Gelombang Datar
K G
∇2 E + k02 E = 0 (5.1)
∂ 2 Ei ∂ 2 Ei ∂ 2 Ei
+ 2 + 2 + k02 Ei = 0 i = x, y , z (5.2)
∂x 2
∂y ∂z
Ex = f ( x ) g ( y ) h ( z ) (5.3)
akan diperoleh
ghf ′′ + fhg ′′ + fgh′′ + k02 fgh = 0
f ′′ g ′′ h′′
⇒ + + + k02 = 0 (5.4)
f g h
Masing-masing suku adalah fungsi satu variabel dan sama dengan suatu
konstanta, seperti diperlihatkan pada suku terakhir ruas kiri, dengan demikian
haruslah berlaku
f ′′ g ′′ h′′
= − k x2 ; = − k y2 ; = − k z2 (5.5)
f g h
2π ω
dan k x2 + k y2 + k z2 = k02 dengan k0 = =
λ c
Dengan demikian, kita memiliki 3 buah persamaan diferensial biasa:
d2 f
+ k x2 f = 0 solusinya adalah f = e± jkx x (5.6.a)
dx 2
d 2g ± jk y y
+ k y2 g = 0 solusinya adalah g = e (5.6.b)
dy 2
d 2h
+ k z2 h = 0 solusinya adalah h = e ± jkz z (5.6.c)
dz 2
± j (k x x + k y y + k z z )
Ex = A e (5.7)
G
k = k x xˆ + k y yˆ + k z zˆ (5.8)
5. Gelombang Datar - 2
v v
Ez = Ce− jk ⋅r (5.10.c)
r r rv
E = E0e− jk ⋅r (5.11)
v
dimana E0 = Axˆ + Byˆ + Czˆ .
G k G
H = 0 nˆ × E (5.12)
ωμ0
dmana n adalah vektor satuan pada arah k. Perlu diingat bahwa H tegak lurus
k dan juga tegak lurus E, jadi gelombangnya adalah TEM (transverse
electromagnetic). Fakta ini diperoleh dari persamaan H di atas. Dengan
demikian, kita bisa menggambarkan gelombang seperti diperlihatkan pada
Gambar 5.1.
Gambar 5.1 Gelombang EM dengan E dan H tegak lurus satu sama lain dan
sekaligus keduanya tegak lurus arah perambatan (TEM)
5. Gelombang Datar - 3
Koefisien pada ruas kanan (5.12) memiliki arti khusus dalam gelombang EM.
Kita bisa menguraikannya menjadi
k0 2π 2π f 1 ε0
= = = = (5.13)
ωμ0 λ0ωμ0 cωμ0 cμ0 μ0
1 1 ε
Y0 = = = 0 (5.14)
Z 0 η0 μ0
disini Z0 disebut impedansi ruang hampa dan bernilai ≈ 377Ω. Dengan demikian,
kita bisa menuliskan (5.12) sebagai:
G 1 G
H = nˆ × E (5.15)
η0
yang telah diperoleh dari bagian sebelumnya. Dengan mengasumsikan tak ada
muatan bebas dan memilih gelombang bentuk harmonik, maka kita dapat
mengubahnya menjadi
r r r
∇ 2 E + ω 2 με E = jωμσ E
r r
⇒ ∇2 E − γ 2 E = 0 (5.17)
hantaran terbatas.
5. Gelombang Datar - 4
Di dalam logam, arus hantaran (σE) jauh lebih besar daripada arus perpindahan
(jεω0E). Keduanya akan kurang lebih sama hanya pada daerah optik. Misalnya,
σ = 5.8×107 untuk tembaga dan εω0 = 2πx1010× 8.854×10-12 = 0.556. Jadi, untuk
kasus bahan sangat menghantar pada frekuensi dibawah cahaya tampak, kita
hanya perlu memperhitungkan jσμω. Persamaan diferensial parsial dapat
disederhanakan menjadi
G G
∇2 E − jωμ0σ E = 0 (5.18)
.
