Anda di halaman 1dari 20

Gerak Osilator Harmonik

BAB VII
GERAK OSILATOR HARMONIK

7.1 Pengantar

Gerak yang berulang dalam suatu waktu yang sama disebut gerakan periodik. Partikel
dengan gerakan periodik bergerak maju-mundur dengan langkah yang sama dinamakan
gerak osilasi. Contohnya osilasi pada tali biola, massa yang ditempelkan pada pegas,
atom dalam molekul atau pada kisi zat padat. Tidak hanya sistem mekanik yang dapat
berisolasi, melainkan gelombang radio, gelombang mikro, dan cahaya tampak
merupakan osilasi vektor medan listrik dan magnet.

7.2 Tujuan Instruksional

7.2.1 Kompetensi Dasar

7.2.1.1 Mendifinisikan gaya dan tenaga potensial pegas.


7.2.1.2 Memahami konsep persamaan gerak.
7.2.1.3 Menganalisis gejala resonasi pada osilator.

7.2.2 Indikator Keberhasilan

7.2.2.1 Siswa mampu menjabarkan konsep gerak osilator harmonik.


7.2.2.2 Siswa mampu menguraikan persamaan gerak osilator, pegas, dan bandul
matematik.
7.2.2.3 Siswa mampu menyimpulan gejala resonasi dan osilator teredam.

Fisika Dasar VII-1


Gerak Osilator Harmonik

7.3 Gaya Pegas dan Tenaga Potensial Pegas

Pada gambar di bawah diperlihatkan proses pemendekan


a 
dan pemanjangan pada pegas akibat gaya tekan dan tarik F 
 F
yang bersangkutan. Dalam hal ini pada Gambar 7.1.a
x x
pegas belum menderita gaya, sedang pada Gambar 7.1.b b F

pegas menderita gaya tekan F sehingga pegas memendek
sejauh x. Selanjutnya pegas pada Gambar 7.1.c menderita Gambar 7.1 Gaya pada pegas

gaya tarik F yang menyebabkan ia memanjang sejauh x. c

Dalam proses pemendekan dan pemanjangan pegas itu ternyata besarnya gaya yang
bekerja berbanding linier dengan perpindahan ke arah gaya yang bekerja. Jadi dapat
ditulis
F = -k x (7.1)
dengan k adalah tetapan pegas.

Persamaan (7.1) ini dinamakan Hukum Hooke, dimana tanda negatif pada rumus
menyatakan bahwa senagai akibat bekerjanya F maka oleh pegas timbul reaksi yang
melawan x. Berikutnya, andaikan akibat bekerjanya gaya F, pegas mengalami
perpindahan infinitisimal dx, maka kerja yanng diberikan dalam proses tersebut adalah
dW = F dx = -k x dx. Dengan mengintegralkan kedua belah ruas, kita akan peroleh
1
W   dW  k  xdx   2 kx C
2
(7.2a)

Misalkan pada x = 0 dan W = 0, maka C = 0. Jadi rumus 7.2a dapat ditulis menjadi:
1 2
W  kx (7.2b)
2
Menurut rumus (7.2b) untuk mengubah panjang pegas sejauh x maka harus diberikan
kerja sebesar (½) k x2. Bila pegas itu dilepaskan dari kedudukan, maka pada pegas
terdapat “potensi” (kemampuan) untuk mengembalikan pegas ke keadaan awalnya yaitu
keadaan sebelum ada simpangan. Ini berarti dalam kedudukan pegas telah berubah
panjang sejauh x, pegas mempunyai tenaga potensial Tp = -W sehingga

Fisika Dasar VII-2


Gerak Osilator Harmonik

Tp = (½) kx2 (7.3)

Rumus ini menyatakan besxarnya tenaga poptensial yang memiliki oleh pegas setelah ia
menyimpan sejauh x.

