Anda di halaman 1dari 38

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. KONSEP BETON BERTULANG

1.1.1. Konsep Dasar Beton Bertulang


Beton bertulang adalah beton yang ditulangi dengan luas dan jumlah
tulangan yang tidak kurang dari nilai minimum, yang disyaratkan dengan
atau tanpa prategang, dan direncanakan berdasarkan asumsi bahwa kedua
material bekerja bersama-sama dalam menahan gaya yang bekerja.

1.1.2. Analisis dan Perencanaan


a. Perencanaan
Semua komponen struktur beton bertulang harus direncanakan cukup
kuat sesuai dengan ketentuan yang dipersyaratkan dalam standar SK SNI
03-2847-2013 tentang tata cara perhitungan struktur beton untuk bangunan
gedung, dengan menggunakan faktor beban dan faktor reduksi kekuatan 
yang sesuai.
b. Modulus Elastisitas
Nilai modulus elastisitas beton dan baja tulangan ditentukan sebagai
berikut :
1. Untuk nilai wc diantara 1500 kg/m3 dan 2500 kg/m3, nilai
modulus elastisitas beton Ec dapat diambil sebesar (wc)1.5 0.0043
fc (dalam MPa). Untuk beton normal Ec dapat diambil sebesar
4700fc.
2. Modulus elastisitas untuk tulangan non-prategang Es boleh
diambil sebesar 200000 Mpa.

1
1.1.3. Ketentuan Mengenai Kekuatan dan Kemampuan Layan

Struktur harus direncanakan hingga semua penampang mempunyai kuat


rencana minimum sama dengan kuat perlu, yang dihitung berdasarkan
kombinasi beban dan gaya terfaktor.
a. Kuat Perlu
Kuat perlu didefinisikan sebagai kekuatan suatu komponen struktur atau
penampang yang diperlukan untuk menahan beban terfaktor atau momen
dan gaya dalam yang berkaitan dengan adanya beban dalam suatu
kombinasi seperti yang ditetapkan dalam tentang tata cara perhitungan
struktur beton untuk bangunan gedung. Kuat perlu yang dipersyaratkan
dalam pasal tersebut adalah :
U = 1,4 D
U = 1,2 D + 1,6 L (SK SNI 03-2847-2013 pasal 9.2(1))
U = 0,75 (1,2.D + 1,6.L + 1,6.W)
U = 0,9.D + 1,3.W (SK SNI 03-2847-2013 pasal 9.2(2))
U = 1,05 (D + 0,6.L + E)
U = 0,9 (D + E) (SK SNI 03-2847-2013 pasal 9.2(3))
Dimana D : beban mati, L : beban hidup, W : beban angin, dan E : beban
gempa.
b. Kuat Rencana
Kuat rencana komponen struktur dan penampangnya, sehubungan
dengan perilaku lentur, beban normal, geser, dan torsi, harus diambil
sebagai hasil kali kuat nominal, yang dihitung berdasarkan ketentuan dan
asumsi dari tata cara ini, dengan suatu faktor reduksi kekuatan . Faktor
reduksi kekuatan ditentukan sebagai berikut :
Momen lentur tanpa gaya aksial
 = 0.80 (SK SNI 03-2847-2013 pasal 11.3(2(1)))
Gaya aksial tarik, atau momen dengan gaya tarik.
 = 0.80 (SK SNI 03-2847-2013 pasal 11.3(2(2(a))))
Gaya aksial tekan, atau momen dengan gaya tekan.
 = 0.65 (SK SNI 03-2847-2013 pasal 11.3(2(2(b))))
Gaya geser

2
 = 0.75 (SK SNI 03-2847-2013 pasal 11.3(2(3)))
c. Kuat Rencana Tulangan
Dalam perencanaan, kuat leleh tulangan fy dibatasi tidak boleh melebihi 550
Mpa.

1.1.4. Beban Lentur dan Aksial


Ketentuan ini berlaku untuk perencanaan komponen struktur terhadap
beban lentur atau aksial atau kombinasi dari beban lentur dan aksial.
Ketentuan ini diambil berdasarkan standar SK SNI 03-2847-2013 tentang
tata cara perhitungan struktur beton untuk bangunan gedung.
a. Asumsi Dalam Perencanaan
Dalam merencanakan komponen struktur terhadap beban lentur atau
aksial atau kombinasi dari beban lentur dan aksial, digunakan asumsi
sebagai berikut :
1. Pemenuhan kondisi keseimbangan gaya dan kompatibilitas regangan
yang bekerja pada penampang balok.
2. Regangan pada tulangan dan beton berbanding lurus dengan jarak dari
sumbu netral.
3. Regangan maksimum yang dapat dimanfaatkan pada serat tekan beton
terluar harus diambil sama dengan 0,003.
4. Tegangan pada tulangan yang nilainya lebih kecil daripada kuat leleh
fy harus diambil sebesar Es dikalikan regangan baja. Untuk regangan
yang nilainya lebih besar dari regangan leleh yang berhubungan
dengan fy, tegangan pada tulangan harus diambil sama dengan fy.
5. Dalam perhitungan, kuat tarik beton harus diabaikan.
6. Hubungan antara distribusi tegangan tekan beton dan regangan beton
diasumsikan berbentuk parabola yang dipenuhi oleh suatu distribusi
tegangan beton persegi ekuivalen yang didefinisikan sebagai berikut :
a) Tegangan beton sebesar 0.85 fc yang diasumsikan terdistribusi
secara merata pada daerah tekan ekuivalen yang dibatasi oleh tepi
penampang dan suatu garis lurus yang sejajar dengan sumbu netral
sejarak a = 1 c dari serat dengan regangan tekan maksimum.

