Anda di halaman 1dari 16

Tugas Rutin

INKUIRI DALAM PEMBELAJARAN IPA DAN


KURIKULUM

Disusun Oleh :
Asina Sofia Harianja 8196175004

Dosen Pengampu :
Dr. Sondang Manurung, M.Pd
Dr. Ridwan A. Sani, M.Si

PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmatnya makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Adapun makalah
ini berisi mengenai Inquiry dalam pmbelajaran IPA, Kurikulum IPA, dan model
pemngembangannya. Pada makalah ini akan di bahas konsep Inquiry, Penerapan Inquiry
dalam pembelajaran IPA, serta model pengembangannya.

Semoga makalah ini berguna bagi pembaca. Dan saya menyadari bahwa isi makalah
ini masih jauh dari sempurna untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
demi kesempurnaan isi makalah ini. Semoga bermanfaat bagi pembaca. Atas perhatiannya
saya ucapkan terimakasih.

Medan, November 2019

Asina Sofia Harianja


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

Kata pengantar .......................................................................................................... i

Daftar Isi .................................................................................................................... ii

BAB I Pendahuluan
1. 1 Latar Belakang ............................................................................................. 1
1. 2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
1. 3 Tujuan Penulisan ........................................................................................... 2

BAB II Pembahasan
2. 1 Model Pembelajaran Inkuiri.......................................................................... 3
2. 2 Pembelajaran IPA...........................................................................................4
2. 3 Model Inquiry dalam Pembelajaran IPA........................................................7
2. 4 Perspektif Siswa pada Proses Inkuiri............................................................12
2. 5 Model Pembelajaran Inquiri dalam Kurikulum............................................16

BAB III Penutup


3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 16

Daftar Pustaka ........................................................................................................ 16


BAB I

PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

Pembelajaran IPA memiliki ciri yang berbeda dengan pembelajaran lainnya seperti
IPS dan Bahasa. Pembelajaran IPA sangat erat kaitannya dengan berbagai kehidupan
manusia. Dalam kehidupannya, seseorang dalam keluarga sejak masa kanak-kanak
sering menanyakan sesuatu, mencoba melakukan sesuatu, sehingga ia memperoleh
kejelasan atau menemukan jawabannya dari apa yang ingin diketahuinya. Sebenarnya
potensi untuk menyelidiki dan menemukan sesuatu telah banyak dimiliki seseorang
sejak kecil, namun sering terhambat oleh lingkungan keluarga dan sekolah yang kurang
memadai. Orang tua sering tidak melayani atau merasa terganggu, takut rusak, rugi dan
sebagainya, apabila anaknya banyak bertanya, mencoba melakukan sesuatu yang
mungkin sampai rusak.

Pada umumnya di beberapa sekolah masih banyak guru melaksanakan


pembelajaran konvensional, seperti metode ceramah dan mencatat di buku. Sehingga
pembelajaran kurang komunikatif dan umumnya hanya satu arah. Di samping itu masih
banyak guru yang tidak mengenal model-model pembelajaran. Di sekolah kebanyakan
guru selama ini juga ada menerapkan inkuiri tanpa disadari oleh si guru dan pada
prinsipnya telah lama digunakan dalam kehidupan manusia. Tidak sedikit penemuan
dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat berguna untuk memperbaiki
kehidupan manusia. Namun sebagian guru yang menggunakan model pembelajaran
inkuiri, kurang mengembangkan model pembelajaran inkuiri ini sehingga para siswa di
sekolah lebih banyak bersifat menerima informasi.

Pada makalah ini akan dibahas pengertian pembelajaran inkuiri dalam


penerapannya dalam pembelajaran IPA, langkah-langkah pembelajaran dengan
pendekatan inkuiri berbasis ketrampilan abad ke-21, dan kelebihan dan kekurangan
pembelajaran inkuiri serta model pengembangannya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana defenisi dan konsep dari model pembelajaran inquiry ?