7.4 Persamaan Gerak Osilator

7.4.1 Persamaan gerak Pegas

Untuk keperluan ini ditinjau kembali hukum Hooke F = -k x. Menurut Hukum Newton

d 2x
F m , sehingga untuk pegas kita dapatkan persamaan
dt 2
d 2x d 2 x kx
m   kx , atau  0 (7.4)
dt 2 dt 2 m
dengan m adalah massa sistem. Persamaan (7.4) melukiskan persamaan gerak pegas.
Untuk mengetahui kelakuan persamaan gerak (7.4) maka terlebih dahulu kita akan
mencari penyelesainnya. Untuk keperluan tersebut, misalkan tenaga yang diperlukan
untuk menekan pegas sehingga memperoleh simpangan x = A (A dinamakan amplitudo
simpangan), maka tenaga total E = Tp = (½) kA2 (di sini tenaga kinetik sistem belum
ada). Sekarang kalau pegas dilepaskan misalkan kecepatan geraknya v dan
simpangannya x, maka menurut hukum kekekalan tenaga
kA 2 mv 2 kx 2
E   (7.5)
2 2 2
Jika v dieliminir dari persamaan (7.5) maka akan diperoleh
1/ 2

v
dx  k 
 
dt  m 
A 2
 x2 
1/ 2
(7.6a)

atau
1/ 2
dx k
  dt (7.6b)
A 2
 x2 
1/ 2
m

jika kedua ruas pada persamaan (7.6b) diintegralkan maka diperoleh:

Fisika Dasar VII-3


Gerak Osilator Harmonik

1/ 2 1/ 2
dx k k
 A 2
 x2  1/ 2
 
m
 dt   m  t C (7.7a)

Misalkan x = A sin , maka dx = A cos d, sehingga ruas kiri pada persamaan (7.7a)
dapat ditulis menjadi;
1/ 2
cos d
 A cos d  A  x 
1/ 2 k
2 2
   d      t C (7.7b)
cos  m

Sehingga kita peroleh:


  k 1 / 2 
x  A sin    t  C  (7.7c)
 m  
 

Sebelum lanjut perlu dicatat disini bahwa apabila kita mengadakan subtitusi x = A cos
, maka dengan jelas tampak bahwa kita akan kembali pada persamaan (7.7b) bila
negatif akar yang dipilih. Kalau demikian halnya x = A sin  atau x = A cos  sama
baiknya sebagai penyelesaian. Dengan demikian secara umum penyelesaian itu dapat
ditulis sebagai:
  k 1 / 2    k 1 / 2 
x  A sin    t  C   A cos   t  C  (7.8a)
 m    m  
   

Secara umum amplitudo suku pertama dan suku kedua pada persamaan (7.8a) tidak
perlu sama. Dalam hal ini misalkan amplitudo mereka masing-masing A1 dan A2, maka
persamaan (7.8a) dapat ditulis kembali menjadi:
  k 1 / 2    k 1 / 2 
x  A1 sin   t  C   A2 cos   t  C  (7.8b)
 m    m  
   

Pada saat t=0 misalkan  = o, maka C = o (o menyatakan sudut fase awal) sehingga
(7.8b) dapat ditulis menjadi:
  k 1 / 2    k 1 / 2 
x  A1 sin   t   o   A2 cos   t   o  (7.8c)
 m    m  
   

yang ternyata betul-betul (7.8) merupakan penyelesaian dari persamaan (7.4) maka
cukup kita tinjau suku kedua saja. Sedang suku pertama kita tinggalkan sebagai latihan.
Dalam hal ini;
  k 1 / 2  d 2x k    k 1 / 2 
x  A cos   t   o  maka   A  sin   t o  .
 m   dt 2
m  m  
   

Fisika Dasar VII-4


Gerak Osilator Harmonik

Jika hasil ini disubtitusi ke persamaan (7.4) maka diperoleh;


k   k 1 / 2  k   k 1 / 2 
  A sin   t   o     A sin   t   o   0
m  m   m  m  

Yang ternyata betul-betul memenuhi sebagai penyelesaian. Sebagai itu kedua suku
penyelesaian (7.8) kalau kita gambarkan kurvanya maka akan tampak seperti Gambar
(7.2). Dalam hal ini tampak bahwa antara fungsi sinus dan cosinus mereka berselisih
fasa sebesar /2. Seperti telah dikemukakan bahwa masing-masing komponen itu
penyelesaian persamaan, maka juga superposisi antara keduanya juga penyelesaian
persamaan (7.4). Jadi dapat disimpulkan bahwa untuk persamaan (7.4) yang mempunyai
macam-macam penyelesaian, maka superposisi penyelesaian-penyelesaian itu juga
merupakan penyelesaian. Sifat ini dinamakan “azas superposisi” yang kalau kita
perhatikan bentuk persamaan linier. Hal lain yang perlu kita catat di sini ialah faktor
(k/m)1/2.
x

