197

221 9
Untuk j = 2, kita dapatkan a 4  a 2   13 a 2  43 a 0 .
( 2  1)( 2  2 )

2  41 9
Untuk j = 4, kita dapatkan a6  a4  0
( 4  1)( 4  2 )

Karena a = 0 maka koefisien suku pangkat genap di atasnya akan


bernilai nol. Dengan demikian polinom H() yang cocok dengan
keadaan ini adalah
H 4 ( )  a0 ( 1  4  2  43  4 )  N ( 3  12  2  4  4 )

dan fungsi eigen yang kita cari adalah

1
 2
4 2
 4 ( )  N ( 4  12   3) e 2 .

Tetapan N dipilih sebagai tetapan normalisasi bagi  4(). Berikut


adalah plot fungsi eigen tersebut.

nilai eigen V()

 4()

7.4 POLINOM HERMITE

Fungsi eigen osilator harmonis merupakan perkalian fungsi polinom


orde tertentu, yaitu Hn(), dan fungsi eksponensial exp( ½ ). Beberapa

Bab 7: Osilator Harmonis


198 Polinom Hermite

polinom sudah kita dapatkan melalui contoh-contoh di depan. Seperti yang


Anda lihat, polinom-polinom tersebut tidak lain adalah polinom Hermite.
Untuk itu, ada baiknya kita menelaah kembali secara singkat tentang poli-
nom tersebut.

7.4.1 Definisi Polinom Hermite


Polinom Hermite merupakan penyelesaian persamaan diferensial:
d 2 H n ( ) dH n ( )
 2  2 n H n ( )  0 , (7. 34)
d 2 d
dengan n merupakan bilangan cacah (0, 1, 2, … ). Perhatikan bahwa persa-
maan diferensial tersebut sama dengan Persamaan (7.24) setelah kita gan-
tikan n dengan 2n +1 seperti dinyatakan pada Persamaan (7.31).
Polinom Hermite orde n dapat ditemukan dengan menggunakan ru-
mus pembangkit polinom Hermite sebagai berikut.
2 dn 2
H n ( )  (1) n e e  . (7. 35)
d n
(Lihat, misalnya: Spiegel, M.R. 1968: Mathematical Handbook Formula and
Tables, hal. 151. Schaum’ Outline Series). Berikut beberapa contoh polinom
yang didapat dari rumus tersebut.

H 0 ( )  1 , H 1 ( )  2 ,

H 2 ( )  4 2  2 , H 3 ( )  8 3  12 ,

H 4 ( )  16 4  48 2  12 , H 5 ( )  32  5  160 3  120 .

Perhatikan bahwa fungsi-fungsi tersebut semuanya sama dengan yang te-


lah kita dapatkan di depan asalkan nilai koefisiennya kita bagi dengan fak-
tor persekutuan terbesarnya. Misalnya, jika koefisien pada H () di atas kita
bagi dengan 4 (yaitu faktor persekutuan terbesar dari bilangan 8 dan 12) ki-
ta dapatkan polinom yang sama dengan yang kita dapatkan pada Contoh
7.4 di depan.
Mengingat faktor Hn() dalam fungsi eigen osilator harmonis ternyata
merupakan polinom Hermite, kita dapat menemukan fungsi Hn() tersebut
tanpa melalui prosedur menghitung koefisien  n seperti yang kita lakukan
di depan. Sebagai gantinya, kita dapat menggunakan Persamaan (7.35).

