2
B cos bx b2 B cos bx
dx
d2
dx 2
Ce x 2 Ce x
d2
Jelas bahwa A sin ax, B cos bx dan Cex adalah fungsi-fungsi eigen dari operator masing-masing
dx 2
dengan nilai eigen –a2, -b2 dan 2.
Tinjaulah kembali persamaan Schrödinger yang bergantung waktu. Misalkan
( x, t ) Fˆ (t ) ( x) .
dFˆ
i ( x) Hˆ Fˆ ( x) ,
dt
sehingga
dFˆ
i Hˆ Fˆ ,
dt
ˆ
dan selajutnya diperoleh Fˆ (t ) e iHt / . Jadi, (x,t) adalah
ˆ
( x, t ) e iHt / ( x) (2.2.15)
ˆ Hˆ 2 t 2 / 2
( x, t ) e iHt / ( x) 1 iHˆ t / ..... ( x)
2!
E 2t 2 / 2
1 iEt / ..... ( x) ( x) e iEt /
2!
Jadi, bentuk lengkap dari fungsi gelombang (x,t) adalah
Dari persamaan di atas dapat dinyatakan bahwa keadaan suatu partikel dengan energi E yang
tak bergantung waktu adalah keadaan stasioner, dan fungsi gelombang ( x, t ) ( x) exp( iEt / )
disebut keadaan stasioner. Fungsi gelombang ( x, t ) disebut juga fungsi keadaan.
17
( x) ( x) dx ( x) dx 1
* 2
(2.3.1)
di mana (x) disebut rapat peluang. Dalam persamaan ini, φ*(x) adalah konjugasi dari φ(x).
2
Fungsi φ(x) yang memenuhi persamaan (2.3.1) disebut fungsi yang dinormalisasi.
Suatu fungsi gelombang partikel harus memiliki kelakuan yang baik agar sifat yang
diungkapkan oleh persamaan (2.3.1) dapat terpenuhi. Sifat-sifat tersebut adalah:
(i) tidak sama dengan nol, dan merupakan single-valued, artinya φ(x) memiliki hanya satu harga saja
untuk suatu harga x.
(ii) fungsi dan turunannya kontinu di semua harga x, dan
(iii) fungsi (harga mutlaknya) tetap terbatas (finite) untuk x menuju ; dalam keadaan terikat
* ( x) ( x) 0 di x menuju .
Jika ketiga persyaratan di atas dipenuhi, maka fungsi φ(x) disebut sebagai fungsi yang berkelakuan
baik.
Contoh 2.2:
Perhatikan fungsi gelombang dalam persamaan (2.1.10),
n
n ( x) C sin x .
L
n
L
n ( x) dx C sin x dx 1 .
2 2 2
0 L
Dengan menggunakan sin2=(1-cos2)/2, maka hasil integral di atas adalah C2(L/2)=1 sehingga
C 2 / L . Jadi secara lengkap fungsi yang dinormalisasi adalah,
2 n
n ( x) sin x .
L L
Berdasarkan integral di atas, maka untuk daerah x≤0 dan x≥L, n(x)=0.
Suatu fungsi gelombang yang dinormalisasi dapat dinyatakan sebagai kombinasi linierdari
beberapa fungsi yang masing-masing dinormalisasi juga. Jika (x) adalah kombinasi linier dari
sekumpulan fungsi-fungsi {φn(x)}, maka penulisannya secara umum adalah seperti:
( x ) c n n ( x ) (2.3.2)
n
di mana cn adalah koefisien bagi fungsi φn(x) yang biasanya ril atau kompleks. Koefisien itu
memenuhi integral overlap seperti
c m m* ( x) ( x) dx . (2.3.3)
18
Jika fungsi-fungsi {φn(x)}selain ternormalisasi juga ortogonal satu sama lain maka berlaku
( x) n ( x) dx mn
*
m (2.3.4)
dan
cn* cn 1 . (2.3.5)
n
Harga mn=1 jika m=n, dan mn=0 jika mn. Fungsi-fungsi yang memenuhi persamaan (2.3.4) disebut
ortonormal, yakni orthogonal satu sama lain dan masing-masing ternomalisasi. Dalam persamaan
(2.3.2) {φn} disebut fungsi basis bagi pembentukan funsgsi .
