Antennas

7.1 Vector and Scalar Potential Functions 210

7.2 Fields of an Infinitesimal Antenna 212

Humans have invented devices that produce electromagnetic energy for communication, sensing
and detection, and other needs. Whatever the purposes, a system must transmit the
electromagnetic energy in a desirable manner. Transmission lines and waveguides are examples of
such systems. Another way to transmit electromagnetic energy is to send it through the air, as in.
radio or television broadcasting, or by point-to-point microwave links. For broadcasting systems, the
electromagnetic signal must cover a wide area; but, for point-to-point communication, the signal is
narrowly limited. The device for radiating and receiving radio waves is an antenna. In this chapter we
shall study a few simple antenna systems. The purpose is to obtain some ideas about designing or
using antennas so that they will radiate or receive electromagnetic waves in the manner appropriate
for certain special applications.

Manusia telah menemukan perangkat yang menghasilkan energi elektromagnetik untuk komunikasi,
penginderaan dan deteksi, dan kebutuhan lainnya. Apapun tujuannya, sistem harus mengirimkan
energi elektromagnetik dengan cara yang diinginkan. Jalur transmisi dan pandu gelombang adalah
contoh dari sistem semacam itu. Cara lain untuk memancarkan energi elektromagnetik adalah
dengan mengirimkannya melalui udara, seperti siaran radio atau televisi, atau melalui sambungan
gelombang mikro titik-ke-titik. Untuk sistem penyiaran, sinyal elektromagnetik harus mencakup area
yang luas; tetapi, untuk komunikasi point-to-point, sinyalnya sangat terbatas. Perangkat untuk
memancarkan dan menerima gelombang radio adalah antena. Dalam bab ini kita akan mempelajari
beberapa sistem antena sederhana. Tujuannya adalah untuk mendapatkan beberapa ide tentang
perancangan atau penggunaan antena sehingga mereka akan memancarkan atau menerima
gelombang elektromagnetik dengan cara yang sesuai untuk aplikasi khusus tertentu.

7.1. VECTOR AND SCALAR POTENTIAL FUNCTIONS

Fungsi potensial fektor dan skalar

To send electromagnetic waves into a medium, one must maintain oscillating currents somewhere in
the medium. This fact is evident from Maxwell's equations (2.28a) and (2.28b), which are repeated
below:

Untuk mengirim gelombang elektromagnetik ke dalam medium, seseorang harus mempertahankan

arus osilasi di suatu tempat di dalam medium tersebut. Fakta ini terbukti dari persamaan Maxwell
(2.28a) dan (2.28b), yang diulangi di bawah ini

∇ × E=− jωμ H
∇ × H=J + jωϵ E
When the current J is known, the above equations can be solved for E and H . These Maxwell's
equations can also be solved through two auxiliary functions called the vector and the scalar
potentials A and Φ . We will first express the electromagnetic fields by these potential functions,
then obtain partial differential equations for A and Φ , and finally find solutions of A and Φ , from
which we can calculate E and H . The introduction of the potential functions will also facilitate the
solution of the Maxwell's equations, as we shall demonstrate in this section.
Ketika arus J diketahui, persamaan di atas dapat diselesaikan untuk E dan H. Persamaan Maxwell ini
juga dapat diselesaikan melalui dua fungsi bantu yang disebut vektor dan potensial skalar A dan Φ.
Pertama-tama kita akan mengekspresikan medan elektromagnetik dengan fungsi potensial ini,
kemudian mendapatkan persamaan diferensial parsial untuk A dan Φ, dan akhirnya menemukan
solusi dari A dan Φ, yang darinya kita dapat menghitung E dan H. Pengenalan fungsi potensial juga
akan memfasilitasi solusi persamaan Maxwell, seperti yang akan kita tunjukkan di bagian ini.

The vector potential A. is defined as

Potensi vektor A. didefinisikan sebagai

B=∇ × A( definition of Á )
Note that Maxwell's equation ∇ . B=0 is now automatically satisfied because the divergence of a
curl of a vector is identically equal to zero [see (2.11a)].

Perhatikan bahwa persamaan Maxwell ∇.B = 0 sekarang secara otomatis terpenuhi karena divergensi
kurva vektor identik dengan nol [lihat (2.11a)].

Substituting (7.1)in Faraday's law ∇ × E=− jω B yields

Mengganti (7.1) dalam hukum Faraday ∇ × E = -jωB menghasilkan

∇ × ( E+ jω A ) =0
Because the curl of the gradient of a scalar is identically equal to zero, we choose the following
equation to define the scalar potential Φ :

Karena lengkungan gradien skalar identik dengan nol, kami memilih persamaan berikut untuk
menentukan potensial skalar Φ:

E=− jωA−∇ Φ ( definition of Φ )

The Lorentz condition is chosen in accordance with the principle of relativity.

Substituting (7.1)and (7.3)in (2.28b) yields

Kondisi Lorentz dipilih sesuai dengan prinsip relativitas.