3
b) Jarak c dari serat dengan regangan maksimum ke sumbu netral
harus diukur dalam arah tegak lurus terhadap sumbu tersebut.
7. Faktor 1 harus diambil sebesar 0.85 untuk beton dengan nilai kuat
tekan fc lebih kecil daripada atau sama dengan 30 MPa. Untuk beton
dengan nilai kuat tekan di atas 30 MPa, 1 harus direduksi sebesar 0,05
untuk setiap kelebihan 7 MPa di atas 30 MPa, tetapi 1 tidak boleh
diambil kurang dari 0.65.
b. Prinsip Perencanaan
Dalam merencanakan komponen struktur yang dibebani lentur atau
aksial atau kombinasi beban lentur dan aksial harus dipenuhi ketentuan
berikut :
1. Perencanaan penampang yang dibebani lentur atau aksial atau
kombinasi beban lentur dan aksial harus didasarkan atas kompatibilitas
tegangan dan regangan.
2. Kondisi regangan seimbang terjadi pada penampang ketika tulangan
tarik mencapai regangan yang berhubungan dengan tegangan leleh fy
pada saat yang bersamaan dengan tercapainya regangan batas 0,003
pada bagian beton yang tertekan.
3. Untuk komponen struktur lentur, dan untuk komponen struktur yang
dibebani kombinasi lentur dan aksial tekan dimana kuat rencana Pn
kurang dari nilai yang terkecil antara 0.10 fc Ag danPb, maka rasio
tulangan  yang ada tidak boleh melampaui 0,75b, yang merupakan
rasio tulangan yang menghasilkan kondisi regangan seimbang untuk
penampang yang mengalami lentur tanpa beban aksial. Untuk
komponen struktur dengan tulangan tekan, bagian b yang disamai
oleh tulangan tekan tidak perlu direduksi dengan faktor 0,75.
4. Peningkatan kekuatan komponen struktur lentur boleh dilakukan
dengan menambahkan pasangan tulangan tekan dan tulangan tarik
secara bersamaan.
5. Kuat tekan rencana Pn dari komponen struktur tekan tidak boleh
diambil lebih besar dari ketentuan berikut :
a) Untuk komponen struktur dengan tulangan sengkang pengikat

4
Pn(max) = 0.80 [0.85 fc (Ag – Ast) + fy Ast]
(SK SNI 03-2847-2013 pasal 12.3(5(2)))
b) Komponen struktur yang dibebani aksial tekan harus direncanakan
terhadap momen maksimum yang menyertai beban aksial tersebut.
Beban aksial terfaktor Pu dengan eksentrisitas yang ada, tidak
boleh melampaui nilai Pn(max). Momen maksimum terfaktor Mu
harus diperbesar untuk memperhitungkan pengaruh kelangsingan.
c. Tulangan Minimum pada Komponen Struktur Lentur
Pada setiap penampang dari suatu komponen struktur lentur dimana
berdasarkan analisis diperlukan tulangan tarik, maka luas As yang ada
tidak boleh kurang dari :
√𝑓
As min> 4𝑓 𝑐 bw d (SK SNI 03-2847-2013 pasal 12.5(1))
𝑦

dan
1.4
As min> 𝑓 bw d (SK SNI 03-2847-2013 pasal 12.5(1))
𝑦

d. Pembatasan untuk Tulangan Komponen Struktur Tekan


1. Luas tulangan longitudinal komponen struktur tekan non-komposit
tidak boleh kurang dari 0,01 ataupun lebih dari 0,08 kali luas bruto
penampang Ag.
2. Jumlah minimum batang tulangan longitudinal pada komponen
struktur tekan adalah 4 untuk batang tulangan di dalam sengkang
pengikat segi empat.
1.1.5 Geser
Ketentuan ini berlaku untuk perencanaan komponen struktur terhadap
beban geser. Ketentuan ini juga diambil berdasarkan standar SK SNI 03-
2847-2013 tentang tata cara perhitungan struktur beton untuk bangunan
gedung.
a. Kuat Geser
Perencanaan penampang terhadap geser harus didasarkan pada
Vn> Vu (SK SNI 03-2847-2013 pasal 13.1(1))
Dengan Vu adalah gaya geser terfaktor pada penampang yang ditinjau dan
Vn adalah kuat geser nominal yang dihitung dari :

5
Vn = Vc + Vs (SK SNI 03-2847-2013 pasal 13.1(1))
Dengan Vc adalah kuat geser nominal yang disumbangkan oleh beton dan
Vs adalah kuat geser nominal yang disumbangkan oleh tulangan geser.
b. Kuat Geser yang Disumbangkan oleh Beton
1. Kuat geser Vc harus dihitung menurut ketentuan berikut ini yaitu :
Untuk komponen struktur yang hanya dibebani oleh geser dan lentur
berlaku,
√𝑓  𝑐
Vc = bw d (SK SNI 03-2847-2013 pasal 13.3(1))
6

Untuk komponen struktur yang dibebani tekan aksial,


Nu √𝑓𝑐
Vc = (1 + )( ) bw d (SK SNI 03-2847-2013 pasal 13.3(2))
14Ag 6

Besaran Nu / Ag harus dinyatakan dalam MPa.


2. Kuat geser Vc boleh dihitung dengan perhitungan yang lebih rinci
sebagai berikut :
a) Untuk komponen struktur yang hanya dibebani oleh geser dan
lentur saja,
Vu d bw d
Vc = (√𝑓c + 120w ) 7
Mu

(SK SNI 03-2847-2013 pasal 13.3(2(1)))


tetapi tidak boleh diambil lebih besar daripada 0.3 fcbwd. Dalam
perhitungan Vc menggunakan persamaan ini, besaran Vud/Mu tidak
boleh diambil melebihi 1,0, dimana Mu adalah momen terfaktor
yang terjadi bersamaan dengan Vu pada penampang yang ditinjau.
b) Untuk komponen struktur yang dibebani gaya aksial tekan,
persamaan di atas boleh digunakan untuk menghitung Vc dengan
nilai Mm menggantikan nilai Mu dan nilai Vud/Mu boleh diambil
lebih besar daripada 1,0 dengan
(4h−d)
Mm = Mu – Nu (SK SNI 03-2847-2013 pasal 13.3(2(2)))
8

Tetapi dalam hal ini, Vc tidak boleh diambil lebih besar daripada :
0.3 Nu
Vc = 0.3 √𝑓c bw d √1 + Ag

(SK SNI 03-2847-2013 pasal 13.3(2(2)))

6
Besaran Nu / Ag harus dinyatakan dalam MPa. Bila Mm yang
dihitung bernilai negatif, maka Vc harus dihitung dengan
persamaan di atas ini.
c. Kuat Geser yang Disumbangkan oleh Tulangan Geser
Jenis tulangan geser yang direncanakan untuk dihitung oleh POSTSAP
adalah berupa sengkang yang tegak lurus terhadap sumbu aksial
komponen struktur. Tulangan geser direncanakan dengan ketentuan
sebagai berikut :
1. Kuat leleh rencana tulangan geser tidak boleh diambil lebih besar
daripada 400 MPa.
2. Sengkang yang digunakan sebagai tulangan geser harus diteruskan
sejauh jarak d dari serat tekan terluar dan harus dijangkarkan pada
kedua ujungnya agar mampu mengembangkan kuat leleh rencananya.
3. Batas spasi tulangan geser
a) Spasi tulangan geser yang dipasang tidak boleh melebihi d/2 atau
600 mm.
b) Bila Vs melebihi (fc/3)bwd, maka spasi maksimum tersebut harus
dikurangi setengahnya.
4. Tulangan geser minimum
a) Bila pada komponen struktur lentur beton bertulang bekerja gaya
geser terfaktor Vu yang lebih besar dari setengah kuat geser yang
disumbangkan oleh beton Vc, maka harus selalu dipasang
tulangan geser minimum, kecuali balok dengan tinggi total yang
tidak lebih dari nilai terbesar diantara 250 mm, atau 0,5 kali lebar
badan.
b) Bila dalam hasil analisis diperlukan tulangan geser dan
memperbolehkan untuk mengabaikan pengaruh puntir, maka luas
tulangan geser minimum harus dihitung dari :
75√𝑓c bw s
Av = (SK SNI 03-2847-2013 pasal 13.5(5(3)))
1200 3𝑓y

1bw s
Tapi Av tidak boleh kurang dari dengan bw dan S dinyatakan
3𝑓y

dalam milimeter.