Gambar 5.2 Gelombang jatuh tegaklurus pada medium menghantar
ωμ0σ
γ= jωμ0σ = (1 + j ) (5.21)
2
5. Gelombang Datar - 5
Jadi, kini γ punya bagian riil dan imajiner sama. Selanjutnya gelombang bisa
dinyatakan sebagai
ωμ0σ
Ex = E0e−α z e− j β z
dengan α = β =
2
dan bisa juga kita tuliskan sebagai
−z − jz
Ex = E0e δ
e δ
(5.22)
2 1 1
δ= = = (5.23)
ωμ0σ α β
Gambar 5.3 Peluruhan kuat medan listrik saat memasuki medium menghantar
2 6.61×10−2
δ= = . Maka pada frekuensi 60Hz tembaga memiliki
ωμ0σ f
5. Gelombang Datar - 6
Gambar 5.4 Komunikasi kapal selam dengan ULF
μ0 μ0
Zm = = (5.24)
εc σ
ε− j
ω
Tetaapi disini arus hantaran sangat dominan. Konsekuensinya adalah suku
kedua pada penyebut (denominator) menjadi sangat besar. Dengan pendekatan
ini diperoleh akan diperoleh
ωμ0 1 + j
Z m = (1 + j ) = (5.25)
2σ σδ
Zm − Z0
Pantulan pada antarmuka logam-udara adalah ρ = ≈ −1 karena Z m << Z 0 .
Zm + Z0
Juga kita catat bahwa, ketika →σ ∞, Zm→ 0 dan bahwa ρ= -1 pada penghantar
sempurna. Sehingga syarat batas terpenuhi. Koefisien transmisi pada logam
diberikan oleh τ = 1+ρ.
5. Gelombang Datar - 7
Bahan dapat berperilaku baik sebagai dielektrik maupun sebagai penghantar,
bergantung pada frekuensi kerja. Dari persamaan Maxwell bentuk harmonik
kita dapatkan
∇ × H = σ E + jωε E
Pada ruas kanan, suku pertama menyatakan rapat arus konduksi sedangkan
suku kedua menyatakan rapat arus perpindahan. Disini akan ada tiga
kemungkinan sifat bahan, yakni:
εω >> σ : arus perpindahan >> arus penghantar ⇒ dielektrik
εω ≈ σ : arus perpindahan ≈ arus penghantar ⇒ kuasi-konduktor
εω << σ : arus perpindahan << arus penghantar ⇒ konduktor
Untuk keperluan praktis, aturan yang bisa dipkai untuk menentukan sifat-sifat
bahan adalah sebagai berikut
σ 1
Dielektrik: < (5.26.a)
ωε 100
1 σ
Kuasi-konduktor: < < 100 (5.26.b)
100 ωε
σ
Konduktor: 100 < (5.26.c)
ωε
Gambar 5.5 menunjukkan batas-batas sifat ini untuk beberapa jenis bahan,
yakni: tanah, air laut, dan tembaga.
Gambar 5.5 Daerah konduktor, kuasi-konduktor dan dielektrik dari beberapa material
5. Gelombang Datar - 8
Kasus Umum
Dari hasil sebelumnya telah diperoleh
⎡ σ ⎤
γ 2 = jωμσ − μεω 2 = −ω 2με ⎢1 + ⎥
⎢⎣ jωε ⎥⎦
1
⎧
⎪ ⎡ ⎤⎫ ⎪ 2
⎪ ⎛ σ ⎞⎟ ⎪
2
⎪ 1⎢ ⎥ ⎪
α = ω με ⎨ ⎢ 1 + ⎜⎜ ⎟⎟ − 1⎥ ⎬ Np/m (5.27)
⎪2 ⎢ ⎝⎜ ωε ⎠ ⎥ ⎪⎪
⎪⎪ ⎣
⎩ ⎦⎭⎪
1
⎧
⎪ ⎡ ⎤⎫⎪ 2
⎪ ⎛ σ ⎞⎟ ⎪
2
⎪ 1⎢ ⎥ ⎪
β = ω με ⎨ ⎢ 1 + ⎜⎜ ⎟⎟ + 1⎥ ⎬ rad/m (5.28)
⎪2 ⎢
⎪⎩ ⎝⎜ ωε ⎠ ⎥ ⎪⎪
⎪ ⎣ ⎦⎪⎭
σ μ ωμσ
α
2 ε 2
ωμσ
β ω με
2
μ ωμ
Zw (1 + j )
ε 2σ
5. Gelombang Datar - 9
Gambar 5.6 Gelombang datar jatuh pada batas dua medium
Ei + Er = Et (5.29)
Hi + H r = Ht (5.30)
Ei Er Et
= Z1 = − Z1 = Z2 (5.31)
Hi Hr Ht
Et 2Z 2
τ= = (koefisien transmisi) (5.32)
Ei Z1 + Z 2
Dengan cara sama, substitusi ke (5.29) dan (5.30) dan eliminasi dan eliminasi Et
akan menghasilkan
Er Z 2 − Z1
ρ= = (koefisien pantulan) (5.33)
Ei Z 2 + Z1
5. Gelombang Datar - 10
Kita perhatikan bahwa τ = 1+ρ. Proses pantulan ini serupa dengan yang terjadi
pada saluran transmisi. Pengertian koefisien transmisi dan koefisien pantulan
diperjelas dengan Gb 5.7. Selanjutnya akan beberapa kasus khusus.