Mengganti hasil (7.1) dan (7.3) di (2.28b)

∇ × ( ∇ × A )= jωμϵ (− jω A−∇ Φ ) + μ J

Noting the vector identity ∇ × ( ∇ × A )=∇ ( ∇ . A ) −∇ 2 A and applying the a Lorentz condition (7.4),
we obtain

Memperhatikan identitas vektor ∇ × (∇ × A) = ∇ (∇.A) -∇ ^ 2 A dan menerapkan kondisi Lorentz (7,4),

kita mendapatkan

∇ 2 A+ ω2 μϵ A=−μ J (differrential equation for Á)

Substituting (7.3) in ∇ . E=ρv /ϵ and applying the Lorentz condition, we find

2 2 −ρ v
∇ Φ +ω μϵ Φ= ( differential equation for Φ )
ϵ
Equations (7.5) and (7.6) contain four scalar equations, which are known as the inhomogeneous
Helmholtz wave equations. The mathematical procedure leading to the solution of the Helmholtz
equation is complicated and lies beyond the scope of this book.** However, the results are relatively
simple and have wide applications. Thus, we shall state the results in the following two equations
and fully explore their applications in this and later chapters.

Persamaan (7.5) dan (7.6) mengandung empat persamaan skalar, yang dikenal sebagai persamaan
gelombang Helmholtz yang tidak homogen. Prosedur matematika yang mengarah ke penyelesaian
persamaan Helmholtz rumit dan berada di luar cakupan buku ini. ** Namun, hasilnya relatif
sederhana dan memiliki penerapan yang luas. Jadi, kami akan menyatakan hasil dalam dua
persamaan berikut dan sepenuhnya mengeksplorasi aplikasinya dalam bab ini dan selanjutnya.
'

e− jk ∨r−r ∨¿
❑
μ
A ( r )= ∭ dV ' J (r ' ) ¿¿
4π v ¿ r−r ' ∨¿

Solution for Á∧Φ

'
❑ − jk ∨r−r ∨¿
1 ' e
Φ (r )= ∭ dV ' ρ v (r ) ¿¿
4π v ¿ r −r ' ∨¿
where k =ω √ μϵ , r is the vector indicating the position of the potentials, r' is the position vector of
the sources, and ¿ r−r ' ∨¿ is the distance between the observation point r and the source point r'.
The integration extends over all points r'here the source is not zero (Figure 7.1).

dengan k = ω√μϵ, r adalah vektor yang menunjukkan posisi potensial, r 'adalah vektor posisi sumber,
dan | r-r ^' | adalah jarak antara titik observasi r dan titik sumber r '. Integrasi meluas ke semua titik
di mana sumbernya tidak nol (Gambar 7.1).

The vector potential A at r is obtained by integrating the current

J at r'.

Potensial vektor A pada r diperoleh dengan mengintegrasikan arus J pada r '.

We have now shown that if the sources are specified, instead of solving the original Maxwell's
equations, we can calculate the vector potential A and the scalar potential Φ by using (7.7) and (7.8).
We can then obtain the electric and magnetic fields from (7.3) and (7.1),respectively.

Kami sekarang telah menunjukkan bahwa jika sumber ditentukan, alih-alih menyelesaikan
persamaan Maxwell asli, kita dapat menghitung potensial vektor A dan potensial skalar Φ dengan
menggunakan (7.7) dan (7.8). Kemudian kita dapat memperoleh medan listrik dan magnet masing-
masing dari (7.3) dan (7.1).

7.2 FIELDS OF AN INFINITESIMAL ANTENNA

2 BIDANG ANTENA INFINITESIMAL

An infinitesimal antenna is an extremely short and thin wire driven by a current source, usually
located at its center. Assume the antenna has an infinitesimal length Δ z , a cross-sectional area Δ A ,
and a constant current I. Its current density J(r') (amperes per square meter) multiplied by Δ A is
equal to I. Because the antenna source occupies an infinitesimal volume, the differential volume b,
ΔV ' = Δ A Δ z multiplied by J(r') gives
Antena yang sangat kecil adalah kabel yang sangat pendek dan tipis yang digerakkan oleh sumber
arus, biasanya terletak di tengahnya. Asumsikan antena memiliki panjang sangat kecil Δz, luas
penampang ΔA, dan arus konstan I. Densitas arus J (r ') (ampere per meter persegi) dikalikan dengan
ΔA sama dengan I.Karena sumber antena menempati volume sangat kecil, volume diferensial b, ΔV ^
'= ΔA Δz dikalikan dengan J (r') menghasilkan

ΔV ' J ( r ' )=I Δ z ^z

Placing the infinitesimal antenna at the origin, we may set r'= 0 and obtain from (7.7)

Menempatkan antena sangat kecil di tempat asal, kita dapat mengatur r '= 0 dan memperoleh dari
(7.7)
− jkr
μ IΔ z e
A= ^z ( vector potential generated by an infinitesimal antenna )
4 πr
potensi vektor yang dihasilkan oleh antena yang sangat kecil

To calculate the magnetic field from (7.1),we first resort to a discussion of spherical coordinate
systems.

In spherical coordinates, a point P is space is represented by three coordinates, r, θ , and ϕ , as shown

in Figure 7.2, where

Untuk menghitung medan magnet dari (7.1), pertama-tama kita menggunakan diskusi tentang
sistem koordinat bola.