A1 sin A2 cos

 2 3 4

Gambar 7.2 Kurva untuk persamaan (7.8c)

Faktor (k/m1/2) jelas mempunyai satuan sudut yaitu radial, maka akibatnya faktor k/m1/2
mempunyai satuan radial/detik, yang berarti k/m1/2 adalah merupakan kecepatan sudut
atau bisa juga disebut frekuensi sudut. Jadi nyatalah:
= k/m1/2 (7.9)

Merupakan kecepatan sudut osilator. Sifat lain yang dapat kita tandai dari penyelesaian
di atas ialah kurva penyelesaian itu mempunyai maksimal dan minimal yang besarnya
sama dengan amplitudo gelombang dimana kurva itu melukiskan suatu gerak periodik
dalam artian setelah suatu kala (perioda) waktu tertentu keadaan serupa kembali
berulang. Proses itu berlangsung secara bolak-balik sebagai akibat osilasi atau getaran
pegas. Kurva tersebut merupakan superposisi gelombang-gelombang sinusoidal, yaitu

Fisika Dasar VII-5


Gerak Osilator Harmonik

sinus, cosinus dan eksponensial khayal (imaginer). Gerak semacam itu adalah
merupakan gerak selaras (harmonik) yang dalam hal ini diterbitkan oleh getaran pegas.
Cuma perlu diingat bahwa suatu gejala harmonik tidak perlu selalu sebagai gelombang
sinusoidal, karena mungnkin sebagai gelombang kotak atau gelombang gigi gergaji dan
sebagainya. Pada proses getaran pegas itu, menurut persamaan (7.9) perioda atau kala
(yaitu waktu yang diperlukan osilator untuk mengalami satu putaran atau getaran penuh)
adalah
T = 2 (k/m)1/2 (7.10)

Yang berarti frekuensi getaran osilator adalah


f = (k/m)1/2/2 (7.11)

mengingat f = 1/T
Contoh 1:
Sebuah benda bermassa 0,2 kg dipasang pada pegas tak bermassa yang tetapan pegasnya
75 N/m, dan digetarkan di atas lantai tanpa gesekan. Gerak osilasi yang terjadi sepanjang
sumbu x dapat dianggap gerak harmonik sederhana. Pada saaat benda melewati x = 2
cm, kecepatannya 15 cm/s. Hitunglah:
a. Kelajuan benda pada saat melewati posisi x = 0 (posisi seimbang)
b. Amplitudo osilasi
c. Perioda osislasi
Jawab:
a. vx(t1) =15 cm/s, x(t1) = 2 cm dan x(t2) = 0
1 1 1 1 1
mv x2 (t1 )  kx 2 (t1 )  mv x2 (t 2 )  kx 2 (t 2 )  kA 2
2 2 2 2 2
1 1 1
(0,2)(15 x10  2 ) 2  (75)( 2 x10  2 ) 2  (0,2)v x2 (t 2 )  0
2 2 2
v x (t 2 )  0,245 m/s

1 1 1
(0,2)(15 x10  2 ) 2  (75)( 2 x10  2 ) 2  (75) A 2
b. 2 2 2
A  2 x10  2 m
k 0,2
c. T  2  2(3,14)  0,324 s
m 75
Contoh 2:

Fisika Dasar VII-6


Gerak Osilator Harmonik

Sebuah pegas memiliki simpangan 0,150 m jika massa 0.300 Kg diikatkan pada
ujungnya. Selanjutnya pegas diberi simpangan 0,100 m dari titik seimbangnya (dengan
massa 0,300 kg), lalu dilepaskan . tentukanlah:
a. Konstanta pegas k
b. Amplitudo osilasi
c. Kecepatan maksimum
d. Kecepatan v jika massa m berada 0,050 m dari titik setimbang, dan
e. Percepatan maksimum dari massa m
Jawab:
a. k=F/x = (mg)/x = [(0,3)(9,80)]/0,150 =19,6 N/m
b. Amplitudo osilasi sama dengan simpangan A = 0,100 m
1 1
c. Dari kekekalan energi mv o2  kA 2 karena x =0
2 2
1/ 2 1/ 2
k   19,6 
v o  A   (0,100)   0,808m / s
m  0,300 

d. Dari hukum Newton kedua, F = ma. Percepatan maksimum terjadi jika gaya paling
besar, yakni bila x = A = 0,100 m. Jadi a = kA/m =[(19,6)(0,1)]/0,3 =
6,53m/s2.

7.4.2 Persamaan Bandul Matematik

Suatu persamaan mekanis lain yang menghasilkan persamaan difrensial yang serupa
bentuknya dengan persamaan gerak ialah persamaan bandul matematik. Pada gambar
7.3 andaikan panjang tali OL = L dan dianggap massanya nol sehingga massa dianggap
terkumpul pada pemberat di A. Kemudian bandul itu diganggu dari titik
kesetimbangannya dengan jalan memberikan padanya suatu simapangan  yang kecil.

Persamaan gerak sistem diperoleh dari F = -mg. Gaya F ini merupakan komponen gaya
berat yang berusaha mengembalikan titik A’ pada kedudukan kesetimbangannya (yaitu
titik terendah A) yang arahnya berlawanan dengan simpangan bandul maka dari itu kita
beri tanda negatif.

Fisika Dasar VII-7


Gerak Osilator Harmonik

0

L
F
A’
A

mg
Gambar 7.3 Bandul Matematik
Di atas telah dikatakan bahwa  kecil, maka kita dapat membuat pendekatan. F = -m g
(1 sin /1) = -m g (s/l), dimana s = l . F pada sangkutan terakhir ini menurut hukum
Newton F = m (d2s/dt2). Dengan demikian kita peroleh persamaan:
d 2s s
m 2
 mg  0 , atau
dt l
d 2s s
2
g 0 (7.12)
dt l
dengan s menyatakan lintasan bandul yang berupa busur lingkaran. Persamaan (7.12) ini
sama bentuknya dengan lintasan dengn persamaan (7.4), sehinggga analog dengan
uraian kita perlu persamaan gerak pegas kita dapat menunjukkan bahwa
1/ 2
1/ 2 1/ 2 g
g
  
l 
, T  2  
 
, dan l (7.13)
l  g f 
2
yang masing-masing bersangkutan dengan kecepatan sudut, perioda dan frekuensi
bandul metematik. Patut dicatat di sini bahwa pengertian frekuensi setara pula dengan
banyaknya putaran perdetik.
Contoh 3:
Tentukanlah panjang bandul sederhana yang periodenya sama dengan periode suatu
bandul fisis tertentu.
Jawab: 2 (L/g)1/2 = 2 (I/Mgd)1/2 sehingga L = I/(Md)

7.5 Osilator Teredam

Pada uraian yang lalu telah dibicarakan gerak osilator ideal, yaitu tidak mengalami
redaman. Dalam hal suatu osilator tak terendam maka amplitudonya tetap terhadap

Fisika Dasar VII-8


Gerak Osilator Harmonik

waktu. Secara alamiah sesungguhnmya tidak ada osilator yang tak teredam, karena
betapapun juga tetap ada gesekan dan ketidak lentingan pegas dimana yang pertama
disebabkan oleh gesekan dengan medium, sedang kedua ini bersangkutan dengan
keadaan dalam sistem itu sendiri. Dengan demikian gaya-gaya yang berperanan bekerja
pada suatu osilator sesungguhnya selain gaya elastis (lenting) dari hukum Hooke (F = -
kx) maka terdapat pula gaya gesekan atau peredam. Gaya peredam ini kemungkinannya
bisa berupa faktor luar atau dalam dari osilator seperti telah kita singgung di atas. Dalam
hal ini mengingat pertimbangan yang kita tinjau, maka cukup beralasan kalau kita
menganggap bahwa gesekan itu sebanding dengan kecepatan gerak sistem sehingga
sumabangan gaya gesekan itu dapat ditulis sebagai
F = - v = - dx/dt (7.14)

Dengan mensuperposisikan gaya ini dengan gaya lenting Hooke di atas, kita dapat
menulis persamaan gerak teredam dari suatu osilator sebagai berikut:
d 2x dx
m 2
  kx  0 (7.15a)
dt dt
d 2x dx
atau 2
   o2 x  0 (7.15b)
dt dt
dimana  (dibaca gamma) = /m dan o = (k/m)1/2

Disini kita tidak ingin terlibat dengan metode penyelesaian diferensial (7.15). Dalam hal
ini secara fisis suatu osilator teredam adalah sebagai gejala gelombang yang
simpangannya makin lama makin kecil, sehingga dapat kita bayangkan bahwa
amplitudonya lama kelamaan makin menyusut dengan berjalannya waktu. Secara intuitif
penyelesaian persamaan (7.15) kita dapat tebak akan mengandung faktor gelombang tipe
sinusoidal dengan amplitudo tergantung pada waktu secara “exponential decay”
(meluruh secara eksponensial). Berdasarkan keterangan tersebut di atas, kita dapat
menunjukkan bahwa prsamaan
x = e-t/2 A sin (t + o) + B cos (1t + o) (7.16)

Fisika Dasar VII-9


Gerak Osilator Harmonik

Memenuhi sebagai penyelesaian persamaan (7.15). Selanjutnya kita tinjau susku kedua
persamaan (7.16) tanpa mengurangi generalitas, kemudian dimasukkan pada persamaan
(7.15) lalu mengambil syarat batas dimana sudut fasa gelombangnya, kita peroleh
2
1   o2  (7.17)
4
Menurut (7.17) bila 1 = o maka haruslah  = 0 yang berarti osilator tidak mengalami
redaman. Berikutnya, kalau persamaan (7.16) kita gambarkan kurvanya (misalkan kita
tinjau sukuk keduanya saja) maka dari gambar tersebut dengan jelas tampak bahwa lama
kelamaan simpangannya makin menyusut B(t). Kalau suku pertama juga ditinjau maka
akan demikkian pula halnya. Kemudian untuk menetapkan besarnya A dan B maka kita
harus mengetahui syarat awalnyna. dAlam hal ini misalkan simpangan dengan kecepatan
awal osilator masingn-masingn kita tandai dengan xodan vo. selain itu misalkan dengan
mendeferensialkan (7.16) ke t satu kali dan masukkan vo ke dalamnnya, maka akan
diperoleh bahwa:
1 A = vo +  xo/2 atau A = vo/1+ xo /21

dengan demikian persamaan (7.16) untuk o = 0 dapat ditulis menjadi:


x = e-t/2 [xo cos 1t + (vo +  xo)sin 1t/21] (7.18a)

Dalam hal ini kecepatan awal vo = 0, maka persamaan (7.18a) dapat ditulis kembali
menjadi:
x = e-t/2 [xo cos 1t +  xosin 1t/21] (7.18b)

Akhirnya perlu dicatat di sini mengenai arti fisis persamaan (7.17) dan penyelesainnya
(7.18). dalam hubungan inibila /2 jauh lebih kecil dengnan o maka osilasi dikatakan
“weakly damped” (teredam lemah). Jika /2 = o yang berarti 1 = 0, maka osilasi
dikatakan “critically damped” (teredam kritis). Untuk keadaan ini x = x oe-1/2yang berarti
x menyusutsecara eksponensial decay. Hal ini yang mungkin bila /2 jauh lebih besar

1/ 2
 2 
dari o yang berarti 1 khayal, yaitu  1  i  1 dengan  1     o2 
 . Dalam hal
 4 

terakhir ini osilator dikatakan “over damped”. Penyelesaian (7.18) tetap berlaku untuk