Pengantar Fisika Kuantum


Polinom Hermite 199

7.4.2 Beberapa Sifat Polinom Hermite


Berikut beberapa sifat penting polinom Hermite yang akan kita gu-
nakan dalam pembahasan berikutnya.
Hubungan antarpolinom yang berdekatan ordenya:
H n 1 ( )  2 H n ( )  2n H n 1 ( ) . (7. 36)

Derivatif polinom Hermite


d
H n ( )  2n H n 1 ( ) . (7. 37)
d
Keortogonalan Polinom Hermite
Hal penting lainnya yang berkaitan dengan polinom Hermite adalah
sifat keortogonalannya. Antara dua sebarang polinom Hermite, misalnya
Hn() dan Hm(), berlaku hubungan:

0 ; nm

 2 
 H n ( ) H m ( ) e d   . (7. 38)
  2 n n!  ; n  m

7.5 FUNGSI EIGEN OSILATOR HARMONIS

Setelah kita melihat adanya hubungan antara fungsi eigen osilator har-
monis dengan polinom Hermite, dan mengingat kembali beberapa sifat
penting polinom tersebut, marilah kita kembali menelaah fungsi eigen osi-
lator harmonis. Hal-hal yang akan kita bahas lebih lanjut adalah sifat keor-
togonalan fungsi eigen osilator dan bagaimana mendapatkan fungsi eigen
dalam variabel x, yaitu  n(x), berdasarkan fungsi eigen yang dinyatakan
dalam variabel tak berdimensi , yaitu  n().

Bab 7: Osilator Harmonis


200 Fungsi eigen osilator harmonis

Jika Persamaan (7.38) kita ubah cara penulisannya menjadi

1 1 0 ; nm
   2    2  
  H n ( ) e 2   H m ( ) e 2  d   (7. 39)
     2 n n!  ; n  m

maka dapat kita maknai sebagai keortogonalan antara sebarang pasangan
fungsi eigen  n() dan  m(). Baris kedua Persamaan (7.39) tersebut juga
menunjukkan bahwa fungsi eigen  n() yang polinom Hn()-nya kita dapat-
kan dari Persamaan (7.35) adalah belum ternormalkan.
Untuk mendapatkan fungsi eigen yang ternormalkan, fungsi eigen
yang belum ternormalkan tersebut kita tuliskan sebagai berikut.
1
 2
 n ( )  N H n ( ) e 2 , (7. 40)

dengan N tetapan normalisasi bagi  n(). Norm fungsi tersebut adalah


  2
2 2 2 
  n ( ) d  N  H n ( )  e d . (7. 41)
 

Berdasarkan baris kedua Persamaan (7.39), integral di ruas kanan Persama-


an (7.41) di atas bernilai 2 n n! π . Jadi agar norm dari  n() bernilai 1 maka

tetapan N harus kita beri nilai 2 n n!   1/ 2 . Dengan demikian fungsi


eigen yang telah ternormalkan adalah
1
 2
 n
 n ( )  2 n!   1 / 2
H n ( ) e 2 . (7. 42)
Tabel 7.1 berikut menyajikan beberapa fungsi eigen ternormalkan yang di-
dapat dari Persamaan (7.42) tersebut.

Pengantar Fisika Kuantum


Fungsi eigen osilator harmonis 201

Tabel 7.1. Beberapa Fungsi Eigen Ternormalkan Osilator Harmonis


n n = 2n+1  n()

1/4 1
 1  2
0 1   e 2
 

1/4 1 1/4 1
 1   2 4  2
1 3 
 4

 2 e 2     e 2

   

1/4 1 1/4 1
 1   2  1   2
2
2 5 
 64 

 ( 4  2 ) e 2 =  
 ( 2 2  1) e 2

   4 

1 /4 1 1/4 1
 1   2 1   2
3 7 
 2304 

 8 3
 12 e  2    2 3

 3 e 2

   9 

Bagaimanakah cara mendapatkan fungsi  n (x ) yang telah ternormal-


kan? Apakah cukup dengan menggantikan setiap variabel  pada Persama-
an (7.42) dengan x sebagaimana didefinisikan di Persamaan (7.10)? Tentu
saja tidak, sebab tetapan normalisasi  n (x) dihitung melalui proses peng-
integralan terhadap    x , lihat Persamaan (7.39), sedangkan tetapan nor-
malisasi untuk  n (x) harus dihitung melalui proses pengintegralan terha-

2
dap x, yaitu:   n ( x) dx.