7
5. Perencanaan tulangan geser
a) Bila gaya geser terfaktor Vu lebih besar daripada kuat geser Vc,
maka harus disediakan tulangan geser untuk memenuhi
keseimbangan gaya geser yang terjadi.
b) Besarnya gaya geser yang harus dipikul oleh tulangan geser, Vs,
dihitung sebagai berikut :
Av 𝑓y d
Vs = (SK SNI 03-2847-2013 pasal 13.5(6(2)))
S

dengan Av adalah luas tulangan geser yang berada dalam rentang


jarak s.
c) Kuat geser Vs, tidak boleh diambil lebih dari (2/3)(fc)bwd.
1.1.6 Desain Balok Beton Bertulang
Dalam perhitungan desain balok beton bertulang, POSTSAP akan
menghitung dan melaporkan luas tulangan baja perlu untuk lentur dan
geser berdasarkan harga momen dan geser maksimum dari kombinasi
beban yang bekerja pada balok dan juga kriteria-kriteria perencanaan lain
yang ditetapkan sesuai dengan standar SK SNI 03-2847-2013 tentang tata
cara perhitungan struktur beton untuk bangunan gedung. Tulangan yang
diperlukan tadi akan dihitung berdasarkan titik-titik yang dapat
dispesifikasikan dalam setiap panjang elemen balok. Semua balok hanya
dirancang terhadap momen lentur dan geser pada sumbu mayor saja,
sedangkan dalam arah minor balok dianggap menyatu dengan lantai
sehingga tidak dihitung. Jika dalam kenyataannya perlu perancangan
lentur dalam arah minor (penampang biaksial) maka perencana harus
menghitung tersendiri, termasuk jika timbul torsi maupun gaya normal.
Prosedur desain balok beton bertulang meliputi dua tahap yaitu:
a. Desain tulangan lentur balok (flexural reinforcement)
b. Desain tulangan geser balok (shear reinforcement)
1. Desain Tulangan Lentur Balok (Flexural Reinforcement)
Dalam desain tulangan lentur ini, balok didesain sebagai balok
berpenampang persegi dengan tulangan rangkap
(doublereinforcement) yaitu tulangan tarik (tension reinforcement)
dan tulangan tekan (compression reinforcement).

8
Tahapan yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut :
a) Menentukan momen terfaktor maksimum.
b) Menentukan jumlah tulangan lentur perlu.

1) Menentukan Momen Terfaktor Maksimum


Momen terfaktor maksimum diperoleh dari berbagai
kombinasi pembebanan dari hasil kombinasi tipe beban
(load case) yang dikalikan dengan faktor beban sesuai
dengan peraturan perencanaan yang digunakan yaitu
standar SK SNI 03-2847-2013 tentang tata cara perhitungan
struktur beton untuk bangunan gedung. Penampang balok
didesain terhadap momen positif maksimum Mu+ dan
momen negatif maksimum Mu- dari hasil momen terfaktor
envelopes yang diperoleh dari semua kombinasi
pembebanan yang ada.
2) Menentukan Jumlah Tulangan Lentur Perlu
Dalam proses desain tulangan lentur, program akan
menghitung banyaknya tulangan tarik (tension
reinforcement) dan tulangan tekan (compression
reinforcement) yang diperlukan. Prosedur desain
didasarkan pada persamaan keseimbangan tegangan yang
bekerja pada penampang balok bertulangan rangkap
(double reinforcement). Dalam proses desain tulangan
lentur ini diasumsikan bahwa gaya aksial tekan terfaktor
yang bekerja pada balok tidak melebihi 0,1 fc
Ag.Disamping itu pengurangan luas penampang beton yang
ditempati oleh tulangan tekan selalu diabaikan.
Analisis dilakukan dengan asumsi awal bahwa semua
tulangan telah leleh. Jika semua tulangan leleh, fs = fs = fy,
dimana fs adalah tegangan yang terjadi pada tulangan tarik
(tension reinforcement) dan fs adalah tegangan yang terjadi

9
pada tulangan tekan (compression reinforcement). Maka
resultan gaya-gaya dalam menjadi :
Tekan pada beton
Cc = 0.85 fc ab
Tekan pada tulangan baja tekan (compression reinforcement)
Cs = Asfy
Tarik pada tulangan baja tarik (tension reinforcement)
T = Asfy
Dimana :
fc : kuat tekan beton yang disyaratkan, MPa.
fy : kuat leleh yang disyaratkan untuk tulangan baja, MPa.
a : tingkat blok tekan, mm.
b : lebar balok, mm.
As : luas tulangan baja tekan (compression reinforcement), mm2
As : luas tulangan baja tarik (tension reinforcement), mm2
Untuk keseimbangan maka
Cc + Cs = T  0.85 fc ab + Asfy = Asfy
(As − As )𝑓y
a= 0.85𝑓c b

Diagram regangan digunakan untuk memeriksa apakah


tulangan telah leleh atau tidak. Tulangan mencapai tegangan
leleh jika nilai regangannya lebih besar dari fy / Es. Dari
diagram regangan dapat diketahui nilai :
c−d a−1 d
s = 0,003 = 0,003
c a
d−c 1 d−a
s= 0,003 = 0,003
c a
a−1 d 𝑓y
fs = fy jika 0,003 >E
a s

dan
1 d−a 𝑓y
fs = fy jika 0,003 >E
a s

Dimana :
s = regangan tulangan tekan (compression reinforcement strain)
s = regangan tulangan tarik (tension reinforcement strain)