Fisika Dasar VII-10


Gerak Osilator Harmonik

keadaan ini, cuma karena 1 khayal maka cos (i 1t) dan sin (i 1t) = sinh (i 1t).
Dengan demikian persamaan (7.18a) dalam keadaan over damped dapat ditulis sebagai:
x  e t / 2  x o cos 1 t  (v o  x o / 2) sin 1 t / 1 t (7.18c)

Cuma perlu diingat bahwa penyelesaian yang bersifat over dampe ini tidak mempunyai
realitas fisis dalam keadaan normal terhadap suatu osilator. Dalam uraian-uraian kita
selanjutnya osilator yang menarik untuk kita bahas hanyalah yang bersifat underdamped,
yaitu buat o>/2 termasuk di dalamnya yang teredam lemah.

7.6 Gejala Resonansi (Talunan) pada Osilator

Sekarang kita akan bahas keadaan dimana sistim mengalami apa yang dinamakan
“resonansi” (talunan). Untuk keperluan ini kita meninjau persamaan gerak osilator di
bawah pengaruh gaya luar. Dlam hal ini gaya luar tersebut bekerja sedemian osilator
tidak mengalami redaman.

Untuk menganalisis keadaan tersebut kita coba meninjau pertama kali suatu osilator di
bawah pengaruh gaya luar yang tetap, misalkan gaya berat. Diagram osilator dalam
keadaan tersebut diberikan oleh Gambar 7.5. Pada gambar diperlihatkan diagram semua
gaya yang bekerja, dimana gaya redaman ditimbulkan oleh sistim dan dalam osilator
sendiri. Menurut diagram gaya-gaya itu persamaannya dapat ditulis sebagai
d 2x dx
m 2
  kx  mg (7.19a)
dt dt

Atau dapat pula ditulis sebagai


d2x dx
2
   o2 x  g (7.19b)
dt dt

Fisika Dasar VII-11


Gerak Osilator Harmonik

Persamaan diferensial tipe (7.19b) ini didalam teori diferensial mempunyai dua macam
penyelesaian yaitu apa yang dinamakan “penyelesaian utama” dan yang lain
“penyelesaian pelengkap”. Dalam hal ini persamaan (7.19b) penyelesaian utamanya tak
lain adalah persamaan (7.18a). Mengenai penyelesaian pelengkapnya tanpa menyajikan

analisis matematisnya kita berikan saja disini, yaitu x (pelengkap) =  /  o2 . Dengan


demikian penyelesaian totalnya adalah merupakan superposisi kedua penyelesaian
tersebut. Berdasarkan penyelesaian ini dengan jelas tampak oleh kita bahwa efek gaya
luar yang tetap pada suatu osilator tidak menghilangkan redaman yang diderita oleh
osilator, yang berarti tidak menjaga osilator untuk terus bergetar. Dengan demikian gaya
yang mampu mempertahankan getaran itu adalah juga harus merupakan gaya yang
berosilasi atau bergetar. Karena kita berhadapan dengan osilator yang bergetar dengan
gelombang yang bersifat sinusoidal, maka gaya luar yang kita gunakan juga yang
sinusoidal.

Sekarang marilah kita menganalisa persamaan gerak osilator di bawah pengaruh gaya
luar yang bersifat sinusoidal. Disini kita pilih yang berbentuk eksponensial khayal, yaitu
F =Foeks (it), untuk memudahkan perhitungan. Dalam hal ini emnurut diagram pada
gambar 7.6 persamaan gerak sistem dapat ditulis sebagai:
d 2x dx Fo e it
  o x 
2
(7.20)
dt 2 dt m

Dalam persamaan (7.20) sekalipun persamaan mengandung efek redaman yang berasal
dari saham  (dx/dt), namun karena gaya harmonik F yang mengimbas sistem terus
menerus dari luar, efek redaman itu dapat dinetralisir. Sebagai akibatnya kelakuan
harmonis sistem dapat dipertahankan sepanjang waktu. Dengan demikian kita dapat
mengandaikan penyelesaian persamaan (7.20) sebagai:
x  A( )ei (t  o ) (7.21)

dengan o menyatakan selisih sudut fasa antara gaya luar dengan sistem. Secara sepintas
rumus (7.21) ini tidak sama dengan gerak osilator harmonik biasa (yaitu dengan tanpa
gaya luar). Dalam hal ini perbedaanya terletak pada amplitudo, yaitu tergantung pada .

Fisika Dasar VII-12


Gerak Osilator Harmonik

Selain itu  bukanlah kecepatan sudut osilator melainkan kecepatan sudut gaya
harmonik luar. Kalau persamaan (7.21) disubtitusi ke dalam (7.20), maka dapat
diperoleh hubunga;

 
A( )   2  i   o2 e i (t o )  Fo e it / m

Fo e it / m
A( ) 
atau
  2
 i   o2  (7.22a)

Selanjutnya kalau diambil harga mutlaknya, maka persamaan (7.22a) menjadi;


Fo e it / m
A( )  (7.22b)
( 2
  o2 ) 2  2  2  1/ 2

dengan selisih fasa o menurut persamaan (7.22a) ditentukan oleh:



tan  o 
(   o2 )
2 (7.23)

Berikutnya kalau persamaan (7.22b) kita gambarkan kurvanya terhadap  maka akan
tampak seperti pada gambar 7.3. Menurut diagram pada gambar, buat  = o maka
A   maksimum. Dalam keadaan ini sistem dikatakan mengalami resonansi (talunan).
Selain itu ketajaman puncak talunan ditentukan oleh lebar talunan, yaitu lebar kecepatan
sudut pada setengah amplitudo talunan yakni setengah dari A(o) = (Fo/mo). Menurut
uraian kita pada osilator terendam , ini memegang peranan sebagai koefisien redaman
sistim. Selain itu, untuk sistem teredam terdapat hubungan antara  dengan  yang
diberikan oleh  =1, dimana menyatakan “umur” suatu osilator teredam. ini hubungan
dengan apa yang dinamakan “relation time” (waktu relaksasi) suatu osilator yang
didefinisiskan sebagai waktu yang dibutuhkan oleh suatu osilator teredam sedemikian
amplitudonya telah menyusut 1/e kali amplitudo awal sebelum teredam, diamana e =
bilangan alam. Berdasarkan batasan ini dengan mudah dapat ditunjukkan bahwa waktu
relaksasi to = 2 = 2/. Dalam praktek untuk menetapkan  lewat waktu relaksasi dengan
mengamati osilator meredam sampai (1/e) kali ampliltudo awalnya adalah tidak mudah,
untuk itu ditetapkan lewat apa yang dinamakan “waktu paruh”, yaitu waktu yang
dibutuhkan oleh osilator meredam hingga amplitudonya telah menjadi setengah kali
amplitudo awalnya. Dalam hal ini dengan mudah dapat ditunjukkan bahwa sangkutan
antara  dengan waktu paruh T diberikan oleh  = ln 2/T atau dengan umur osilator  =

Fisika Dasar VII-13


Gerak Osilator Harmonik

T/ln 2, dimana ln 2 dapat didekati dengan angka 0.96. Jadi  dapat diukur, yang berarti 
pun dapat diukur pula.

Arti fisis dari  dan  di sini ialah, bahwa makin sempit  makin besar , atau sebaliknya
makin lebar makin kecil . Jadi jelaslah bahwa suatu sistim yang talunannya tajam
sekali umurnya panjang, atau dengan kata lain sistim stabil. Sebaliknya bila talunannya
lebar, maka umurnya pendek, atau dengan kata lain sistim tidak stabil. Akan tetapi suatu
osilator dengan  = 0 atau  = , dalam keadaan bertalun A(o)  , hal mana
bertentangan dengan kenyataan fisis. Dengan demikian mestilah setiap osilator memiliki
efek redaman.

