TINJAUAN PUSTAKA
Analisis Desain Fluid Viscous Damper Pada Bangunan Struktur Baja Enam Lantai_Ferry Surya, 2019
7
Analisis Desain Fluid Viscous Damper Pada Bangunan Struktur Baja Enam Lantai_Ferry Surya, 2019
Sesuai dengan persyaratan peraturan SNI 1729:2015 dalam mendesain
bangunan struktur baja, harus memenuhi rumus ini :
∅ 𝑅𝑛 ≥ 𝑅𝑢
Keterangan
Ø = Faktor ketahanan beban
Rn = Kuat Nominal Komponen Sturktur
Ru = Pengaruh beban terfaktor, momen atau gaya yang diakibatkan
kombinasi pembebanan yang sesuai dengan SNI 1726 – 2012
dan SNI 1727 – 2013 .
Desain Balok pada struktur baja harus memenuhi ketentuan elemen tekan
komponen struktur dalam menahan lentur sesuai peraturan SNI 1729 : 2015,
dengan syarat ketentuan sebagai berikut :
Tabel 2.1. Elemen Tekan Komponen Sayap Struktur yang menahan Tekan Lentur
(Sumber : SNI 1729 :2015)
Dari Tabel 2.1. ditampilkan batasan untuk penampang kompak, dimanan
rasio ketebalan sayap terhadap lebar tidak boleh melebihi dari λp, Untuk batasan
penampang non kompak rasio ketebalan terhadap lebar tidak boleh melebihi dari
λr, apabila syarat rasio ketebalan sayap terhadap lebar melebihi dari λ p dan λr maka
disebut penampang dengan elemen langsing.
Tabel 2.2. Elemen Tekan Komponen Badan Struktur yang menahan Tekan Lentur
Dari Tabel 2.3. ini ditampilkan syarat batasan untuk komponen struktur
sayap yang menahan gaya aksial tidak boleh melebihi batasan rasio tebal terhadap
lebar, apabila melebihi dari ketentuan yang ditetapkan maka harus dilakukan
perubahan dimensi atau mutu profil baja tersebut.
Tabel 2.4. Elemen Tekan Komponen Badan Struktur yang Menahan
Tekan Aksial
(Sumber : SNI 1729 :2015)
Dari Tabel 2.4. ini ditampilkan batasan syarat untuk komponen struktur
badan yang menahan gaya aksial tidak boleh melebihi batasan rasio tebal terhadap
lebar, apabila melebihi dari ketentuan yang ditetapkan maka harus dilakukan
perubahan dimensi atau mutu profil baja tersebut.
2.1.3 Tahanan Struktur Terhadap Elemen Lentur dan Geser
dimana
Mu = Kuat lentur perlu atau momen maksimum hasil kombinasi
sesuai dengan kententuan LRFD ( Load and Resistance Factor
Design) ( SNI 1729 : 2015)
Ø = Faktor ketahanan lentur, sebesar 0,9
Mn = Kuat nominal dari momen lentur penampang
Untuk perancangan momen lentur ini memiliki syarat sesuai kententuan
SNI 1729 : 2015 sebagai berikut :
1.onKdisi Penampang Kompak
Kondisi penampang Kompak ini memiliki syarat tekuk torsi – lateral
dengan persyaratan sebagai berikut:
Bila Lb ≤ Lp ( keadaan batas dari tekuk torsi-lateral tidak boleh
digunakan), oleh karena itu harus dilakukan pertambahan lateral
brace.
