OSILATOR HARMONIK
Disusun Oleh :
Disusun Oleh :
Gusrianta 8196175006
Asina Sofia Harianja 8196175004
Selvia Anggriani 8196175001
Dosen Pengampu :
Dr. Dra. Eva Marlina Ginting, M.Si
Prof. Dr. Nurdin Bukit, M.Si
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNya
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pemikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Kelompok 1
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Gerak harmonik sederhana adalah gerak bolak - balik benda melalui suatu
titik keseimbangan tertentu dengan banyaknya getaran benda dalam setiap sekon
selalu konstan. Gerak Harmonik Sederhana adalah gerak bolak balik secara teratur
melalui titik keseimbangannya dengan banyaknya getaran benda dalam setiap
sekon selalu sama atau konstan. Setiap gerak yang terjadi secara berulang dalam
selang waktu yang sama disebut gerak periodik. Karena gerak ini terjadi secara
teratur maka disebut juga sebagai gerak harmonik. Apabila suatu partikel
melakukan gerak periodik pada lintasan yang sama maka geraknya disebut gerak
osilasi/getaran. Bentuk yang sederhana dari gerak periodik adalah benda yang
berosilasi pada ujung pegas karenanya kita menyebutnya gerak harmonis
sederhana, oleh karena itu kelompok kami akan menyusun makalah yang berjudul
“Osilator Harmonik”.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Jika sebuah sistem dalam kesetimbangan stabil statis atau dinamis, ketika
sistem tersebut dipindahkan sedikit dari posisi kesetimbangan, gerak osilasi yang
dihasilkan disebut gerak harmonik. Gerakan seperti ini sering terjadi di alam dan
diselidiki, baik dari praktis serta sudut pandang teoritis, dalam fisika dan teknik.
Beberapa contoh dari gerakan tersebut adalah pegas elastis, balok yang lentur,
pendulum yang bergetar, resonansi dari rongga udara, dan gerakan muatan dalam
rangkaian listrik.
Untuk memulai, kita akan mempelajari gerak osilator harmonik linier
(gerakan yang dihasilkan dari perpindahan kecil dari sistem kesetimbangannya)
dalam satu dimensi. Terhindarkan inklusi gesekan dalam gerakan tersebut
mengarah pada penyelidikan osilator harmonik teredam. Untuk menjaga gerak
osilasi dalam gesekan, beberapa gaya eksternal harus diterapkan. Sistem berosilasi
seperti ini disebut osilator paksa atau didorong. Ketika perpindahan sistem dari
kesetimbangan besar, sistem ini tidak lagi linier. Sistem berosilasi seperti ini
disebut non linier. Bab ini terutama ditujukan untuk mempelajari sistem linier
termasuk osilator teredam dan osilator harmonik dipaksa. Studi tentang osilasi
non linier akan diselidiki dalam bab ini. Secara umum, osilasi sistem yang terjadi
di alam adalah osilasi non linier
Gambar 2.1.
2
Gambar diatas menunjukkan sebuah partikel m dan energi E sedang
bergerak dalam fungsi energi potensial V(x) ditunjukkan dengan garis tebal.
Kurva yang putus-putus adalah fungsi potensial parabola.