10
c = jarak dari serat tekan beton terluar ke sumbu netral, mm.
= a /  1.
d = jarak dari serat tekan beton terluar ke titik berat tulangan
tekan, mm.
d = jarak dari serat tekan beton terluar ke titik berat tulangan
tarik, mm.
1 = 0.85 untuk fc< 30 MPa.
= 0.85 – 0.008 (fc – 30) dan 1> 0.65 untuk fc> 30 MPa
fs = tegangan yang terjadi pada tulangan tekan, MPa.
fs = tegangan yang terjadi pada tulangan tarik, MPa.
Es = modulus elastisitas untuk tulangan baja, MPa.
= 200000 MPa.
Jika kondisi ini dipenuhi, maka asumsi bahwa semua
tulangan telah mencapai tegangan leleh adalah benar dan
kapasitas momen nominal penampang balok Mn dapat dihitung
sebagai berikt yaitu :
a
Mn = 0.85 fc ab(d − ) + As fy (d – d)
2

atau
a
Mn = (As – As) fy(d − 2) + As fy (d – d)

Ketika cek kompatibilitas tegangan dan regangan


memberikan kondisi bahwa terdapat tulangan yang tidak
mencapai tegangan leleh, maka nilai a yang dihitung adalah
salah, sehingga regangan aktual dan a harus dihitung dari
persamaan keseimbangan dan diagram regangan. Secara umum
nilai a berdasarkan persamaan keseimbangan adalah :
As 𝑓s−As 𝑓s
a= 0.85𝑓c b

dimana dari diagram regangan :


a− 1 d
fs= s Es = 0,003 Es atau fy
a
1 d−a
fs = s Es = 0,003 Es atau fy
a

11
a
maka Mn = 0.85 fc ab (d − 2) + As fs (d – d)

Kehancuran tarik (tension failures) dan kehancuran


tekan (compression failures) dapat terjadi pada balok beton
bertulang bertulangan rangkap. Pada kondisi kehancuran tarik
(tension failures), tulangan tarik (tension reinforcement) telah
mencapai tegangan leleh tetapi pada kehancuran tekan
(compression failures), tulangan tarik (tension reinforcement)
masih dalam batas elastis. Pada kondisi kedua kehancuran di
atas, tulangan tekan (compression reinforcement) bisa
mencapai tegangan leleh atau tidak. Dalam perencanaan praktis
desain balok beton bertulang, tulangan tarik
(tensionreinforcement) akan selalu mencapai kondisi leleh. Hal
ini diperlukan untuk menghindari terjadinya kehancuran
mendadak pada balok (brittle failures). Untuk mencapai hal itu,
maka rasio penulangan  dari tulangan tarik (tension
reinforcement) pada balok beton bertulang bertulangan rangkap
dibatasi oleh max sebesar :
0.85𝑓c 1 0.003Es 𝑓s
< 0.75 ( + )
𝑓y 0.003Es+𝑓y 𝑓y

Dalam mendesain balok bertulangan rangkap terhadap


momen terfaktor positif atau negatif, Mu, digunakan metode
coba-coba dan penyesuaian untuk mendapatkan penampang As
dan As yang paling ekonomis (cek kapasitas). Tulangan As
dibatasi oleh min dan max yang ditentukan dalam peraturan.
Adapun flowchart metode yang dipakai untuk mendapatkan
tulangan As dan As adalah sebagai berikut :

12
Start

Input Bentang C,D,Ly,Lx, fc, fy

Menghitung tebal plat

Menghitung estimis balok

Menghitung QDL dan QLL

Menghitung QU

Menghitung Mu+ dan Mu-

Menghitung Vu+ dan Vu-

Finish

Bagan alir 1.1

13
Start

Input Mn, b, h, cv, tarik, tekan, fc, fy, Es

Coba dengan As dan


As baru Asumsi As dan As

Hitung d dan d

Ya
<min Hitung min,  dan d

Tidak Hitung 1

0.85𝑓c 1 d
Ya
Tidak 0.003Es
 – >
𝑓y d 0.003Es −𝑓y fs = fy

Hitung a dari persamaan keseimbangan


Cs + Cc = T, dimana
Cc = 0.85*fc*a*b
Cs = As*Es*(0.003*((a-(1*d))/a)) Cs = As*fs
T = As*fs T = As*fy
A=(T-Cs)/(0.85*fc*b)
Cc = 0.85*fc*a*b Ya Cs=0.85*fc*a*b
fs<0 fs = 0
Cs = As*Es*(0.003*((a-(1*d))/a))
fs = Cs/As
Tidak

s=0.003*(((1*d)-a)/a

Tulangan tarik tidak leleh


(compression failures)
Design ulang dengan merubah Tidak s>fy/Es
As,As, b, d, fc dan fy
Ya

Mn=Cc*(d-(0.5*a)) + Cs*(d-d)

Tidak Mn>Mu/0.8

Ya

Hitung max

Tidak <max

Ya

Desain Geser

Finish

Bagan alir 1.2


Flowchart Proses Desain Tulangan Lentur
pada Balok Penampang Persegi
14
2. Desain Tulangan Geser (Shear Reinforcement)
Tulangan geser didesain untuk tiap-tiap kombinasi pembebanan
yang bekerja sepanjang bentang pada balok. Adapun tahapan yang
perlu dilakukan dalam mendesain tulangan geser adalah sebagai
berikut :
a) Menentukan gaya geser terfaktor yang terjadi, Vu.
b) Menentukan gaya geser, Vc, yang bisa ditahan oleh beton.
c) Menentukan jumlah tulangan geser perlu.

1) Menentukan Gaya Geser Terfaktor yang Terjadi


Gaya geser terfaktor maksimum diperoleh dari berbagai
kombinasi pembebanan dari hasil kombinasi tipe beban
(loadcase) yang dikalikan dengan faktor beban sesuai
dengan peraturan perencanaan yang digunakan yaitu
standar SK SNI 03-2847-2013 tentang tata cara perhitungan
struktur beton untuk bangunan gedung. Penampang balok
didesain terhadap gaya geser yang terjadi pada penampang
yang paling kritis, yang diperoleh dari semua kombinasi
pembebanan yang ada.
2) Menentukan Kapasitas Geser Beton (Concrete Shear
Capacity)
Kuat geser yang disumbangkan oleh beton adalah :
√𝑓c
Vc = ( ) bwd (SK SNI 03-2847-2013 pasal 13.3(1(1)))
6

Jika pengaruh momen dimasukkan, maka kuat geser yang


disumbangkan oleh beton adalah :
Vu d bw d
Vc = (√𝑓c + 120 w ) 7 < 0.3 bwd
Mu

(SK SNI 03-2847-2013 pasal 13.3(2(1)))


Dalam perhitungan Vc, besaran Vud/Mu tidak boleh
diambil melebihi 1.0, dimana Mu adalah momen terfaktor
yang terjadi bersamaan dengan Vu pada penampang yang
ditinjau.

