TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pendahuluan
desain elastis atau dalam peraturan AISC disebut allowable stress design method.
Perencana menghitung beban kerja atau beban yang akan dipikul oleh struktur dan
perhitungan dimensi elemen struktur didasarkan pada tegangan ijin. Daktilitas baja
telah ditunjukkan dapat memberikan kekuatan cadangan dan merupakan dasar dari
perencanaan plastis. Dalam metode ini, beban kerja dihitung dan dikalikan dengan
berdasarkan kekuatan runtuh. Nama lain dari metoda ini adalah perencanaan batas
yang dinamakan metode LRFD (Load and Resistance Factor Design) juga sering
Analisa atas dasar muatan batas pada dasarnya menggunakan analisa plastis
dimana kita menentukan pola pembagian sendi-sendi plastis di dalam konstruksi pada
plastis tersebut kita dapat menghitung besarnya muatan batas yang dinyatakan dalam
menerus ( continuous beam ), portal-portal dengan sambungan kaku dan struktur statis
Pada analisa konstruksi atas dasar muatan batas ini kita dapat menggunakan
Cara grafostatis
Cara mekanisme
Cara distribusi momen ini mirip dengan metode distribusi secara cross,
Semakin banyak derajat statis tak tentu suatu konstruksi maka semakin banyak
bagi kita untuk menentukan momen akhir secara tepat. Dengan cara mekanisme
permasalahan di atas akan lebih cepat memberikan hasil. Pada cara ini kita
yang dapat dirumuskan sebagai : bila suatu susunan gaya dalam kesetimbangan maka
kerja gaya dalam sama dengan kerja gaya luar (virtual displacement).
σ σy σy σy
1/2 d
d Me My My' Mp
1/2 d
b
σ σy σy σy
Gambar 2.1 (1) menunjukkan pembagian tegangan pada muatan kerja, gambar
2.1 (2) adalah pada waktu tegangan di serat-serat terjauh tepat mencapai tegangan
leleh.
Penambahan muatan lebih lanjut praktis tidak mengalami perlawanan lagi dari
penampang, dimana daerah plastis telah menjalar terus ke serat-serat yang lebih dalam
sampai pada akhitnya tegangan leleh mencapai garis berta atau garis netral dari
Sedangkan pada gambar 2.1 (4), penampang sudah mencapai plastis penuh
dan telah mencapai kapasitas maksimum efektifnya atau momen batasnya (Mp). Pada
kondisi ini, penampang tadi akan mengalami rotasi yang cukup besar tanpa terjadi
penambahan momen. Dengan kata lain, di titik tersebut telah terbentuk sendi plastis.
Penampang menjadi bersifat sebagai suatu sendi plastis setelah momen leleh (My)
tercapai, yaitu bahwa penambahan beban, penampang tidak dapat menerima momen
tambahan dan hanya mengalami rotasi saja. Beda antara sendi biasa dan sendi plastis
adalah pada sendi biasa momen yang bekerja pada sendi adalah nol, sedangkan pada
sendi plastis momen yang bekerja pada sendi adalah tetap (Mp).
Jadi,
Mp s
f = atau f =
My z
Harga dari faktor bentuk (shape factor) untuk beberapa penampang yang
Penampang I f = 1,15
Akibat gaya lintang pada tampang balok adalah lebih kompleks dibandingkan
efek gaya normalnya. Kombinasi antara geser dengan lentur akan terjadi tapi dalam
arah dua dimensi. Sebenarnya kombinasi antara keduanya dalam teori plastisitas
adalah sangat sukar, akan tetapi dapat dihitung berdasarkan metode pendekatan.
Dalam teori elastis untuk balok I, badan memikul penuh akibat tegangan geser
sedang sayap tidak memikul tegangan geser sama sekali. Seandainya anggapan ini
dipakai dalam analisa plastis maka problemnya dapat diselesaikan secara empiris
(Mises).
σy τ σy
merata τ maka :
F = (D − 2T )t.τ
F
τ=
(D − 2T )t
Menurut Mises σ 2 + 3τ 2 = σ y
2
σ2 3τ 2
+ =1
(σ y )2 (σ y )2
Jadi,
2
σ τ
= 1 − 3
σy σ
y
M p = BT (D − T )σ Y + (D / 2 − T ) tσ y , dibagi dengan σ y
2
Zpy = Zf + ( ½ D – T )2 t
Zp = Zf + {( ½ D –T )2 t }. σ/σy
τ = tegangan geser
T = tebal flens
σy
t
2 σy
D
P
σy
Misalkan beban aksial (normal) P bekerja pada garis netral tampang dan
P = 2βbdσy = β.Py
½ β2d.Py = ½ β2 d ( 2 b d σy ) = β2 b d2 σy = β2 Mpy
2 2
Mp P
+ =1
M P
py y
Mp = Mpy - β2 t D2 σy
P = 2 β t D σy
n = p / σy
p = P/A
maka,
Zp = Zpy - β2 t D2
dimana :
A = luas penampang
P = tegangan normal
σy = tegangan leleh
kategori yaitu :
P
≤ 0,15
Py
Mpc = Mp
ini.