Untuk medan gaya konservatif, energi total E dari partikel adalah
E=K + V =kons tan (2.1)
Jika x adalah kecepatan dari partikel,
1
E= mx 2 +V ( x )
2 (2.2)
Dimana jika kita selesaikan dalam x menghasilkan
dx 2
x=
dt m √
=± [ E−V ( x ) ]
(2.3)
Jika E = E0, seperti pada gambar. kemudian E0 – V(x) = 0 dan 𝑥̇ = 0; partikel
terletak diam pada kesetimbangan yang stabil pada x = x 0. Jika ditinjau kasus di
mana energi partikel E1 sedikit lebih besar dari E 0. Untuk x < x1 dan x > x2, 𝑥̇ akan
menjadi imajiner, maka partikel tidak bisa eksis di wilayah ini. Jadi partikel
dengan E1 dibatasi untuk bergerak dalam sumur potensial (atau lembah) antara x 1
dan x2. Partikel bergerak ke kanan dipantulkan kembali saat mencapai x 2, dan
ketika bergerak ke kiri pada x1. Titik x1 dan x2 disebut titik balik, dan kecepatan
partikel pada titik-titik tersebut adalah nol. Titik-titik ini diperoleh dengan
menyelesaikan Et – V(x) = 0. Di antara titik-titik ini, kecepatan perubahan m terus
menerus tergantung pada nilai dari V(x). Oleh karena itu partikel dalam sumur
potensial bergerak bolak-balik dan berosilasi antara x1 dan x2 ketika energi lebih
besar dari E0.
Posisi x(t) dari sebuah partikel bergerak dalam sumur potensial dapat
ditemukan dengan
m x2 dx
t 2−t 1 =
√ ∫
2 x 1 √ E−V ( x ) (2.4)
Sedangkan waktu periode T dari satu osilasi adalah
x dx
T =2 ( t 2−t 1 ) =√ 2m∫x2
1 √ E−V ( x)
(2.5)
3
Persamaan (2.4) dan (2.5) tidak dapat diselesaikan kecuali kita mengetahui
bentuk fungsi V potensial (x). Gerakan partikel pada daerah di lingkungan x 0, dan
perpindahan, potensi fungsi V (x) dengan potensi parabola ditunjukkan oleh kurva
putus-putus pada Gambar 3.1 potensial dapat ditulis sebagai 𝑉(𝑥) = 1/2 𝑘(𝑥 − 𝑥0 )
2 , di mana k bernilai konstan, sehingga memungkinkan kita untuk memecahkan
persamaan(2.4) dan (2.5). Misalkan sebuah partikel berosilasi pada titik
kesetimbangan x0, di mana potensi minimum adalah V(x0) pada x = x0. Maka
dapat ditulis potensial fungsi V(x) dalam deret Taylor pada titik x0.
2 3 4
dV 1 d V 2 1 d V 1 dV
V ( x )=V ( x 0 )+( )dx x−x 0
( x−x 0 ) + ( )
2 dx 2
( x−x 0 ) + ( )
2 dx 3
3
( x−x 0 ) + ( )
24 dx 4
4
( x −x0 ) +.. .. . .
2
dV d V
( )
dx x− x0
=0
( )
dx
2
x−x 0
=0
(2.6)
Ketika
d2 V
( )
dx 2 x−x 0
>0
(2.7)
diperoleh
d2 V
( )
dx 2 x−x 0
=k
(2.9)
1 d2 V
( )
6 dx 2 x −x0
=+ ∈
(2.10)
Sehingga fungsi potensial dapat dituliskan sebagai:
1 1
V ( x ' )= kx '+ ∈ x '+.. .. .
2 4 (2.11)
Osilasi linier dan non linier Kita misalkan titik asal terletak di titik
keseimbangan sehingga x0 = 0 dan x’ = x, dan dengan mengabaikan persyaratan
dalam persamaan (2.11), kita mendapatkan
1 1
V ( x )= kx 2 + ∈ x 4 +. . .. .
2 4 (2.12)
4
Selain itu, karena gerakan partikel dalam medan gaya konservatif, dengan
menggunakan definisi 𝐹(𝑥) = − 𝑑𝑉/𝑑𝑥 dan menggantikan V(x) dari persamaan
(2.12), kita dapat menulis 𝐹(𝑥) = −𝑘𝑥−∈𝑥 3 (2.13)
d2 V dF
k= ( ) ( )
dx 2 x− x0
=
dx x− x 0
(2.16)
Sejak (d2V/dx2 )0 bernilai positif, k juga akan bernilai positif. Oleh karena itu
gaya F(x) = - kx selalu diarahkan menuju pusat dan sebanding dengan x. Gaya
seperti ini disebut gaya pemulih linier. Potensi yang sesuai dengan gaya tersebut
adalah parabola seperti yang diberikan oleh persamaan (2.14) dan ditunjukkan
oleh kurva putus-putus pada Gambar 2.1 dan 2.2 untuk nilai yang berbeda dari k.