15
3) Menentukan Jumlah Tulangan Geser Perlu (Required Shear
Reinforcement)
Perencanaan penampang terhadap geser harus
didasarkan pada
Vu< Vn (SK SNI 03-2847-2013 pasal 13.1(1))
dengan Vu adalah gaya geser terfaktor pada penampang
yang ditinjau dan Vn adalah kuat geser nominal yang
dihitung dari :
Vn = Vc + Vs (SK SNI 03-2847-2013 pasal 13.1(1))
dengan Vc adalah kuat geser nominal yang disumbangkan
oleh beton, Vs adalah kuat geser nominal yang
disumbangkan oleh tulangan geser dan  adalah faktor
reduksi kekuatan untuk geser lentur,  = 0.75. Kuat leleh
rencana tulangan geser tidak boleh diambil lebih daripada
400 MPa. Spasi tulangan geser tidak boleh melebihi d/2
atau 600 mm. Bila Vs melebihi (fc/3) bwd maka spasi
maksimum tersebut harus dikurangi setengahnya.
Tulangan geser perlu dihitung sebagai berikut :
Av 𝑓y d
Vs = (SK SNI 03-2847-2013 pasal 13.5(6(2)))
S

dengan Av adalah luas tulangan geser yang berada dalam


rentang jarak S. Kuat geser Vs, tidak boleh diambil lebih
dari :
2
Vs<3 √𝑓c bwd (SK SNI 03-2847-2013 pasal 13.5(6(9)))

Bila pada komponen struktur lentur beton bertulang


bekerja gaya geser terfaktor Vu yang lebih besar dari
setengah kuat geser yang disumbangkan oleh beton Vc,
maka harus selalu dipasang tulangan geser minimum
sebesar :
75√𝑓c bw S 1 bw S
Av = >2
1200 𝑓y 𝑓y

(SK SNI 03-2847-2013 pasal 13.5(5(3))) dengan bw dan S


dinyatakan dalam milimeter.

16
Adapun flowchart metode yang dipakai untuk mendapatkan
tulangan geser adalah sebagai berikut :

Start

Input : fc, bw, d, fy, Vu

 = 0.75

Vn = Vu / 
Vc = (fc/6)*bw*d

Ya
Ukuran penampang
(2/3)*fc*bw*d < Vn – Vc
Tidak harus ditambah

Vn> Vc/2 Tidak Tidak perlu tulangan geser

Ya

Vn > Vc Ya

Tidak

Av = (75*fc*bw*s)/(1200* fy) Vs = Av*fy*d/S


dan pilih : s < d/2
s < d/2 If Vn – Vc> 4fc*bw*d
s < 600 mm pilih : s < d/4

Finish

Bagan Alir 1.3


Flowchart Proses Desain Tulangan Geser (Sengkang)
pada Balok Beton Bertulang

17
1.1.7 Desain Kolom Beton Bertulang
Dalam perhitungan desain kolom beton bertulang, POSTSAP akan
menghitung dan melaporkan luas tulangan baja perlu untuk tulangan
memanjang dan tulangan geser berdasarkan harga momen, gaya aksial,
dan geser maksimum dari kombinasi beban yang bekerja pada kolom dan
juga kriteria-kriteria perencanaan lain yang ditetapkan sesuai dengan
standar SK SNI 03-2847-2013 tentang tata cara perhitungan struktur beton
untuk bangunan gedung. Prosedur desain kolom beton bertulang meliputi
dua tahap yaitu :
a. Desain tulangan memanjang balok (column longitudinal
reinforcement).
b. Desain tulangan geser kolom (column shear reinforcement).

1. Desain Tulangan Memanjang Kolom (Column Longitudinal


Reinforcement)
Hampir semua kolom mengalami momen lentur dan gaya
aksial. Karena itu, agar terjamin adanya daktilitas pada kolom,
disyaratkan minimum ada penulangan sebanyak 1% dan kurang
dari 8% pada kolom. Untuk kolom bersengkang harus ada paling
sedikit empat batang tulangan memanjang. Tahapan yang perlu
dilakukan adalah sebagai berikut :
a) Menentukan gaya aksial dan momen terfaktor maksimum.
b) Menentukan jumlah tulangan memanjang.

1) Menentukan Gaya Aksial Dan Momen Terfaktor


Maksimum
Gaya aksial dan momen terfaktor maksimum diperoleh
dari berbagai kombinasi pembebanan dari hasil kombinasi
tipe beban (load case) yang dikalikan dengan faktor beban
sesuai dengan peraturan perencanaan yang digunakan yaitu
standar SK SNI 03-2847-2013 tentang tata cara perhitungan
struktur beton untuk bangunan gedung. Penampang kolom
didesain terhadap gaya aksial dengan eksentritas yang
terjadi pada kolom. Dalam perhitungan, kolom didesain
sebagai tulangan simetris (As = As).

18
2) Desain Tulangan Memanjang Kolom (Column Longitudinal
Reinforcement)
Dalam proses desain, program akan menghitung
banyaknya tulangan yang diperlukan dengan As = As
(tulangan simetris).
Tekan pada beton
Cc = 0.85 fc ab
Tekan pada tulangan baja tekan (compression
reinforcement)
Cs = As fy
Tarik pada tulangan baja tarik (tension reinforcement)
T = As fy
Dimana :
fc = kuat tekan beton yang disyaratkan, MPa.
fy = kuat leleh yang disyaratkan untuk tulangan baja,
MPa.
a = tinggi blok tekan, mm.
b = lebar balok, mm.
As = luas tulangan baja tekan (compression
reinforcement), mm2
As = luas tulangan baja tarik (tension reinforcement),
mm2
Untuk keseimbangan maka
Cc + Cs = T  0.85 fc ab + Asfy = Asfy
(As −As )𝑓y
a= 0.85 𝑓c b

Diagram regangan digunakan untuk memeriksa apakah


tulangan telah leleh atau tidak. Tulangan mencapai
tegangan leleh jika nilai regangannya lebih besar dari fy/Es.
Dari diagram regangan dapat diketahui nilai
c−d a−1 d
 = 0,003 = 0,003
c a
d−c 1 d−a
 = 0,003 = 0,003
c a