2. Bagaimana penerapan inquiry dalam pembelajaran IPA ?
3. Bagaimana contoh penerapan Inkuiri dalam pembelajaran IPA?

1. 3 Tujuan Makalah
1. Mengetahui defenisi dan konsep dari model pembelajaran inquiry
2. Mengetahui penerapan inquiry dalam pembelajaran IPA
3. Mengetahui contoh penerapan Inkuiri dalam pembelajaran IPA
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pembelajaran Inquiry

Istilah inkuiri berasal dari Bahasa Inggris, yaitu inquiry yang berarti pertanyaan atau
penyelidikan. Pembelajaran inkuiri adalah suatu rangkaian kegiatan belajar yang
melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki
secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga siswa dapat merumuskan sendiri
penemuannya dengan penuh percaya diri. Model pembelajaran ini dikembangkan oleh
seorang tokoh yang bernama Suchman. Suchman meyakini bahwa anak-anak merupakan
individu yang penuh rasa ingin tahu akan segala sesuatu. Menurut Carol dalam bukunya
Quided Inquiry bahwa inkuiri adalah pendekatan dalam belajar di mana oleh siswa
menemukan dan menggunakan berbagai sumber informasi dan ide-ide untuk
meningkatkan pemahaman mereka tentang masalah, topik, atau pembelajaran. Inkuiri
membutuhkan lebih dari sekadar menjawab pertanyaan atau mendapatkan jawaban yang
benar. Hal ini mendukung penyelidikan, eksplorasi, pencarian, penelitian, pengejaran, dan
studi. Penyelidikan tidak berdiri sendiri; ini melibatkan, menarik, dan menantang siswa
untuk menghubungkan dunia mereka dengan kurikulum. Teori yang mendasari model
pembelajaran ini:
1. Secara alami manusia mempunyai kecenderungan untuk selalu mencari tahu
akan segala sesuatu yang menarik perhatiannya.
2. Mereka akan menyadari keingintahuan akan segala sesuatu tersebut dan akan
belajar untuk menganalisis strategi berpikirnya tersebut.
3. Strategi baru dapat diajarkan secara langsung dan ditambahkan/digabungkan
dengan strategi lama yang telah dimiliki siswa.
4. Penelitian kooperatif (cooperative inquiry) dapat memperkaya kemampuan
berpikir dan membantu siswa belajar tentang suatu ilmu yang senantiasa
bersifat tentatif dan belajar menghargai penjelasan atau solusi altematif.
Menurut Sanjaya, pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran
yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan
menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Pembelajaran inkuiri
dibangun dengan asumsi bahwa sejak lahir manusia memiliki dorongan untuk menemukan
sendiri pengetahuannya.
Rasa ingin tahu tentang keadaan alam di sekililingnya tersebut merupakan kodrat
sejak ia lahir ke dunia, melalui indra penglihatan, indra pendengaran, dan indra-indra yang
lainnya. Keingintahuan manusia terus menerus berkembang hingga dewasa dengan
menggunakan otak dan pikirannya. Pengetahuan yang dimilikinya akan menjadi bermakna
manakala didasari oleh keingintahuan tersebut. Tujuan utama pembelajaran inkuiri adalah
membantu siswa untuk mengembangkan disiplin intelektual dan keterampilan berpikir
dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan dan mendapatkan jawaban atas dasar rasa
ingin tahu mereka.