Et 2
Lalu, gunakan H t = ⇒ H t = Ei ≈ 2 H i (5.36)
Z2 Z1
5. Gelombang Datar - 11
ε1
−1
μ0 μ0 ε2
Z1 = , Z2 = ⇒ ρ= (5.37)
ε1 ε2 ε1
+1
ε2
Karena
Z0 376.7
Z 0 = 376.7Ω, Z2 = = = 188Ω , maka
εr 2
Z0
Z p = 266Ω dan ε r' = =2
Z2
Dengan cara sama, irisan setengah gelombang dapat dipakai sebagai jendela
dielektrik. Yakni, transparansi secara penuh. Disini Z2=Z0 dan bagian penyesuai
5. Gelombang Datar - 12
adalah λ/2. Peralatan demikian dipakai untuk melindungi antena dari cuaca, es,
salju dsb dan disebut radome (Gambar 5.9).
Perlu diingat bahwa kedua aplikasi tsb sensitif terhadap frekuensi dan bahwa
bagian penyesuai bernilai λ/4 or λ/2 pada satu nilai frekuensi saja.
5. Gelombang Datar - 13
Gambar 5.10 Geometri untuk analisis gelombang jatuh miring
Gambar 5.10 menunjukkan geometri yang akan dipakai dalam analisis. Lebih
lanjut lagi, bidang gelombang datang adalah bidang x-y dan E dapat sejajar atau
tegak lurus bidang gelombang datang. Untuk jelasnya, kedua kasus ini
diberikan dalam Gambar 5.11.
Gambar 5.11 Medan listrik (a) parallel dan (b) tegak lurus bidang datang
Untuk medan listrik yang tegak lurus bidang datang, analisis medannya adalah
sebagai berikut. Untuk gelombang jatuh, maka berlaku
ˆ 0 exp ⎡⎣ jβ1 ( x sin θi + y cos θi )⎤⎦
Ei = zE (5.38.a)
E0
H i = (−xˆ cos θi + yˆ sin θi ) exp ⎡⎣ jβ1 ( x sin θi + y cos θi )⎤⎦ (5.38.b)
Z1
5. Gelombang Datar - 14
ρ⊥ E0
H r = ( xˆ cos θr + yˆ sin θr ) exp ⎡⎣ jβ1 ( x sin θr − y cos θr )⎤⎦ (5.39.b)
Z1
τ ⊥ E0
H t = (−xˆ cos θt + yˆ sin θt ) exp ⎡⎣ jβ2 ( x sin θt + y cos θt )⎤⎦ (5.40.b)
Z2
Arti ekspresi matematika dalam (5.38), (5.39), dan (5.40) adalah sebagai berikut.
Argumen dalam eksponensial menyatakan arah perambatan gelombang. Jadi
untuk medan listrik/magnet dari gelombang datang Ei dan Hi
5. Gelombang Datar - 15
Maka akan didapatkan
exp ( jβ1 x sin θi ) + ρ⊥ exp ( jβ1 x sin θr ) = τ ⊥ exp ( jβ2 x sin θt ) (5.41)
Kita tahu bahwa τ =1+ ρ, sehingga argumen dari eksponen haruslah bernilai
sama. Kadang-kadang ini disebut sebagai phase-matching dalam optika. Hal ini
ekivalen dengan menerapkan syarat batas.
2π
dan dari yang kedua, karena β =
λ
μ1ε1
sin θt = sin θi (5.44)
μ2ε2
Z 2 cos θi − Z1 cos θt
ρ⊥ = (5.45)
Z 2 cos θi + Z1 cos θt
ε2
cos θi − − sin 2 θi
ε1
ρ⊥ = (5.46)
ε
cos θi + 2 − sin 2 θi
ε1
5. Gelombang Datar - 16
Kedua bentuk akan sama dengan pada kasus saluran transmisi saat θi=0.
Bentuk terakhir inilah yang paling sering terdapat di textbook, bentuk
terdahulu bersifat lebih umum.
Jika kesamaan terpenuhi, kita mendapatkan sudut kritis. Dengan kata lain, jika
sudut datang lebih dari atau sama dengan sudut kritis dan gelombang
merambat dari medium yang tapat ke kurang rapat, akan terjadi pantulan total
internal.