Jika  n (x ) ternormalkan maka berlaku hubungan

2
  n ( x) dx 1. (7. 43)


Di pihak lain, jika  n (   x) ternormalkan maka juga berlaku


 
2 2
  n ( ) d    n ( x) dα x   1.
 

Bab 7: Osilator Harmonis


202 Fungsi eigen osilator harmonis

atau
 2
   n (   x) dx  1 . (7. 44)


Dengan membandingkan Persamaan (7.44) terhadap Persamaan (7.43) kita


peroleh kesimpulan bahwa

 n ( x)    n (  x ) . (7. 45)
Persamaan (7.45) itulah yang menghubungkan fungsi eigen ternormalkan
dalam variabel  dengan fungsi eigen ternormalkan dalam variabel x. Seca-
ra eksplisit, fungsi eigen yang telah ternormalkan tersebut berbentuk
1/ 2 1
    x 2
 n ( x)    H n (x) e 2 . (7. 46)
 2 n n!  
 
Antara dua fungsi eigen ternormalkan berlaku hubungan
0 , n  m
 
 n ( x ) m ( x) dx   (7. 47)
1, n  m

7.6 KETAKPASTIAN POSISI DAN MOMENTUM

Pada Bab 3 kita telah menghitung perkalian ketakpastian posisi dan


momentum linear osilator harmonis berdasarkan penafsiran Born tentang
fungsi gelombang. Pada Bab 4, dengan prosedur yang berbeda, kita juga
telah melakukan penghitungan serupa meskipun hanya untuk beberapa
keadaan eigen (untuk beberapa fungsi eigen) saja. Pada bab ini, dengan
menggunakan beberapa sifat polinom Hermite, kita akan melakukan lagi
penghitungan itu. Prosedur yang kita gunakan sama dengan yang kita
pakai di Bab 4. Namun demikian, jika pada Bab 4 kita hanya dapat meng-
hitung untuk setiap keadaan eigen, pada bab ini kita akan dapat meng-
hitung sekaligus untuk semua keadaan eigen, yaitu untuk sebarang fungsi
eigen  n (x) dengan n sebarang.

Pengantar Fisika Kuantum


Ketakpastian posisi-momentum 203

7.6.1 Ketakpastian Posisi


Ketakpastian posisi dihitung dari nilai harap posisi dan nilai harap
kuadrat posisi sebagai berikut.
2
x  n  x2
n
 x .
n
(7. 48)

Nilai harap posisi pada sebarang keadaan eigen, x  adalah


n

x  n   n ( x ) x n ( x) dx  0 . (7. 49)

Perhitungan tersebut mudah dilakukan mengingat kuadrat  n (x ) merupa-


kan fungsi genap sehingga x  n (x) 2 merupakan fungsi ganjil. Akibatnya,
karena integrasi meliputi daerah yang simetris terhadap x=0 maka hasilnya
nol.
Nilai harap kuadrat posisi pada sebarang keadaan eigen, x2
n
adalah

x 2  n   n ( x) x 2  n ( x) dx
1/ 2
 2  1  1 / 2(x ) 2 2
   e H n (x) x 2 e 1 / 2(x ) H n (x) dx (7. 50)
   2 n n!
 
1/ 2
 2  1 1  (x ) 2

 

 n 3 
e x H n (x )2 dx .
  2 n! 

Integral pada persamaan di atas bernilai  n! 2n (n + 1/2). (Lihat perta-


nyaan 6 pada bagian Pertanyaan Analisis di akhir bab ini.) Dengan demiki-
an kita dapatkan:
1 
x2  n  1 / 2  n  1 / 2 . (7. 51)
n 2 m

(Lihat Persamaan (7.13) tentang definisi ). Subtitusi Persamaan (7.49) dan
(7.51) ke dalam Persamaan (7.48) menghasilkan

( x ) n  n  1 / 2  (7. 52)
m
Jadi, ketakpastian posisi berbanding lurus terhadap akar n, yaitu keadaan
kuantum osilator harmonis.