Dalam koordinat bola, titik P adalah ruang yang diwakili oleh tiga koordinat, r, θ, dan ϕ, seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 7.2, di mana

r =thelength OP
θ=the angle between the z axis∧OP
θ=the angle between the z axis∧OA , which isthe projection of OP on the x − y plane
( spherical coordinates )
sudut antara sumbu z dan OA yang merupakan proyeksi OP pada bidang x-y

(koordinat bola)

Figure 7.2 Spherical coordinates

Directions of a vector can also be expressed in spherical coordinates by three unit vectors r^ , θ^ , and ϕ
^
, where

r^ =theunit vector ∈the direction of increasing r

^
θ=the unit vector ∈the direction of increasing θ
ϕ^ =the unit vector∈the direction of increasing ϕ
( unit vectors∈ sphericalcoordinates )
Arah suatu vektor juga dapat dinyatakan dalam koordinat bola dengan tiga vektor satuan r ̂, θ ̂, dan
ϕ ̂, di mana

r ̂ = vektor satuan ke arah kenaikan r

θ ̂ = vektor satuan ke arah kenaikan θ

ϕ ̂ = vektor satuan ke arah kenaikan ϕ

(vektor satuan dalam koordinat bola)

Bear in mind that all of the three unit vectors in spherical coordinates depend on the location of the
^
vector. For instance, at point B, r^ = ^x , θ=− ^
^z, and ϕ^ =^y ; at point C, r^ = ^y , θ=− ^z , and ϕ^ =−^x , and
^
at point D, r^ = ^z , θ and ϕ
^ are not defined. The divergence and the curl operator on a vector A in the
spherical coordinate system are given as follows:

Ingatlah bahwa ketiga vektor satuan dalam koordinat bola bergantung pada lokasi vektor. Misalnya,
pada titik B, r ̂ = x ̂, θ ̂ = -z ̂, dan ϕ ̂ = y ̂; pada titik C, r ̂ = y ̂, θ ̂ = -z ̂, dan ϕ ̂ = -x ̂, dan pada titik D, r ̂ = z ̂,
θ ̂ dan ϕ ̂ tidak ditentukan. Divergensi dan operator curl pada vektor A dalam sistem koordinat bola
diberikan sebagai berikut

1 ∂ 2 1 ∂
∇. A≡ ( r A r )+ r sinθ ∂θ ¿
r 2
∂ r

1 ∂ ∂A 1 1 ∂ Ar ∂ ∂ Ar
^ 1 ∂ ( r A θ )−
∇× A≡ [
r sinθ ∂ r
( A ϕ sin θ )− ϕ r^ +
∂ϕ ] [ − ( r A ϕ ) θ+
r sin θ ∂ ϕ ∂ r r ∂r ∂θ ] [
ϕ^ ]
r^ r θ^ r sinθ ϕ^
¿ 2
1 ∂
r sinθ ∂ r
Ar
| ∂
∂θ
∂
∂ϕ
r A θ r sin θ A ϕ
|
The gradient and Laplacian of scalar function P takes the following forms:

Gradien dan Laplacian dari fungsi skalar P mengambil bentuk berikut:

∂ 1 ∂ 1 ∂
∇ ψ =^r ψ+ θ^ ψ + ϕ^ ψ
∂r r ∂θ r sinθ ∂ ϕ

1 ∂ 2 ∂ψ 1 ∂ ∂ψ 1 ∂2 ψ
2
∇ ψ=
r2 ∂r
r( + )
∂ r r 2 sinθ ∂θ
sinθ ( + )
∂ θ r 2 sin 2 θ ∂ ϕ2

We now apply (7.12) to evaluate B from (7.1). First, we qote that ^z =r^ cos θ− θ^ sin θ . We obtain

Kami sekarang menerapkan (7.12) untuk mengevaluasi B dari (7.1). Pertama, kita katakan bahwa z ̂ =
r ̂ cos⁡θ-θ ̂ sin⁡θ. Kami mendapatkan

1 jk I ∆ z e− jkr 1
H= ∇ × A=ϕ^
μ 4 πr
1+ (
jkr
sin θ )
The corresponding electric field E is calculated from Ampere's law. Outside the dipole source

Medan listrik E yang sesuai dihitung dari hukum Ampere. Di luar sumber dipol

1 μ jk I ∆ z e− jkr ^ 1 1 1 1
E=
jωϵ
∇ × H=
ϵ √ 4 πr
× r
{[
+
jkr ( jkr ) 2
]
2 cos θ+ θ^ 1+
[ +
jkr ( jkr )2
sinθ
] }
Thus, the magnetic field has only ϕ components circulating around the dipole, whereas the electric
field lies in planes containing the dipole axis and possesses no ϕ component.

Jadi, medan magnet hanya memiliki ϕ komponen yang bersirkulasi di sekitar dipol, sedangkan
medan listrik terletak pada bidang yang mengandung sumbu dipol dan tidak memiliki komponen..