2.1.1 Jenis – Jenis Inkuiri menurut Sound dan Trowbridge


Sound dan Trowbridge 1973 (Mulayasa, 2008:109) mengemukakan tiga macam model
inkuiri sebagai berikut :
1. Inkuiri terpimpin (guide inquiry)
Pada inkuiri terpimpin pelaksanaan penyelidikan dilakukan siswa berdasarkan
petunjuk-petunjuk guru, petunjuk yang diberikan pada umumnya berbentuk
pertanyaan-pertanyaan yang membimbing.
2. Inkuiri bebas (free inquiry)
Pada inkuiri bebas siswa melakukan penelitian sendiri bagaikan seorang ilmuan.
Masalah dirumuskan sendiri, eksperimen dilakukan sendiri dan kesimpulan konsep
diperoleh sendiri.
3. Inkuiri bebas yang dimodifikasi (modified free inquiry)
Pada inkuiri ini guru memberikan permasalahan dan kemudian siswa diminta
memecahkan permasalahan tersebut melalui pengamatan, eksplorasi, dan prosedur
penelitian.
Pendekatan inkuiri dapat dilaksanakan apabila dipenuhi syarat-syarat berikut : (1)
guru harus terampil memilih persoalan yang relevan untuk diajukan kepada kelas
(persoalan bersumber dari bahan pelajaran yang menantang siswa/problemik) dan sesuai
dengan daya nalar siswa; (2) guru harus terampil menumbuhkan motivasi belajar siswa
dan menciptakan situasi belajar yang menyenangkan; (3) adanya fasilitas dan sumber
belajar yang cukup; (4) adanya kebebasan siswa untuk berpendapat, berdiskusi; (5)
partisipasi setiap siswa dalam setiap kegiatan belajar, dan (6) tidak banyak campur tangan
dan intervensi terhadap kegiatan siswa.
2.1.2 Teori Belajar yang Mendukung Pendekatan Inkuiri
Menurut Gegne dalam Dahar, belajar adalah suatu proses dimana suatu organisasi
berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Teori belajar yang mendukung
pendekatan inkuiri adalah teori perkembangan Piaget, bahwa proses belajar seseorang
akan mengikuti pola dan tahap-tahap perkembangan sesuai dengan umumnya.
Perjenjangan ini bersifat hierarchies, artinya harus dilalui berdasarkan urutan tertentu dan
tidak dapat belajar sesuai yang berada diluar tahap kognitifnya. Teori belajar Bruner,
perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tiga tahap yang ditentukan oleh caranya
melihat lingkungan. Yakni tahap enaktif, dimana individu melakukan aktivitas dalam
usahanya memahami lingkungan. Tahap ikonik dimana ia melihat dunia melalui gambar-
gambar dan visualisasi verbal. Tahap simbolik dimana ia mempunyai gagasan abstrak
yang dipengaruhi bahasa dan logika.
Teori belajar bermakna Asuabel, belajar seharusnya merupakan apa yang disebut
asimilasi bermakna. Materi yang dipelajari diasimilasikan dan dihubungkan dengan
pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Untuk itu, diperlukan dua persyaratan yang
dikemukakan oleh Relly & Lewis 1983 : materi yang secara potensial bermakna, dan
dipilih serta diatur dan harus sesuai dengan tingkatn perkembangan siswa. Suatu situasi
belajar yang bermakna factor motivasional mengasimilasi materi baru apabila tidak
mempunyai keinginan dan pengetahuan bagaimana melakukannya.
2.1.4 Konsep Dasar Pembelajaran Inkuiri
Pembelajaran inkuiri secara umum menekankan pertanyaan dan gagasan yang memotivasi
siswa untuk melakukannya ingin belajar lebih banyak dan menciptakan cara untuk
membagikan apa yang telah mereka pelajari. Guided inquiry menggerakkan siswa ke
tingkat pemikiran dan pembelajaran yang lebih tinggi dengan berfokus pada intervensi
konstruktif pada setiap tahap proses penyelidikan. Konsentrasi guru terdapat pada apa
yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan siswa saat mereka belajar. Produk akhirnya
menjadi cara alami berbagi pembelajaran mereka dengan siswa lain di komunitas belajar
mereka.
2.2 Pembelajaran IPA

