Disusun Oleh :
Selvia Anggriani
8196175001
Magister Pendidikan Fisika A
Dosen Pengampu :
Dr. Sondang Manurung, M.Pd
Prof. Motlan, M.Sc., Ph.D
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kamipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmatNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mengenai kearah pemikiran filsafat
untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Ilmu dengan tepat waktu. Penulis juga berterima
kasih kepada pihak-pihak yang telah berpartisipasi dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah dengan juduk “ke arah pemikiran
filsafat” yang disusun ini masih begitu banyak memiliki kekurangan baik dari segi kalimat
maupun tata bahasanya. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca sekalian agar kiranya kami dapat lebih baik lagi. Akhir kata kami
berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Selvia Anggriani
2
DAFTAR ISI
Kata pengantar ii
Daftar Isi iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1
1.2. Rumusan Masalah 1
1.3. Tujuan
1
Daftar Pustaka 8
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui filsafat .
2. Untuk mengetahui cara berpikir ke arah filsafat
3. Untuk mengetahui bidang telaah dalam filsafat.
4
BAB II
Pengetahuan dimulai dari rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasa ragu-ragu
dan filsafat dimulai dengan kedua-duanya. Berfilsafat didorong untuk mengetahui apa yang
telah kita tahu dan apa yang belum kita tahu. Berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak
semuanya akan pernah kita ketahui dalam kesemestaan dan akan tak terbatas ini. Demikian
juga berfilsafat berarti mengoreksi diri, semacam keberanian untuk berterus terang, seberapa
jauh sebenarnya kebenaran yang dicari telah kita jangkau.
Ilmu merupakan pengetahuan yang kita gumuli sejak bangku sekolah dasar sampai
pendidikan lanjutan dan perguruan tinggi. Bersilsafat tentang ilmu berarti kita berterus terang
kepada diri kita sendiri: Apakah sebenarnya yang saya ketahui tentang ilmu ? apakah yang
ciri-cirinya yang hakiki ilmu dari pengtahuan-pengetahuan lainnya yang bukan ilmu ?
Apakah kegunaan sebenarnya ? Dengan demikian juga berfilsafat berarti berendah hati
mengevaluasi segenap pengetahuan yang telah kita ketahui.
5
sendiri sebaiknya tengadah ke langit lain diluar tempurungnya. Dan kita pun menyadari
kebodohan kita sendiri. Yang saya tahu, simpul Sokrates ialah bahwa saya tidak tau apa-apa.
Kerendahan hati sokrates ini bukanlah hanya verbalisme melainkan seserorang yang
telah berpikir filsafati selain tengadah kebintang juga membongkar tempat berpijak
fundamental. Karakteristik yang kedua adalah sifat mendasar . Seorang yang berpikir filsafati
akan membongkar pemikirannya secara fundemental. Individu tidak percaya begitu saja
bahawa ilmu itu benar. Mengapa ilmu itu dikatakan benar ? Bagaimana proses penilaian
berdasarkan kriteria itu sendiri ? Lalu benar itu sendiri apa ? Seperti sebuah lingkaran maka
pertanyaan itu melingkar. Dan menyusun sebuah lingkaran, kita harus mulai dari satu yang
awal dan sekaligis akhir. Lalu bagaimana menentukan titik awal yang benar?
Terkait dalam mencari kebenaran dari suatu ilmu, maka individu berspekulasi dan hal
ini merupakan ciri dari berpikir filsafati yaitu spekulatif. Dengan hal ini maka timbul
pertanyaan terhadap filsafat, bukankah spekulasi merupakan suatau dasar yang tidak dapat
diadakan ? Seorang filsuf akan menjawab memang benar demikian, tetapi hal ini tidak bisa
dihindarkan. Hal yang terpenting adalah bahwa dalam prosesnya, baik dalam analisis maupun
pembuktiannya, individu dapat memisahkan spekulasi mana yang dapat diandalkan dan mana
yang tidak dapat diandalkan.
Tugas utama filsafat adalah menetapkan dasar-dasar yang dapat diandalkan. Dari hal
tersebut dapat disadari bahwa semua pengetahuaan saat ini berawal dari spekulasi. Dari
serangkaian spekulasi dapat dipilih pemikiran yang dapat diandalkan yang merupakan titik
awal dari penjelajahan pengetahuan. Tanpa menetapkan kriteria apa yang disebut benar maka
tidak mungkin pengetahuan dapat berkembang di atas kebenaran. Tanpa menetapakan apa
yang disebut baik atau buruk maka tidak mungkin berbicara mengenai moral. Demikan pula
tanpa wawasan apa yang disebut indah atau jelek tidak mungkin kita berbicara tentang
kesenian.
