Anda di halaman 1dari 25

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS JEMBATAN GELAGAR

KOMPOSIT BAJA BETON DENGAN METODE LRFD & PERATURAN


RSNI T-03-2005
(STUDI KASUS PENGGUNAAN PROFIL NON KOMPAK)1
Oleh : Albar Wisnu Bhadra2

ABSTRAK
Jembatan gelagar komposit, merupakan struktur jembatan yang memadukan kapasitas tarik
dari gelagar baja dan kuat tekan dari pelat beton bertulang yang berkerja bersama sebagai satu
kesatuan aksi komposit. Dalam merencanakan struktur baja, terdapat dua jenis metode yaitu
metode perencanaan dengan cara Allowable Stress Design (ASD) dan metode Load and
Resistance Factor Design (LRFD). Tujuan dari kajian ini adalah untuk membandingkan nilai
kapasitas berdasarkan kedua metode tersebut, dan memberikan kajian lebih mendalam mengenai
pengaruh profil baja non kompak terhadap perancangan struktur komposit.
Perencanaan struktur dilakukan dengan metode LRFD dan ASD menggunakan dimensi
jembatan yang sama. Kajian ini dibagi menjadi beberapa tahapan. Tahap pertama adalah
dilakukan penentuan data teknis jembatan. Selanjutnya adalah menerapkan beban-beban
berdasarkan metode ASD dan LRFD untuk memperoleh gaya-gaya dalam. Berikutnya adalah
menganalisis kapasitas dari jembatan berdasarkan metode ASD dan LRFD untuk kemudian
dibandingkan dengan gaya-gaya dalam dari penerapan beban. Tahap terakhir dari kajian ini
adalah membandingkan nilai kapasitas berdasarkan metode ASD dan LRFD. Metode LRFD
dalam perencanaan ini menggunakan peraturan pembebanan RSNI T-02-2005 dan peraturan
perancangan jembatan baja RSNI T-03-2005, sedangkan metode ASD menggunakan peraturan
pembebanan PPPJJR 1987 dan peraturan perancangan jembatan baja AISC 1989.
Dari hasil analisis perhitungan diperoleh bahwa berdasarkan metode LRFD RSNI T-032005, semua komponen jembatan gelagar komposit aman dalam menahan beban-beban yang
bekerja setelah diberi tambahan komponen berupa pengaku antara, pengaku lateral dan pengaku
penahan gaya tumpu. Berdasarkan metode ASD AISC 1989, penghubung geser, dan sambungan
pelat penahan momen tidak aman menahan beban yang bekerja. Dari kajian diperoleh bahwa
rasio antara kapasitas jembatan dan beban yang bekerja dengan metode LRFD lebih besar
dibandingkan metode ASD, kecuali beberapa aspek seperti gaya geser profil baja sebelum
komposit, kapasitas lendutan dan pelat sambung pada pelat sayap. Berdasarkan perbandingan
kapasitas secara keseluruhan antara kedua metode, menunjukkan metode LRFD memberikan
kapasitas lebih besar dibandingkan metode ASD, yaitu berkisar 125,13% - 320,44%. Dari hasil
analisis juga diperoleh bahwa kapasitas momen profil baja non kompak terpengaruh oleh tekuk
lokal pelat badan dan tekuk torsi lateral sedangkan kapasitas gesernya terpengaruh oleh tekuk
elastis.
Kata kunci : ASD, LRFD, non kompak, tekuk torsi lokal, tekuk torsi lateral, tekuk elastis, komposit

Disampaikan pada seminar tugas akhir S-1 Reguler Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan,
Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
2

Mahasiswa S-1 Reguler Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sifat profil baja dapat dibedakan menjadi tiga yaitu profil kompak, non
kompak dan langsing. Profil baja yang sering dipakai karena kemudahannya
dalam perhitungan dan terhindar dari kondisi tekuk akibat dimensi adalah profil
kompak. Namun dalam praktek lapangan untuk pembangunan struktur atas
jembatan, terkadang membutuhkan ketersediaan profil baja dengan cepat. Dalam
kasus ini sulit untuk merencanakan fabrikasi profil baja dengan dimensi yang
diinginkan sehingga solusi yang mungkin dilakukan adalah menggunakan profil
baja yang sudah tersedia. Profil baja yang tersedia tidak seluruhnya memiliki sifat
kompak. Untuk profil non kompak dan langsing, diperlukan perhitungan khusus
untuk mereduksi kapasitas profil baja akibat pengaruh tekuk.
Dari uraian di atas maka dalam tugas akhir ini akan diuraikan aplikasi
perancangan jembatan menggunakan konsep yang paling sering digunakan saat
ini, yaitu LRFD. Metode LRFD ini kemudian dibandingkan dengan metode ASD
untuk mengetahui perbandingan rasio antara kapasitas dan beban yang bekerja.
Perbandingan yang dibahas meliputi perbandingan kapasitas antara kapasitas dari
analisis dengan menggunakan metode LRFD RSNI T-03-2005 dan metode ASD
AISC 1989.
B. Tujuan
Tujuan dari perancangan struktur jembatan gelagar komposit baja-beton ini
adalah:
1. Merancang struktur atas jembatan gelagar komposit baja-beton dengan
metode LRFD, menggunakan RSNI T-02-2005 dan RSNI T-03-2005.
2. Membandingkan kapasitas atau rasio antara kapasitas dan beban struktur
atas jembatan gelagar komposit dengan metode LRFD dan ASD.

3. Membandingkan kapasitas struktur atas jembatan gelagar komposit


menggunakan metode LRFD dan ASD.
4. Memberikan solusi dalam meningkatkan kapasitas gelagar komposit
untuk menahan gaya-gaya internal yang terjadi.
C. Batasan Masalah
Batasan masalah yang ditentukan dalam perancangan struktur atas jembatan
gelagar komposit baja-beton ini adalah:
1. Perencanaan jembatan pada struktur atas terdiri atas: Perencanaan gelagar
komposit ; Perencanaan shear connector ; Perencanaan diafragma ;
Perencanaan perletakan
2. Gelagar komposit yang direncanakan adalah pada gelagar tengah
3. Beban yang digunakan dalam perencanaan gelagar jembatan adalah beban
mati/tetap, beban hidup + kejut, beban akibat gaya rem, beban akibat
rangkak dan susut, beban akibat gesekan tumpuan bergerak, beban akibat
pengaruh temperatur, beban angin dan beban gempa.
4. Gaya gempa diperhitungkan sebagai beban horisontal stasis ekivalen dan
gaya arah vertikal diabaikan.
5. Profil baja yang akan digunakan adalah profil I dengan spesifikasi non
kompak
6. Studi ini hanya terbatas pada literatur, tidak menyertakan hasil penelitian
laboratorium.
7. Perhitungan yang tidak memiliki kaitan dalam penelitian ini, seperti
perancangan pelat beton, tumpuan dan diafragma diletakkan pada
lampiran.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep ASD dan LRFD


Menurut Wiryanto Dewobroto (2008) mazhab ASD metodenya memiliki
fokus pada beban-beban layanan (beban kerja) dan tegangan-tegangan yang
dihitung secara elastik dengan membandingkan tegangan-tegangan ini terhadap
harga-harga batas yang diijinkan. Namun, trend penalaran di masa mendatang
hendaknya lebih mengarah kepada spesifikasi menurut LRFD. Filosofi LRFD
menggunakan beban-beban layanan terfaktor serta membandingkan kapasitas
yang diperoleh terhadap beban.
B. Konsep Dasar Aksi Komposit
Salah satu penerapan aksi komposit dua material yang berbeda adalah balok
komposit baja-beton, didefinisikan sebagai sistem yang terdiri dari balok baja
dengan pelat beton bertulang yang terletak di atasnya. Kedua material
dihubungkan dengan alat penyambung geser mekanis (shear connector), sehingga
bekerja sebagai satu kesatuan.
Konsep dasar aksi komposit ditunjukkan dalam gambar berikut:

Gambar 2.1. Perbandingan aksi gelagar komposit dengan gelagar non


komposit (sumber : Salmon & Johnson)

Untuk distribusi tegangan antar gelagar yang belum dan sudah mengalami
aksi komposit memiliki perbedaan. Hal ini dikarenakan sifat material yang
berbeda. Khususnya gelagar komposit baja beton, maka bagian tekan ditopang
dengan baik oleh pelat beton, sedangkan gaya tarik ditopang dengan baik oleh
gelagar baja. Distribusi tegangan ditunjukkan oleh gambar berikut:

Gambar 2.2 Variasi regangan pada gelagar komposit dan gelagar non komposit
(sumber : Salmon & Johnson)

BAB III
LANDASAN TEORI

A. Pembebanan dengan RSNI T-02-2005


Kombinasi pembebanan yang didasarkan pada RSNI T-02-2005 ditunjukkan
oleh tabel berikut:
Tabel 3.24 Kombinasi Umum untuk Keadaan Batas Kelayanan dan Ultimit
Aksi
Aksi Permanen :
berat sendiri
beban mati tambahan
susut, rangkak
pratekan
pengaruh beban tetap
pelaksanaan
tekanan tanah
penurunan
Aksi Transien
beban lajur D atau Beban
Truk T
gaya rem atau gaya
sentrifugal
beban pejalan kaki
gesekan perletakan
pengaruh suhu
aliran/hanyutan/batang kayu
dan hidrostatik/apung
beban angin
Aksi khusus
gempa
beban tumbukan
pengaruh getaran
beban pelaksanaan
"x" berarti beban yang selalu aktif
"o" berarti beban yang boleh
dikombinasi dengan beban aktif,
tunggal atau seperti ditunjukkan

Kelayanan
3
4
x
x

1
x

2
x

Ultimit
3
4
x
x

5
x

x
x
o

o
o
x

o
o
o

o
o
o

o
o
o

o
o
x

o
o
o

o
o
o

1
x

2
x

o
o
o

x
o
o

5
x

6
x

x
o
o

6
x

x
x

x
(1) = aksi permanen "x" KBL
+ beban aktif x KBL +
1beban "o" KBL
(2) = aksi permanen "x" KBL
+ beban aktif x KBL +
1beban "o" KBL + 0,7 beban
o KBL
(3) = aksi permanen "x" KBL
+ beban aktif x KBL +
1beban "o" KBL + 0,5 beban
o KBL + 0,5 beban o KBL

x
Aksi permanen x KBU +
beban aktif x KBU + 1
beban o KBL

(Sumber: RSNI T-02-2005)

B. Pembebanan Struktur Atas Jembatan Menurut Pedoman Perencanaan


Pembebanan Jembatan Jalan Raya 1987 (PPPJJR 1987)
Kombinasi pembebanan yang didasarkan pada PPPJJR 1987 ditunjukkan oleh
tabel berikut:
Tabel 3.6. Kombinasi Pembebanan dan Gaya
Kombinasi Pembebanan dan Gaya

Tegangan

I.

M+(H+K)+Ta+Tu

100 %

II.

M+Ta+Ah+Gg+A+SR+Tm

125 %

III. Kombinasi I+Rm+Gg+A+SR+Tm+S

140 %

IV. M+Gh+Tag+Gg+Ahg+Tu

150 %

V. M+Pl

130 %

VI. M+(H+K)+Ta+S+Tb

150%

Catatan:
A

= beban angin

Ah

= gaya aliran dan hanyutan

Ahg

= gaya aliran dan hanyutan pada waktu gempa

Gg

= gaya gesek tumpuan bergerak

Gh

= gaya horizontal ekivalen akibat gempa bumi

(H+K)

= beban hidup dengan kejut

= beban mati

Pl

= gaya-gaya pada waktu pelaksanaan

Rm

= gaya rem

= gaya sentrifugal

SR

= gaya akibat susut dan rangkak

Tm

= gaya akibat perubahan suhu

Ta

= gaya tekanan tanah

Tag

= gaya tekanan tanah akibat gempa bumi

Tb

= gaya tumbuk

Tu

= gaya angkat

(Sumber: PPPJJR 1987)

C. Analisa berdasarkan RSNI T-03 2005


Konstruksi jembatan dilaksanakan tanpa penopang, sehingga terjadi dua
kondisi, yaitu:
1.

Kondisi Belum Terjadi Aksi Komposit

a.

Analisa Lentur
1) Kondisi tekuk lokal untuk gelagar baja non kompak
=

2) Kondisi tekuk torsi lateral


=

+(

jika Lp< L < Lr

jika L > Lr

b. Analisa Geser
Tekuk elastis tanpa memperhitungkan kondisi medan tarik
=

0,9
(

Tekuk elastis memperhitungkan kondisi medan tarik


= 0,6

1,15 1 +
(1

2.

Kondisi Setelah Terjadi Aksi Komposit

a.

Kuat Lentur Gelagar Komposit


Kapasitas tekanan pelat lantai C, diambil nilai terkecil dari
= 0,85
=

+(
+

)
+

Kapasitas lentur nominal penampang adalah sebagai berikut:


Untuk hcp< h maka

Untuk hcp> h maka

b. Perencanaan Penghubung Geser


Gaya geser memanjang rencana VL*, harus memenuhi persyaratan berikut ini:

VL* VLS
VLS = 0,55 n VSU
c.

Persyaratan Lendutan
Dalam peraturan RSNI T-03-2005, disebutkan bahwa balok di atas dua
tumpuan atau gelagar menerus, lendutan maksimumnya adalah 1/800 x
bentang

D. Analisa Berdasar AISC 1989


Analisa berdasarkan metode ASD AISC 1989 didasarkan Struktur Baja
Desain dan Perilaku jilid 1 (Salmon 1990), yang meliputi:
1.

Kondisi Belum Terjadi Aksi Komposit

a.

Analisa Lentur
Untuk penampang dengan flens kompak dan web non kompak dengan
sokongan lateral, maka tegangan lentur berdasarkan AISC 1989 adalah:
= 0,6

b. Analisa Geser
Kapasitas tegangan ijin akibat geser murni berdasarkan AISC 1989 untuk
balok baja yang dapat mengalami tekuk elastis maupun inelastis sebelum
mencapai kapasitas maksimumnya memenuhi persamaan berikut:
=

2,89

0,40

Sedangkan, untuk balok baja yang dapat mengalami aksi medan tarik
memenuhi persamaan sebagai berikut:
=

2,89

1
1,15 1 + ( /)

2.

Kondisi Setelah Terjadi Aksi Komposit

a.

Analisa Lentur
Tegangan yang diijinkan sesuai kombinasi pembebanan adalah:

1.

Kapasitas tegangan pelat beton:


Fc = 0,45 fc

2.

Kapasitas tegangan baja


Untuk Penampang Kompak

Fs = 0,66 fy
b. Perencanaan Penghubung Geser
Perencanaan penghubung geser direncanakan pada kondisi batas elastis,
dengan persamaan sebagai berikut:
=
c.

Persyaratan Lendutan
AISC 1989 mengatur persyaratan lendutan untuk jembatan sebesar L/360

BAB IV
APLIKASI PERANCANGAN

A. Spesifikasi Profil Baja


Profil yang dipakai dalam penelitian ini adalah profil Canadian Institute of
Steel Construction (CISC 1967) tipe Welded Wide Flange Shape Thin Web
(WWF-T) dengan dimensi sebagai berikut:
Satuan Imperial:
Luas profil

: 26,37 in2

Tinggi profil : 27 in

Ix

: 3726 in4

Tebal badan

: 0,25 in

Iy

: 167 in4

Lebar sayap

: 10 in

Tebal las (k) : 0,56 in

Tebal sayap

: 1 in

Tinggi bersih : 23,88 in

: 133,93 kg/m

Luas profil

: 16879,17 mm2

Tinggi profil : 683,1 mm

Ix

: 1526598865,38 mm4

Tebal badan

: 6,33 mm

Iy

: 68422439,75 mm4

Lebar sayap

: 253 mm

Tebal las (k) : 14,23 mm

Tebal sayap

: 25,3 mm

Tinggi bersih : 632,5 mm

Berat profil

: 90 Lb/ft

Satuan SI
Berat profil

Mutu baja yang digunakan untuk gelagar baja adalah BJ 55 (fy = 410 Mpa)

10

B. Aplikasi Perancangan Metode LRFD

Pemilihan Profil

Pemilihan Profil

Desain Lentur

Cek profil
kompak
Ya

Desain Geser

Cek rasio
tinggi dan
tebal pelat
badan

Cek pengaruh
tekuk torsi lateral

Tidak

Tidak

Desain Gaya
Tumpu

Hitungan
berdasar kuat
leleh (Rn)

Ya

Pengaruh
tekuk lokal

Cek kondisi
medan tarik

Mn

Mn

Cek kondisi
medan tarik

Cek nilai Rn
terkecil

Cek pengaruh
tekuk
Tidak
Mn > Mu

Tidak
Desain jenis
tekuk

Ya
Desain jenis
tekuk

Rn > Ru

Ya

Mn > Mu

Tidak

Tidak

Elastis

Inelastis

Vn
Tidak

Hitungan
berdasar kuat
tekuk (Rn)

Ya

Vn > Vu

Tidak

Ya
Desain pengaku
antara

Cek Lendutan

AMAN ?

Ya
SELESAI

11

Ya
Desain pengaku
penahan gaya
tumpu

Hitungan
berdasar kuat
lentur (Rn)

C. Aplikasi Perancangan Metode ASD

Pemilihan Profil

Pemilihan Profil

Desain Lentur

Desain Geser

Desain Gaya
Tumpu

Cek kondisi
medan tarik
Cek profil
kompak
Ya

Hitungan
berdasar kuat
leleh (Rn)

Cek pengaruh
tekuk torsi lateral

Tidak

Cari koefisien
Cv (rasio teg
geser vs teg
leleh)

Ya

Tidak

Pengaruh
tekuk lokal

Cek kondisi
medan tarik

Fb

Fb

Cek nilai Teg


ijin (Fa)

Cek pengaruh
tekuk
Tidak
Fb > Fts

Tidak
Desain jenis
tekuk

Ya
Desain jenis
tekuk

Fa > Fu

Ya

Fb > Fts

Tidak

Tidak

Elastis

Inelastis

Fv
Tidak

Hitungan
berdasar kuat
tekuk (Rn)

Ya

Fv > Fu

Tidak

Ya
Desain pengaku
antara

Cek Lendutan

AMAN ?

Ya
SELESAI

12

Ya
Desain pengaku
penahan gaya
tumpu

Hitungan
berdasar kuat
lentur (Rn)

BAB V
HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN

A. Pembahasan Analisis Metode LRFD dengan RSNI T-03-2005


Dari hasil analisis, diperoleh bahwa pemilihan profil tidak sepenuhnya
dapat menopang beban, baik beban konstruksi, layan, dan ultimit/terfaktor. Oleh
karena itu, gelagar komposit diberi beberapa tambahan komponen untuk
menambah kapasitas sehingga mampu menahan beban-beban yang bekerja.
Komponen-komponen tambahan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Cover plate
2. Pengaku lateral
3. Pengaku antara
4. Pengaku penahan gaya tumpu
Perancangan gelagar komposit, dilakukan dengan metode tanpa penopang,
sehingga perencanaannya dibagi menjadi dua yaitu perencanaan sebelum
mengalami aksi komposit dan setelah mengalami aksi komposit.
1.

Profil Gelagar Baja Sebelum Mengalami Aksi Komposit

a.

Perhitungan Kapasitas Lentur


Pada saat belum mengalami aksi komposit, kapasitas lentur gelagar baja

dipengaruhi dua kondisi yaitu pengaruh tekuk lokal dan pengaruh tekuk torsi
lateral. Kedua pengaruh ini menyebabkan kapasitas gelagar baja berkurang
terhadap kapasitas idealnya.
1) Kondisi Tekuk Lokal
Kondisi tekuk lokal terjadi karena ketidaksempurnaan bahan, sehingga
distribusi kapasitas tegangan pada penampang tidak merata, sehingga timbul
tegangan reduksi pada baja. Hasil perhitungan gelagar baja dengan pengaruh
tekuk lokal dapat dilihat pada tabel berikut:

13

Tabel 6. 1 Hasil analisis kapasitas momen lentur profil baja akibat pengaruh
tekuk lokal, sebelum mengalami aksi komposit dengan metode LRFD
Mu

Mn

kNm

kNm

623,39

2207,04

Mn

Mn/Mu

Keterangan

kNm
0,9

1986,33

2,79

Aman

Dari tabel di atas, diperoleh bahwa gelagar baja aman terhadap momen
lentur lapangan yang terjadi dengan perbandingan kapasitas reduksi dan momen
lapangan sebesar 2,79.
2) Kondisi tekuk torsi lateral
Hasil perhitungan gelagar baja dengan pengaruh tekuk lokal dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 6. 2 Hasil analisis kapasitas momen lentur profil baja akibat pengaruh
tekuk torsi lateral, sebelum mengalami aksi komposit dengan metode LRFD

Parameter

Mu

Mn

Mn

Mn/Mu

Keterangan

kNm

kNm

Tanpa pengaku lateral

623,39

546,49

0,9

491,84

kNm
0,79

Tidak Aman

Dengan pengaku
lateral

623,39

2207,04

0,9

1986,33

2,79

Aman

Dari tabel di atas, diperoleh bahwa gelagar baja awalnya tidak aman
terhadap tekuk torsi lateral, dengan rasio keamanan 0,79. Gelagar baja dipasang
pengaku lateral pada setiap bentang 5 m, sehingga gelagar baja aman terhadap
momen lentur lapangan yang terjadi sebelum mengalami leleh akibat torsi lateral,
dengan rasio keamanan sebesar 2,79.
b.

Perhitungan Kapasitas Geser


Kapasitas geser pada profil baja dipengaruhi tiga kondisi, yaitu kondisi

medan tarik dan salah satu dari kondisi tekuk inelastik atau tekuk elastis. Dari
perhitungan diperoleh bahwa gelagar baja dipengaruhi kondisi tekuk elastis. Hasil
perhitungan kapasitas gelagar baja dapat dilihat pada tabel berikut:

14

Tabel 6. 3 Perbandingan kapasitas geser profil baja akibat pengaruh tekuk elastis
dengan gaya geser lapangan akibat beban konstruksi (satuan kN)
Vu

Vn

kN

kN

124,66

360.47

Vn

kN

0,9

Vn/Vu

Keterangan

2,6

Aman

324.42

Dari perhitungan diperoleh bahwa gelagar baja aman terhadap beban yang
bekerja dengan rasio keamanan 2,6.
2.

Pembahasan Gelagar Komposit

a.

Pembahasan Momen Lentur pada Gelagar Komposit.


Pada saat terjadi aksi komposit, akan terjadi peningkatan kapasitas lentur

pada penampang struktur atas jembatan. Dalam analisis perhitungan, diperoleh


kapasitas nominal dari gelagar komposit menggunakan peraturan RSNI T-032005 sebagai berikut:
Tabel 6. 4 Perbandingan kapasitas lentur gelagar komposit dengan momen
lapangan akibat beban ultimit
Kondisi
Tanpa CP*)
Dengan CP

Mu
kNm
2455,75
2455,75

Mn
kNm
2358,76
2819,88

Mn

kNm
2122,88
2537,89

0,9
0,9

Mn/Mu

Keterangan

0,9
1,39

Tidak aman
Aman
*)

CP = Cover Plate

Tabel di atas menunjukkan bahwa gelagar komposit kurang aman dalam


menahan momen lentur yang terjadi. Oleh karena itu gelagar baja diberi tambahan
berupa cover plate yang dilas pada pelat sayap bagian bawah, sehingga kapasitas
momen lentur pada gelagar komposit meningkat sebesar (2537,89 2122,88) /
2122,88 x 100 % = 19,54 %.
b.

Pembahasan Gaya Geser pada Gelagar Komposit


Perencanaan geser pada gelagar komposit dipengaruhi oleh beban statik

dan beban dinamis. Dalam perhitungan, diperolah bahwa gelagar komposit tidak
aman menahan geser dari kombinasi beban statik dan dinamik. Oleh karena itu
dipasang pengaku antara dengan konfigurasi sebagai berikut:

15

5x1m

0,05 m
Beban Truk
QMS1+QMS2+QMA +QCP

5m

597,16 kNm
498,68 kNm

10 m

5m

konfigurasi akhir pengaku antara

597,16 kNm
498,68 kNm

325,34 kNm
333,06 kNm

198,36 kNm
170,83 kNm

57,65 kNm
66,24 kNm
156,79 kNm
280,68 kNm
395 kNm

diagram
gaya geser
rencana

325,34 kNm

498,68 kNm
597,16 kNm

kapasitas
geser
nominal

498,68 kNm
597,16 kNm

Gambar 5. 1 Kapasitas konfigurasi akhir pengaku antara menahan beban truk


berjalan di jarak 5,05 m dari tumpuan gelagar komposit dengan cover plate
Konfigurasi pengaku antara di atas membagi gelagar baja menjadi 11
panel yang terbagi menjadi tiga jenis panel berdasarkan kapasitas gesernya, yaitu
2 panel ujung dengan bentang 1 m, 8 panel bentang 1 m dan 1 panel di tengah
dengan bentang 10 m. Hasil perhitungan kapasitas panel terhadap geser
ditunjukkan oleh tabel berikut:
Tabel 5. 1. Peningkatan kapasitas geser akibat pengaruh tekuk elastis pada
gelagar komposit setelah menggunakan pengaku antara (satuan kN)
Vu

Vn

Vn

kN

kN

kN

Vn /
Vu

Keterangan

tanpa pengaku

464.51

360.47

324.42

0.7

Tidak Aman

panel ujung

464.51

554.09

498.68

1.07

Aman

panel 1 m

426.31

664.28

597.85

1.4

Aman

panel 10 m

280.68

361.49

325.34

1.16

Aman

Kondisi

16

Dari tabel di atas, diperoleh bahwa gaya geser gelagar komposit


mengalami peningkatan setelah diberi pengaku antara. Dimensi pengaku antara
ditunjukkan pada gambar di bawah ini:

100.00
580.00

12.00

Gambar 5. 2 Potongan melintang

c.

Gaya tumpu pada Gelagar Komposit


Pada tumpuan, pelat badan pada profil baja mengalami gaya tekan dan

berlaku sebagai kolom. Kapasitas pelat badan yang dianggap sebagai kolom
dalam menahan beban tumpuan, dihitung berdasarkan tiga tinjauan paling kritis,
yaitu leleh lokal pada pelat badan, tekuk pada pelat badan dan tekuk pelat badan
akibat momen lentur (Asmadi, Riki : 2010). Dari perhitungan diperoleh kapasitas
paling kritis adalah pada pengaruh tekuk pelat badan akibat momen lentur.
Kapasitas tumpuan, tidak mampu menahan gaya tumpu yang terjadi sehingga
dipasang pengaku penahan gaya tumpu seperti pada gambar di bawah ini:

17

61.97

100.00

Potongan A-A

Gambar 5. 3 Pengaku pelat badan pada tumpuan


Perubahan kapasitas gelagar komposit dalam menahan gaya tumpu, setelah
diberi pengaku penahan gaya tumpu ditunjukkan dalam tabel berikut:
Tabel 5. 2. Kuat tumpu gelagar komposit dengan pengaruh tekuk
Ru

Rn

kN

kN

tanpa pengaku

464,51

87,23

0,9

dengan pengaku

464,51

1046,68

0,9

Kondisi

Rn

Rn / Ru

Ket

78,51

0,17

Tidak Aman

942,02

2,03

Aman

kN

B. Perbandingan Perhitungan Metode ASD dan LRFD


Dengan dimensi dan konfigurasi komponen tambahan berupa cover plate,
pengaku lateral pengaku antara, pengaku penahan gaya tumpu yang sama, maka
gelagar komposit dianalisis kembali menggunakan peraturan AISC 1989 yang
menganut konsep ASD (Allowable Stress Design). Hasil perhitungan ASD dan
perbandingannya dengan metode LRFD ditunjukkan oleh tabel-tabel di bawah ini:
1.

Perbandingan Kapasitas Nominal antara Metode ASD dan LRFD


Setelah diperoleh kapasitas nominal dari metode ASD, maka dilakukan

perbandingan kapasitas antara metode LRFD dan ASD, untuk mendapatkan


gambaran seberapa besar kapasitas LRFD dibandingkan ASD.

18

a.

Sebelum Mengalami Aksi Komposit

Tabel 6.33 Perbandingan Kapasitas Nominal Profil Baja dengan Pengaku Lateral
Sebelum Mengalami Aksi Komposit dengan Metode LRFD dan ASD

Parameter
Momen lentur
Pengaruh tekuk
lokal
Pengaruh tekuk
lateral
Gaya geser

Kapasitas
Metode
Satuan
Perhitungan
LRFD ASD

LRFD/ASD

kNm

1986,33 1186,69

1,67

kNm

2098,95

668,30

2,92

kN

324,42

229,53

1,18

b. Setelah Mengalami Aksi Komposit


Tabel 6.34 Perbandingan Kapasitas Nominal Gelagar Komposit Setelah
Mengalami Aksi Komposit dengan Metode LRFD dan ASD

Parameter

Momen lentur
Gaya geser
Panel ujung
Panel 1 m
Panel 10 m
c.

Kapasitas
nominal
Metode
Satuan
LRFD/ASD
Perhitungan
LRFD ASD
kNm
2537,89 2515,6
1,01
kN
kN
kN

498,68
597,85
324,42

298,32
423,63
229,53

1,67
1,41
1,97

Kapasitas Gelagar Komposit Menahan Gaya Tumpu


Tabel 6.35 Perbandingan Kuat Tumpu Nominal Gelagar Komposit Setelah
Dipasang Pengaku Penahan Gaya Tumpu dengan Metode LRFD dan ASD

Parameter

Kuat tumpu dengan


pengaku

Satuan

kN

Kapasitas
nominal
Metode
Perhitungan
LRFD
ASD
926,45

19

367,16

LRFD/ASD

2,52

d. Perbandingan Kapasitas Penghubung Geser


Tabel 6.36 Perbandingan Kapasitas Penghubung Geser pada Gelagar Komposit
Setelah Dipasang Pengaku Penahan Gaya Tumpu dengan Metode LRFD dan ASD

Parameter

Kapasitas Penghubung
Geser

Kapasitas
nominal
Metode
Satuan
Perhitungan
LRFD ASD
kN

469,58

LRFD/ASD

234,59

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa metode LRFD memberikan


nilai kapasitas yang lebih besar dibandingkan metode ASD, yaitu berkisar 1,18
2,92 kali terhadap metode ASD.
2.

Perbandingan Rasio Keamanan Antara Metode ASD dan LRFD


Rasio keamanan adalah perbandingan antara kapasitas dengan beban

lapangan yang bekerja. Rasio keamanan ini memberikan gambaran seberapa


efektif metode LRFD dibandingkan dengan metode ASD.
a.

Sebelum Mengalami Aksi Komposit

Tabel 6.18 Perbandingan Rasio Keamanan Profil Baja Sebelum Mengalami Aksi
Komposit dengan Metode LRFD dan ASD

Parameter
Momen lentur
Pengaruh tekuk
lokal
Pengaruh tekuk
torsi lateral
Gaya geser

Rasio
Metode
Perhitungan
LRFD
ASD

Rasio
Terbesar

2,79

2,35

LRFD

2,79

1,43

LRFD

2,6

2,28

LRFD

20

b. Setelah Mengalami Aksi Komposit


Tabel 6.19 Perbandingan Rasio Keamanan Gelagar Komposit dengan Metode
LRFD dan ASD
Rasio
Metode
Perhitungan
LRFD
ASD
1,39
1,08

Parameter
Momen lentur
Gaya geser
Panel ujung
Panel 1 m
Panel 10 m
c.

1,07
1,4
1,16

0,58
0,82
0,7

Rasio
Terbesar
LRFD
LRFD
LRFD
LRFD

Kapasitas Gelagar Komposit Menahan Gaya Tumpu


Tabel 6.20 Perbandingan Rasio Keamanan Gelagar Komposit dalam
menahan gaya tumpu dengan Metode LRFD dan ASD
Rasio
Metode
Perhitungan
LRFD
ASD

Parameter
Kapasitas Gaya
Tumpu

2,03

0,86

Rasio
Terbesar
LRFD

d. Perbandingan Kapasitas Lendutan


Tabel 6.20 Perbandingan Rasio Lendutan Gelagar Komposit dengan
Metode LRFD dan ASD

Parameter
Kapasitas Lendutan

Rasio
Metode
Perhitungan
LRFD
ASD
1,47
3,39

21

Rasio
Terbesar
ASD

e.

Perbandingan Kapasitas Penghubung Geser

Tabel 6.21 Perbandingan Rasio Keamanan Penghubung Geser Gelagar Komposit


dengan Metode LRFD dan ASD
Rasio
Metode
Perhitungan
LRFD
ASD

Parameter
Rasio Penghubung
geser

1,97

0,63

Rasio
Terbesar
LRFD

Dari hasil perbandingan rasio keamanan metode LRFD dan ASD,


diperoleh hasil bahwa metode LRFD memiliki rasio keamanan yang lebih tinggi
dibandingkan metode ASD. Hal ini menunjukkan bahwa metode ASD lebih
konservatif dibandingkan metode LRFD.
C. Perbandingan Kapasitas Antara Gelagar Komposit dengan Profil Baja
Non Kompak dan Gelagar Komposit dengan Profil Baja Kompak
Asmadi (2009) dalam penelitiannya menggunakan profil I dengan dimensi
600 x 200 x 11 x 17 dengan berat dan luasan yang lebih kecil dibandiingkan profil
non kompak dalam kajian ini. Besar perbandingan kapasitas antara profil kompak
dari penelitian Asmadi (2009) dan kajian dalam tugas akhiri ini ditunjukkan dalam
tabel berikut:
Tabel 6. 5 Tabel perbandingan kapasitas profil baja kompak dalam penelitian
Asmadi Riki (2009) dan non kompak dalam kajian dengan menggunakan RSNI
T-03 2005 dan peraturan pembebanan RSNI T-02 2005.
Asmadi (2009)
Besaran

Hasil Kajian

Nilai

Satuan

Nilai

Satuan

Momen lentur

2053.76

kNm

2122,88

kNm

Gaya Geser

1378.43

kN

324.42

kN

Gaya Tumpu

435.85

kN

78.51

kN

22

Dari tabel di atas diperoleh bahwa kapasitas geser dan tumpu profil baja
menjadi lebih besar apabila profil kompak. Hal ini karena pada profil non
kompak, ada pengaruh geser elastis yang menyebabkan gaya geser berkurang dari
kapasitas idealnya. Berbeda halnya dengan momen lentur, profil non kompak
mampu memberikan kapasitas yang lebih besar dibandingkan kondisi profil
kompak karena area distribusi tegangan plastis yang lebih besar.

BAB VI
SARAN DAN KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan gelagar komposit baja beton
kondisi profil non kompak, dengan menggunakan metode LRFD dan ASD, dapat
diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Dari perhitungan di atas, diperoleh bahwa penampang non kompak
menyebabkan adanya beberapa pengaruh yang menyebabkan terjadinya
pengurangan kapasitas. Pengaruh tersebut adalah pengaruh tekuk lokal yang
diakibatkan dimensi profil, pengaruh tekuk torsi lateral yang diakibatkan
batasan bentang dan dimensi profil baja, dan pengaruh tekuk pelat badan
akibat gaya tekan pada pelat badan di tumpuan.
2. Berdasarkan analisa dari metode LRFD menggunakan peraturan RSNI T-022005 dan RSNI T-03-2005, semua komponen jembatan gelagar komposit
dengan kondisi profil non kompak aman dalam menahan beban-beban yang
bekerja, setelah diberi tambahan cover plate, pengaku antara, pengaku
penahan gaya tumpu dan pengaku lateral.
3. Kapasitas profil baja sebelum mengalami aksi komposit tidak mampu
menahan tekuk torsi lateral akibat beban konstruksi, sehingga dipasang
pengaku lateral dengan jarak tiap 5 meter yang menambah kapasitas profil
baja sebesar 304 % untuk metode LRFD.

23

4. Gelagar baja ataupun komposit yang tidak mampu memberikan kapasitas


geser untuk menahan beban geser rencana pada bentang lapangan,. Untuk
meningkatkan kapasitas geser maka dipasang pengaku antara (intermediate
stiffner) di area bentang lapangan.
5. Berdasarkan analisa dari metode ASD menggunakan peraturan PPPJJR 1987
dan AISC 1989, maka terdapat beberapa komponen jembatan yang tidak aman
menahan beban-beban yang bekerja. Beberapa komponen jembatan yang tidak
aman tersebut adalah gaya geser setelah terjadi aksi komposit, pengaku
penahan gaya tumpu, dan penghubung geser.
6. Perbandingan perhitungan kapasitas antara metode LRFD dengan ASD untuk
seluruh komponen struktur jembatan gelagar komposit menunjukkan metode
LRFD memiliki kapasitas yang lebih besar dibandingkan metode ASD. Dari
perhitungan diperoleh bahwa kapasitas metode LRFD memberikan nilai 1,01
2,92 kali kapasitas metode ASD.
B. Saran
Berdasarkan analisa gelagar komposit dengan kondisi profil baja non
kompak, maka terdapat beberapa saran berkaitan dengan penelitian jembatan
gelagar komposit, yaitu:
1. Untuk mendapatkan variasi dari hasil penelitian, sehingga dapat digunakan
sebagai referensi perhitungan yang lebih komplit, maka perlu dilakukan redesain dengan variabel yang diubah adalah kondisi kekompakan profil berupa
profil langsing.
2. Untuk mendapatkan hasil yang lebih objektif, maka perlu dilakukan
perhitungan dengan berbagai macam metode yang lebih aktual seperti metode
AISC-360-2005.
3. Perlu dilakukan penelitian laboratorium untuk meneliti validitas perhitungan
kapasitas yang dilakukan dengan berbagai metode.

24

DAFTAR PUSTAKA

Abdillah, S., Perancangan Gelagar Komposit Stuktur Jembatan Jalan Raya


berdasarkan AASHTO-LRFD 2002, Tugas Akhir Mahasiswa, Jurusan
Teknik Sipil dan Lingkungan, FT UGM
Anonim, 2005, Perencaanaan Pembebanan Untuk Jembatan, Direktorat Jendral
Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum
Anonim, 2005, Perencaanaan Struktur Baja Untuk Jembatan, Direktorat Jendral
Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum
Anonim, Standar Jembatan Gelagar Komposit , Direktorat Jendral Bina Marga,
Departemen Pekerjaan Umum
Anonim., 1962., Handbook of Steel Construction, Canadian Institute of Steel
Construction
Anonim., 1989, AISC ASD Manual 9th Edition, American Institute of Steel
Construction
Asmadi, Riki., 2009, Perancangan Struktur Atas Jembatan Gelagar Komposit
Baja-Beton Berdasarkan Peraturan RSNI 2005 : Studi Kasus Perancangan
Jembatan Jalan Raya Bentang 10m, 15 m, dan 20 m, Tugas Akhir
Mahasiswa, Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan, FT UGM
http://wiryanto.blogdetik.com/2008/02/12/
Padosbajayo., 1994, Pengetahuan Dasar Struktur Baja, Nafiri Offset, Jakarta
Raju, N.K. 1991, Design of Bridge, Third Edition, Oxford & IBH Publishing,
New Delhi
Salmon, C.G. & Johnson, J.E. (terjemahan Prihminto Widodo), 1992 , Sturuktur
Baja Desain dan Perilaku, Jilid 1, Edisi ketiga, Gramedia, Jakarta
Salmon, C.G. & Johnson, J.E. (terjemahan Prihminto Widodo), 1992 , Sturuktur
Baja Desain dan Perilaku, Jilid 2, Edisi ketiga, Gramedia, Jakarta
Setiawan, A. 2008, Perencanaan Struktur Baja dengan Metode LRFD, Erlangga,
Jakarta
Siswanto, M.F., 1999 , Struktur Baja III, Jurusan Teknik Sipil, FT UGM

25

Anda mungkin juga menyukai