Hertzian Dipoles

The small antenna 'that we just described has a constant-current distribution over the dipole length
∆ z . To see how this distribution is possible, consider two charge reservoirs separated by ∆ z . At one
instant of time, say t = 0, one of the two

Antena kecil 'yang baru saja kami jelaskan memiliki distribusi arus konstan pada panjang dipol ∆z.
Untuk melihat bagaimana distribusi ini dimungkinkan, pertimbangkan dua reservoir muatan yang
dipisahkan oleh ∆z. Pada satu waktu, katakan t = 0, salah satu dari keduanya

reservoirs is full of positive charge +q, and the other has an equal amount of negative charge —q
(Figure 7.3). At t = T/4, the charges from the two reservoirs neutralize each other as a result of the
constant current flow I. The current flow exchanges the polarities of the two charge distributions
after a half cycle, and the process continues at the angular frequency ω=2 π /T . This model
constitutes an oscillating dipole with a dipole moment defined by

reservoir penuh dengan muatan positif + q, dan reservoir lainnya memiliki muatan negatif yang sama
—q (Gambar 7.3). Pada t = T / 4, muatan dari dua reservoir saling menetralkan akibat aliran arus
konstan I. Aliran arus menukar polaritas dari dua distribusi muatan setelah setengah siklus, dan
proses berlanjut pada frekuensi sudut. ω = 2π / T. Model ini merupakan dipol berosilasi dengan
momen dipol yang ditentukan oleh
p=q ∆ z

Figure 7.3 Oscillating Hertzian dipole.

Time derivative of p constitutes the current I ∆ z :

Gambar 7.3 Dipol Hertzian Berosilasi.

Turunan waktu p merupakan arus I ∆z:

I ∆ z = jωp
This oscillating dipole is known as the Hertzian dipole. It is the simplest radiator, and longer or more
complex antennas can be thought of as the superposition of «lttI many Hertzian dipoles.

Dipol berosilasi ini dikenal sebagai dipol Hertzian. Ini adalah radiator paling sederhana, dan antena
yang lebih panjang atau lebih kompleks dapat dianggap sebagai superposisi dari banyak dipol
Hertzian.

Radiation Fields of a Hertzian Dipole Antenna

Bidang Radiasi dari Antena Dipol Hertzian

Radiation fields occur at great distances from the Hertzian dipole such that kr =2 π /λ ≫ 1, with only
terms involving 1/kr dominant. The radiation fields of the Hertzian dipole antenna are

Medan radiasi terjadi pada jarak yang sangat jauh dari dipol Hertzian sehingga kr = 2π / λ≫1, dengan
hanya suku yang melibatkan dominan 1 / kr. Bidang radiasi antena dipol Hertzian adalah

jk I ∆ z e− jkr
H= ϕ^ sin θ
4 πr
(radiation fields generated by a Hertzian dipole antenna)

(bidang radiasi yang dihasilkan oleh antena dipol Hertzian)

μ jk I ∆ z e− jkr
E=
√ ϵ 4 πr
sinθ

At great distances from the antenna, the electromagnetic fields resemble those of a uniform plane
wave. Comparing (7.17) with the uniform plane wave discussed in Chapter 3, we notice the following
similarities and differences.
Similarities:

Pada jarak yang sangat jauh dari antena, medan elektromagnetik menyerupai gelombang bidang
yang seragam. Membandingkan (7.17) dengan gelombang bidang seragam yang dibahas dalam Bab
3, kita melihat persamaan dan perbedaan berikut.

Kesamaan:

1. The E field, the H field, and the propagation path are perpendicular.
2. E and H are in phase and their magnitudes are related by the intrinsic impedance of the
μ
mediumη=
√ ϵ
Bidang E, bidang H, dan jalur propagasi tegak lurus.
E dan H berada dalam fase dan besarnya dihubungkan oleh impedansi intrinsik medium

Differences:

1. E and H decay as 1/r for a dipole field but remain constant for a uniform plane wave.
2. Field intensity is a function of 0 for a dipole but is a constant for a uniform plane wave.
3. The constant phase surface is spherical for a dipole field but is planar for a uniform plane
wave.
4. The wave radiated by the dipole travels in the radial direction with a velocity given by ω /k ,
whereas a uniform plane wave travels with the same velocity in a axed direction.
 Perbedaan:
 E dan H meluruh sebagai 1 / r untuk bidang dipol tetapi tetap konstan untuk gelombang
bidang seragam.
 Intensitas medan adalah fungsi 0 untuk dipol tetapi merupakan konstanta untuk
gelombang bidang seragam.
 Permukaan fase konstan berbentuk bola untuk bidang dipol tetapi planar untuk
gelombang bidang seragam.
 Gelombang yang diradiasikan oleh dipol bergerak dalam arah radial dengan kecepatan
yang ditentukan oleh ω / k, sedangkan gelombang bidang seragam bergerak dengan
kecepatan yang sama dalam arah sumbu.

Radiation Patterns

Pola Radiasi

In the radiation field, the magnitude of I E I can be plotted at a constant radius r

Dalam bidang radiasi, besarnya I E I dapat diplot pada radius konstan r

μ jk |I |∆ z e− jkr
|Eθ|= √ ϵ 4 πr
|sinθ|

Thus, |Eθ|is a maximum at θ=π /2 and zero at θ=0

Jadi, | E_θ | adalah maksimum pada θ = π / 2 dan nol pada θ = 0

Figure 7.4a shows a 3-d plot of |Eθ|, normalized so that the maximum value (on the 0 = 90 plane) is
equal to I V/m. Figure 7.4b shows the cross-sectional view of the field pattern at the x-z plane. The
plots are called radiation field patterns. The radiation field pattern of a Hertzian dipole can be
visualized as a doughnut without a hole.