Ilmu Pengetahuan Alam atau sains semula timbul dari rasa ingin tahu manusia, dari
rasa keingintahuan tersebut membuat manusia selalu mengamati terhadap gejala gejala
alam yang ada dan mencoba memahaminya. Hasrat ingin tahu manusia terpuaskan jika
memperoleh pengetahuan mengenai hal yang dipertanyakanya dan pengetahuan yang
diinginkanya adalah pengetahuan yang benar. Pengetahuan yang benar atau kebenaran
memang secara inherent dapat dicapai manusia, baik melalui pendekatan non-ilmiah
maupun pendekatan ilmiah. Menurut Jujun Suriasumantri, (dalam Trianto, 2008: 60) sains
berasal dari bahasa asing “science” dari kata latin “scientia” yang berarti saya tahu. Kata
“science” sebenarnya berarti ilmu pengetahuan yang terdiri dari social sciences (ilmu
pengetahuan sosial) dan natural science (ilmu pengetahuan alam). Namun dalam
perkembanganya science diterjemahkan sebagai sains yang berarti Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA) saja, walaupun pengertian ini kurang pas dan bertentangan dengan etimologi.
Sedangkan menurut Laksmi Prihantoro (dalam Trianto 2008: 60) “IPA adalah
pengetahuan yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala
kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan dedukasi. Adapun Wahyana
mengatakan bahwa “IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara
sistematik, dan dalam penggunaanya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam.
Perkembanganya tidak hanya ditandai dengan adanya fakta-fakta, tetapi oleh adanya
metode ilmiah dan sikap ilmiah.” Dari beberapa pendapat mengenai pengertian IPA di
atas, maka dapat disimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam merupakan ilmu
pengetahuan yang mempelajari tentang gejala alam dan kebendaan yang bersifat sistematis
dan dilakukan dengan cara mengamati lingkungan sekitar dan di lingkungan kehidupan
sehari-hari yang dialami oleh siswa.

2.3 Model Inquiry dalam Pembelajaran IPA


Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA Model Pembelajaran inkuiri
adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara
kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang
dipertanyakan. Hal ini diperkuat oleh Gulo dalam Trianto (2007: 135) yang menyatakan
bahwa: “model inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara
maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis,
kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuan dengan penuh
percaya diri.” Model pembelajaran inkuiri berangkat dari asumsi bahwa sejak manusia
lahir ke dunia, manusia memiliki dorongan untuk menemukan sendiri pengetahuannya.
Rasa ingin tahu tentang keadaan alam di sekelilingnya merupakan kodrat manusia sejak ia
lahir ke dunia. Sejak kecil manusia memiliki keinginan untuk mengenal segala sesuatu
melalui indera pengecapan, pendengaran, penglihatan dan indera-indera lainnya. Hingga
dewasa keingintahuan manusia secara terus-menerus berkembang dengan menggunakan
otak dan pikirannya. Pengetahuan yang dimiliki manusia akan bermakna (meaningfull)
manakala didasari oleh keingintahuan itu. Dalam rangka itulah startegi inkuiri
dikembangkan.
Menurut Sanjaya (2008), penggunaan inkuiri harus memperhatikan beberapa prinsip,
yaitu berorientasi pada pengembangan intelektual (pengembangan kemampuan berfikir),
prinsip interaksi (interaksi antara siswa maupun interaksi siswa dengan guru bahkan antara
siswa dengan lingkungan), prinsip bertanya (guru sebagai penanya), prinsip belajar untuk
berfikir (learning how to think), prinsip keterbukaan (menyediakan ruang untuk
memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesis dan secara terbuka
membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan).
Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama pembelajaran inkuiri, (Sanjaya, 2008)
adalah sebagai berikut:
1. Pembelajaran inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk
mencari dan menemukan, artinya model inkuiri menempatkan siswa sebagai
subjek belajar. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai
penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka
berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri.
2. Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan
menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga
diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief). Dengan
demikian, model pembelajaran inkuiri menempatkan guru bukan sebagai
sumber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar 9 siswa.
Aktivitas pembelajaran biasanya dilakukan melalui proses tanya jawab antara
guru dan siswa. Oleh sebab itu, kemampuan guru dalam menggunakan
pertanyaan merupakan syarat utama dalam melakukan inkuiri.
3. Tujuan dari penggunaan model pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan
kemampuan berpikir secara sistematis, logis dan kritis atau mengembangkan
kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Dengan demikian,
dalam model pembelajaran inkuiri siswa tak hanya dituntut agar menguasai
materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi
yang dimilikinya. Manusia yang hanya menguasai pelajaran belum tentu dapat
mengembangkan kemampuan berpikir secara optimal. Namun sebaliknya, siswa
akan dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya manakala ia bisa
menguasai materi pelajaran.
Seperti yang dapat disimak dari proses pembelajaran, tujuan utama pembelajaran
melalui model inkuiri adalah menolong siswa untuk dapat mengembangkan disiplin
intelektual dan keterampilan berpikir dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan dan
mendapatkan jawaban atas dasar rasa ingin tahu mereka.
2.3.1 Tahapan-tahapan Inkuiri
      Proses inkuiri dalam pelaksanaan pembelajaran dilakukan melalui 5 tahap seperti
disajikan pada gambar 1 berikut :