19
a−1 d 𝑓y
fs = fy jika 0,003 >E dan
a s

1 d−a 𝑓y
fs = fy jika 0,003 >E
a s

dimana :
s = regangan tulangan tekan (compression reinforcement
strain)
s = regangan tulangan tarik (tension reinforcement strain)
c = jarak dari serat tekan beton terluar ke sumbu netral,
mm.
= a / 1
d= jarak dari serat tekan beton terluar ke titik berat tulangan tekan, mm.
d= jarak dari serat tekan beton terluar ke titik berat tulangan tarik,mm.
1 = 0.85 untuk fc< 30 MPa
= 0.85 – 0.008 (fc– 30) dan 1> 0.65 untuk fc> 30
MPa
fs = tegangan yang terjadi pada tulangan tekan, MPa.
fs = tegangan yang terjadi pada tulangan tarik, MPa.
Es = modulus elastisitas untuk tulangan baja, MPa.
= 200000 MPa.
Jika kondisi ini dipenuhi, maka asumsi bahwa semua
tulangan telah mencapai tegangan leleh adalah benar maka
persamaan keseimbangan gaya dan momen dinyatakan
sebagai berikut :
Pn = Cc + Cs – T
h a h a
Mn = Pne = Cc(2 − 2) + Cs(2 − d) + T (d − 2)

Dalam mendesain kolom, digunakan metode coba-coba


dan penyesuaian untuk mendapatkan penampang As dan
As (cek kapasitas). Adapun flowchart metode yang dipakai
untuk mendapatkan tulangan As dan As adalah sebagai
berikut :

20
Mulai

Input fc, fy, b, h, cv, db, dbs, Mu, Pu, Vu

Asumsikan As dan As

Ya
Perbesar As dan As Ast< 1%

Tidak

Ast> 8% Ya Perbesar penampang

Tidak

Hitung Cb, ab, fs, fs, Pnb, Mnb, dan eb

Tidak Ya
Keruntuhan tekan e > eb Keruntuhan tarik

As fy bhfc As fy
Pn = a + 3he = bd, m = 0.85fc
+0.5 2 +1.18
d−d d
h−2e h−2e 2 d
Pn = 0.85fcbd[ + √( ) + 2m (1 − d)]
2d 2d

Pn a c−d
a = 0.85f b, c = β , fs = Es
c 1 c

Gunakan prosedur coba-coba


untuk memperoleh Pn
Tidak Ya

Tidak
Tambah As dan As Pn>Pu Ya Desain geser

Selesai

Bagan Alir 1.4


Flowchart Proses Desain Tulangan Pokok pada Kolom Beton Bertulang

21
2. Desain Tulangan Geser Kolom (Column Shear Reinforcement)
Tulangan geser didesain untuk tiap-tiap kombinasi pembebanan yang
bekerja sepanjang bentang pada kolom. Adapun tahapan yang perlu
dilakukan dalam mendesain tulangan geser adalah sebagai berikut :
a) Menentukan gaya geser terfaktor yang terjadi, Vu.
b) Menentukan gaya geser, Vc, yang bisa ditahan oleh beton.
c) Menentukan jumlah tulangan geser perlu.

1) Menentukan gaya geser terfaktor yang terjadi


Gaya geser terfaktor maksimum diperoleh dari berbagai
kombinasi pembebanan dari hasil kombinasi tipe beban (load case)
yang dikalikan dengan faktor beban sesuai dengan peraturan
perencanaan yang digunakan yaitu standar SK SNI 03-2847-2013
tentang tata cara perhitungan struktur beton untuk bangunan
gedung. Penampang kolom didesain terhadap gaya geser yang
terjadi pada penampang yang paling kritis, yang diperoleh dari
semua kombinasi pembebanan yang ada.
2) Menentukan kapasitas geser beton (concrete shear capacity)
Kuat geser yang disumbangkan oleh beton adalah :
Nu √𝑓c
Vc = (1 + 14Ag) ( ) bwd
6

(SK SNI 03-2847-2013 pasal 13.3(1(2)))


dimana Nu/Ag dinyatakan dalam besaran MPa.
3) Menentukan jumlah tulangan geser perlu (required shear
reinforcement)
Perencanaan penampang terhadap geser harus didasarkan pada:
Vu< Vn (SK SNI 03-2847-2013 pasal 13.1(1))
dengan Vu adalah gaya geser terfaktor pada penampang yang
ditinjau dan Vn adalah kuat geser nominal yang dihitung dari :
Vn = Vc + Vs (SK SNI 03-2847-2013 pasal 13.1(1))
dengan Vc adalah kuat geser nominal yang disumbangkan oleh
beton, Vs adalah kuat geser nominal yang disumbangkan oleh
tulangan geser dan  adalah faktor reduksi kekuatan untuk geser

22
lentur,  = 0.75. Kuat leleh rencana tulangan geser tidak boleh
diambil lebih daripada 400 MPa. Spasi tulangan geser tidak boleh
melebihi d/2 atau 600 mm. Bila Vs melebihi (fc/3)bwd maka spasi
maksimum tersebut harus dikurangi setengahnya.
Tulangan geser perlu dihitung sebagai berikut :
Av 𝑓y d
Vs = (SK SNI 03-2847-2013 pasal 13.5(6(2)))
S

dengan Av adalah luas tulangan geser yang berada dalam rentang


jarak S. Kuat geser Vs, tidak boleh diambil lebih dari :
2
Vs<3 √𝑓c bwd (SK SNI 03-2847-2013 pasal 13.5(6(9)))

Bila pada komponen struktur lentur beton bertulang bekerja


gaya geser terfaktor Vu yang lebih besar dari setengah kuat geser
yang disumbangkan oleh beton Vc, maka harus selalu dipasang
tulangan geser minimum sebesar :
75√𝑓c bw S 1 bw S
Av = >2
1200 𝑓y 𝑓y

(SK SNI 03-2847-2013 pasal 13.5(5(3)))


dengan bw dan S dinyatakan dalam milimeter.
Adapun flowchart metode yang dipakai untuk mendapatkan tulangan
geser adalah sebagai berikut :