Arah dari filsafat ilmu adalah mengarahkan seseorang untuk mengkaji filsafat lebih
dalam tentang “benar –salah “, “Baik – buruk” etika dan “indah – jelek” etika yang masing –
masing sifat tersebut dapat mengarahkan seseorang ahli filsafat untuk mengetahui tentang
filsafat ilmu. Filsafat, juga berfungsi memberikan arah agar teori pendidikan yang telah
dikembangkan oleh para ahlinya, yang berdasarkan dan menurut pandangan dan aliran
filsafat tertentu, mempunyai relevansi dengan kehidupan nyata.artinya mengarahkan agar
teori-teori dan pandangan filsafat pendidikan yang telah dikembangkan tersebut bisa
diterapkan dalam praktek kependidikan sesuai dengan kenyataan dan kebutuhan hidup yang
juga berkembang dalam masyarakat.
6
2.2. Filsafat : Peneretas Ilmu Pengetahuan
Filsafat, meminjam pemikiran Will Durant (1933) dapat diibaratkan pasa pasukan
marinir yang merebut pantai untuk pendaratan pasukan infantri. Pasukan infanteri ini adalah
sebagai adalah pengetahuan sebagai pengetahuan yang diantanyanya adalah ilmu. Filsafatlah
yang memenangkan tempat berpijak bagi kegiatan keilmuwan. Setelah itu ilmulah yang
membelah gunung dan merambah hutan, menyempurnakan kemenangan ini menjadi
pengetahuan yang dapat diandalkan. Setelah penyerahan dilakukan maka filsafatpun pergi
lagi kelautan lepas berspekulasi dan meneratas. Seorang skeptis akan berkata sudah lebih dari
dua ribu tahun orang berfilsafat namun selangkahpun dia tidak maju. Sepintas lalu
kelihatannya memang demikian dan kelasahpahaman ini dapat segera dihilangkan, sekiranya
kita sadar bahwa filsafat adalah marinir yang merupakan pionir, bukan pengetahuan yang
bersifat memerinci. Filsafat menyerahkan daerah yang telah dimenangkannya kepada ilmu-
ilmu pengrtahuan lainnya. Semua ilmu baik ilmu-ilmu alam ataupun ilmu-ilmu sosial
bertolak dari pengembangan bermula sebagai filsafat. Nama asal fisika adalah filsafat alam
(natural phylosophy). Dalam perkembangannya sebagi ilmu maka maka terdapat taraf
peralihan, Dalam tahap ini filsafat tidak lagi bersifat menyeluruh melainkan sektoral. Disini
orang tidak lagi mempermasalahkan kesuluruhan yang ada di alam melinkan dikaitkan
dengan fenomena-fenomena alam yang dapat dijelaskan dalam ilmu fisika. Walaupun
demikian dalam taraf ini secara konseptual ilmu masih mendasarkan kepada norma-norma
filsafat.
Auguste Conte (1798-1857) membagi tiga tingkat perkembangan pengetahuan tersebut
dalam tahap religius, metafisik dan positif. Dalam tahap pertama maka asas religilah yang
dijadikan postulat ilmiah sehingga ilmu merupakan dedikasi atau jabatan dari ajaran religi.
Tahap kedua adala orang mulai berspekulasi tentang metafisika (keberadaan) wujud yang
menjadi objek penelaahan di atas dasar postulat metafisika tersebut. Sedangkan tahap ketiga
adalah tahap pengetahuan ilmiah, (ilmu) dimana asas-asas yang dipergunakan diuji secara
positif dalam proses verifikasi objektif.
7
Pada tahap permulaan sekali, filsafat mempersoalkan hakikat manusia. Tahap ini
dimulai dari segenap pemikiran ahli-ahli filsafat sejak zaman dahulu hingga saat ini dan tidak
kunjung selesai memahami hakikat manusia. Setiap ilmu, utamanya ilmu-ilmu sosial
memiliki asumsi-asumsi tertentu mengenai manusia.
Pada tahap kedua adalah pertanyaan yang berkisar ada : hakikat hidup dan eksistensi
manusia. Tahap ketiga, terkait tugas utama filsafat, menurut Wittegenstein bukanlah
menghasilkan susunan pertanyaan filsafati melainkan menyatakan sebuah pernyataan sejelas
mungkin.(Suriasumantri. 2001)
8
Filsafat ilmu merupakan telaahan secara filsafat yang ingin menjawab beberapa
pertanyaan mengenai hakikat ilmu seperti :
1. Objek apa yang ditelaah ilmu ? Bagaimana wujud hakiki dari objek tersebut ?.
Petanyaan-pertanyaan ini berkaitan dengan kelompok pertanyaan pertama yang disebut
landasan ontologis.
2. Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetauan yang berupa ilmu?
Bagaimana prosedurnya ? Petanyaan-pertanyaan ini berkaitan dengan kelompok
pertanyaan kedua yang disebut landasan epistemologis.
3. Untuk apa pengetauan yang berupa ilmu itu dipergunakan ? Bagaimana kaitan antara
cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral? ? Petanyaan-pertanyaan ini
berkaitan dengan kelompok pertanyaan ketiga yang disebut landasan eksiologis.