Contoh 2.3:
x; 0 x L / 2
Misalkan fungsi ( x)
L x; L / 2 x L
2 n
Jika ( x) a
n
n n ( x); n ( x)
L
sin
L
x tentukanlah harga-harga koefiisien cn.Fungsi
(0)=0, dan (L)=0; harga-harga ini sama dengan φn(0)= φn(L)=0; jadi (x) dan φn(x) memiliki
syarat batas yang sama sehingga (x) dapat dinyatakan sebagai kombinasi linier dari fungsi-fungsi
φn(x). Berdasarkan persamaan (2.27) dan Apendiks 2,
L
c n n ( x) ( x) dx
0
n n
L/2 L
2 2
L 0
x sin x dx
L L ( L x) sin
L/2
x dx
L
2 L 3/ 2
n
sin
n
2 2
2
Integral-integra di atas dapat diselesaikan dengan menggunakan Apendiks 1. Maka fungsi (x)
sebagai kombinasi linier dari fungsi-fungsi φn(x) adalah
2L3 / 2 1 n
( x)
2 n
n
2
sin
2
( x) l ( x) dx S kl ;
*
k
(2.3.6)
ck cl S kl 1
kl
19
Persamaan (2.3.6)ini disebut integral overlap antara fungsi φk dan fungsi φl.
Untuk memudahkan penulisan, fungsi-fungsidituliskan dalam ket seperti n dan
konjugasinya dalam bra, n . Integral overlap dituliskan seperti:
( x) l ( x) dx k l
*
k . (2.3.7)
di mana adalah operatorLaplace. Energi total partikel sebgai jumlah energi kinetic dan energi
2
poternsial disebut Hamiltonian partikel (lihat foto). Sehubungan dengan operator besaran fisis berlaku
istilah pengertian berikut:
(i) Harga suatu besaran fisis adalah nilai eigen dari operatornya;
(ii) Nilai eigen dari suatu operatorbesaran fisis berkaitan dengan suatu fungsi eigen; nilai eigen
adalah ril.
Dalam persamaan harga eigen berlaku
Hˆ ( x) E ( x) (2.4.2)
Berdasarkan (i) dan (ii), E adalah harga besaran fisis yakni energi, dan itu merupakan nilai eigen
dari operator Ĥ, dan φ(x) adalah fungsi eigen dari operator Ĥ tersebut. Karena E adalah harga
eigen dari operator Ĥdengan fungsi eigen φ(x) maka Eadalah energi yang tetap dari partikel,
sehingga (x,t)=φ(x)exp(-iEt/ħ) adalah keadaan stasioner; fungsi eigen seperti itu disebut fungsi
keadaan partikel.
(iii) Harga rata-rata suatu besaran fisis pada fungsi keadaannya memenuhi persamaan
A * ( x) Aˆ ( x) dx . (2.4.3)
Dalam hal ini, Â adalah operator dari besaran fisis, dan A adalah harga rata-ratanya dengan fungsi
gelombang (keadaan) partikel bersangkutan yang ternormalisasi. Jika fungsi itu belum dinormalisasi,
maka harga rata-rata itu harus diungkapkan sebagai berikut:
*
( x) Aˆ ( x) dx
A
(2.4.2)
( x) ( x) dx
*
Tinjau suatu operator besaran fisis dari partikel, misalnya  , yang mempunyai sekumpulan
nilai eigen {an} masing-masing denganfungsi-fungsi eigen {φn(x)}yang ortonormal, maka persamaan
20
nilai eigen adalah
Aˆ n ( x) an n ( x) . (2.4.5)
Jika fungsi keadaan partikel (x) merupakan kombinasi linier dari fungsi-fungsi eigen tersebut maka
dapat dinyatakan
( x ) c n n ( x ) (2.4.6)
n
Dengan demikian maka harga rata-rata operator  dalam keadaan itu adalah
A * ( x) Aˆ ( x) d x
c m* c n m* ( x) Aˆ n ( x)dx
mn
c c a n m* ( x) n ( x)dz
*
m n
mn
(2.4.7)
c c a n mn c n a n
* 2
m n
mn n
Karena harga rata-rata suatu besaran fisis adalah ril maka berlaku
ˆ ( x)dx [ A
ˆ ( x)] ( x)dx .