Bila Lp < Lb ≤ Lr
𝐿𝑏 − 𝐿𝑝
𝑀𝑛 = 𝐶𝑏 [𝑀𝑃 − )] ≤ 𝑀𝑝
(𝑀𝑝 − 0,7 𝐹𝑦 𝑆𝑥 ) ( � −
�
𝑟 𝐿𝑝
𝐸 𝐽𝐶 𝐽𝐶 2 0,7𝐹𝑦 2
Bila Lb ≥ Lr
𝑀𝑛 = 𝐹𝑐𝑟𝑆𝑥𝑐 ≤ 𝑀𝑝
Keterangan :
E = Modulus Elastis Baja
J = Konstanta torsi ( mm4)
Sx = Modulus Penampang Elastis disumbu x ( mm4)
ho = Jarak antara titik berat sayap ( mm)
Keterangan :
𝑏𝑓
λ = 2𝑡𝑓
λpf = Batasan Kelangsingan untuk sayap kompak
λrf = Batasan Kelangsingan untuk sayap non kompak
3.onKdisi penampang dengan sayap langsing
Kondisi dengan penampang sayap langsing memiliki persyaratan
sebagai berikut:
𝑀𝑛 = 0,9 𝐸2
𝑘𝑐𝑆𝑥
𝜆
Keterangan
:
4
kc =
√𝑤
𝑡
ℎ ( tidak boleh diambil kecil dari 0,35 maupun lebih
besar dari 0,76 untuk hasil perhitungan )
Desain Kuat geser nominal dari struktur lentur ditentukan oleh geser pelat
badan penampang . Pada umumnya memiliki persyaratan sebagai berikut :
Ø𝑣 𝑉𝑛 ≥ 𝑉𝑢
Keterangan :
Øv = Faktor reduksi geser
Vn = Kuat geser nominal
Vu = Kuat geser dari kombinasi pembebanan
Desain untuk struktur kolom yang menahan gaya tekan aksial harus
memenuhi syarat buckling stress. Buckling Stress ( Tegangan Tekuk ) adalah
dimana keadaan suatu struktur tidak dapat mampu menahan bentuk awalnya.
Permasalahan dari buckling stress adalah terjadinya lendutan yang besar dan akan
mengubah bentuk struktur tersebut, oleh karena itu untuk menghitung gaya
dukung nominal menggunakan persamaan Euler . P yang mengalami gaya tekan
kosentris (Pn), dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
𝑃𝑛 = 𝐹𝑐𝑟𝐴𝑔
Keterangan
Pn = Kuat Tekan Nominal (kN)
Fcr = Tegangan Kritis
Ag = Luas Penampang Bersih ( mm2)
Untuk tegangan kritis Fcr, ditentukan sebagai berikut :
𝐸 𝐹𝑦
𝐾 𝐿
a) Bila ≤ 4,71√ 𝑎𝑡𝑎𝑢 ( ≤ 2,25)
𝑟 𝐹𝑦 𝐹𝑒
𝐹𝑦
Maka nilai 𝐹𝑐𝑟 = [ 0,658 𝐹𝑒 ] ( kondisi inelastis)
𝐸 𝐹𝑦
b) Bila 𝐾𝐿 > 4,71√ 𝑎𝑡𝑎𝑢 ( ≥ 2,25)
𝑟 𝐹𝑦 𝐹𝑒
𝑃𝑟 8 �
𝑀𝑟𝑥 � ) ≤ 1,0
𝑃𝑐 + (
9 � 𝑟𝑦
𝑐 +
��
�
𝑐𝑦
𝑃𝑟
𝑃𝑐
≤ 0,2
𝑃𝑟8 𝑀𝑟𝑥𝑀𝑟𝑦
2𝑃 + 9 (𝑀 + 𝑀) ≤ 1,0
𝑐 𝑐𝑥 𝑐𝑦
Keterangan :
Pr Pc Mr Mc =X Kekuatan aksial perlu ( N )
Y = Kekuatan aksial tersedia ( N )
= Kekuatan lentur perlu ( N – mm )
= Kekuatan lentur tersedia ( N – mm )
= Indeks sehubungan dengan sumbu kuat lentur
= Indeks sehubungan dengan sumbu lemah lentur
2.2 Konsep Desain Struktur Tahan Gempa
Gempa bumi di sebabkan oleh tabrakan lempeng bumi yang secara tiba –
tiba, pada umumnya diikuti dengan terjadinya patahan atau sesar ( fault ). Akibat
patahan atau sesar ini akan menimbulkan getaran/gelombang, getaran tersebut
akan menjalar ke sekeliling zona daerah tersebut. Gelombang yang menjalar ini
akan menimbulkan guncangan pada permukaan tanah dan bangunan. Pada saat
bangunan diguncang akan menimbulkan gaya – gaya pada struktur bangunan
karena adanya kecenderungan massa bangunan untuk mempertahankan dirinya
dari gerakan sehingga gempa bumi mempunyai kecenderungan menimbulkan
gaya – gaya lateral pada struktur (Schodek, 1992). Gaya – gaya yang ditimbulkan
akan membuat suatu struktur bangunan bergoyang dan lama kelamaan akan
runtuh, oleh karena itu bangunan harus memiliki sifat daktilitas
Daktilitas adalah kemampuan suatu struktur gedung untuk mengalami
simpangan paska – elastik yang secara berulang kali dan bolak – balik akibat
beban gempa yang menyebabkan terjadinya pelelehan pertama, sambil
mempertahankan kekuataan dan kekakuan yang cukup, sehingga struktur
bangunan tersebut dapat berdiri, walaupun sudah berada dalam kondisi di ambang
keruntuhan.