Bab 7: Osilator Harmonis


204 Ketakpastian posisi-momentum

7.6.2 Ketakpastian Momentum


Ketakpastian momentum dihitung dari nilai harap momentum dan
nilai harap kuadrat momentum sebagai berikut.
2
p  n  p2
n
 p n
. (7. 53)

Nilai harap momentum pada sebarang keadaan eigen, p  adalah


n

d
  n ( x)   i  n ( x ) dx  0 .

p n (7. 54)
 dx 
(Lihat pertanyaan 7 pada bagian Pertanyaan Analisis di akhir bab ini.)
Nilai harap kuadrat momentum pada sebarang keadaan eigen, p2
n
adalah
  d2 
p2   n ( x )    2  n ( x ) dx (7. 55)
dx 2 
n

=  2  2 ( n  1 /2 )  m( n  1 / 2 )

(Lihat pertanyaan 8 pada bagian Pertanyaan Analisis di akhir bab ini.)


Subtitusi Persamaan (7.55) dan (7.54) ke dalam Persamaan (7.53) meng-
hasilkan

(p) n  m n  1 / 2 . (7. 56)

Jadi ketakpastian momentum juga berbanding lurus terhadap n, seperti


halnya dengan ketidakpastian posisi.

7.6.3 Perkalian Ketakpastian Posisi dan Momentum


Berdasarkan hasil perhitungan tentang ketakpastian posisi dan mo-
mentum di depan kita peroleh hubungan


( px ) n  m n  1 / 2  n  1 / 2   n  1 / 2  (7. 57)
m
Bandingkan hasil tersebut dengan tabel nilai ( p x) untuk osilator harmo-
nis sebagaimana dinyatakan pada bagian akhir Bab 3.

Pengantar Fisika Kuantum


Rangkuman 205

Karena n  0 maka ( p x )   / 2 . Kesimpulan ini cocok dengan asas


ketakpastian Heisenberg. Lebih lanjut, nilai terkecil ( p x ) dicapai untuk
n = 0, pada saat fungsi eigen osilator harmonis tergolong sebagai fungsi
Gaussan. Suatu kesimpulan yang juga cocok dengan yang sudah kita
dapatkan pada bab sebelumnya.

RANGKUMAN

1. Analisis klasik tentang osilator harmonis menyimpulkan bahwa energi


osilator harmonis dapat bernilai sebarang.
2. Analisis kuantum terhadap osilator harmonis didasarkan pada persa-
maan Schrödinger bebas waktu yang berbentuk:
2
d 2 n ( x) 2mE n  m  2
  n ( x)    x  n ( x)  0 . .
dx 2 2   
dengan m = massa osilator,  = frekuensi sudut osilator, En energi total
osilator, dan  n(x) = fungsi eigen osilator yang memiliki energi total En.
3. Penyelesaian persamaan Schrödinger bebas waktu tersebut mengha-
silkan kesimpulan bahwa energi total osilator harmonis harus meme-
nuhi hubungan
En  ( n  1 / 2 )  , n = 0, 1, 2, … . .

Jadi, spektrum nilai energi total bersifat diskret. Hal ini berbeda sekali
dengan kesimpulan klasik sebagaimana disebutkan sebelumnya.
4. Penyelesaian persamaan Schrödinger bebas waktu tersebut juga meng-
hasilkan kesimpulan bahwa keadaan eigen osilator harmonis yang
berenergi total En dinyatakan oleh fungsi eigen .
1 /2 1
    x 2 m
 n ( x)   n 
 H n (x) e 2 , dengan  
 2 n!   

dan Hn adalah polinom Hermite orde n yang dapat diturunkan dengan


menggunakan rumus
2 d n  2
H n ( )  ( 1)n e e ,
d n
atau dengan menentukan bentuk eksplisit polinom