Gambar 7.4a menunjukkan plot 3-hari | E_θ |, dinormalisasi sehingga nilai maksimum (pada bidang
0 = 90) sama dengan I V / m. Gambar 7.4b menunjukkan penampang melintang dari pola bidang
pada bidang x-z. Plot tersebut disebut pola medan radiasi. Pola medan radiasi dari dipol Hertzian
dapat divisualisasikan sebagai donat tanpa lubang.

The time-average power density radiated by the infinitesimal antenna in the radiation zone is readily
calculated from

Densitas daya rata-rata waktu yang dipancarkan oleh antena yang sangat kecil di zona radiasi dapat
dihitung dengan mudah

⟨ S ⟩= 1 ℜ [ E × H ¿ ] =r^ 1 μ | H ϕ|2
2 √
2 ϵ
(time−average Poynting generated by the dipole antenna)
(Poynting rata-rata waktu yang dihasilkan oleh antena dipol)
2
η k |I |∆ z
¿ r^ (
2 4 πr ) sin2 θ

Figure 7.5 plots the magnitude of ⟨ S r ⟩ on the x-z and x-y planes. These patterns are known as the
radiation power patterns.

Gambar 7.5 menggambarkan besarnya S_r〉 pada bidang x-z dan x-y. Pola-pola ini dikenal sebagai
pola daya radiasi
Figure 7.4 Normalized radiation field patterns of a Hertzian dipole: (a) 3-d view, (b) cross-sectional
view cut along the x-z plane.

Gambar 7.4 Pola medan radiasi yang dinormalisasi dari dipol Hertzian: (a) tampilan 3-d, (b) potongan
tampilan penampang sepanjang bidang x-z.

Figure 7.5 Radiation power patterns of a Hertzian dipole: (a) on the x-z plane. (b) on the x-y plane.

Gambar 7.5 Pola daya radiasi dari dipol Hertzian: (a) pada bidang x-z. (b) pada bidang x-y.
Antenna Chain

Rantai Antena

The total power radiated by the antenna is calculated by integrating the Poynting power density
over the surface of the sphere at r. The integration surface element is r 2 sin θ dθ dϕ .We find from
(7.18)the total radiated power

Daya total yang diradiasikan oleh antena dihitung dengan mengintegrasikan kepadatan daya
Poynting di atas permukaan bola di r. Elemen permukaan integrasi adalah r ^ 2 sin⁡〖θ dθ dϕ.〗 Kita
temukan dari (7.18) total daya yang dipancarkan
2π π
P=∫ dϕ∫ dθ r 2 sin θ ⟨ S r ⟩
0 0

2 π 2
η kI ∆ z 4 π kI ∆ z
¿ | |
2 4π
2 π ∫ dθ sin2 θ=
0 3
η
4π | |
The antenna directive gain D(θ , ϕ) is defined as the ratio of the Poynting power density ⟨ S r ⟩, which
is a function of angle, over P divided by the area of the sphere:

Penguatan direktif antena D (θ, ϕ) didefinisikan sebagai rasio kerapatan daya Poynting 〈S_r〉, yang
merupakan fungsi sudut, di atas P dibagi dengan luas bola:

⟨ Sr ⟩
3
D ( θ , ϕ )= = sin2 θ 2
P/4 π r 2
Thus, in the direction θ=π /2, the gain is 1.5, whereas at θ=0the gain is zero. The plot of ( θ , ϕ ) , as
shown in Figure 7.6, is known as the gain pattern. The directivity of an antenna is defined as the
value of the gain in the direction of its nial I (I maximum value. Thus, the directivity of a Hertzian
dipole is 1.5.

Jadi, pada arah θ = π / 2, gainnya 1,5, sedangkan pada θ = 0 gainnya nol. Plot (θ, ϕ), seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 7.6, dikenal sebagai pola penguatan. Directivity antena didefinisikan
sebagai nilai gain pada arah akhir I (nilai maksimum I. Dengan demikian, directivity dipol Hertzian
adalah 1,5.

Capacitor-Plate Antennas

Antena Pelat Kapasitor

Rigorously, a short current-carrying wire cannot be rregarded as a small dipole with constant
current. The current on a short wire must fall to zero at both ends of the wire. One structure that
carries almost uniform current is the capasitor-plate antenna, a short wire with two plates attached
to its ends, as shown in Figure 7.7. The current on the wire is almost uniform, and the currents on
the plates are radial and flow in opposite directions, so that they do not contribute significantly to
the radiation fields. Therefore, for all practical purposes the lie « capacitor-plate antenna can be
regarded as a Hertzian dipole

Secara ketat, kabel pembawa arus pendek tidak dapat dianggap sebagai dipol kecil dengan arus
konstan. Arus pada kabel pendek harus jatuh ke nol di kedua ujung kabel. Salah satu struktur yang
membawa arus yang hampir seragam adalah antena pelat kapasitor, sebuah kabel pendek dengan
dua pelat terpasang di ujungnya, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 7.7. Arus pada kawat
hampir seragam, dan arus pada pelat bersifat radial dan mengalir ke arah yang berlawanan, sehingga
tidak memberikan kontribusi yang signifikan pada bidang radiasi. Oleh karena itu, untuk semua
tujuan praktis antena pelat-kapasitor kebohongan dapat dianggap sebagai dipol Hertzian