Dalam mendesain suatu struktural gedung, harus menjaga bagaimana
kestabilan gaya lateral yang di akibatkan. Hal ini sangat penting di perhatikan
pada bangunan rendah dan bangunan tinggi. Bagaimana suatu struktur menahan
gaya lateral tidak saja akan mempengaruhi desain elemen – elemen vertikal
struktur, tetapi elemen – elemen horizontal (Schodek, 1992). Kerusakan –
kerusakan yang terjadi akibat gempa bumi secara struktural antara lain efek
perlemahan tingkat ( soft story effect ), efek kolom pendek (short column effect),
puntir (torsion), dan benturan antar gedung yag berdekatan (structural pounding)
( Widodo, 2011).
Gambar 2.2. Soft Story Effect
(Sumber : )
Dimana:
SDs = Parameter percepatan spektrum respons desain dalam rentang periode
pendek
R = Faktor modifikasi respons
Ie = Faktor keutamaan gempa
Nilai Cs tidak boleh melebihi :
𝑆𝐷𝑆
Cs = �
𝑇(�)
𝐼𝑒
Cs minimum = 0,044 SDS Ie 0,01
Untuk kondisi dimana lokasi di daerah S1 sama dengan atau lebih besar
dari 0,6g, maka Cs harus tidak kurang dari :
0,5 𝑆1
Cs = �
(�)
𝐼𝑒
Dimana :
SD1 = Parameter percepatan spektrum respons desain pada perioda
sebesar 1,0 detik.
T = Perioda fundamental struktur ( detik )
S1 = Parameter percepatan spektrum respons maksimum yang dipetakan
Dalam mendesain gaya geser dasar ( V ) memiliki beberapa faktor
koefisien yang penting yaitu R dan I. Nilai R atau koefisien modifikasi respons
didapatkan dari jenis sistem penahan gaya lateral pada struktur bangunan yang
direncanakan, sedangkan nilai I adalah faktor keutamaan bangunan yaitu suatu
faktor yang menentukan tingkat resiko yang sesuai dengan fungsi dari bangunan
yang di rencanakan.
Selain itu perencanaan gaya gempa juga ditentukan berdasarkan beberapa
faktor. Faktor yang mempengaruhi dalam desain gaya gempa antara lain :
1.enJis tanah
2. unFgsi dari bangunan
3.inTgkat keutamaan
bangunan 4.istSem penahan
gaya gempa
5.ataD – data percepatan.
Faktor – faktor di atas ini di gunakan dalam desain penentuan gaya gempa
struktur bangunan yang di rencanakan.
sistem struktur yang digunakan. Sistem struktur tercantum dalam peraturan gempa
yaitu SNI 1726 : 2012. Sistem struktur penahan lateral secara umum :
dibedakan menjadi :
Sistem rangka pemikul momen (SRPM) adalah sistem rangka yang terdiri
dari komponen – komponen kolom, balok, dan pertemuan balok - kolom yang
menahan gaya –gaya, yang bekerja melalui aksial, lentur, dan geser. Sistem
2012.