* *
( x) A (2.4.8)
ˆ ( x)dx [ A
ˆ ( x)] ( x)dx
* *
( x) A (2.4.9)
Secara matematik, operator yang memenuhi persamaan (2.4.9) disebut operator Hermitian, sedangkan
(x) dan (x) merupakan fungsi-fungsi sembarang.
Menurut de Broglie, sebuah partikel yang bergerak sepanjang sumbu-x mempunyai
momentum linier px= ħk dengan k=2/ dan adalah panjang gelombang partikel. Fungsi
gelombang partikel itu adalah ( x) ae ikx .Bagaimanakah bentuk (representasi) operator momentum
p̂ x yang memiliki harga eigen px= ħk? Untuk itu misalkan berlaku persamaan nilai eigen:
pˆ x ( x) k ( x) .
21
Jadi representasi dari operator momentum linier adalah
d d
pˆ x i (2.4.10)
dx i dx
Mengingat hubungan antara momentum dan energi kinetik K=p2/2m, maka dalam bentuk operator
berlaku pula Kˆ pˆ / 2m sehingga pˆ d / dx . Dari hubungan ini selanjutnya akan diperoleh
2 2 2 2 2
di mana a menyatakan harga eigen yang mungkin. Dari persamaan itu berlaku
( x a)a ( x) 0 (2.4.12)
sehingga,
a(x)0 untuk x=a. (2.4.13)
Artinya, jika =a(x) sebagai fungsi eigen dari x̂ dengan harga eigen a, maka rapat peluang 2
=0 untuk xa.
Sebelum memahami sifat fungsi =a(x), tinjaulah fungsi tangga Heavisideh(x), yang
berharga:
dh( x) 0 untuk x 0
( x) (2.4.16)
dx untuk x 0
22
( x a)dx 1
(2.4.20)
Integral di atas tak harus dari -∞ ke +∞ tapi bisa juga dari –ε ke +ε asal a ada di dalam daerah itu.
Persamaan (2.4.19) sejiwa dengan Kronecker delta dalam
c j ij ci .
j
Sifat dalam persamaan (2.4.18)sama dengan sifat fungsi a(x) dalam persamaan (2.4.13).
Jadi, kita dapat nyatakan,
a ( x) ( x a ) (2.4.21)
sehingga
xˆa ( x) a ( x a) (2.4.22)
Sifat-sifat penting lainnya dari fungsi-fungsi gelombang dikemukakan di bawah ini. Jika
φ1(x) dan φ2(x) merupakan fungsi-fungsi eigen dari operator besaran fisis (operator Hermitian) Â ,
masing-masing dengan nilai eigen a1 dan a2, yakni
( x) Aˆ ( x) dx a ( x) ( x) dx
* *
1 2 2 1 2
*
1
ˆ ( x) dx A
( x) A 2
* *
ˆ 1 ( x) 2 ( x) dx
atau
a2 1* ( x) 2 ( x) dx a1 1* ( x) 2 ( x) dx
a2 a1 1* ( x) 2 ( x) dx 0
( x) 2 ( x) dx 0
*
1
Sifat ini telah dikemukakan dalam persamaan (2.3.4). Jadi, fungsi eigen φ1(x) dan φ2(x) adalah
orthogonal satu sama lain. Dengan demikian maka elemen matriks
ˆ ( x) dx a * ( x) ( x) dx 0
A12 1* ( x) A 2 2 1 2
Selanjutnya, misalkan operator  memiliki nilai eigen yang sama dengan kedua fungsi eigen
φ1(x) dan φ2(x), yakni
Aˆ 1 ( x) a11 ( x); A 2 ( x) a2 2 ( x); a1 a2 a
23
Bila dua atau lebih fungsi-fungsi gelombang dengan nilai eigen yang sama, maka nilai eigen itu
dikatakan berdegenerasi. Tingkat degenerasi adalah bilangan yang menyatakan banyaknya fungsi-
fungsi dengan nilai eigen yang sama. Dalam contoh di atas, a berdegenerasi dua. Fungsi yang
merupakan kombinasi linier dari kedua fungsi itu, adalah
( x) c11 ( x) c2 2 ( x)
Bagi operator  ,
Aˆ ( x) c1 Aˆ 1 ( x) c 2 Aˆ 2 ( x)
ac11 ( x) c2 2 ( x) a ( x)
Jadi, kombinasi linier dari dua fungsi gelombang itu adalah fungsi gelombang bagi operator Â
dengan nilai eigen yang sama.