Dengan kita mengetahui jawaban dari ketiga pertanyaan diatas maka dengan mudah
kita dapat membedakan berbagai jenis pengetahuan yang terdapat dalam khasanah kehidupan
manusia. Hal ini memungkinkan kita mengenali berbagai pengetahuan yang ada seperti ilmu,
seni dan agama serta meletakkan mereka pada tempatnya masing-masing yang saling
memperkaya kehidupan kita. Tanpa mengenal ciri-ciri tiap pengetahuan dengan benar maka
bukan saja kita tidak memanfaatkan kegunaannya secara maksimal namun kadang kita salah
menggunakannya. Ilmu dikacaukan seni, ilmu dikonfrontasikan dengan agama bukankah tak
ada anarki yang lebih menyedihkan dari itu ?
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Karakteristik dalam berpikir ke arah filsafat ada tiga yaitu, medasar, menyeluruh dan
spekulatif. Tugas utama dari filsafat yaitu menetapkan dasar-dasar yang dapat
diandalkan.
2. Filsafat merupakan peneratas ilmu pengetauan, filsafat sebgai pionir di dalam ilmu
pengetahuan. Filsafatlah yang memenangkan tempat untuk berijak bagi kegiatan
keilmuan lalu ilmu yang mengembangkan atau menyempurnakan tempat ini menjadi
pengetahuan yang dapat diandalkan.
3. Bidang yang ditelaah filsafat yang pertama adalah filsafat mempersoalkan hakikat
manusia. Tahap kedua adalah pertnyaan berkisar tentang hakikat hidup dan eksistensi
manusia dan tahap ketiga adalah tugas utama filsafat dengan menyatakan pernyataan
yang sejelas mungkin.
4. Cabang-cabang filsafar meliputi tiga segi yaitu logika, etika dan estetika yang kemudian
bertambah lagi yaitu metafisika dan politik. Kemudian bekembang lagi menjadi cabang-
cabang filsafat yang mempunyai bidang kajian yang lebih spesifik diantara filsafat ilmu
5. Filsafat ilmu merupakan telaahan secara filsafat yang ingin menjawab beberapa
pertanyaan mengenai hakikat ilmu yang berlandaskan ontologis, epistemologis dan
aksiologis.
10
DAFTAR PUSTAKA
Durant, Will. (1965). The sory of phylosophy. New york : The free press
Manurung, Sondang R dan Turnip, Betty. Filsafat Ilmu. Diktat.
Suriasumantri, J.S. (2001). Filsafat Ilmu: sebuah pengantar popular. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan.
11
Pertanyaan :
1. Kenapa kita harus berfilsafat ?
Kita harus berfilsafat karena filsafat dimulai dari Pengetahuan dimulai dari rasa ingin
tahu, kepastian dimulai dengan rasa ragu-ragu. Dengan berfilsafat didorong untuk
mengetahui apa yang telah kita tahu dan apa yang belum kita tahu. Berfilsafat berarti
berendah hati bahwa tidak semuanya akan pernah kita ketahui dalam kesemestaan dan
akan tak terbatas ini.
2. Bagaimana berpikir ke arah filsafat itu ?
Berpikir ke arah filsafat itu ada tiga yaitu mendasar, menyeluruh dan spekulatif. Dengan
mendasar, kita bisa menarik diri sebenarnya kita bukan lah siapa-siapa dan ilmu yang
kita miliki bukan apa-apa dibandingkan dengan dunia yang luas ini. Menyeluruh berarti
kita tidak puas dengan ilmu yang telah kita miliki, kita masih mau belajar ilmu lainnya.
yang ketiga ada spekulatid yang berarti dalam prosesnya, baik dalam analisis maupun
pembuktiannya, individu dapat memisahkan spekulasi mana yang dapat diandalkan dan
mana yang tidak dapat diandalkan.
3. Apa tugas utama filsafat ?
Tugas utama filsafat adalah menetapkan dasar-dasar yang dapat diandalkan.
4. Bagaimana arah dari filsafat ilmu tersebut ?
Arah dari filsafat ilmu adalah mengarahkan seseorang untuk mengkaji filsafat lebih dalam
tentang “benar –salah “, “Baik – buruk” etika dan “indah – jelek” etika yang masing –
masing sifat tersebut dapat mengarahkan seseorang ahli filsafat untuk mengetahui tentang
filsafat ilmu.
5. Kita dituntut untuk berfilsafat, namun sebenarnya apa fungsi filsafat itu ?
Filsafat berfungsi memberikan arah agar teori pendidikan yang telah dikembangkan oleh
para ahlinya, yang berdasarkan dan menurut pandangan dan aliran filsafat tertentu,
mempunyai relevansi dengan kehidupan nyata.artinya mengarahkan agar teori-teori dan
pandangan filsafat pendidikan yang telah dikembangkan tersebut bisa diterapkan dalam
praktek kependidikan sesuai dengan kenyataan dan kebutuhan hidup yang juga
berkembang dalam masyarakat.
12
13