Sistem dinding struktur pemikul adalah sistem dimana struktur yang
bangunan.
mendesain bangunan tahan gempa, dimana penggunaan tipe perilaku gempa pada
analisis perencanaan gedung. Analisis perencanaan gempa ini memiliki dua tipe
yaitu :
analisis ragam.
Gambar 2.7. Perilaku Struktur Bangunan Dengan Damper dan Tanpa Damper
( Sumber :www.bridgestone-dp.jp )
2.3.1 Jenis – Jenis Damper
Sebagai alat peredam gaya gempa, damper memiliki beberapa jenis yang
dapat digunakan, diantara lain :
1. ismSiec Bearing
Seismic bearing sering lebih dikenal sebagai base isolation.
Base isolation ini dipasang pada setiap kolom yaitu diantara kolom
dan pondasi. Cara kerja dari base isolation ini ketika gaya gempa
yang akan mengguncang struktur bangunan, maka seismic bearing
akan membantu mereduksi gaya gempa sebelum mencapai struktur
atas bangunan tersebut. Pemasangan pada base isolation
menggunakan bantalan karet dan lempengan baja. Bantalan karet
ini berfungsi sebagai peredam, sedangkan lempengan baja ini
memperkaku bantalan karet tersebut.
Analisis Desain Fluid Viscous Damper Pada Bangunan Struktur Baja Enam Lantai –
Ferry Surya,2019
3.luidFViscous Damper ( FVD s )
FVDs adalah suatu alat yang digunakan sebagai peredam
gaya gempa seperti halnya dengan alat – alat lainnya. FVD ini
berfungsi menyerap energi yang di timbulkan oleh gempa.
Pada gambar 2.11. ini terdapat piston rod yang di rancang dengan jarak
tertentu antara silinder dalam dan silinder bagian luar yang membentuk annular
( berbentuk gelang ). Cairan yang berada dalam silinder ini akan memberikan
gaya peredam melalui piston rod . Bentuk dari piston rod menentukan karateristik
peredam. Hubungan peredam / gaya untuk jenis peredam dalam di tentukan dalam
rumus sebagai berikut :
𝐹 = 𝐶 x 𝑉 x 𝑒𝑛
Dimana :
F = Gaya yang di hasilkan (kN)
V = Kecepatan relatif di dalam peredam (m/s)
C = Nilai konstanta FVDs
n = Nilai tergantung dari bentuk piston rod, yang dapat
bernilai 0,30 – 1,95.
koefisien n mempengaruhi bentuk gaya dari damper, bila n = 1 maka gaya
damper menjadi linier. Apabila gaya n ≠ 1 maka gaya damper menjadi nonlinier.
( Sumber : National Taiwan Universty of Science and Techonolgy, Taiwan )
𝐴𝐸
𝐾 =
𝐿
Keterangan :
K = Kekakuan Fluid Viscous Damper (kN/m)
A = Luas Penampang Fluid Viscous Damper (m2)
E = Modulus Elastisitas (MPa)
L = Panjang Fluid Viscous Damper (m)
2.3.4 Bagian – Bagian Fluid Viscous Damper
Pada Gambar 2.11. terdapat alat fluid viscous damper yang terdiri
dari beberapa bagian. Bagian tersebut memiliki fungsi sebagai berikut :
Piston Rod terbuat dari material baja ( stainless steel ), oleh
karena ini tujuan dari pemakaian stainless steel untuk
mencegah damper dari korosi. Apabila Piston Rod ini
terjadi korosi, maka alat dari fluid viscous damper ini tidak
akan bekerja.
Fluid - Cairan yang digunakan adalah cairan yang tahan
api, tidak beracun, temperatur stabil, dan tahan lama. Saat
ini yang masuk dalam persyaratan tersebut adalah cairan
silikon. Cairan silikon yang harus digunakan adalah cairan
silikon memiliki suhu 340oC, tidak memiliki bahan
kosmetik, tidak beracun, dan memiliki suhu stabil.