Gambar 2.1. : Tahapan Inkuiri


       Gambar diatas menyatakan bahwa tahapan inkuiri terdiri dari 5 tahap yaitu fase
bertanya (Ask), fase penyelidikan (investigate), menghasilkan (create), diskusi (discuss),
dan refleksi (reflect). Setiap langkah dalam proses ini secara alami mendorong munculnya
pertanyaan baru, investigasi, dan peluang untuk “teachable moments”. 
Sintaks proses inkuiri disajikan pada tabel 2.1 berikut :
2.3.2 Langkah-langkah Pelaksanaan Pembelajaran Inkuiri

Tahapan Proses Inkuiri


Ask
Berkeinginan untuk menemukan sesuatu. Mulai bertanya tentang apa yang
hendak diketahui. (yang menjadi fokus pada tahap ini adalah munculnya
pertanyaan atau masalah). Mulai untuk menggambarkan dan menguraikan apa
artinya.
        Investigate
Apa yang dipikirkannya itu diwujudkan dalam tindakan. Mulai untuk
mengumpulkan informasi, meneliti, mempelajari, bereksperimen, dan
mengobservasi (langkah mengumpulkan informasi menjadi suatu proses
memotivasi diri yang secara keseluruhan dimiliki oleh siswa yang terlibat).
Create
Informasi yang telah didapat, pada tahap ini digabungkan. Siswa mulai membuat
hubungan. (kemampuan pada tahap ini adalah untuk mensintesis pemahaman
yang merupakan percikan kekreatifan yang membentuk semua pengetahuan
baru). Melakukan tugas yang kreatif membentuk pemahaman baru, gagasan, dan
teori yang signifikan diluar pengalaman utamanya.
Discuss
Mulai berbagi gagasan baru mereka dengan orang lain. Mulai untuk bertanya
pada yang lain tentang investigasi dan pengalaman mereka sendiri. (bertukar
pikiran, mendiskusikan kesimpulan, dan berbagai pengalaman merupakan semua
contoh tindakan dalam proses ini).
Reflect
Menggunakan waktunya untuk melihat kembali permasalahan awal atau
permasalahan baru. Pada tahap ini memungkinkan untuk kembali pada tahap 1
dan selanjutnya hingga didapatkan penyelesaian yang lebih berarti.