M M M M2
M M M1' M1
β=0 β = -1,0 β = 1,0 β = M1/M2
Cek rasio luas penampang terhadap kemungkinan terjadi efek tekuk lokal
b. beam column dengan rasio beban tinggi (high load-ratio beam column)
P
〉 0,15
Py
Cek rasio luas penampang terhadap kemungkinan terjadi efek tekuk lokal
d
harus lebih kecil dari 1120 / fy
t
P 1+ β − λ
≤
Py 1 + β + λ
dimana :
L fy
λ=
π .r E
menerus, maka elemen pada struktur biasanya mengalami gaya aksial dan momen
lentur sekaligus. Untuk itu, sebuah persamaan interaksi yang menggunakan beban
seperti Amerika Serikat, Kanada, dll dan terbukti memiliki catatan yang memuaskan
sebagai berikut ( :
P CmM
+ ≤ 1,0
(
Pcr 1 − P Mm
Pe
)
Sumber : Robert Disque , Applied Plastic Design in Steel
dimana :
(
Kl / r 2 )
1 − Fy
2Cc 2
Fa =
F .S
2π 2 .E
Cc =
Fy
Pe = 1,92 A.F’e , kips , dimana F’e adalah tegangan Euler yang diizinkan sesuai
π 2 .E
F'e =
1,92(K .lb / rb )
2
Mm = momen maksimum yang bisa ditahan profil tanpa beban aksial, kips-ft
Mm = Mp
( l ry ) Fy
Mm = 1,07 − Mp ≤ Mp
3160
dengan bracing atau tanpa bracing, Cm = 0,85 untuk portal tanpa bracing
Berbeda dengan halnya metode ASD yang control utamanya adalah pada
tegangan yang terjadi pada suatu elemen, metode LRFD yang diperkenalkan oleh
AISC ini menggunakan faktor kelebihan beban dan koefisien reduksi kekuatan yang
Koefisien reduksi kekuatan bervariasi untuk berbagai jenis keadaan, misalnya batang
tarik, batang tekan, batang terlentur. Untuk lebih lengkapnya, dapat dilihat pada tabel
dibawah
Gaya geser yang terjadi pada profil sebagian besar dipikul oleh web jika web
dalam kondisi stabil (artinya ketidakstabilan akibat kombinasi geser dan lentur tidak
terjadi). Kuat geser nominal pelat web ditentukan oleh SNI 03-1729-2002 pasal 8.8.3
yaitu :
Vn = τ y . Aw ≈ 0,60. f yw . Aw
dengan :
h 1100
≤
tw f yw
φ v .Vn ≥ Vu
Suatu komponen struktur yang mengalami gaya tekan konsentris akibat beban
N u < φ c .N n
dengan :
φc = 0,85
Nu = beban terfaktor
f cr π 2 .E 1
= 2 = 2
f y λ . f y λc
λ fy
sehingga λc =
π E
fy
N n = Ag . f cr = Ag .
ω
1,43
Untuk 0,25 < λc < 1,2 maka ω =
1,6 − 0,67λc
Panjang Tekuk
Kolom dengan kekangan yang besar terhadap rotasi dan translasi pada ujung-
ujugnnya (contohnya tumpuan jepit) akan mampu menahan beban yang lebih besar
dibandingkan dengan kolom yang mengalami rotasi serta translasi pada bagian
tumpuan ujungnya. Semakin kecil panjang efektif suatu komponen struktur tekan,
SNI 03-1729-2002 pasal 7.6.3.1 memberikan daftar nilai faktor panjang tekuk
untuk berbagai kondisi tumpuan ujung dari suatu kolom. Nilai k ini diperoleh dengan
mengasumsikan bahwa kolom tidak mengalami goyangan atau translasi pada ujung-
ujung tumpuannya. Namun dalam kasus portal kaku yang diberi gaya horizontal
nomogram seperti pada gambar dibawah. Terlihat bahwa nilai k dalam nomogram
antara kekakuan komponen struktur yang dominan terhadap tekan (kolom) dengan
kekakuan komponen struktur yang relatif bebas terhadap gaya tekan (balok). Nilai G
I
∑ L
G= c
I
∑ L
b
a. untuk komponen struktur tekan yang dasarnya tidak terhubungkan secara kaku
pada pondasi (contohnya tumpuan sendi), nilai G tidak boleh diambil kurang dari
10
b. untuk komponen struktur tekan yang dasarnya terhubungkan secara kaku pada
Pada suatu komponen struktur terkadang efek gaya aksial maupun momen
lentur tidak dapat diabaikan salah satunya, kombinasi dari gaya aksial dan momen
column).