23
Start

Input : fc, b w, d, f y, V u

= 0.75

Vn = Vu / 
Vc = ( fc/6)*b w*d

Ya
Ukuran penampang
(2/3)* fc*b w* d < V n – V c
Tidak harus ditambah

V n> V c/2 Tidak Tidak perlu tulangan geser

Ya

V n> V c Ya

Tidak

A v= (75*  fc*b w*s)/(1200* fy) V s= A v* f y*d/S


dan pilih : s < d/2
s < d/2 If V n – V c> 4 fc*b w*d
s < 600 mm pilih : s < d/4

Finish

Bagan Alir 1.5


Flowchart Proses Desain Tulangan Geser (Sengkang)
pada Kolom Beton Bertulang

24
1.1.8 Detail Penulangan
a. Kait Standar
Pembengkokan tulangan baja harus memenuhi ketentuan sebagai
berikut :
1. Bengkokan 180o ditambah perpanjangan 4db, tapi tidak kurang dari
60 mm, pada ujung bebas kait.
2. Bengkokan 90o ditambah perpanjangan 12db pada ujung bebas kait.
3. Untuk sengkang dan kait pengikat :
a) Batang D-16 dan yang lebih kecil, bengkokan 90o ditambah
perpanjangan 6db pada ujung bebas kait, atau
b) Batang D-19, D-22, dan D-25, bengkokan 90o ditambah
perpanjangan 12db pada ujung bebas kait, atau
c) Batang D-25 dan yang lebih kecil, bengkokan 135o ditambah
perpanjangan 6db pada ujung bebas kait.
b. Diameter Bengkokan Minimum
1. Diameter bengkokan yang diukur pada bagian dalam batang
tulangan tidak boleh kurang dari nilai dalam tabel 2.1. di bawah
ini. Ketentuan ini tidak berlaku untuk sengkang dan sengkang ikat
dengan ukuran D-10 hingga D-16.
Tabel 1.1 Diameter Bengkokan Minimum
Ukuran Tulangan Diameter Minimum
D-10 sampai dengan D-25 6 db
D-29, D-32, dan D-36 8 db
D-44 dan D-56 10 db
(Sumber : SK SNI 03-2847-2013)
2. Diameter dalam dari bengkokan untuk sengkang dan sengkang ikat
tidak boleh kurang dari 4db untuk batang D-16 dan yang lebih
kecil. Untuk batang yang lebih besar daripada D-16, diameter
bengkokan harus memenuhi tabel di atas.
3. Diameter dalam untuk bengkokan jaring kawat baja las (polos atau
ulir) yang digunakan untuk sengkang dan sengkang ikat tidak
boleh kurang dari 4 db untuk kawat ulir yang lebih besar dari D7
dan 2db untuk kawat lainnya. Bengkokan dengan diameter dalam

25
kurang dari 8 db tidak boleh berada kurang dari 4 db dari
persilangan las yang terdekat.
c. Batasan Spasi Tulangan
1. Jarak bersih antara tulangan sejajar dalam lapis yang sama, tidak
boleh kurang dari db ataupun 25 mm.
2. Bila tulangan sejajar tersebut diletakkan dalam dua lapis atau lebih,
tulangan pada lapis atas harus diletakkan tepat di atas tulangan di
bawahnya dengan spasi bersih antar lapisan tidak boleh kurang dari
25 mm.
3. Pada komponen struktur tekan yang diberi sengkang pengikat,
jarak bersih antar tulangan longitudinal tidak boleh kurang dari 1,5
db ataupun 40 mm.
4. Pembatasan jarak bersih antar batang tulangan ini juga berlaku
untuk jarak bersih antara suatu sambungan lewatan dengan
sambungan lewatan lainnya atau dengan batang tulangan yang
berdekatan.
5. Bundel tulangan :
a) Kumpulan dari tulangan sejajar yang diikat dalam satu bendel
sehingga bekerja dalam satu kesatuan tidak boleh terdiri lebih
dari empat tulangan per bundel.
b) Bundel tulangan harus dilingkupi oleh sengkang atau sengkang
pengikat.
c) Pada balok, tulangan yang lebih besar dari D-36 tidak boleh
dibundel.
d) Masing-masing batang tulangan yang terdapat dalam satu
bundel tulangan yang berakhir dalam bentang komponen
struktur lentur harus diakhiri pada titik-titik yang berlainan,
paling sedikit dengan jarak 40 db secara berselang.
e) Jika pembatasan jarak dan selimut beton minimum didasarkan
pada diameter tulangan db, maka satu unit bundel tulangan
harus diperhitungkan sebagai tulangan tunggal dengan diameter
yang didapat dari luas ekiuvalen penampang gabungan.

26
d. Pelindung Beton untuk Tulangan
Untuk beton bertulang, tebal selimut beton minimum yang harus
disediakan untuk tulangan harus memenuhi ketentuan berikut:
Tabel 1.2 Selimut Beton Minimum
Tebal Selimut
Minimum (mm)
1. Beton yang dicor langsung di atas tanah 75
dan selalu berhubungan dengan tanah.
2. Beton yang berhubungan dengan tanah
atau cuaca :
Batang D-19 hingga D-56 ....................... 50
Batang D-16, jaring kawat polos P16 40
atau kawat ulir D16 dan yang lebih kecil
3. Beton yang tidak langsung berhubungan
dengan cuaca atau tanah :
Balok, kolom : tulangan utama, 40
pengikat, sengkang, lilitan spiral ............
(Sumber : SK SNI 03-2847-2013)

1.2 KONSEP BALOK BETON BERTULANG


1.2.1 Balok Persegi Bertulangan Tunggal
a. Dasar Teori
Beban-beban luar yang bekerja pada struktur akan menyebabkan
lentur dan deformasi pada elemen struktur. Lentur yang terjadi pada
balok merupakan akibat adanya regangan yang timbul karena adanya
beban dair luar. Apabila beban luar yang bekerja terus bertambah,
maka balok akan mengalami deformasi dan regangan tambahan yang
mengakibatkan retak lentur di sepanjang bentang balok. Bila bebannya
terus bertambah sampai batas kapasitas baloknya, maka balok akan
runtuh. Taraf pembebanan seperti ini disebut dengan keadaan limit dari
keruntuhan pada lentur. Oleh karena itu, pada saat perencanaan, balok
harus didesain sedemikian rupa sehingga tidak terjadi retak berlebihan
pada saat beban bekerja dan mempunyai keamanan cukup dan

27
kekuatan cadangan untuk menahan beban dan tegangan tanpa
mengalami runtuh.
Asumsi-asumsi dasar yang digunakan untuk menganalisis
penampang balok beton bertulang akibat lentur adalah sebagai berikut;
1. Distribusi regangan dianggap linier (Hukum Bernoulli), yaitu
penampang tegak lurus sumbu lentur yang berupa bidang datar
sebelum mengalami lentur akan tetap datar dan tegak lurus
terhadap sumbu netralnya setelah mengalami lentur.
2. Regangan pada baja dan beton di sekitarnya sama sebleum terjadi
retak pada beton atau leleh pada baja.
3. Untuk perhitungan kekuatan lentur penampang, kuat tarik beton
diabaikan.
4. Beton diasumsikan runtuh pada saat mencapai regangan batas
tekan.
5. Hubungan tegangan-regangan beton dapat diasumsikan persegi,
trapezium atau parabola.
Adapun jenis-jenis keruntuhan yang dapat terjadi pada balok
beton bertulang adalah sebagai berikut :
a) Keruntuhan tarik (under reinforced), jenis keruntuhan ini
terjadi pada balok dengan rasio tulangan kecil (jumlah
tulangannya sedikit), sehingga pada saat beban yang bekerja
maksimum, baja tulangan sudah mencapai regangan lelehnya
sedangkan beton belum hancur (beton belum mencapai
regangan maksimumnya = 0,003). Balok dengan kondisi
keruntuhan seperti ini bersifat ductile.
b) Keruntuhan tekan (over reinforced), jenis keruntuhan ini terjadi
pada balok dengan rasio tulangan besar (jumlah tulangannya
banyak), sehingga pada saat beban yang bekerja maksimum,
baja tulangan belum mencapai regangan lelehnya sedangkan
beton sudah hancur (beton sudah mencapai regangan
maksimumnya = 0,003). Balok dengan kondisi keruntuhan
seperti ini bersifat getas.