Seal Retainer yang digunakan dalam alat fluid viscous
damper harus mampu berfungsi minimal 40 tahun dan
tanpa perlu dilakukan pergantian periodik. Selain itu
digunakan untuk membuka dan menutup lubang ujung
silinder fluid viscous damper.
Piston Head melekat pada piston rod, oleh karena itu dibagi
menjadi dua silinder dengan tekanan chamber. Dengan
demikian, maka piston head berfungsi memberi cairan
dengan tekanan melalui orifices yang terletak didalamnya,
sehingga menghasilkan pengurangan tekanan
Accumulator berfungsi untuk menahan laju dari piston rod,
selain itu berfungsi sebagai penetralan temperatur dan
kontraksi cairan.
Chamber berfungsi sebagai tempat letaknya cairan silikon
tersebut. Selain itu chamber juga berfungsi menghasilkan
gaya yang berlawanan untuk mereduksi gaya gempa.
( Sumber : http://www.taylordevices.com )
Gambar 2.15. Mounting Bracket
( Sumber : )
Ø𝑖 = ℎ𝑖
𝐻
𝑅 1
𝐶𝑠1 = ( ) (𝑆𝐷𝑆 ) 𝑈𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑇1 < 𝑇𝑆
𝐶
𝑑 𝑂 1𝐷
Ø𝑟𝑖 = 1 − 𝛤1 Ø1𝑖
1 − Ƭ1
𝛤𝑟 = 1 − 𝛤1
𝑊̅𝑟 = 𝑊 − 𝑊̅1
Ƭ𝑟 = 0,4 𝑇1
𝜉 = 1 𝑊 𝑊𝐷1
1
𝑣1 4 � 𝑊1 1
� 4𝜋
𝐹𝐼 𝛿
2 1 1
1 𝑊𝐷𝑟
𝜉𝑣𝑟𝑥 =
4 𝑊𝑟
1 𝑊𝐷𝑟
𝜉𝑣𝑟𝑦 =
4 𝑊𝑟
�
�
𝑇1𝑀 = 𝑇1√µ𝑀
𝑇𝑠
𝑞𝐻 = 0,67
𝑇1
𝑅)2
µ𝑚𝑎𝑥 = 0.5 + 1] 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑇1𝐷 < 𝑇𝑆
[( 𝑂
Ω 𝐼𝑒
𝑅
µ𝑚𝑎𝑥 = 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑇1 ≥ 𝑇𝑆
Ω𝑂
𝐼𝑒
Perhitungan gaya geser dasar akibat mode 1 dan residual mode dengan
𝑉 = √𝑣 2 + 𝑣 2 ≥ 𝑣
1 𝑟 𝑚𝑖𝑛
𝐷 𝑔
= 𝑆 𝐷𝑆 𝑇 2 ) 𝛤 𝑆 𝐷𝑆 𝑇 2
( 1 <𝑇
) 𝛤 1 ≥ ( 𝑈𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑇
�
1𝐷 2 1𝐷 𝑠
2
1
4 1
4𝜋 𝐵1 � 𝐵1
� 𝐸
𝐷 𝑔
= 𝑆𝐷1𝑇1𝐷
( )𝛤 𝑆𝛤 𝑈𝑛𝑡 ≥𝑇
≥ )𝑇𝐷1
1
𝑢𝑘
𝑇
(
1𝐷 1 1𝐷 𝑠
4 � 1
4𝜋 2 𝐵1 � 2
𝐵1
𝐸
𝑔 𝑆𝐷1𝑇𝑟 𝑔
𝑆 𝑇2
𝐷𝑟𝐷 = 𝐷
) ≥ ) 𝑆 𝑟
�
( Γ𝑟 ( Γ 𝑟 𝐵𝑟
4𝜋 2 � 4𝜋 2
𝑟
B1D = Koefisien dari damper dari Tabel 18.6 ( ASCE 7 – 10)
∆𝑟𝐷
∇𝑟𝐷 = 2𝜋
𝑇𝑟𝐷
∇𝐷 = √(∇1𝐷 )2 + (∇𝑟𝐷 )2
struktur bangunan
struktur bangunan
Perhitungan efektif daktilitas akibat gaya gempa maksimum dengan
persamaan rumus
berikut :
𝐷1𝐷
µ = 𝐷
𝑌
𝐷
𝐷1𝑀
=
µ
𝑀
𝐷𝑌
Ω𝑜 𝐶𝑑
𝐷 = (𝑔 ) ( )𝛤𝐶 𝑇2
𝑌 2 1 𝑠1 1
4𝜋 𝑅
Dni = Perpindahan fundamental mode pada kekakuan ditengah
struktur bangunan
struktur bangunan
