Anda di halaman 1dari 15

OSILATOR HARMONIK

Oleh Kelompok VIII

 Clara Sinta Saagih


 Sehati Winarsih Sembiring
 Wahyu Azhar Ritonga
 Rita Deby

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

UNIMED

2014
BAB I

PENDAHULUAN

Secara fisika, osilator harmonis mendeskripsikan getaran-getaran kecil di


sekitar sebuah posisi kesetimbangan stabil, dan merupakan sebuah sistem yang
sangat penting di dalam mekanika klasik. Informasi ini menunjukkan bahwa
osilator harmonis adalah sebuah sistem fisika, seperti kebanyakan sistem fisika
lain yang bergetar. Benda yang bergetar, secara klasik, dapat dimodelkan sebagai
osilator harmonis, walaupun pada kenyataanya osilator harmonis itu tidak ada
dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam mekanika kuantum, osilator harmonis sangat penting, misalnya


ketika kita mempertimbangkan gerakan sebuah partikel dalam satu dimensi, yaitu
getaran dari sebuah molekul diatomik yang inti atomnya bermassa m1 dan m2.
Contoh lain sistem yang ditinjau melalui pendekatan osilator harmonis dalam
mekanika kuantum adalah vibrasi atom-atom dalam kristal zat padat, yang
kemudian akan memperkenalkan kita pada konsep tentang phonon, dan
gelombang elektromagnetik yang terkuantisasi, dikenal sebagai photon.
Sementara itu, ada contoh-contoh lain yang menarik dan telah dikembangkan
melalui mekanika kuantum, seperti optika kuantum, komputasi kuantum, laser,
NMR, dsb. Saya tertarik untuk mempelajari tentang sejarah mula-mula konsep
osilator harmonis kuantum diperkenalkan, bagaimana penggunaannya, prinsip
kerja, batasan-batasan, dan apa pentingnya konsep osilator harmonis.

Ketika Planck menjelaskan fenomena BBR (Black Body Radiation) pada


tahun 1900, osilator harmonis, yang telah dikenal sebelumnya dalam mekanika
klasik, dipakainya sebagai pendekatan untuk menunjukkan bahwa energi yang
dipancarkan dan diserap oleh setiap osilator tidaklah kontinyu melainkan dalam
bentuk paket-paket energi yang diskrit. Kemudian konsep yang diusulkan oleh
Planck membawa perubahan besar ketika Einstein menegaskan kembali sifat
kuantisasi energi saat menjelaskan fenomena efek fotolistrik. Sejak saat itu, teori
kuantum lahir dan photon adalah istilah yang dipakai untuk menyebut paket-paket
energi diskrit tersebut. Dengan demikian, sejarah awal konsep osilator harmonis
kuantum tidak dapat dipisahkan dari lahirnya mekanika kuantum.

Dalam perkembangan selanjutnya, vibrasi atomik di dalam zat padat dapat


dijelaskan dengan sederhana melalui pendekatan osilator harmonis kuantum.
Einstein menggunakan 3N osilator harmonis yang tidak berpasangan untuk
memperkirakan kapasitas panas dari sebuah kisi kristal, dan pendekatan tersebut
lebih akurat daripada pendekatan klasik. Akan tetapi, model Einstein kemudian
dikoreksi oleh Debye dengan mengasumsikan bahwa semua osilator tersebut
sebenarnya terkopel (berpasang-pasangan). Pendekatan Einstein cocok untuk
temperatur tinggi, sedangkan pendekatan Debye cocok untuk temperatur rendah
dan tinggi. Debye, pada tahun 1912, menerapkan teori kuantum pada gelombang
bunyi di dalam zat padat. Tinjauan dimulai dengan sebuah gelombang bunyi
klasik, di mana tekanan sebagai sebuah fungsi posisi, dan mendeskripsikan
gelombang itu dengan sebuah fungsi gelombang kuantum, sebagai sebuah fungsi
amplitudo, yang mana merupakan deret sebuah osilator harmonis (eksitasi-
eksitasi) yang terkuantisasi dan berjarak sama satu dengan yang lain. Eksitasi-
eksitasi tersebut dikenal sebagai phonon. Deret takhingga dari level-level energi
diskrit yang berjarak sama mirip dengan apa yang ditemukan oleh Planck pada
tahun 1900 berkaitan dengan mode/ragam medan gelombang elektromagnetik.
Hal ini disebabkan karena fakta bahwa dekomposisi (penguraian) medan
elektromagnetik menjadi mode-mode (ragam-ragam vibrasi) normal esensinya
adalah dekomposisi menjadi osilator-osilator harmonis yang tidak terkopel. Akan
tetapi, dalam pendekatan osilator harmonis kuantum untuk vibrasi atomik kristal
zat padat, pada level energi n = 0, masih ada energi tertentu yang tidak nol, yaitu
sebesar . Di sisi lain, energi terendah dari osilator harmonis klasik adalah nol.
Nilai level energi keadaan dasar, yaitu (yang mana disebut sebagai zero-point
energy), adalah efek mekanika kuantum, dan secara langsung berkaitan dengan
prinsip ketidakpastian. Nilai-nilai karakteristik osilator harmonis kuantum 1
dimensi, misalnya, bersifat non-degenerate, karena untuk setiap nilai karakteristik
terdapat hanya satu fungsi karakteristik yang bersesuaian.

Hingga saat ini, pendekatan osilator harmonis kuantum dapat dipakai


untuk menjelaskan vibrasi atomik di dalam molekul diatomik. HCl adalah salah
satu jenis molekul diatomik yang telah dipelajari melalui pendekatan osilator
harmonis, dengan asumsi bahwa vibrasi atom H dan Cl yang terjadi tidak
memiliki amlitudo getaran yang lebih besar daripada jarak rata-rata ikatan
antaratom H dan Cl.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Osilator Sederhana

Gerak periodik adalah gerak berulang dari suatu objek


dalam jangka waktu yang sama. Sebagai suatu pengetahuan
contohnya adalah bumi kembali ke posisi yang sama ketika setelah
setahun mengitari matahari. Pada khususnya sebenarnya banyak
sistem yang melakukan gerak periodik yaitu molekul dalam zat
padat berosilasi disekitar titik setimbangnya, gelombang
elektromagnetik seperti gelombang cahaya, radar, dan gelombang
radio merupakan karakteristik dari osilasi listrik dan medan
magnet. Gerak periodik terjadi pada sistem mekanik ketika gaya
yang diberikan akan sebanding dengan jarak relatif obyek terhadap
titik setimbangnya. Jika gaya selalu diarahkan ke titik
setimbangnya maka gerak tersebut dikenal sebagai gerak harmonik
sederhana.

Gambar 2.1. Sistem pegas bermassa sederhana untuk partikel

Persamaan yang digunakan untuk merepresentasikan gerak


harmonik sederhana adalah :

Jika rasio dari k   2 maka persamaan (2.1) berubah menjadi


m
Solusi dari persamaan orde dua diatas dapat di tuliskan dalam
bentuk

dengan frekuensi osilator harmonik.

2.2. Osilator Harmonik Kuantum


Teori atom bohr dapat menjelaskan mengenai gejala atomik
meskipun memiliki pembatasan yang berat. Kelemahan teori atom bohr
diantaranya tidak dapat menjelaskan mengenai mengapa garis spektral
tertentu memiliki intensitas yang lebih tinggi dari yang lain (mengapa
transisi tertentu antara tingkat energi berpeluang lebih besar dari yang
lain). Teori tersebut tidak dapat menerangkan hasil pengamatan bahwa
banyak garis spektral sesungguhnya terdiri dari garis garis terpisah yang
panjang gelombangnya berbeda sedikit
Pada mekanika klasik, salah satu bentuk osilator harmonik adalah
sistem pegas massa, yaitu suatu beban bermassa m yang terikat pada salah
satu ujung pegas dengan konstanta pegas k. Persamaan gerak beban adalah

Persamaan (2) adalah persamaan diferensial orde dua dengan akar-


akar bilangan kompleks yang berlainan, solusinya adalah

dan energi potensial sistem adalah


Dalam mekanika kuantum, fungsi gelombang dari osilator
harmonik diperoleh dengan memecahkan persamaan Schrödinger dengan
potensial V (x) berbentuk

Oleh karena V(x) tidak bergantung waktu, maka kita dapat


menggunakan persamaan Schrödinger tak bergantung waktu bentuk satu
dimensi, yaitu

Untuk menyelesaikan persamaan (5), kita gunakan metode aljabar,


bentuk persamaan (5) dapat ditulis menjadi :

dengan menggunakan sifat aljabar bahwa

maka ruas kiri persamaan (6) kita nyatakan dalam bentuk perkalian
dua faktor, yaitu
1   d  
2
1  d  h d 
   m  x  ( x)    imx   imx  ( x)
2 2 2

2m  i dx   2m  i dx  i dx 

1  d  1  d 
   imx    imx  ( x)
2m  i dx  2m  i dx 

 a a (x)

dengan a  dan a  adalah suatu operator yang didefinisikan sebagai


berikut

a dan a adalah operator, dan bukan bilangan biasa. Pada


umumnya operator tidak bersifat komut a op bop  bop a op  sehingga perlu
dicek produk dari a  a  jika bekerja pada suatu fungsi, misalnya f (x)

1  d  1  d 
a  a  f ( x)    imx    imx  f ( x)
2m  i dx  2m  i dx 

1  d   df ( x) 
   imx   imxf ( x) 
2m  i dx  i dx 

1  
2
 h  d f ( x) 
2
df ( x) df ( x)
    mf ( x )  mx  mx  ( mx ) 2
f ( x ) 
2m 
 i  dx
2
dx dx 

1    d 2 f ( x) 
2

    (mx) 2 f ( x)  mf ( x)


2m  i  dx 2


1  h d  
2

    (nx) f ( x)  mf ( x)


2

2m  i dx  

dengan mengeliminasi f (x) maka di dapatkan produk dari a a ,


yaitu
dengan mensubstitusikan persamaan (9) ke persamaan (6),
didapatkan bentuk persamaan Schrödinger baru, yaitu

Persamaan (11) dapat dituliskan dengan


dengan H op  a  a   , adalah bentuk satu dari operator
2
Hamiltonian untuk osilator harmonik. Persamaan (13) merupakan
persamaan nilai eigen, denga  (x ) adalah fungsi eigen (yaitu solusi dari
persamaan Schrödinger) dan nilai eigennya E.

Perhatikan kembali uraian untuk mendapatkan produk dari a  a  !


Dengan cara serupa, akan didapatkan produk dari a a , yaitu

dengan mensubstitusi persamaan (15) ke persamaan (6), diperoleh


bentuk persamaan Schrödinger lain, yaitu

Persamaan (16) dapat dituliskan dengan



dengan H op  a  a  
, adalah bentuk dua dari operator
2
Hamiltonian untuk osilator harmonik

Selanjutnya kita lihat bagaimana sifat dari operator a  jika bekerja


pada fungsi eigen  (x). Misalkan suatu fungsi,  ( x)  a ( x) maka jika

H op  a  a   bekerja pada  (x) , menghasilkan
2

H op  H op a  ( x)
  
  a a   a  ( x )
 2 

 a  a  ( x)  a  ( x )
2

dengan mensubstitusikan persamaan (17), diperoleh(

   
 a  E   ( x)  a  ( x )
 2  2
   
 E   a  ( x )  a  ( x )
 2  2
   
 E    a  ( x )
 2 2 
   
 E    a  ( x )
 2 2 
 ( E   ) ( x) (19)

Bandingkan persamaan (19) dengan persamaan (13)! Persamaan


(19) adalah juga persamaan nilai eigen. Jika fungsi eigen  (x ) adalah
solusi bagi persamaan Schrodinger dengan nilai eigen E maka fungsi
eigen  (x) juga merupakan solusi dari persamaan Schrödinger dengan
nilai eigen E   . Namun, nilai eigen dari  (x) turun sebesar 
dibandingkan dengan nilai eigen dari  (x ) . Hal ini menunjukkan
bahwa operator a  menurunkan energi sebesar  . Demikian juga jika
operator a  a  bekerja pada  (x ) maka akan menurunkan energi
sebesar 2 dan seterusnya.

Jika

Maka


Misalkan suatu fungsi,  ( x)  a ( x) maka jika H op  a  a  
2
 (x) , menghasilkan
bekerja pad


 a  a  a  ( x)  a  ( x)
2

dengan mensubstitusikan persamaan (12), menghasilkan

Terlihat bahwa  (x) memiliki nilai eigen E   . Dengan


demikian jika operato a  a  bekerja pada  (x ) maka akan
menaikkan energi sebesar 2 , begitu seterusnya.

Sehingga jika
Maka

Misalkan  o (x) adalah solusi untuk keadaan dasar maka


pengoperasian operator a  pada  o (x) akan menghasilkan nol
karena tidak ada lagi keadaan dengan energi yang lebih rendah.

Persamaan (23) merupakan fungsi gelombang dari osilator


harmonik pada

keadaan dasar yang belum ternormalisasi. Setelah fungsi


gelombang untuk keadaan dasar diperoleh maka kita dapat
menentukan fungsi gelombang pada keadaan tereksitasi ke n,
 n (x) dengan bantuan operator a  , yaitu

untuk  (x ) sama dengan  0 ( x) .

Ternyata energi pada keadaan dasar dari osilator harmonik juga


tidak nol sama seperti kasus partikel dalam sumur potensial tak
hingga. Kemudian untuk mendapatkan energi pada keadaan
tereksitasi ke n, En kita diturunkan dari persamaan (22), diperoleh

Akhirnya kita peroleh solusi umum dari persamaan Schrödinger


yang bergantung waktu, yaitu
BAB III

KESIMPULAN

Gerak harmonik terjadi jika suatu sistem jenis tertentu bergetar disekitar
konfigurasi setimbangnya. Sistemnya bisa terdiri dari benda yang digantung pada
sebuah pegas atau terapung pada zat cair, molekul dwi atom, sebuah atom dalam
kisi kristal terdapat banyak sekali contoh dalam dunia mikroskopik dan juga
makroskopik. Persyaratan supaya gerak harmonik terjadi adalah terdapatnya gaya
pemulih yang beraksi untuk mengembalikan ke konfigurasi setimbangnya jika
sistem itu diganggu, kelembaman massa yang bersangkutan mengakibatkan benda
melampaui kedudukan setimbangnya, sehingga sistem itu berosilasi terus menerus
jika tidak terdapat proses disipatif.

Fungsi gelombang yang bersesuaian dengan keenam tingkat energi yang


pertama dari sebuah osilator harmonik. Dalam masing masing kasus daerah yang
berosilasi secara klasik dengan energi total En akan terbatas seperti ditunjukkan,
jelaslah bahwa partikel itu dapat menerobos ke daerah terlarang secara klasik
dengan perkataan lain, melebihi Amplitudo (A) yang ditentukan oleh energinya
dengan peluang yang menurun secara eksponensial, sama seperti situasi sebuah
partikel dalam kotak dengan dinding tegar.
DAFTAR PUSTAKA

Aditya., 2009., Pengkajian Osilator Harmonik Secara Kuantum Dengan


Simulasi Menggunakan Bahasa Pemrograman Delphi 7.0.,
Universitas Sebelas Maret., Surakarta

Kurniawan, Dedy., 2010., Osilator Harmonik (Persamaan Shroedinger).,


diakses pada tanggal 29 Oktober 2014.
http://kurniafisika.wordpress.com/2010/01/07/osilator-harmonik/

Wikipedia., 2014., Osilator Harmonik., diakses pada tanggal 23 November 2014


http://id.wikipedia.org/wiki/Osilator

Anda mungkin juga menyukai