F( x)=−kx−∈ x 2 (2.17)
yang merupakan jumlah yang sangat kecil dibandingkan dengan Kita harus
ingat k, namun besarnya dan tanda mempengaruhi hubungan linier – kx, gaya
yang dihasilkan F(x). Jika 0, besarnya gaya F(x) lebih besar dari gaya linier dan
sistem dikatakan keras. Kekuatan dan potensial sistem seperti ditunjukkan pada
Gambar 2.2.
5
Gambar 2.2. Hubungan Gaya terhadap Perpindahan dan Potensial terhadap
Perpindahan
6
Gambar 2.2. Pegas ditarik ke kanan dari titik setimbang
Periode osilator harmonic sederhana ternyata bergantung pada tekanan pegas dan
massa yang berosilasi dengan menerapkan hokum O Newton, yaitu :
Σ F=m⃗x (2.2)
Persamaan osilasi harmonic sederhana diperoleh dengan mensubstitusikan
persamaan 2.1 dan 2.2. menjadi :
F(x) = -kx
d2 x
m. +kx=0 (2.3)
dt 2
Persamaan (2.3) merupakan persamaan differensial osilator harmonic
sederhana dan geraknya disebut gerakan harmonik sederhana. Penyelesaian
persamaan (2.3)
d 2 x −k
= x
dt 2 m
x
∫ dxx = √ −k
m
∫ dt
x0
x
¿
x0 √
=
−k
m
t (2.4)
k
Dengan memisalkan =ω2,persamaan (2.4) menjadi
m
x
¿ =√ −ω 2 t 2
x0
x
¿ =√ i 2 ω 2 t 2
x0
x
¿ =± iωt
x0
x
=e ±iωt
x0
x=x 0 e ± iω (2.5)
Bentuk lain persamaan (2.5) dapat dituliskan sebagai berikut :
x= Ae+ Be−iωt (2.6)
7
Persamaan (2.6) dapat dituliskan ke dalam bentuk lain berikut :
x= Acos( ωt+ ∅) (2.7)
k
sebuah pegas k berkaitan dengan konstanta pegas. Apabila misalkan ω=
√ m
,
Dan
ω 1 k
f= =
2π 2π √ m
(2.11)
8
dx
x= =ω0 Acos(ω 0 t +ϕ)
dt
Dan nilai maksimum kecepatan v 0adalah :
k
v 0=ω 0 A=
√ m
A
Karena hanya dengan ini nilai x menjadi real seperti pada persamaan diatas.
Harga x kemudian terletak diantara dua batas yang ditentukan oleh energy E dan
konstanta pegas k.
Untuk mendapatkan nilai dari V dan K untuk satu periode waktu komplit,
kita menggunakan ekspresi umum untuk nilai rata-rata kuantutas yaitu :
9
T T
∫ Vdt ∫ ( ω 0 t +ϕ ) dt
0 0 1 1
( V )= T
= = V 0= K A 2
T 2 2
∫ dt
0
1
( V )= ( K ) = E
2
Kita menghitung rata-rata ruang untuk satu periode penuh
1 1
( v ) space= K A 2 , ( K ) space= K A 2, dan
6 3
(E)space = (V)space + (K)space = (E)time
10
Persamaan gerak pada sistem osilasi paksa ini ternyata identik dengan
persamaan yang menggambarkan aliran arus bolak-balik (I) dalam sistem RLC
ketika dihubungkan dengan tegangan sumber bolak-balik V(t), yaitu :
dI q
L +RI + =V (t )
dt C (2.52)
atau dalam bentuk persamaan diferensial yang menyatakan aliran muatan q adalah
d2 q dq q
L 2 + R + =V (t )
dt dt C (2.53)
dq
I=
dengan dt pada persamaan (2.52) dan (2.53) besaran C adalah kapasitansi
kapasitor yang akan dimuati, L adalah induktansi dari lilitan yang digunakan dan
R adalah besar hambatan listrik yang berfungsi sebagai pembatas arus listrik.
Keidentikan dengan persamaan (2.51) tersebut menyebabkan massa beban m
identik dengan induktansi L, faktor redaman b identik dengan hambatan R,
konstanta pegas k bersesuaian dengan kapasitansi C, gaya periodik diluar F(t)
identik dengan V(t), sedangkan arus listrik I identik dengan kecepatan benda
dx/dt. Kedua persamaan dan diferensial dari kedua proses yang berbeda ini
menghasilkan penyelesaian dengan karakteristik yang identik.
Contoh soal
Jika suatu bola besi yang beratnya w= 89,00 nt (berkisar 20lb) meregangkan
pegas sejauh 10,00 cm (berkisar 4 inch), berapa getaran (cycle) per menit yang
akan dibuat oleh sistem pegas-massa ini? Bagaimanakah bentuk pergerakan ini
jika bola besi itu kita tarik ke bawah hingga bertambah 15,00 cm (berkisar 6 inch)
lagi ?
Penyelesaian :
Diketahui :
w = 89,00 nt
s = 10,00 cm = 0,1 m
y = 15,00 cm = 0,15 m
Akan dicari :
w0 / 2π = ..... ? Bagaimanakah bentuk pergerakannya ?
11
Jawab :
w 0 √ k/m
=
2π 2π
w 89 , 00
k= = =890 ,0 nt /m
s 0 , 1000
w 89 ,00
m= = =9 , 082 kg
g 9 ,8000
890
w
sehingga , 0 =
2π 2π
√
9 , 082 9 , 899
=
6 , 28
=1 ,576 Hz
w
atau 0 =1 , 576 Hz×60=94 ,5 getaranpermenit
2π
Kondisi awal y(0)
y(t )= A cos w0 t +B sin w0 t
y(0 )= A cos0+B sin 0
0 , 15= A
y' (t )=w0 B
y[(0 )=w 0 B=0
jadipergerakannya , adalah
y(t )= A cos w0 t +B sin w0 t
2.6 Persamaan Gerak Osilasi Redaman
Gambar 2.6.1 (a) Oskilator Dengan Redaman Viscous. (b) Diagram Free-body
12
Mahasiswa diminta untuk menunjukkan bahwa solusi terdahulu untuk sistem
tanpa redaman y = Asinωt atau y = B cosωt tidak akan memenuhi Pers. (2.6.1).
Tetapi persamaan eksponensial y = Ce ptakan memenuhi persamaan ini. Substitusi
fungsi eksponensial ini ke dalam Pers. (2.6.1)akan menghasilkan :
mp2+ cp + k =0 (2.6.2)
Akar dari persamaan ini adalah :
p 1 −c c 2 k
=
p2 2 m
±
√( 2m) − (2.6.3)
m
Jadi solusi umum dari Pers. (2.6.1) adalah superposisi dari dua solusi yang
memungkinkan, yaitu
t t
y ( t ) =C1 e P +C 2 e P
1 2
(2.6.4)
dimana C1 dan C2 adalah konstanta integrasi yang didapat dari kondisi awal.
Bentuk akhir Pers. (2.6.4) tergantung pada tanda dibawah nilai akar dari Pers.
(2.6.3). Ada tiga kasus yang mungkin terjadi: nilai dibawah akar pada Pers. (2.6.3)
dapat nol, positif, atau negatif. Kasus dengan besaran dibawah nilai akar sama
dengan nol akan dibahas terlebih dahulu dan disebut sebagai redaman kritis.
2.6.2 Sistem Redaman Kritis
Suatu sistem yang bergetar dengan redaman kritis, maka nilai besaran dibawah
akar pada Pers. (2.6.3) akan sama dengan nol, yaitu
C cr 2 k
( )
2m
− =0 (2.6 .5)
m
Atau
C cr =2 √ km (2.6.6)
dimana ccr menyatakan redaman kritis. Karena frekuensi alami dari sistem tanpa
k
redaman diberi notasiω=
m √
, maka koefisien redaman pada Pers. (2.6.6) juga
dapat dinyatakan dengan notasi lain yaitu :
2k
C cr =2 mω= (2.6 .7)
ω
13
Dalam sistem dengan redaman, akan dari persamaan karakteristik akan sama dan
dari Pers. (2.6.3) didapat :
−C cr
p1 = p2 = (2.6 .8)
2m
Karena kedua akar sama, maka persamaan umum yang diberikan oleh Pers.
(2.6.4) hanya akan memberikan satu konstanta integrasi, sehingga hanya ada satu
solusi yaitu :
y 1 (t )=C 1 e
− ( 2cm )t
cr
(2.6.9)
y 2 ( t )=C 2 te
−( 2m)
t
cr
(2.6.10)
Persamaan ini juga akan memenuhi Persamaan gerak (2.1). Solusi umum untuk
sistem dengan redaman kritis merupakan penjumlahan dari kedua solusi ini,
c
y 2 ( t )= ( C1 +C 2 t ) e
−( 2m)
cr
t
(2.6 .11)
14
Gambar 2.6.2 Respon Getaran Bebas Dengan Redaman Kritis
Jika koefisien redaman lebih kecil dari redaman kritis (c<ccr), yang dapat terjadi
jika besaran dibawah tanda akar bernilai negatif. Harga akar dari Persamaan
karakteristik (2.6.3) akan kompleks, yaitu :
p 1 −c k c 2
=
p2 2 m
±i
√−
m 2m ( )
(2.6 .13)
Untuk kasus ini akan lebih mudah jika digunakan persamaan Euler yang
menghubungkan fungsi eksponensial dengan fungsi trigonometri, yaitu :
Dengan mensubstitusi akar p1 dan p2 dari Pers. (2.13) ke dalam Pers. (2.6.14)
dan dengan menggunakan Pers. (2.14), akan memberikan solusi umum sistem
tanpa redaman:
k c 2
ωD =
√ −
m 2m ( )
(2.6 .16)
Atau
k
ω=
√ m
(2.6 .18)
15
Pernyataan di atas dapat ditulis dalam bentuk lain, yaitu :
y ( t ) =C e−ζωt ¿
Dimana
C=√ y o2 +¿ ¿ ¿ (2.6.22)
Dan
tan α=¿¿ ¿
Setelah kondisi awal berupa perpindahan dan kecepatan awal, yo dan υo, akan
didapat konstanta integrasi dan jika dimasukkan kedalam Pers. (2.6.15) akan
menghasilkan. Grafik respon sistem subkritis dengan perpindahan awal yo dan
kecepatan awal nol (υo=0) diperlihatkan dalam Gambar 2.6.3. Terlihat dalam
gambar ini bahwa gerakan bersifat oskilasi tetapi tidak periodik. Amplitudo
getaran juga tidak konstan melainkan berkurang dengan bertambahnya putaran;
tetapi oskilasi terjadi pada interval waktu yang sama. Interval waktu ini dikenal
sebagai perioda getaran dengan redaman dan bisa didapat dari Pers. (2.6.17), yaitu
:
2π 2π
T D= = (2.6 .24)
ω D ω √1−ξ 2
Nilai koefisien redaman untuk struktur aktual jauh lebih kecil dari
koefisien redaman kritis dan biasanya berkisar antara 2 – 20% dari koefisien
redaman kritis. Substitusi nilai maksimum ξ = 20% ke dalam Pers. (2.6.17),
ω D=0,98ω (2.6.25)
Terlihat bahwa frekuensi getaran suatu sistem dengan rasio redaman 20%
akan hampir sama dengan frekuensi alami sistem tanpa redaman. Jadi dalam
16
prakteknya, frekuensi alami untuk sistem dengan redaman dapat diambil sama
dengan frekuensi alami sistem tanpa redaman.
Dari persamaan ini dapat disimpulkan bahwa, jika faktor cosinus sama
dengan satu, perpindahan akan berada pada titik-titik dari kurva eksponensial y(t)
=Ce−ξωt seperti pada Gambar 2.6.4. Tetapi titik-titik ini hanya mendekati dan tidak
sama dengan posisi perpindahan maksimum. Titik-titik pada kurva eksponensial
sedikit berada di sebelah kanan dari amplitudo maksimum. Untuk keperluan
praktis, perbedaan ini diabaikan dan kurva perpindahan dapat dianggap berimpit
pada puncak amplitudo, dengan kurva y(t) =Ce−ξωt sehingga kita dapat
menuliskan, untuk dua puncak yang berurutan, y1 pada t1 dan y2 pada t2 detik
berikutnya,
y 1=C e−ζωt 1
Dan
y 2=C e−ζω(t +t 1 )
D
17
Bagi kedua amplitudo maksimum ini dan ambil bentuk logaritmiknya, maka
didapat
y1
δ =ln =ξω T D (2.6 .27)
y2
Terlihat bahwa rasio redaman ξ dapat dihitung dari Pers. (2.6.28) setelah
amplitudo dari dua puncak yang berurutan ditentukan secara eksperimental
berdasarkan getaran bebas sistem. Untuk nilai rasio redaman yang kecil, Pers.
(2.6.28) dapat didekati dengan :
δ =2 πξ
Contoh Soal.
1. Suatu sistem yang bergetar dengan berat W = 5 kg dan kekakuan pegas k =
4 kg/cm mendapat redaman viscous sehingga dua amplitudo yang berurutan
adalah 2,54 cm dan 2,00. Tentukan: (a) frekuensi alami dari sistem tanpa
redaman, (b) penurunan logaritmik, (c) rasio redaman, (d) koefisien
redaman, dan (e) frekuensi alami dengan redaman.
Solusi:
(a) Frekuensi alami tanpa redaman dari sistem dalam radian per detik adalah
k 4 x 980
ω=
√ √
m
=
5
=28 rad /s
ω 28
f= = =4,456 putaran/detik
2π 2π
(c) Rasio redaman didapat dari Pers. (2.29), dan hampir mendekati
δ 0,239
ξ≅ = =0,038=38 %
2π 2π
(d) Koefisien redaman didapat dari Pers. (2.6) dan (2.19), yaitu
18
4 x5
c=ξ c cr =ξ ( 2 √km ) =0,038 x 2 x
√ 980
=0,010
(e) Frekuensi alami dari sistem dengan redaman diberikan oleh Pers. (2.17), yaitu
ω D =ω √ 1−ξ 2
BAB III
19
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
20
DAFTAR PUSTAKA
Akpan N. Ikot , Louis E. Akpabio, Ita O. Akpan, Michael I. Umo, and Eno E.
Ituen. 2010. International Journal of Optics. Research Article Quantum
DampedMechanical Oscillator. Volume 2010, Article ID 275910, 6 pages.
doi:10.1155/2010/275910
Bukit, Nurdin & Eva M. 2020. Mekanika. Medan : Unimed Press
Marati Fuzi Sholihah, Suparmi, dan Viska Inda Variani. 2012. Indonesian
Journal of Applied Physics Analisis Energi Osilator Harmonik
Menggunakan Metode Path Integral Hypergeometry dan Operator .Vol.2
No.1 halaman 6 ISSN:2089 – 0133
Jufriadi, akhmad & Ayu, H D. 2015. Mekanika. Malang : Universitas Kanjuruhan
Malang
21