Contoh 2.4:
Fungsi-fungsi φ1=e-ikx dan φ2=eikxadalah fungsi eigen bagi operator d2/dx2 dengan nilai eigen yang
sama, -k2. Jadi , ψ=Ae-ikx +Beikx adalah fungsi eigen juga dengan nilai eigen yang sama.
Selanjutnya,
( x) Aˆ ( x) dx Aˆ
( x) 2 ( x) dx
* * *
1 2 1
a ( x) ( x) dx a
2
*
1 2 1
*
1 ( x) 2 ( x) dx
sehingga
a2 a1 1* ( x) 2 ( x) dx 0
Karena sama, a2-a1=0, maka 1* ( x) 2 ( x) dx tidak harus nol; jika
( x) 2 ( x) dx S12 0
*
1
maka kedua fungsi itu disebut non-ortogonal dan S12 disebut integral overlap.
ˆ ( x) dx a * ( x) ( x) dx a S
A12 1* ( x) A 2 2 1 2 2 12
Suatu set fungsi-fungsi non-ortogonal yang tak bergantung satu sama lain (bebas linier) dapat
diortogonalisasi dengan cara yang dikenal sebagai metoda ortogonalisasiSchmidt. Dari1(x) dan
2(x)yangnon-ortogonal,misalkanlah
1(x)=1(x),
dan pilih
2(x)=2(x)+1(x).
dx 1*2 dx 1*1dx 0
*
1 2
Maka diperoleh
24
dx .
*
1 2
dx
*
1 1
Contoh 2.5:
2
Fungsi-fungsi 1 ( x) sin x dan 2 ( x) ax dalam daerah 0≤x≤L adalah dua buah fungsi
L L
yang non-ortogonal. Maka
L L
dx a 2 / L x sin(x / L)dx
*
1 2
aL3 / 2 2
0
0
L L
dx (2 / L) sin (x / L)dx
* 2
1 1
0
2 2aL
Jadi, 1 ( x) sin x dan 2 ( x) ax sin x orthogonal satu sama lain.
L L L
2.5 Komutator
Tinjau dua buah operator  dan B̂ , maka didefinisikan
[ Aˆ , Bˆ ] Aˆ Bˆ Bˆ Aˆ 0 (2.5.1)
Contoh 2.6:
Tentukanlah komutator dari operator-operator x dan d/dx. Ambillah suatu fungsi (x), dengan mana
dilakukan operasi berikut:
d d ( x) d
[ x, ] ( x) x[ ] [ x ( x)]
dx dx dx
d ( x) d ( x)
x ( x) x ( x)
dx dx
Artinya, operator-operator x dan d/dx tidak komut satu sama lain. Komutator posisi dan momentum
adalah [ xˆ, pˆ x ] . Karena [ x, d / dx] 1 , maka
d
[ xˆ, pˆ x ] i[ x, ] i (2.5.2)
dx
25