pasal 11.3 yang menyatakan bahwa suatu komponen struktur yang mengalami momen
lentur dan gaya aksial harus direncanakan untuk memenuhi ketentuan sebagai berikut:
Nu
Untuk ≥ 0,2
φ .N n
Nu 8 M ux M uy
+ + ≤ 1,0
φ .N n 9 φb .M nx φb .M ny
Nu
Untuk < 0,2
φ .N n
Nu M ux M uy
+ + ≤ 1,0
2.φ .N n φb .M nx φb .M ny
dengan :
Nn adalah tahanan tekan nominal dengan menganggap batang sebagai suatu elemen
tekan murni.
orde kedua. SNI 03-1729-2002 menyatakan bahwa pengaruh orde kedua harus
2. analisis orde kedua menurut cara-cara yang telah baku dan telah diterima secara
umum
Dalam hal ini, kita menggunakan cara yang pertama, yaitu analisis orde pertama
Untuk suatu komponen struktur tak bergoyang , maka besarnya momen lentur
M u = δ b .M ntu
Cm
δb = > 1,0
N
1 − u
N el
Nel adalah gaya tekan menurut Euler dengan kL/r terhadap sumbu lentur dan k
Cm = 0,6 – 0,4(M1/M2)
M u = δ b .M ntu + δ s .M ltu
Mltu adalah momen lentur terfaktor orde pertama yang diakibatkan oleh beban-
1
δs =
∆
1 − ∑ N u oh
HL
1
atau δ s =
1−
∑N u
∑N e2
dengan :
∑N u adalah jumlah gaya aksial tekan terfaktor akibat beban gravitasi untuk
yang ditinjau
1. Tata Cara Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan Gedung ( SNI 03-1729-
2002)
2. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung (SNI 03-
1726-2002)
2.4.1 Pembebanan
Beban hidup yang diperhitungkan adalah beban hidup selama masa layan.
3. Beban Gempa
Beban gempa adalah beban yang timbul akibat percepatan getaran tanah pada
saat gempa terjadi. Untuk merencanakan struktur bangunan tahan gempa, perlu
diketahui percepatan yang terjadi pada batuan dasar. Berdasarkan hasil penelitian
yang telah dilakukan, wilayah Indonesia dapat dibagi ke dalam 6 wilayah zona
gempa.
Rumah dan Gedung, daerah Medan terletak pada wilayah gempa zona 3, namun
belakangan banyak muncul wacana yang sudah menempatkan kota Medan ke wilayah
gempa zona 4. Untuk lebih amannya, kita menggunakan wilayah gempa 4 untuk kota
Medan. Berikut adalah grafik respons spektra pada wilayah gempa zona 4 untuk
Analisis yang digunakan dalam perencanaan beban gempa ini adalah metode
analisis Statik Ekivalen yang bekerja pada gedung yang menirukan pengaruh dari
Kombinasi faktor beban yang digunakan dalam perencanaan dengan metode LRFD
1) 1,4D
5) 1,2D ± 1,0E + γ L L
D adalah beban mati yang diakibatkan oleh berat konstruksi permanen, termasuk
dinding, lantai, atap, plafon, partisi tetap, tangga, dan peralatan layan tetap
L adalah beban hidup yang ditimbulkan oleh penggunaan gedung, termasuk kejut,
tetapi tidak termasuk beban lingkungan seperti angin, hujan, dan lain-lain
La adalah beban hidup di atap yang ditimbulkan selama perawatan oleh pekerja,
peralatan, dan material, atau selama penggunaan biasa oleh orang dan benda bergerak
Kombinasi faktor beban yang digunakan dalam perencanaan dengan metode plastis
1) 1,7 (D + L)
2) 1,3(D + L + E)
3) 1,3(D + L + W)
4) 1,3(D + E)
5) 1,3(D + W)
Keterangan :
D adalah beban mati yang diakibatkan oleh berat konstruksi permanen, termasuk
dinding, lantai, atap, plafon, partisi tetap, tangga, dan peralatan layan tetap
dimana beban angin(W) dan beban gempa(E) tidak boleh diperhitungkan secara
bersamaan.