a. Mengidentifikasi dan merumuskan masalah, rumusan masalah merupakan arah


yang dicapai dalam pembelajaran. Perumusan masalah harus sesuai dengan materi
yang akan diajarkan dalam pembelajaran IPA.
b. Merumuskan Hipotesis : Dilakukan dengan diskusi dan harus sesuai dengan
kemampuan siswa.
c. Mengumpulkan, mengolah dan menganalisis data, siswa tentu harus mencari bukti-
buktinya dengan arahan guru dan sumber-sumber harus relevan.
d. Menguji hipotesis : Data yang sudah dianalisis kemudian disimpulkan dengan
mengkaji hipotesis yaitu benar atau salah. Bila dianggap hipotesisnya kurang tepat,
maka langkah ini dapat digunakan untuk merefisi rumus masalah hipotesis, bila
perlu mengulang langkah ketiga.
e. Merumuskan alternatif-alternatif pemecahan masalah. Apabila rumusan hipotesis
sudah jelas, dan kalau sudah terkumpul, siswa dibimbing untuk merumuskan
alternatif pemecahan masalah.
f. Menetapkan pemecahan masalah tentu saja dengan bimbingan guru.
2.4 Perspektif Siswa pada Proses Inkuiri
Dalam buku Guided Inkuiri, Kuhlthau menerangkan bahwa tahapan proses pencarian
informasi memberikan wawasan tentang apa yang dialami siswa proses penyelidikan.
Tujuan Inkuiri Terbimbing adalah untuk memberikan bantuan dan instruksi untuk
membimbing siswa melalui tahapan, mengarah pada kompetensi dalam belajar dari
berbagai sumber informasi. Dari perspektif siswa, inkuiri adalah pencarian makna yang
penuh dengan sepuluh pertanyaan kesalahpahaman. Siswa sering membuat kesalahan
serius dengan berpikir bahwa tugas utamanya adalah proses penyelidikan adalah mencari
sumber yang berhubungan dengan topik, proyek, atau masalahnya. Setelah memilih topik
mereka, banyak siswa berharap dapat bergerak langsung untuk mengumpulkan informasi
dan mempresentasikan temuan mereka. Sayangnya banyak program pengajaran
mengajarkan siswa tentang melakukan penelitian dengan benar-benar menggambarkan
proses dengan cara ini, mengabaikan eksplorasi dan formulasi penting untuk belajar
melalui inkuiri. Tugas terpenting penyelidikan proses adalah untuk mengeksplorasi
informasi dan ide-ide di dalam sumber dan untuk membentuk pemahaman baru dari ide-
ide ini. Bukan hal yang aneh bagi siswa untuk dibiarkan menggunakan perangkat mereka
sendiri dalam hal yang paling menantang ini tugas proses penyelidikan. Tahapan yang
dimaksud siswa dalam menerapkan ikuiri adalah menyalin terang-terangan, mencari fakta
sempit, dan pengulangan yang tidak imajinatif dari karya penulis, dengan sedikit
pembelajaran nyata dari siswa. Proses penyelidikan mendapatkan ide untuk ditulis dari
informasi baru. Hal ini terkait erat dengan proses penulisan seperti yang dijelaskan dalam
pencarian pertama Janet Emig (1971). Proses penyelidikan mendahului proses penulisan
untuk mempersiapkan siswa untuk menulis dengan memberi mereka beberapa hal untuk
dibicarakan dan pada gilirannya menulis. Selama proses penyelidikan inilah siswa
membangun konstruksi untuk menulis, dan menghasilkan ide.
2. 5 Model Pembelajaran Inquiri dalam Kurikulum
Kurikulum 2013 merupakan suatu kurikulum yang dibentuk untuk mempersiapkan
lahirnya generasi emas bangsa Indonesia dengan sistem dimana siswa lebih aktif dalam
kegiatan belajar mengajar (KBM). Aspek-aspek yang ingin dicapai dalam kurikulum 2013
adalah aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap. Aspek Pengetahuan dalam kurikulum
2013 sama seperti kurikulum-kurikulum sebelumnya, yaitu penekanan pada tingkat
pemahaman siswa dalam pelajaran. Nilai dari aspek pengetahuan bisa didapat dari
Ulangan Harian, Ujian Tengah/Akhir Semester, dan Ujian Kenaikan Kelas. Pada
kurikulum 2013, Pengetahuan bukan aspek utama seperti pada kurikulum-kurikulum
sebelumnya.
Aspek keterampilan merupakan aspek baru dalam kurikulum di Indonesia.
Keterampilan merupakan penekanan pada skill atau kemampuan/ketrampilan, misalnya
adalah kemampuan untuk mengemukakan pendapat, berdiksusi/bermusyawarah, membuat
laporan, serta berpresentasi. Aspek Keterampilan merupakan salah satu aspek penting
karena dengan ketrampilan siswa dapat menyalurkan pengetahuannya sehingga
pengetahuan tidak hanya menjadi teori semata.
Aspek sikap merupakan aspek yang agak sulit untuk dinilai. Sikap meliputi sopan
santun, adab dalam belajar, absensi, sosial, dan agama. Diperlukan kerja sama yang baik
antara orang tua,guru mata pelajaran, wali kelas dan guru BK agar penilaian aspek ini
lebih optimal. Agar penilaian sikap dapat diterapkan setiap tatap muka, guru harus
menyiapkan lembar pengamatan penilaian sikap. Model pembelajaran Inkuiri merupakan
sebuah proses pembelajaran yang melibatkan siswa untuk melakukan pencarian dan
penemuan ilmu pengetahuan melalui proses berpikir secara kritis dan sistematis. Pada
dasarnya pengetahuan bukan hanya sejumlah fakta hasil dari mengingat, tetapi juga
meliputi hasil dari proses penemuan peserta didik dari hasil berpikir yang mereka lakukan
dalam mencari dan memahami konsep – konsep tertentu yang berkenaan dengan topik
pembelajaran yang telah ditentukan.
Belajar pada dasarnya dapat kita artikan sebagai sebuah proses pengembangan
mental seseorang (peserta didik) yang tidak hanya terjadi secara mekanis. Melalui proses
pengembangan mental itulah, diharapkan supaya peserta didik dapat berkembang secara
utuh baik dari segi intelektual, mental, emosi dan kepribadian mereka. Oleh karena itu
dalam penggunaan model pembelajaran ini, diharapkan guru tidak hanya memberikan
sejumlah materi kepada peserta didik untuk dihafal semata sehingga siswa hanya mampu
menghapal materi tersebut tanpa mampu mengembangkannya sendiri. Dalam model
pembelajaran ini, guru harus merancang dan merencanakan sendiri materi pembelajaran
yang memungkinan melibatkan peserta didik secara aktif untuk dapat mengakses dan
menemukan sendiri materi ilmu pengetahuan sehingga peserta didik akan mendapatkan
pengalaman tersendiri (ilmu pengetahuan) dari materi yang telah dirancang tersebut.
Dari penjabaran konsep diatas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran inquiry
adalah pembelajaran yang berfokus pada penglibatan keseluruhan kemampuan peserta
didik yang meliputi aspek sikap peserta didik, aspek pengetahuan peserta didik dan aspek
keterampilan yang dimiliki peserta didik secara sistematis, kritis, logis dan analitis yanfg
digunakan untuk mencari dan menyelidiki suatu topik pembelajaran tertentu, benda,
manusia ataupun peristiwa. Sehingga dalam mencapai tujuan dari kurikulum K13 yaitu
menjadikan siswa lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) dapat menerapkan
model Inquiry.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari hasil penjelasan mengenai inkuiri sebagai model dalam pembelajaran IPA dapat
disimpulkan yaitu :