ε2
θic = sin −1 (5.47)
ε1
Untuk θi> θic , maka ρ⊥ = 1 seperti sebelumnya. Kita juga mendapatkan hasil-
Apa arti fisis hasil ini? Untuk melihatnya, kita kembali ke ekspresi medan yang
diteruskan dan menggantikan ke hasil di atas. Sebelumnya
5. Gelombang Datar - 17
Et = zˆτ ⊥ E0 exp ⎡⎣ j β 2 ( x sin θt − y cosθt ) ⎤⎦
ε1 2
dimana α = β 2 A = ω μ2ε 2 sin θi − 1
ε2
Secara fisis, nampak bahwa medan yang diteruskan merambat sepanjang
permukaan (arah –x) tetapi melemah pada arah +y. Gelombang semacam ini
disebut sebagai medan gelombang
permukaan.
1
θic = sin −1 = 6.38° . Dengan demikian θi > θ ic , yakni diperoleh pantulan total.
81
Selanjutnya, dengan hukum Snell
81
sin θt = sin 45° = 6.38
1
arah +y)
2π 39.5
α = β2 A = 6.28 = Nep / m
λ0 λ0
5. Gelombang Datar - 18
1
0.707 − − 0.5
τ = 1 + ρ⊥ = 1 + 81 = 1.42∠ − 44.6°
1
0.707 + − 0.5
81
permukaan
⎡ −39.49 λ0 ⎤
Et = 1.42exp ⎢ ⎥ = 73.2μVm−1
⎢ λ0 4 ⎥⎦
⎣
⎛ 73.2 ×10−6 ⎞⎟
= 20log ⎜⎜ ⎟ = −85.8dB
⎜⎝ 1.42 ⎠⎟⎟
Ini berarti bahwa gelombang permukaan terikat secara kuat pada permukaan
dan aliran daya pada arah tegak lurus permukaan adalah nol.
Z 2 cos θt − Z1 cos θi
ρ = (5.48)
Z1 cos θi + Z 2 cos θt
Untuk polarisasi parallel, ada kemungkinan pantulan dibuat nol. Dalam kasus
demikian, maka
5. Gelombang Datar - 19
ε2 ε
cosθ i = 2 − sin 2 θi , atau
ε1 ε1
ε 2 ε1
sin θi =
1 + ε 2 ε1
x
karena tan −1 x = sin −1 , maka
1 + x2
ε2
θi = θ B = tan −1 (5.50)
ε1
Disini θi adalah sudut Brewster dan transmisi sempurna terjadi pada sudut ini.
5. Gelombang Datar - 20
Gambar 5.15 Gelombang datar merambat di ruang hampa
terpolarisasi linier pada sudut 45°. Perhatikan bahwa definisi lain bagi H tidak
diperlukan. Contoh diatas menunjukkan bahwa arah E konstan terhadap waktu.
Akan tetapi, pada beberapa kasus, arah E berubah terhadap waktu.
Tinjau superposisi 2 gelombang terpolarisasi linier, satu pada arah-x dan yang
lain pada arah-y, tetapi berbeda fasa waktu (tertinggal) sebesar π/2.
G
E ( z ) = xE
ˆ 1 ( z ) + yE
ˆ 2 ( z ) = xE
ˆ 10e− jkz − yjE
ˆ 20e− jkz (5.51)
Ekspresi sesaat untuk E(z) ditentukan dengan mengalikan dengan exp{jωt} dan
mengambil bagian riil-nya
5. Gelombang Datar - 21
G
E ( z , t ) = Re {⎡⎣ xE ˆ 2 ( z )⎤⎦ e jωt }
ˆ 1 ( z ) + yE (5.52)
G
E ( z , t ) = xE
ˆ 10 cos (ωt ) + yE
ˆ 20 sin (ωt ) (5.54)
Sementara kita ambil E10 = E20, dan menggambarkan arah E untuk berbagai ωt.
Pada ωt=0, E menarah ke +x, kemudian saat ωt=π/2 E mengarah ke +y, dan
saat ωt=π E mengarah ke -x.. Terlihat bahwa medan listrik berputar
berlawanan arah jarum jam. Karena E10 = E20 gelombang terpolarisasi sirkuler.
Dengan cara yang sama, jika komponen-y mendahului 90°
kita akan mendapatkan E yang berputar searah jarum jam.
(a) (b)
Gambar 5.16 Polarisasi sirkuler dengan arah putar: (a) berlawanan arah jarum jam
(CW)
dan (b) searah jarum jam (CCW)
5. Gelombang Datar - 22
Untuk kasus lain dimana E10≠E20, atau pergeseran fasa tidak tepat sebesar π/2
(mendahului atau tertinggal), maka gelombang akan terpolarisasi secara eliptik
(Gambar 5.17).
(a) (b)
Gambar 5.17 Polarisasi eliptik (a) medan dan (b) sumbu major/minor
Akan ditinjau terlebih dahulu kedua buah komponen medan dalam gelombang
EM. Dengan melihat satuan atau dimensinya, kita ingat bahwa medan E
berdimensi V/m sedangkan medan H berdimensi A/m. Hasil perkalian keduanya
akan berdimensi VA/m2 atau W/ m2, yakni besarnya daya persatuan luas. Lebih
lanjut lagi, persamaan Maxwell memberikan nilai pusaran E dan H (setalah
konversi melalui hubungan kuantitatif untuk B) sebagai berikut:
5. Gelombang Datar - 23
r
r ∂H
∇ × E = −μ (5.55)
∂t
r
r r ∂E
∇× H = J +ε (5.56)
∂t
G K G G G G
( ) (
∇⋅ E × H ≡ H ⋅ ∇× E − E ⋅ ∇× H ) ( )
G G
K ∂H G G G ∂ E
= −H ⋅ μ − E⋅ J − E⋅ε
∂t ∂t
μ ∂ G G ε ∂ G G G G
=−
2 ∂t
(
H ⋅H −
2 ∂t
)
E⋅E −E⋅ J ( )
∂ ⎛⎜ 1 2 1 2⎞
=− ⎜⎜⎝ εE + μ H ⎟⎠⎟⎟ − σ E
2
∂t 2 2
V
∂t V 2 2 V
G G G G G
∫ ( ∇⋅ E × H ) dV = ∫v ( E × H ) ⋅ dS
V S
5. Gelombang Datar - 24
Vektor Poynting adalah vector yang mengambarkan aliran daya , baik besar
maupun arahnya, yang diambil dari sisi persamaan, yakni
G G G
S = E×H (vektor Poynting) (5.59)
G G ∂⎧ ⎪ ⎫
⎪
−∫ S ⋅ dS = ⎪⎨∫ ( we + wm ) dV ⎪⎬ + ∫ Pσ dV (5.61)
S
∂t ⎪
⎪
⎩V
⎪
⎪
⎭ V
Sejauh ini kita hanya membahas vektor Poynting umum. Tetapi, yang akan kita
pakai adalah medan harmonik-waktu. Kita perlu mengevaluasi daya rata-rata,
dan karena medan bersifat harmonik waktu, kita bisa memperoleh harga rata-
ratanya dengan mengintegrasikannya didalam satu perioda.
5. Gelombang Datar - 25
Dari hasil sebelumnya, kita ingat cara mencari nilai sesaat adalah, kalikan
dengan exp{jωt) dan kemudian ambil bagian riil-nya. Tetapi, kita harus hati-hati
karena akhirnya akan diperoleh hasil berupa suku kosinus dan menangani hasil
campurannya (tdk linier). Begitu vektor Poynting berubah-waktu diperoleh,
nilai rata-ratanya ditentukan dengan integrasi paa satu perioda. Maka
hasilnya adalah
G G G G G
1
{
Pav = Sav (r ) = Re E × H ∗
2
} (5.62)
Sebagai contoh, tinjau m,edan di suatu titik R dalam ruang yang ditimbulkan
oleh arus vertikal elementer (antena) sepanjang dl di titik pusat koordinat bola
yang diberikan oleh:
K 60π Id A
E = Eθ θˆ = j sin θ e− jβ Rθˆ , dan
λR
G Id A
H = H φφˆ = j sin θ e− jβ Rφˆ
2λ R
G
{ } {
S ( R, t ) = Re θˆ Eθ ( R, θ ) e jωt × Re φˆ H ( R, θ ) e jωt }
⎛ Id A ⎞⎟
2
G G G G G
1
Diperoleh rapat daya rata-ratanya, dengan memakai Pav = S av (r ) = Re E × H ∗ ,
2
{ }
adalah
G ⎛ Id A ⎞⎟
2
5. Gelombang Datar - 26
Ini adalah rata-rata waktu dari S(R,t). Untuk mendapatkan daya total kita
harus mengintegrasi Sav(R) ke seluruh bola. Dengan demikian
G G 2π π ⎛ Id A ⎞⎟
2
Total Daya = ∫ ⎜
v av
S ⋅ dS = ∫ ∫ ⎜⎜⎝ λ R ⎠⎟⎟ sin θ R sin θ d θdφ
π 2 2
15
S 0 0
⎛dA ⎞
2
= 40π 2 ⎜⎜ ⎟⎟⎟ I 2
⎜⎝ λ ⎠
Hasil ini akan kita bahas lebih mendalam lagi dalam pembahasan antenna dan
radiasi EM.
5. Gelombang Datar - 27