Sebagai penutup uraian mengenai bab osilator ini, disini perlu diberi beberpa catatan
tentang gejala osilasi dalam lingkungan hidup sehari-hari dan dalam hal-hal praktis.
Jantung misalnya yang berdenyut secara teratur tak lain sesungguhnya adalah osilator.
Dalam hal saluran darah sudah diliputi dengan “lemak” maka secara fisis jantung
sebagai osilator mempunyai  yang besar atau dengan kata lain umur dengan denyutan
jantung pendek sekali. Dalam keadaan dimana /2 >o (dalam hal ini o dipandang
sebagai kecepatan sudut denyut jantung) maka jantung akan over damped. Sebagai
akibatnya dapat dibayangkan bagi orang yang jantungnya overdamped. Ini baru jantung
yang kita kemukakan sebagai contoh, dan belum lagi kita ulas peranan gejala osilasi ini
pada mesin-mesin , jembatan panjang yang bergetar , dan semua benda yang dapat
bergetar. Akhirnya perlu diingnatkan pula disisni peranan gejala talunan dalam masalah
praktis. Dalam hal ini suatu sistim yang dirancang hendaknya diatur sedemikian rupa
dalam keadaan menderita gangguan luar berupa gaya bolak-balik, frekuensi gangguan
hendaknya tidak akan pernah sama dengan frekuensi alamiah sistim, yaitu f = o/2,
sebab bila keadaan itu dicapai akan terjadi talunan dimana amplitudo sistim akan paling
besar.
Contoh 4:
Sebuah batang kurus dengan massa 0,10 kg dan panjangn 0.10 m digantungkan kawat
pada pusatnya dan tegak lurus kepada panjangnya. Kawat dipuntirkan dan batang mulai

Fisika Dasar VII-14


Gerak Osilator Harmonik

berosilasi. Periodenya ternyata 2,0 s. Jika sebuah keping datar berbentuk segitiga sama
sisi digantungkan kawat pada pusatnya, periodenya ternyata 6,0 s. Tentukan momen
inersia rotasi segitiga terhadap sumbu ini.
ML2 (0,1kg )(0,1m) 2
Jawab: I o (batang)    8,3 x10 5 kg m 2
12 12
Dari persamaan periode untuk bandul puntiran, kita peroleh:
1/ 2
Tb  I b 
 
Ts  I s 
2
T   6,0 
I s (segitiga)  I b  s   (8,3 x10 5 ) 
 Tb   2,0 
 7,5 x10  4 kg.m 2

SOAL LATIHAN

Fisika Dasar VII-15


Gerak Osilator Harmonik

RANGKUMAN

Fisika Dasar VII-16


Gerak Osilator Harmonik

DAFTAR PUSTAKA

Richard Platt. 2003. Eureka. London: King Fisher Publication Plc.


S. Adams and J. Allday. 2000. Advanced Physics. Oxford: Oxford University Press.
Serway. 1986. Physics for Scientist and Engineers. Florida: Saunders College
Publishers.

Fisika Dasar VII-17


Gerak Osilator Harmonik

William D Callister Jr, “Materials Science and Engineering” An Introduction, John


Willey and Sons, Singapore, 1986

MODUL BAB VII GERAK OSILATOR HARMONIK


NAMA :
NIM :
GOLONGAN :

1. Sebuah benda bermassa 0,1 kg dipasang pada pegas tak bermassa yang tetapan
pegasnya 75 N/m, dan digetarkan di atas lantai tanpa gesekan. Gerak osilasi yang

Fisika Dasar VII-18


Gerak Osilator Harmonik

terjadi sepanjang sumbu x dapat dianggap gerak harmonik sederhana. Pada saaat
benda melewati x = 2 cm, kecepatannya 10 cm/s. Hitunglah:
a. Kelajuan benda pada saat melewati posisi x = 0 (posisi seimbang)
b. Amplitudo osilasi
c. Perioda osislasi

MODUL BAB VII GERAK OSILATOR HARMONIK


NAMA :
NIM :

2. Sebuah pegas memiliki simpangan 0,20 m jika massa 0.200 Kg diikatkan pada
ujungnya. Selanjutnya pegas diberi simpangan 0,250 m dari titik seimbangnya
(dengan massa 0,200 kg), lalu dilepaskan . tentukanlah

Fisika Dasar VII-19


Gerak Osilator Harmonik

a. Konstanta pegas k
b. Amplitudo osilasi
c. Kecepatan maksimum
d. Kecepatan v jika massa m berada 0,050 m dari titik setimbang, dan
e. Percepatan maksimum dari massa m

Fisika Dasar VII-20

Anda mungkin juga menyukai