𝑔 = 𝑆 𝑀𝑆 𝑇
2 𝑆𝑀𝑆 𝑇 2
𝐷
( )Ƭ 1 𝑈𝑛𝑡
𝑢𝑘 <𝑇
𝑇
1 ≥
Ƭ ( 𝑔)
1𝐷 � 1𝑀 𝑠
1 1
4 4
𝜋 𝐵1 𝜋 𝐵1
2 2
𝐸
𝑔 = 𝑆𝑀𝑆 𝑆𝑀1 𝑇1
𝐷
( )Ƭ 𝑔 𝑇1𝑀 ≥𝑇
≥ ( )Ƭ
𝑈𝑛𝑡𝑢𝑘
1𝐷 1 1 1𝑀 𝑠
4 4
𝜋 𝐵1 𝜋 𝐵1
2 2
𝐸
𝑔 𝑆𝑀1𝑇𝑟 𝑔
𝑆 𝑇2
𝐷𝑟𝐷 =
( 𝑀
4𝜋 2 ) Ƭ𝑟 𝑟 ≥ ) 𝑆 𝑟
�
( Ƭ𝑟 𝐵𝑟
� 4𝜋 2
Pada bab ini akan dijelaskan analisis yang sudah dilakukan dari berbagai
tentang sistem damper pada bangunan. Bab ini juga akan membahas perbedaan
dipasang pada sisi tengah bagian gedung. Makalah ini juga membandingkan
pada posisi silang diagonal sangat efektif dalam mereduksi gaya geser tingkat saat
mereduksi gaya geser tingkat saat berada di simpangan terjauh atau pada
Damper ini mempunyai titik kerja ( performance point ) yang lebih kecil jika
pada bangunan di daerah rawan gempa karena akan mereduksi gaya gempa yang
tinggi.
Menurut Khafis, M ( 2018 ) “ Perencanaan Struktur Baja Pada Bangunan
Tujuh Lantai Sebagai Hotel”, pada makalah ini dilakukan pengecekan momen,
defleksi, dan aksial pada profil yang digunakan, selain itu makalah ini. Pada
pembahasan makalah ini tidak dibahas dalam analisis kekakuan kekakuan struktur
gedung,.tidak dilakukan analisis balok untuk mengetahui defleks yang terjadi dan
terjadi.
Dengan Peredam Pasif Tuned Mass Damper”, makalah ini membahas perilaku
struktur dengan jumlah dan mass ratio berbeda dengan penggunaan tuned mass
damper yang dianalisis menggunakan tiga contoh beban gempa yaitu Chi – Chi,
El Centro, dan Kobe. Hasil dari makalah ini dalam mereduksi percepatan
maksimum yang paling efektif yaitu El – Centro sebesar 63% arah X dan 48 %
arah Y, sedangkan untuk beban gempa Chi – Chi dan Kobe sebesar 48% untuk
arah X dan arah Y. Pada pembahasan makalah ini terjadi peningkatan dalam nilai
bangunan diakibatkan oleh inersia dari bandul yang dipasang pada struktur.
Dua Belas Lantai Akibat Gaya Gempa”, makalah ini membahas efektifitas
ini juga memperhitungkan kinerja batas ultimit (Δm) maksimum yang tidak
sebesar 60,57 mm, selain itu juga mengalami penurunan percepatan yang dialami
struktur bangunan yang dari awal 7,15 m/s2 menjadi 4,37 m/s2. Makalah ini tidak
viscous damper.
2.6 Kerangka Berfikir