Bab 7: Osilator Harmonis


206 Rangkuman

n
j
H n ( )   a j
j 0

berdasarkan ketentuan sebagai berikut.


o Antarkoefisien suku yang berdekatan mengikuti hubungan
2 j  1  εn
a j 2  aj .
( j  1)( j  2 )

o Nilai  n bergantung pada n berdasarkan hubungan


 n = 2n + 1
o Jika n berupa bilangan genap maka a diberi nilai nol dan jika n
berupa bilangan ganjil maka a diberi nilai nol
5. Himpunan fungsi eigen seperti dinyatakan pada rangkuman nomor 4
tersebut bersifat ortonormal dalam arti bahwa .

0 , n  m
 

 n

( x ) m ( x ) d x  
1 , n  m

5. Berdasarkan fungsi eigen tersebut, pengukuran posisi dan momentum
partikel akan menghasilkan nilai ukur sebagai berikut.
Pengukuran posisi
6. Nilai harap posisi: <x> = 0 untuk semua keadaan.

o Ketakpastian posisi: ( x ) n  n  1 / 2  .
m
Pengukuran momentum linear
o Nilai harap: <p> = 0 untuk semua keadaan
7. Ketakpastian momentum linear: ( p ) n  m( n  1 /2 ) . .

Perkalian ketakpastian posisi dan momentum:


( p x) n  n  1 /2   , yang sepenuhnya cocok dengan asas ketak-
pastian Heisenberg ( p x )   / 2 .

Pengantar Fisika Kuantum


Perlatihan 207

PERLATIHAN

Pertanyaan Konsep
1. Berikan contoh-contoh gejala fisika yang berperilaku sebagai osilator
harmonis!
2. Menurut fisika klasik, energi total terendah osilator harmonis sama
dengan energi potensial terendahnya. Sementara itu, menurut fisika
kuantum, nilai tersebut adalah 1 / 2  di atas nilai terendah energi po-
tensialnya. Apa komentar Anda tentang hal ini?
3. Menurut postulat Planck, energi yang dimiliki oleh osilator harmonis
haruslah memenuhi hubungan En  n , dengan n = 0, 1, 2,… . Di lain
pihak, berdasarkan persamaan Schrödinger, hubungan tersebut adalah
En  ( n  1 / 2)  . Apa komentar Anda terhadap perbedaan ini?
4. Jika energi terendah osilator harmonis sama dengan energi potensial
terendahnya, prinsip apa yang terlanggar?
5. Menurut Anda, apakah kesimpulan yang didapatkan oleh fisika kuan-
tum tentang osilator harmonis ini memiliki kesepadanan dengan hasil
analisis yang diperoleh oleh fisika klasik? Jika ya, tunjukkan letak ke-
sepadanan itu.
6. Selama partikel berperilaku sebagai osilator harmonis, mungkinkah
partikel itu dalam keadaan bebas sehingga dapat memiliki sebarang
energi?
7. Masing-massing ketakpastian posisi maupun momentum linear osila-
tor harmonis sebanding dengan n . Berarti semakin besar ketakpas-
tian posisi semakin besar pula ketakpastian momentum linearnya.
Apakah kesimpulan ini tidak bertentangan dengan asas ketakpasian
Heisenberg?

Pertanyaan Analisis:
1. Jika V(x) menyatakan variasi energi potensial suatu partikel terikat ter-
hadap posisinya, dan a adalah posisi setimbangnya, tunjukkan bahwa
di sekitar posisi setimbang itu partikel berperilaku sebagai osilator har-
monis. (Petunjuk: ekpansikan (uraikan) V(x) ke dalam bentuk deret
pangkat dalam x dan tunjukkan bahwa di sekitar x = a berlaku peng-
hampiran V(x)  bx2, dengan b bilangan positif).
2. Dengan menggunakan metode deret, dapatkan fungsi eigen osilator
harmonis yang memiliki energi: a) 5,5  , b) 6,5  , c) 7,5  .