1. Pembelajaran inkuiri adalah suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan


secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara
sistematis, logis, analitis, sehingga siswa dapat merumuskan sendiri penemuannya
dengan penuh percaya diri. Konsep dari pembelajaran inkuiri adalah secara umum
menekankan pertanyaan dan gagasan yang memotivasi siswa untuk melakukannya
ingin belajar lebih banyak dan menciptakan cara untuk mengkomunikasikan apa
yang telah mereka pelajari.
2. Ciri dari pembelajaran Inkuiri adalah menekankan kepada aktivitas siswa secara
maksimal untuk mencari dan menemukan, siswa diarahkan untuk mencari dan
menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan
dapat menumbuhkan sikap percaya diri, tujuan dari penggunaan model
pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara kritis.
3. Penggunaan inkuiri dalam pembelajaran IPA harus memperhatikan beberapa
prinsip, yaitu berorientasi pada pengembangan intelektual (pengembangan
kemampuan berfikir), prinsip interaksi (interaksi antara siswa maupun interaksi
siswa dengan guru bahkan antara siswa dengan lingkungan), prinsip bertanya (guru
sebagai penanya), prinsip belajar untuk berfikir (learning how to think), prinsip
keterbukaan (menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa
mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis
yang diajukan.
DAFTAR PUSTAKA

Joyce, B dan Marsha Weil. 2003. Models of Teaching Fifth Edition. New Delhi: Prentice
Hall of India Private Limited.

Kuhltau, Carol C dan Maniotes, Leslie. 1937. Guided Inquiry. United States of Amerika :
Libraries Unlimited

Mulyasa. 2005. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan


Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosda Karya

Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.


Jakarta: Kencana

Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu, Konsep, Strategi dan Implementasinya


Jakarta : Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai