Anda di halaman 1dari 20

ABSTRAK

Penggunaan profil siku sebagai batang tekan yang banyak diterapkan pada
struktur tower transmisi dan truss umumnya menggunakan sambungan baut
sebagai tumpuan dikedua ujung. Hal ini menyebabkan eksentrisitas beban aksial
terhadap sumbu penampang sekaligus memberikan beban momen pada batang
tekan. Asumsi desain perencanaan yang digunakan pada SNI-03-1729-2002
memberikan pendekatan pada batang tekan profil baja siku hanya bekerja beban
aksial. Sementara itu, pada RSNI2 03-1729.1-2012 telah mengakomodir beban
aksial-lentur pada profil siku, walaupun masih membatasi kekakuan tumpuan
pada kondisi sendi dan jepit. Oleh karena itu, penelitian ini diperlukan untuk
memberikan komparasi terhadap acuan desain perencanaan dan memberikan
pendekatan yang lebih pada desain batang tekan profil baja siku.
Penelitian ini akan mengkaji perilaku penampang profil baja siku dengan
pemberian beban aksial tekan. Pengujian dilakukan pada benda uji berupa profil
siku sama kaki L.30.30.3 dengan perletakan berupa sambungan baut pada kedua
ujung tumpuan. Benda uji divariasikan terhadap angka kelangsingan (=KL/r)
150 dan 200. Pembebanan beban tekan dilakukan dengan interval kenaikan 0,5 kN
sampai benda uji mengalami tekuk (buckling). Proses perekaman displacement
lateral dan regangan penampang dilakukan selama tahapan pembebanan. Dari
penelitian ini diharapkan dapat diketahui perilaku batang tekan aksial terhadap
beban aksial ultimate, mode kegagalan dan deformasi aksial dan lateral batang
tekan.
Kata kunci : Beban aksial tekan eksentris, profil baja siku, kegagalan tekuk

BAB I. PENDAHULUAN

Penelitian

dilakukan

untuk

menjawab

keingintahuan

peneliti

untuk

mengungkapkan suatu gejala/konsep/dugaan atau menerapkannya untuk suatu


tujuan. Kemukakan hal-hal yang mendorong atau argumentasi pentingnya
dilakukan penelitian. Uraikan proses dalam mengidentifikasikan masalah
penelitian
Pemodelan bentuk tumpuan yang ideal pada pelaksanaan konstruksi tidak
mudah dilakukan. Keterbatasan dalam pelaksanaan penyambungan antar elemen

di lapangan menyebabkan pelaksana kontruksi memodifikasi tumpuan sedemikian


rupa agar mendekati kondisi yang ideal seperti dalam perencanaan.
Pada profil siku yang banyak digunakan pada struktur truss ataupun tower
transmisi, sambungan antar elemen yang diterapkan berupa baut pada salah satu
leg penampang. Hal ini menyebabkan terjadinya eksentrisitas gaya yang bekerja
terhadap pusat penampang, sekaligus merubah asumsi dasar perencanaan yang
umumnya didasarkan pada beban kerja aksial menjadi akisal-lentur.
Di lain hal, sambungan baut dikedua ujung batang tekan memberikan
kekakuan yang tidak sempurna sendi maupun jepit atau disebut sebagai tumpuan
parsial. Dari investigasi batang tekan baja profil siku melalui metode vibrasi,
kekakuan tumpuan yang diberikan pada sambungan baut menunjukan kondisi
kekakuan diantara sendi dan jepit. Secara umum nilai kekakuan tumpuan parsial
meningkat tehadap beban aksial yang diberikan, meskipun pada kombinasi
tumpuan parsial-jepit dan parsial sendi, beban aksial tekan > 0,6 beban kritis (Pcr)
menunjukkan kecenderungan yang berbeda (Hasibuan P, 2013).
Beberapa dasar acuan desain batang tekan aksial yang diterapkan khususnya
di Indonesia seperti SNI-03-1729-2002 dan RSNI2 03-1729.1-2012 belum
sepenuhnya mempertimbangkankan efek eksentrisitas beban aksial batang tekan
profil siku dengan tumpuan sambungan baut. Pada SNI-03-1729-2002 desain
perencanaan batang tekan pada profil baja siku mengasumsikan hanya beban
aksial yang bekerja. Pendekatan yang lebih baik diberikan pada RSNI2 031729.1-2012 dengan memberikan asumsi terjadinya aksial-lentur sebagai effek
eksentrisitas pada sambungan baut ataupun las disalah satu kaki penampang,
meskipun asumsi dasar kekakuan tumpuan masih terbatas pada sendi dan jepit.
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa, penelitian
terhadap beban aksial pada profil baja siku dengan sambungan baut di kedua
ujung tumpuan perlu dilakukan. Selain dapat memberikan perbandingan
kesesuaian terhadap acuan desain perencanaan, perilaku dari deformasi dan
bentuk kegagalan juga dapat dijelaskan dari hasil penelitian yang tentu akan
menambah referensi peneliti dalam proses mengajar di kampus khususnya pada
mata kuliah struktur baja dan mekanika bahan. Hasil dari penelitian ini juga

diharapkan dapat memberikan tambahan referensi bagi perencana dalam


pemilihan acuan desain perencanaan sekaligus sebagai dasar perubahan dan
perbaikan standar perencanaan batang tekan dikemudian, khususnya pada profil
baja siku sama kaki.

BAB II. PERUMUSAN MASALAH


Sambungan baut sebagai ujung tumpuan pada batang tekan profil siku
sama kaki memberikan eksentrisitas terhadap sumbu penampang sekaligus
memberikan aksi kombinasi aksial-lentur. Hal ini mengubah asumsi dasar pada
SNI-03-1729-2002 dan RSNI2 03-1729.1-2012 yang digunakan pada desain
terutama pada struktur truss sebagai struktur tekan aksial tidak sepenuhnya tepat.
Dilain hal, sambungan baut yang memberikan kekakuan parsial juga
mempengaruhi kekakuan batang sekaligus meningkatkan kemampuan beban tekan
aksial struktur itu sendiri dari kondisi tumpuan sendi. Hal ini juga berbeda
terhadap acuan dasar perencanaan pada SNI-03-1729-2002 dan RSNI2 03-1729.12012 yang menggolongkan tumpuan sambungan baut di kedua ujung tumpuan
batang tekan profil siku pada struktur truss sebagai kondisi sendi.
Dari penelitian ini diharapkan dapat menjawab selisih kemampuan gaya
tekan aksial pada elemen tunggal profil baja siku dengan sambungan baut di
kedua ujung tumpuan terhadap hasil eksperimen dan desain perencanaan
berdasarkan SNI-03-1729-2002 dan RSNI2 03-1729.1-2012. Selain itu, perilaku
dari batang tekan profil siku yang berupa deformasi terhadap arah aksial dan
lateral, tegangan dan regangan di tengah bentang dan model kegagalan tekuk
dapat dijelaskan dari hasil penelitian.

BAB III. TINJAUAN PUSTAKA


3.1 Beban Aksial Tekan pada Profil Baja Siku
Suatu keadaan yang sangat sulit apabila suatu elemen struktur batang
hanya mengalami beban aksial, hal ini dikarenakan kondisi sentris antar beban

dan batang yang diharapkan pada pusat sumbu penampang sangat sulit untuk
diterapkan dalam pelaksanaannya. Hal ini mengakibatkan timbulnya momen pada
elemen struktur tersebut. Namun begitu, dalam analisis truss yang banyak
menggunakan elemen profil baja siku langsing, hanya gaya aksial tekan maupun
tarik yang diasumsikan bekerja pada elemen struktur tersebut. Karena itu di dalam
perencanaan truss, nilai momen yang terjadi pada tumpuan tersebut dapat
diabaikan (Smith, 1996).
Timoshenko (1965) menyatakan bahwa beban kritis pada suatu batang
tekan dapat didefinisikan sebagai beban aksial tekan yang cukup memberikan
deformasi tekuk/bengkok. Dengan kata lain jika suatu batang, seperti kolom,
diberikan beban kurang dari beban kritisnya, maka batang tekan akan tetap lurus
dalam menerima kerja dari beban aksial tersebut. Kondisi ini dapat dikatakan
batang tekan dalam keadaan stabil. Namun, jika beban yang diberikan melebihi
beban kritis, maka batang tekan akan mengalami tekuk, dan deformasi tekuk ini
tidak akan kembali lurus normal apabila beban yang diberikan dihilangkan. Pada
kondisi yang kedua ini dikatakan bahwa batang tekan dalam keadaan tidak stabil.
Dari beberapa pengujian dijelaskan bahwa pada elemen struktur, dengan nilai E =
30.000.000 psi atau sekitar 206.842 MPa, kesesuaian antara nilai beban kritis akan
terjadi apabila elemen tersebut memiliki angka kelangsingan = l/r > 100.
Salah satu pengujian tekan aksial pada profil baja siku sama kaki tunggal
telah dilakukan oleh Liu (2007). Pengujian dilakukan pada profil L51x51x6,4
dengan variasi panjang 900, 1200 dan 1500 mm dan sekaligus memberikan
perbedaan masing-masing angka kelangsingan (Kl/r) sebesar 94, 125 dan 155.
Perbedaan pengujian juga dilakukan pada eksentrisitas aksial tekan yang
dinotasikan ey dan ex terhadap sumbu maksimum dan minimum. Dengan
memberikan kondisi tumpuan sendi-sendi, sebuah bearing ditempatkan pada plat
tumpuan dikedua ujung tumpuan. Pada kedua sayap profil ditempatkan LVDT di
tengah bentang panjang. Dengan menggunakan alat uji Hydraulic Universal
Testing Mechine, pada benda uji dikerjakan gaya tekan secara bertahap dengan
nilai rata-rata 6 kN per-menit dengan batasan pembebanan sebesar 60% dari

penurunan kuat tekan maksimum yang dicapai. Dari hasil yang didapatkan
menunjukkan bahwa semakin besar eksentrisitas yang diberikan memberikan
penurunan yang signifikan pada kemampuan gaya tekan aksial maksimum.
Namun pada nilai angka kelangsingan = 155, eksentrisitas aksial tekan pada
pusat penampang sumbu kuat tidak mempengaruhi kuat tekan maskimum yang
dicapai. Hasil pengujian juga membuktikan bahwa nilai eksentrisitas kritis
berbanding lurus terhadap nilai angka kelangsingan. Evaluasi secara umum
terhadap spesifikasi AISC 2005 pada kuat tekan profil siku sama kaki
memperlihatkan bahwa kemampuan layan hasil pengujian lebih tinggi dari
layanan desain AISC.

3.2 Desain Batang Tekan Profil Baja Siku


3.2.1 Standar SNI-03-1729-2002
Berdasarkan SNI 03-1729-2002 suatu komponen struktur yang
mengalami gaya tekan konsentris akibat beban terfaktor Nu, harus memenuhi
syarat sebagai berikut :
a.

Nu nNn, dimana n adalah faktor reduksi batang tekan bernilai 0,85

dan Nn adalah kuat tekan nominal komponen struktur.


b.

Syarat kelangsingan struktur tekan < 200


Batang tekan sering dibuat sebagai batang tersusun yang dimana batang-

batang utama dihubungkan dengan pelat kopel atau batang diagonal. Komponen
struktur tersusun dari beberapa elemen yang disatukan pada seluruh panjangnya
boleh dihitung sebagai komponen struktur tunggal. Pada komponen struktur
tersusun yang terdiri dari beberapa elemen yang dihubungkan pada tempat-tempat
tertentu, kekuatannya harus dihitung terhadap sumbu bahan dan sumbu bebas
bahan. Sumbu bahan adalah sumbu yang memotong semua elemen komponen
struktur itu; sedangkan, sumbu bebas bahan adalah sumbu yang sama sekali tidak,
atau hanya memotong sebagian dari elemen komponen struktur itu.
Kelangsingan pada arah tegak lurus sumbu x-x dihitung dengan persamaan :

Lkx

rx

3- 1

1
Keterangan :
Lkx = adalah panjang tekuk komponen struktur tersusun pada arah tegak lurus
sumbu x -x, dengan memperhatikan pengekang lateral yang ada, dan
kondisi jepitan ujung-ujung komponen struktur, mm
rx

= adalah jari-jari girasi komponen struktur tersusun terhadap sumbu x-x, mm

Untuk batang tekan dengan profil tersusun dengan penghubung pelat kopel dan
batang diagonal harus memenuhi persyaratan:

x 1.2l , iy 1.2l , dan l 50, dengan

lk
L
L
L
m
, k k , y k , l l , dan iy y 2 l 2
rmin
rx
ry
rmin
2

Lk adalah panjang tekuk batang tekan Lk = k.L dengan k adalah faktor tekuk
batang tekan yang nilainya berdasarkan nilai pada Gambar 3-5, m adalah jumlah
profil tersusun dan rmin, rx, ry masing-masing adalah jari-jari girasi minimum, jarijari girasi sumbu x dan y.

Gambar 3- 1. Nilai k untuk tumpuan ideal (SNI-03-1729-2002).


Nilai kuat tekan nominal Nn dihitung dengan ketentuan (SNI-03-1729-2002):
a. Untuk batang tekan profil tunggal kuat tekan batang adalah
Nn

Ag f y

3- 2

b. Untuk batang tekan profil tersusun nilai kuat tekan nominal diambil nilai
terkecil dari,
Nn

Dengan,

Ag f y

, dan N n

Ag f y

iy

. 3- 3

c 0.25 1
0.25 c 1.2

1.43
1.6 0.67 c

c 1.2 1.25c 2
c

3.2.2

Lk
r

fy
E

Standar RSNI2 03-1729.1-2012


Pada peraturan RSNI2 03-1729.1-201x desain dibuat sesuai dengan

ketentuan Desain Faktor Beban dan Ketahanan (DBK) atau dengan ketentuan
untuk Desain Kekuatan Izin (DKI) dimana kekuatan perlu untuk kedua jenis
desain dapat dirumuskan dengan persamaan;
Ru Rn dan Ra Rn/ 3- 4
Dimana Ru dan Ra adalah kekuatan perlu untuk masing masing DFBK dan DKI
dan Rn adalah kekuatan nominal untuk kedua DFBK dan DKI. Sementara itu,
adalah faktor ketahanan untuk DFBK dan adalah faktor keamanan untuk DKI.
Untuk desain komponen struktur tekan seperti yang dicantumkan pada Pasal E.1
RSNI2 03-1729.1-201x nilai diberikan sebesar c = 0,90 dan diberikan
sebesar c = 1,67.
Desain batang tekan profil siku sama kaki tunggal didasarkan pada
pertimbangan Pasal E4, E5 dan E7 dari RSNI2 03-1729.1-201x. Beberapa
ketentuan yang dipenuhi dari profil siku ini adalah rasio kelangsingan dengan b/t
<20, struktur dengan elemen langsing dan struktur dengan simetris tunggal.
Kekuatan tekan nominal Pn, harus ditentukan pada keadaan batas tekuk torsi dan
tekuk torsi-lentur dengan persamaan sebagai berikut;
Pn = Fcr Ag................................................................................................................................................ 3- 5
Dimana tegangan kritis, Fcr ditentukan sebagai berikut;

Bila

KL
E
4, 71
r
QFy

( atau

QFy
Fe

2, 25) maka,

QFy

Fcr Q 0, 658 Fe

Bila

Fy . 3- 6

KL
E
4, 71
r
QFy

( atau

QFy
Fe

2, 25) maka,

Fcr = 0,877Fe ...... .. 3- 2


Nilai Fe untuk profil siku tunggal dengan b/t 20 digunakan persamaan;
Fe = Fe

2E
KL

. 3- 8

Nilai Q adalah faktor reduksi netto untuk semua elemen tekan langsing yang
dirumuskan dengan;
Q = Qa.Qs.................................................................................................. 3- 3

dengan Qa bernilai 1 untuk elemen langsing tak diperkaku. Sedangkan Qs untuk


elemen langsing tak diperkaku didalam Pasal E.7.1 dari RSNI2 03-1729.1-201x
didefinisikan untuk profil siku tunggal sebagai berikut :
b
E
0, 45
maka nila Qs = 1
t
Fy

Bila

Bila 0, 45

E b
E
0, 91
maka,
Fy t
Fy

b Fy
3- 10
Qs 1, 34 0, 76
t E
0, 53 E
b
E
0, 91
maka Qs
.
2
t
Fy
b
Fy
t

3- 11

Dalam menentukan rasio kelangsingan effektif

KL
untuk struktur tekan siku
r

sama kaki tunggal, pada pasal E.5 dari RSNI2 03-1729.1-201x disyaratkan
kondisi ujung yang memenuhi terhadap keadaan :
a.

Untuk siku kaki-sama yang disambungkan sampai kaki terpanjang setiap

komponen strutur atau komponen struktur badan dari rangka batang planar
dengan komponen struktur badan yang berdekatan disambungkan pada sisi
yang sama dari plat buhul atau kord :
Bila 0

Bila
b.

L
80;
rx

KL
L
72 0, 75
r
rx
KL
L
32 1, 25 200
r
rx

L
80;
rx

Untuk siku kaki-sama yang disambungkan sampai kaki terpanjang setiap

komponen strutur atau komponen struktur badan dari kotak atau rangka batang
ruang dengan komponen struktur badan yang berdekatan disambungkan pada
sisi yang sama dari plat buhul atau kord:
Bila

L
75;
rx

KL
L
60 0,8
r
rx

Bila

L
75;
rx

KL
L
45 200
r
rx

dengan,
L

panjang komponen struktur antara titik-titik kerja pada

sumbu kord rangka batang (mm)


rx

jari-jari girasi di sumbu geometris pararel dengan kaki yang

disambung (mm)
rz

jari-jari girasi di sumbu utama minor (mm)

Gambar 3- 2. Penampang profil baja siku sama kaki.

Pemberian beban

yang tidak terletak pada sumbu pusat penampang,

mengakibatkan eksentrisitas memberikan perilaku tekuk-lentur dengan kombinasi


gaya dan torsi yang diatur pada bab H1 pasal 1 peraturan RSNI2 2012. Ketentuan
tersebut mengatur;
a. Bila

M ry
Pr
P 8 M
0, 2 maka, r rx
1 ......
Pc
Pc 9 M cx M cy

3- 12

b. Bila

M ry
Pr
P M
0, 2 maka, r rx
1 ....
Pc
2 Pc M cx M cy

3- 13

Dimana Pr = Kekuatan tekan aksial perlu (N) Pc = Kekuatan aksial tersedia (N)
Mr = Kekuatan lentur perlu (Nmm). Dalam penerapan persamaan diatas,
diperlukan peninjauan struktur lentur pada profil siku tunggal yang dijelaskan
pada Bab F Pasal F.10 dengan mengacu pada penampang sumbu x dan y sebagai
sumbu kuat dan lemah pada penampang. Kekuatan lentur nominal (Mn) harus
diambil nilai terendah yang diperoleh dari keadaan batas leleh (momen plastik),
tekuk torsi lateral, dan tekuk lokal kaki siku. Penjelasan kondisi batas tersebut
sebagai berikut :
1. Leleh,
Mn = 1,5My............................................................................................. 3- 14

2. Tekuk Torsi-Lateral
Me My ,

0, 017 M e
M n 0, 92

My

Me My,

My
M n 1, 92 1,17
M y 1, 5 M y . 3- 16

M e

M e . 3- 15

Dimana untuk sumbu kuat dari profil baja siku sama kaki;
0, 46 Eb 2t 2Cb
..... 3- 17
Me
Lb

Dimana Lb adalah panjang batang tanpa pengaku lateral dan Cb bernilai 1.

BAB IV. TUJUAN PENELITIAN


Tujuan umum penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran perilaku
batang tekan profil siku L.30.30.3 dengan sambungan baut di kedua ujung
tumpuan. Dalam peninjauannya secara khusus, penelitian ini akan menguraikan
kajian terhadap:
a. Kapasitas beban ultimit tekan profil siku;
b. Perilaku deformasi batang tekan profil siku; dan
c. Komparasi nilai aktual tekan ultimit tekan terhadap acuan desain SNI 031729-2002 dan RSNI2 03-1729.1-2012.

BAB V. METODE PENELITIAN


Tahapan penelitian akan dilakukan dengan rincian sebagai berikut :
5.1 Persiapan
Penelitian diawali dengan menyiapkan tim penelitian yang mencakup
keterlibatan mahasiswa dan tenaga ahli laboran dalam menyusun rencana kerja

penelitian. Pada tahapan ini peneliti bersama mahasiswa dan laboran akan
menyamakan persepsi terhadap rencana kerja. Memberikan penjelasan terhadap
tahapan-tahapan kegiatan serta tugas dan tanggungjawab disetiap anggota tim.
Dalam tahapan ini juga dilakukan studi literatur bersama terhadap rencana
kerja penelitian. Kegiatan ini mencakup kajian terhadap alternatif-alternatif
pelaksanaan pengujian yang mungkin disesuaikan terhadap perkembangan
literatur terbaru yang diterima masing-masing anggota tim peneliti. Informasi
ketersedian material dan bahan pengujian juga dilakukan dengan melakukan
survey secara langsung di pasar material maupun melalui media elektronik yang
tersedia.

5.2

Pelaksanaan Pengujian
Tahapan pelaksanaan pengujian dilakukan melalui 2 tahapan utama yaitu

pengujian pendahuluan (trial) dan pengujian utama. Pengujian trial dilakukan


untuk memastikan apakah metode pengujian yang direncanakan sesuai dengan
tujuan yang diinginkan. Hal ini juga bertujuan agar meminimalkan kerugian yang
ditimbulkan apabila ketidaksesuaian terjadi pada pelaksanaan pengujian. Tahapan
pelaksanaan pengujian trial tidak berbeda dengan tahapan pengujian utama. Hal
yang berbeda terdapat pada benda uji yang diambil terbatas pada salah satu
bentuk variasi benda uji. Setelah pengujian trial dilaksanakan, dilakukan proses
evaluasi terhadap model dan prosedur pengujian guna penyempurnaan
pelaksanaan pengujian. Berikut tahapan-tahapan pelaksanaan pengujian yang
mencakup pengukuran sifat mekanik benda uji, pembuatan benda uji dan prosedur
pengujian. Khusus pada pengukuran sifat mekanik benda uji, proses ini cukup
dilakukan satu kali untuk mewakili tahapan pengujian trial dan pengujian utama
dikarenakan kesamaan material yang digunakan pada kedua tahapan pengujian
tersebut.
a.

Pengukuran sifat mekanik benda uji

Dalam tahapan ini pelaksanaan pengujian diawali dengan pengujian tarik


baja benda uji penelitian yaitu profil siku L.30.30.3. Pengujian ini dilakukan
untuk mendapatkan sifat-sifat mekanik dari benda uji yang mencakup modulus
elastisitas (E), tegangan leleh (Fy), tegangan putus (Fu) dan pola teaganganregangan (Fs-) material baja profil siku. Metode pengujian sifat mekanik ini
mengacu pada stadar ASTM E8 yang menggunakan metode pegujian tarik coupon
yang diambil dari benda uji. Data data ini nantinya digunakan sebagai dasar
perhitungan analitis terhadap persamaan yang terdapat pada bab 4 diatas.

b.

Pembuatan benda uji


Batang tekan benda uji divariasikan terhadap angka kelangsingan dengan

tinjauan terhadap sumbu x (sejajar terhadap sambungan) yang digambarkan pada


Gambar 5.1. Peninjaaun kelangsingan terhadap sumbu (sumbu lemah) juga
dilakukan, namun cukup dilakukan dengan perhitungan aritmatika pada proses
analisis data. Angka kelangsingan diambil pada penelitian ini adalah 150 dan 200.
Hal ini dilakukan dengan pertimbangan untuk menghidari kegagalan sambungan
baut pada pengujian (jika <150) dan batasan yang masih memenuhi syarat dari
RSNI2 03-1729.1-2012 dan SNI-03-1729-2002 yaitu 200. Setiap variasi benda
uji diwakili oleh 3 benda uji yang sama. Ini lakukan untuk mememenuhi syarat
minimum dari pendekatan statisik dalam pengolahan data hasil pengujian. Jumlah
dan variasi benda uji dapat dilihat pada Tabel 5.1 berikut.

Tabel 5.1 Variasi Benda Uji Pengujian

Jumlah

150

200

Total benda uji

ex
xy

ey
x

Gambar 5. 1 Detail sumbu penampang profil siku sama-kaki.

Pada benda uji diletakkan displacment tranducer yang diletakkan pada


tengah bentang batang tekan. Hal ini dilakukan untuk mengukur deformasi lateral
pada benda uji. Di kedua bagian leg penampang ditengah bentang juga
dipasangkan strain gauge untuk mengukur regangan yang terjadi dengan jarak
b (lebar leg) dari sisi tluar. Posisi ini dilakukan karena dugaan kegagalan tekuk
yang akan terjadi ditengah bentang dimulai dari bagian leg sisi luar penampang.
Penempatan posisi displacment tranducer dan strain gauge pada benda uji dapat
dilihat pada Gambar 5.2.

Strain
gauge
Di tengah
bentang

Di
tengah
leg

Gambar 5. 2 Posisi displacment tranducer dan strain gauge pada benda uji
c.

Prosedur pengujian
Pengujian dilakukan dengan memberikan pembebanan aksial tekan statis

secara bertahap. Metode pembebanan dilakukan dengan pengencangan baut secara


bersamaan pada as pembebanan. Proses pengencangan baut yang mendorong plat
pembebanan sekaligus load cell yang ada di atasnya akan memberikan beban
aksial tekan pada profil baja siku. Perletakan yang sentris antara load cell dan plat
buhul sambungan akan memberikan beban tekan eksentris pada penampang profil
baja siku. Adapun setting up pengujian dapat dilihat pada Gambar 5.2.
Langkah-langkah pembebanan dan perekaman data pada setiap variasi benda uji
diuraikan pada tehapan sebagai berikut :
1.

Pembebanan dilakukan secara bertahap yang dimulai pada kondisi beban


0 kN dengan kenaikan beban pada interval 0,5 kN..

2.

Dilakukan perekaman deformasi dan regangan benda uji pada setiap


tahapan pembebanan. Pengukuran deformasi aksial dilakukan dengan
alat mistar ukur. Sementara deformasi arah lateral, regangan dan beban
aksial dilakukan dengan membaca display yang terukur pada data loger.
Proses ini dilakukan setelah 30 detik di setiap tahapan pembebanan
tercapai.

3.

Pembebanan dihentikan pada saat benda uji mengalami tekuk (buckling)


yang disertai dengan penurunan nilai beban aksial tekan pada pembacaan
data loger.

5.3

Analisis Data dan Pelaporan

a. Rencana pengamatan
Pengamatan dilakukan dengan menganalisa data hasil perekaman yang
telah disajikan dalam bentuk grafik masing-masing hubungan antara data hasil
pengujian. Dokumentasi visual yang didapat melalui rekaman foto dan video
selama pengujian disajikan untuk memperkuat dugaan-dugaan kesimpulan proses
analitis data. Adapun lingkup pengamatan selama pengujian akan dilakukan pada :
1. Pola deformasi lateral dan aksial terhadap kenaikan beban aksial tekan.
2. Model kegagalan tekuk (buckling) yang terjadi.
3. Pola tegangan dan regangan yang terjadi pada kaki penampang pada setiap
tahapan pembebanan.

b. Laporan hasil penelitian


Laporan penelitian disusun bersama tim peneliti yaitu ketua dan anggota
peneliti. Terdapat dua jenis laporan yang akan dikeluarkan yaitu laporan progress
dan laporan akhir. Laporan progress penilitian akan menyajikan perkembangan
setiap tahan pelaksanaan, laporan penggunaan dana dan buku catatan harian
penelitian (BHCP). Sementara itu pada laporan akhir penelitian akan menyajikan
hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan dari hasil penelitian. Selanjutnya
dari kedua laporan ini akan disusun dan dikembangkan lebih lanjut guna
pelaksanaan seminar hasil yang diselenggarakan oleh lembaga penelitian
universitas syiah kuala, seminar nasional maupun publikasi ilmiah lainnya.

Gambar 5.2 Setting up pengujian

a. Tampak depan

b. Tampak atas

Gambar 5.3 Detail tumpuan sambungan baut

Mulai

Persiapan Tim dan


Studi Literatur
Survey dan Pengadaan
Material dan Bahan

Pembuatan Benda Uji &


Setting Up Pengujian

Pengujian Sifat Fisik


Material

Pengujian Trial

Tidak

Model Pengujian
Sesuai??
Ya
Pengujian Utama

Benda uji = 150

Benda uji = 200

Analisis data hasil


penelitian :
2. Beban ultimit tekan
3. Pola deformasi
4. Mode kegagalan
tekuk (buckling)

Hasil dan Kesimpulan


Selesai
Gambar 5.4 Bagan alir penelitian

Perhitungan Analitis
a. SNI 03-1729-2002
b. RSNI2 03-1729.1-2012

LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA

AISC 360-05, 2005, Specification for Structural Steel Building, AISC, ChicagoUSA.
Hasibuan P., 2013, Identifikasi Identifikasi Gaya Batang Tekan Baja Profil Siku
untuk Berbagai Macam Tumpuan melalui Metode Vibrasi, Laporan
Penelitian Tesis, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Liu, Y. dan Hui, L., 2008, Experimental Study of Beam-Column Behaviour of
Steel Single Angle, Journal of Constructional Steel Research, 64:505-514.
RSNI2 03-1729.1-201x, 2012, Spesifikasi untuk Gedung Baja Struktural, Bandan
Standarisasi Nasional
Sakla S.S., 2001, Table for Design Strenght of Eccentrically-Loaded Single Angle
Struts, Engineering Journal-AISC, Third Quarter:127-136.
Shaker, F.J., 1975, Effect of Axial Load on Mode Shape and Frequency of Beam,
Lewis Research Center Report NASA-TN-8109, Washington DC.
Smith, J.C., 1996, Structural Steel Design-LRFD Approach, 2rd edition, page
118-155, John Wiley & Sons, USA
SNI 03-1729-2002, 2002, Tata Cara Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan
Gedung, Departemen Pekerjaan Umum
Timoshenko, S.P. dan Gere, JM., 1963, Theory of Elastic Stability, Page 51-59,
Second Edition, McGraw-Hill, Singapore.

Anda mungkin juga menyukai