Bab 7: Osilator Harmonis


208 Perlatihan

3. Carilah tetapan normalisasi N untuk: a)  3 () pada contoh soal 7.4 dan
b)  4 () pada contoh soal 7.5 .
4. Selidikilah bahwa semua polinom Hermite yang didaftar di bagian
7.4.1, setelah Persamaan (7.35), merupakan penyelesaian Persamaan
(7.34)! (Petunjuk: subtitusikan masing-masing fungsi ke ruas kiri Per-
samaan (7.34) kemudian selidikilah apakah semuanya menghasilkan
nol!)
5. Berdasarkan Persamaan (7.36) dan atau (7.37) tunjukkan bahwa
a. Hn(x) = 2x Hn 1(x) – 2 (n –1) Hn  2(x)
d
b. H n ( x)  2x Hn (x) – Hn + 1(x)
dx
d2
c.
dx 2
 
H n ( x )  4 x 2  2 n H n ( x )  2 x H n1 ( x )
 2
6. Buktikan bahwa  e (x ) x H n (x )2 d x  =  n! 2n (n+1/2). (Pe-
tunjuk: (1) lakukan perubahan variabel x  y , (2) gunakan Persama-
an (7.36) untuk mengubah yHn(y) menjadi ½{Hn+1(y) + 2nHn1 (y)}, (3)
gunakan Persamaan (7.38) untuk menyelesaikan integralnya.)
7. Buktikan perhitungan pada Persamaan (7.54). (Petunjuk: hitung dulu
derivatif pertama dari  n (x) (gunakan Persamaan (7.37) untuk men-
dapatkan derivatif dari Hn), kemudian selesaikan integralnya (gunakan
Persamaan (7.38) dan ingat bahwa x(Hn (x) ) merupakan fungsi gan-
jil).
8. Buktikan hasil penghitungan integral pada Persamaan (7.55). Petunjuk:
hitung dulu derivatif kedua dari  n (x ) (bisa menggunakan pertanya-
an 5c di depan), kemudian selesaikan integralnya (gunakan Persamaan
(7.38) dan ingat bahwa x(Hn (x) ) merupakan fungsi ganjil).
9. Dalam fisik klasik, untuk osilator harmonis berlaku hubungan
d2 x
  2 x  0. Apakah dalam fisika kuantum ada hubungan yang sa-
dt 2
ma, atau mirip, dengan itu? Jika ada, tunjukkan. (Petunjuk: lihat Bab 4)
10. Tetapan pegas yang diasosiasikan dengan getaran molekul diatomik
berkisar pada orde 10 N/m. Jika massa molekul diatomik tersebut pa-
da orde 10kg, perkirakan berapa energi terendah getaran molekul
tersebut.

Pengantar Fisika Kuantum


Perlatihan 209

O
F
Osilator harmonis
fonon ..................................... 181 energi klasik ............... 183, 205
energi kuantum .......... 189, 205
G fungsi eigen........ 200, 205, 206,
Gaussan 190–97
fungsi................................. 205 ketakpastian momentum .... 204,
206
H ketakpastian posisi ..... 203, 206
pengertian .......................... 181
Heisenberg
persamaan Schrodinger
Asas ketakpastian............... 205
penjabaran ................ 183–85
K solusi........................ 185–88
Persamaan Schrodinger ...... 205
konservatif ...................... 182, 183
konstanta pegas...................... 181 P
kristal .................................... 181
partikel identik ....................... 182
M polinom Hermite .................... 205
Polinom Hermite
medium kontinu ..................... 181 dan fungsi eigen O.H.......... 199
definisi ............................... 198
N sifat-sifat penting ............... 199
Newton .................................. 182
S
sistem konservatif .......... 182, 183

Bab 7: Osilator Harmonis

Anda mungkin juga menyukai