Figure 7.6 Gain patterns of a Hertzian dipole: (a) on the x-z plane. (b) on the x-Y plane

Gambar 7.6 Pola penguatan dipol Hertzian: (a) pada bidang x-z. (b) pada bidang x-Y

Figure 7.7 Capacitor-plate antenna, The plates serve as charge reservoirs so that a constant t current
can be maintained on the vertical section of the antenna

Gambar 7.7 Antena pelat kapasitor, Pelat berfungsi sebagai reservoir muatan sehingga arus t yang
konstan dapat dipertahankan pada bagian vertikal antena

Short Dipole Antennas

Antena Dipol Pendek

As mentioned earlier, the current on a short wire must fall to zero at both ends of the wire. Thus, a
good approximation of the current on a short dipole antenna is a triangular distribution —that is, the
current decreases linearly from the center toward both ends, as shown in Figure 7.Sa. Equations
(7.13) and (7.14) give an approximation of the electromagnetic fields produced by this antenna,
provided that the I in these equations is replased by 0.5I. In other words, the short dipole antenna
shown in figure 7.8a is equivalent to the short Hertzian dipole or the short capacitor-plate antenna
shown in figure 7.8b and 7.8c, respectively. The latter two carry half of the current at the center than
does the short dipole. Analytical proof of this statement is given in the next section.
Seperti disebutkan sebelumnya, arus pada kabel pendek harus jatuh ke nol di kedua ujung kabel.
Jadi, perkiraan yang baik dari arus pada antena dipol pendek adalah distribusi segitiga — yaitu, arus
menurun secara linier dari pusat menuju kedua ujungnya, seperti yang ditunjukkan pada Gambar
7.Sa. Persamaan (7.13) dan (7.14) memberikan perkiraan medan elektromagnetik yang dihasilkan
oleh antena ini, asalkan I dalam persamaan ini diganti dengan 0,5I. Dengan kata lain, antena dipol
pendek yang ditunjukkan pada gambar 7.8a setara dengan dipol Hertzian pendek atau antena pelat
kapasitor pendek yang ditunjukkan masing-masing pada gambar 7.8b dan 7.8c. Dua yang terakhir
membawa separuh arus di tengah daripada dipol pendek. Bukti analitis dari pernyataan ini diberikan
di bagian selanjutnya

Figure 7.8. these three antennas produce approximately the same electromagnetic fields: (a) short
dipole, (b) Hertzian dipole, and (c) capacitor-plate antenna

Gambar 7.8. ketiga antena ini menghasilkan medan elektromagnetik yang kira-kira sama: (a) dipol
pendek, (b) dipol Hertzian, dan (c) antena pelat kapasitor

Example 7.1

If the length and the radius of a wire antenna are much smaller than the wavelength, then (7.19) can
be used to compute its total radiated power.

Calculate the total power radiated by a small capacitor-plate antenna. Assume that the antenna
transmits AM radio frequency of 1 MHz, ∆ z=1 m , the radius of the wire=0.3 cm, and I=1 A.

Contoh 7.1

Jika panjang dan jari-jari antena kawat jauh lebih kecil daripada panjang gelombang, maka (7.19)
dapat digunakan untuk menghitung daya radiasi totalnya.

Hitung daya total yang dipancarkan oleh antena pelat kapasitor kecil. Asumsikan antena
memancarkan frekuensi radio AM sebesar 1 MHz, ∆z = 1 m, jari-jari kabel = 0,3 cm, dan I = 1 A.

Solution

We first calculate the wavelength of the signal to see whether (7.19) is applicable.

Pertama-tama kami menghitung panjang gelombang sinyal untuk melihat apakah (7.19) dapat
diterapkan.

3× 108
λ= =300
106
 λ
Thus, the antenna is long, and the radius of the brass wire is 1 ×10−5 λ . Both are much shorter
300
than a wavelength, and consequently (7.19) is applicable.

Dengan demikian, panjang antena λ / 300, dan jari-jari kabel kuningan adalah 1 × 10 ^ (- 5) λ.
Keduanya jauh lebih pendek dari panjang gelombang, dan akibatnya (7.19) dapat diterapkan

2π 2
Pt =
120 π × ( )
300
=4,39 mW
12 π
Example 7.2

This example shows the difference and similarity between a short dipole and a capacitor-plate
antenna. They have similar radiation patterns, but the radiated powers are different because the
current on the short dipole tapers off toward the ends

Contoh ini menunjukkan perbedaan dan kesamaan antara dipol pendek dan antena pelat kapasitor.
Mereka memiliki pola radiasi yang serupa, tetapi kekuatan yang dipancarkan berbeda karena arus
pada dipol pendek mengecil ke ujung

The capacitor-plate antenna in the previous example is to be replaced by a short dipole. The
frequency is still 1 MHz; the current at the center of the short dipole is 1 A; the radius of the wire is
0,3 cm; and the radiated power needs to be the same as that of the capacitor-plate antenna—that
is, 4,39 mW. How long should the short dipole antenna be?

Antena pelat kapasitor pada contoh sebelumnya harus diganti dengan dipol pendek. Frekuensinya
masih 1 MHz; arus di tengah dipol pendek adalah 1 A; jari-jari kawat adalah 0,3 cm; dan daya yang
dipancarkan harus sama dengan yang ada pada antena pelat kapasitor — yaitu 4,39 mW. Berapa
panjang antena dipol pendek?

Solution

The radiated power of a a short dipole antenna is given by (7.19), with I=1/2 A. Thus, to have the
λ
same power, ∆ z must be doubled—thai is, the short dipole should be 2 m long, which long and
150
still much shorter than λ .

Daya radiasi antena dipol pendek diberikan oleh (7.19), dengan I = 1/2 A. Jadi, untuk memiliki daya
yang sama, ∆z harus digandakan — artinya, panjang dipol pendek harus 2 m, yang mana λ / 150
panjang dan masih lebih pendek dari λ.

Example 7.3

This example illustrates that the electric field of a dipole antenna varies li„) with the distance r as
well as with the angle θ

Contoh ini menggambarkan bahwa medan listrik antena dipol bervariasi li „) dengan jarak r serta
dengan sudut θ

Assume that the transmitting antenna of a station is a small vertical dipole on the surface of the
ground. A person with a receiver is 5 km from the transmitter. What are the minimum distances
{horizontal and vertical) that this person must move to detect a 3-dB change in the signal intensity?
Asumsikan bahwa antena pemancar stasiun adalah dipol vertikal kecil di permukaan tanah.
Seseorang dengan penerima berjarak 5 km dari pemancar. Berapa jarak minimum {horizontal dan
vertikal) yang harus dipindahkan orang ini untuk mendeteksi perubahan 3-dB pada intensitas sinyal?

Solution

If the person has moved on the ground and directly away from the antenna, then using (7.17b) with
θ=900, we have
Jika orang tersebut telah pindah ke tanah dan langsung menjauh dari antena, maka menggunakan
(7.17b) dengan θ = 90 ^ 0, kita punya

E ( r' )
| E ( 5000 ) |
5000
= '
r
To convert into dB, we take the logarithm of the ratio to base 10 and multiply the result by 20:

Untuk mengonversi menjadi dB, kami mengambil logaritma rasio ke basis 10 dan mengalikan
hasilnya dengan 20:

20 log 10 ( 5000
r' )
=−3 dB

Solve for r', and the result is r' =7070 m.

If the person has moved vertically up h meters to detect a —3-dB signal difference, we have

Selesaikan untuk r ', dan hasilnya adalah r' = 7070 m.

Jika orang tersebut telah bergerak vertikal ke atas h meter untuk mendeteksi perbedaan sinyal —3-
dB, kami berhasil

5000 sinθ '

20 log 10
| |
r ' sin 900
=−3

where r' (5000 + h )'nd sin 0' 5000/r'

Solving for h we obtain h = 3211 m. Note that the direction of the E field at a height h is not parallel
to the E field at the ground. The direction 8 at the ground is different from that at height h.

dimana r '(5000 + h)' nd sin 0 '5000 / r'

Memecahkan h kita mendapatkan h = 3211 m. Perhatikan bahwa arah bidang E pada ketinggian h
tidak sejajar dengan bidang E di permukaan tanah. Arah 8 di tanah berbeda dengan di ketinggian h.

Electromagnetic Radiation from Cellular Telephones

Radiasi Elektromagnetik dari Telepon Seluler

Cellulas telephones transmit and receive signals to and from substations that are located throughout
a city. The substation that receives the clearest signal from the cellular phone puts the message into
the local or long-distance telephone network. The personal communication services (PCS) network is
similar to the cellular phone system. It provides both voice and data communications and is designed
for worldwide coverage. The 800 ti 3000 Hz frequency band has been assigned for these
communication devices.

Telepon seluler mengirimkan dan menerima sinyal ke dan dari gardu induk yang berlokasi di seluruh
kota. Gardu Induk yang menerima sinyal paling jelas dari telepon seluler menempatkan pesan ke
jaringan telepon lokal atau jarak jauh. Jaringan layanan komunikasi pribadi (PCS) mirip dengan
sistem telepon seluler. Ini menyediakan komunikasi suara dan data dan dirancang untuk jangkauan
di seluruh dunia. Pita frekuensi 800 ti 3000 Hz telah ditetapkan untuk perangkat komunikasi ini.

Because cellular phones or PCS units must communicate with substations that are typically located
several kilometers away, the radiation from these devices must be powerful enough to ensure signal
clarity. A typical device radiates about 0.1 to 1.0 W. This level of power and the proximity of the
antenna to the head has brought up safety concerns.**

Karena ponsel atau unit PCS harus berkomunikasi dengan gardu induk yang biasanya terletak
beberapa kilometer jauhnya, radiasi dari perangkat ini harus cukup kuat untuk memastikan
kejernihan sinyal. Perangkat tipikal memancarkan sekitar 0,1 hingga 1,0 W. Tingkat daya dan
kedekatan antena ke kepala ini menimbulkan masalah keamanan

Here we estimate the radiation power density from the antenna on a cellular phone, as shown in
Figure 7.9(a). Figure 7.9(b) shows the model of our computation. The antenna is modeled as a short
dipole, and the Poynting vector in the y direction is computed on the x-y plane y meters away from
the antenna. The Poynting vector is computed instead of the E or H field because the safety
guidelines shown in Figure 3.5 are expressed in terms of power at high frequencies

Di sini kami memperkirakan kepadatan daya radiasi dari antena pada telepon seluler, seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 7.9 (a). Gambar 7.9 (b) menunjukkan model komputasi kami. Antena
dimodelkan sebagai dipol pendek, dan vektor Poynting dalam arah y dihitung pada bidang x-y y
meter dari antena. Vektor Poynting dihitung alih-alih bidang E atau H karena pedoman keselamatan
yang ditunjukkan pada Gambar 3.5 dinyatakan dalam bentuk daya pada frekuensi tinggi

The H and E fields of an infinitesimal antenna are given by Equations (7.13) and (7.14).The
corresponding radiation fields are given by (7.17).To compute the Poynting vector, we can use either
(7.13)—(7.14) or (7.17) and obtain the same results (see Problem 7.8). The Poynting vector is given
by (7.18) and the- total radiated power is given by (7.19). Since the total radiated power usually is
provided by the phone manufacturer, we express the Poynting vector in terms of the total radiated
power P:

Bidang H dan E dari antena yang sangat kecil diberikan oleh Persamaan (7.13) dan (7.14]. Bidang
radiasi yang sesuai diberikan oleh (7.17]. Untuk menghitung vektor Poynting, kita dapat
menggunakan (7.13) - (7.14) atau (7.17) dan mendapatkan hasil yang sama (lihat Soal 7.8). Vektor
Poynting diberikan oleh (7.18) dan total daya radiasi diberikan oleh (7.19). Karena total daya yang
dipancarkan biasanya disediakan oleh pabrikan ponsel, kami menyatakan vektor Poynting dalam
istilah total daya yang dipancarkan P:

3P
⟨ S ⟩= 2
(sin θ)2 r^
8πr
The y component of the Poynting vector is

Komponen y dari vektor Poynting adalah

 3P
⟨ S y ⟩= 2
(sin θ)3 r^ sin ϕ
8π r
To facilitate the plotting of ⟨ S ⟩ on the x-z plane at a fixed y location, the above expression is
transformed into rectangular coordinates:

Untuk memfasilitasi plotting 〈S〉 pada bidang x-z di lokasi y tetap, ekspresi di atas diubah menjadi
koordinat persegi panjang:

3 P y (x2 + y 2 )
⟨ S y ⟩=
8 π r5
1
Where r =( x 2 + y 2+ z2 ) 2 . Figure 7.9(c) shows the plot of ⟨ S y ⟩ on the x-z plane

Di mana r = 〖(x ^ 2 + y ^ 2 + z ^ 2)〗 ^ (1/2). Gambar 7.9 (c) menunjukkan plot 〈S_y〉 pada bidang x-
z

Figure 7.9 Electromagnetic radiation from a cellular telephone. (a) A cellular phone. (b) The antenna
on the cellular phone is modeled as a short dipole and ⟨ S y ⟩ , the y component of the time-average
Poynting vector, is evaluated on a y = constant plane. (c) Plot of ⟨ S y ⟩ on y = 5 cm plane.

Gambar 7.9 Radiasi elektromagnetik dari telepon seluler. (a) Telepon seluler. (b) Antena pada
telepon seluler dimodelkan sebagai dipol pendek dan 〈S_y〉, komponen y dari vektor Poynting
rata-rata waktu, dievaluasi pada bidang y = konstan. (c) Plot 〈S_y〉 pada bidang y = 5 cm.
at y = 5 cm. It is assumed that the total radiated power of the cellular phone is 0.1 W.

pada y = 5 cm. Diasumsikan bahwa total daya pancaran dari telepon seluler adalah 0,1 W.

From Figure 7.9(c), we see that the peak power density is approximately 4.8 W/m, or 0.48 mW/cm .
It is just at the level recommended by the IEEE guidelines shown in Figure 3.5. It should be noted
that several approximations and assumptions are made here. First, the antenna is assumed to be a
short dipole. Second, it is assumed that the radiation power pattern is the same as that in free space.
In reality, of course, a user's head interacts with the antenna and the pattern is different from the
free-space pattern assumed here. Third, the radiated power is assumed to be 0.1 W and the spacing
between the antenna and the head is 5 cm. All these factors affect the computed result. In practice,
measurement of the radiation power should be carried out to ensure that the actual exposure
intensity satisfies the IEEE guidelines.

Dari Gambar 7.9 (c), kita melihat bahwa rapat daya puncak kira-kira 4,8 W / m, atau 0,48 mW / cm.
Ini hanya pada level yang direkomendasikan oleh pedoman IEEE yang ditunjukkan pada Gambar 3.5.
Perlu dicatat bahwa beberapa perkiraan dan asumsi dibuat di sini. Pertama, antena diasumsikan
sebagai dipol pendek. Kedua, diasumsikan bahwa pola daya radiasi sama dengan pola di ruang
bebas. Pada kenyataannya, tentu saja, kepala pengguna berinteraksi dengan antena dan polanya
berbeda dari pola ruang bebas yang diasumsikan di sini. Ketiga, daya radiasi diasumsikan 0,1 W dan
jarak antara antena dan head adalah 5 cm. Semua faktor ini mempengaruhi hasil yang dihitung.
Dalam praktiknya, pengukuran daya radiasi harus dilakukan untuk memastikan bahwa intensitas
paparan aktual memenuhi pedoman IEEE.