28
c) Keruntuhan seimbang (balance), jenis keruntuhan ini terjadi
pada balok dengan rasio tulangan yang seimbang sehingga
pada saat beban yang bekerja maksimum, baja tulangan dan
beton hancur secara bersamaan. Tulangan sudah mencapai
regangan lelehnya dan beton sudah mencapai regangan
maksimumnya = 0,003). Balok dengan kondisi keruntuhan
seperti bersifat getas.
b. Dasar Perhitungan Kekuatan Lentur Ultimate Balok
Padadistribusi tegangan pada penampang berbentuk parabola.
Whitney (1942, ACI 1956) menyederhanakan distribusi tegangan
tersebut menjadi berbentuk blok tegangan persegi (equivalent stress
block) dengan tujuan untuk lebih mempermudah perhitungan.
c. Analisis Penampang Balok Persegi Bertulangan Tunggal
Analisis penampang adalah menghitung kapasitas /
kekuatan penampang berdasarkan data-data penampang seperti :
dimensi, luas tulangan, mutu beton (fc), mutu baja (fy) dan letak
tulangan. Untuk menganalisis penampang balok beton bertulang,
perhatikan gambar berikut :

0,85.f’.c
cu
C
a/2
a
Garis Netral c

Jd
h d T T
As=?
s>y

b
a. Penampang balok b. Diagram c. Diagram d. Blok tegangan tekan
bertul. tunggal regangan tegangan persegi ekivalen
aktual

Gambar 1.1 Analisa Penampang

29
Pada gambar di atas, gaya tekan pada beton (C) adalah :
C = 0,85 * fc * a * b
Dan gaya tarik pada baja (T) adalah :
T = Ass * fy
Keseimbangan gaya horizontal
H=0
T=C
Asxfy = 0,85xfcxaxb
𝐴 𝑓𝑦
 a = 0,85∗𝑓
𝑠
𝑐∗𝑏

1. Maka momen nominal penampang adalah :


Mn = T * Jd Mn = CxJd
1 1
Mn = T * (d − a) atau Mn = Cx(d − a)
2 2
1 1
Mn = As * fy * (d − a) Mn = 0,85xf cxaxb(d − a)
2 2

2. Jadi momen ultimate (Mu) yang dapat dipikul oleh balok


adalah :
3. Batasan tulangan tarik pada balok bertulangan tunggal
a) Batasan tulangan tarik minimum, SK-SNI 2013 pasal 3.3.5.
membatasi tulangan tarik minimum adalah sebesar :
1,4
min = 𝑓𝑦

b) SK-SNI-2013 pasal 3.3.3 membatasi tulangan tarik


maksimum yang diijinkan yaitu sebesar : mak = 0,75.balance
atau mak = 0,75.b, sehingga kebutuhan tulangan dibatasi
min<<mak dimana,
0,85 .𝑓𝑐.1 .600
b = (600+𝑓𝑦).𝑓𝑦

4. Untuk menganalisis penampang balok persegi bertulangan


tungal dapat menggunakan diagram alir sebagai berikut :

30
1.3 KONSEP PELAT BETON BERTULANG
1.3.1 Pelat Lantai
a. Dasar Teori
Tabel 1.3 Tebal Minimum Balok dan Pelat Satu Arah
Bila Lendutan Tidak Dihitung
Tebal Minimum (h)
Satu Kedua
Dua
Ujung Ujung Kantilever
Komponen Tumpuan
Menerus Menerus
Struktur
Komponen yang tidak menahan atau tidak
disatukan dengan partisi atau konstruksi lain
yang akan rusak karena lendutan yang besar
Pelat solid satu
L/20 L/24 L/28 L/10
arah
Balok atau pelat
L/16 L/21 L/18,5 L/21 L/8
jalur satu arah

1. Untuk perencanaan balok persegi atau balok T harus memenuhi


persyaratan/ketentuan sebagai berikut :
Mn Mu dimana,  : faktor reduksi = 0,8
Mn : Momen nominal
Mu : Momen luar terfaktor (momen ultimate)
2. Untuk kombinasi pembebanan gravitasi (beban hidup dan mati),
momen terfaktor Muadalah :
Mu= 1,2MD + 1,6ML
3. Dalam penentuan luas tulangan dapat dilakukan sebagai berikut

Garis Netral C
a/2
a

0,85.f’.c
Mu d Jd=d-a/2
h d T
As=?

b
b. Blok tegangantekan
a. Penampang balok
persegi ekivalen
bertul.tunggal

Gambar 1.2 Balok Tulangan Tunggal

31
Seperti telah dijelaskan bahwa proses perencanaan balok, salah
satunya adalah menentukan luas tulangan dengan momen terfaktor
yang sudah dihitung terlebih dahulu serta dengan asumsi dimensi
yang ditetapkan.
a) Dengan mengasumsikan nilai Jd = 0,85 s/d 0,9 d.trial error
MnMu
𝑀𝑢
Mn  = 0,8

Mn= T.Jd
Mn = As . fy.Jd
𝑀𝑢
= As.fy.Jd

𝑀𝑢
⁄
∴ As = 𝑓𝑦.𝐽𝑑 mm2

b) Kontrol terhadap rasio penulangan


𝐴𝑠
=
𝑏𝑥𝑑
1,4
min=
𝑓𝑦

max = 0,75.b
min ≤  ≤ max
c) Kontrol terhadap momen nominal penampang
𝐴𝑠 . 𝑓𝑦
a = 0,85.𝑓′ 𝑐.𝑏
𝑎
Mn = T.(𝑑 − 2)
𝑎
Mn = As .fy.(𝑑 − 2)
𝑀𝑢
Mn 

d) Kontrol terhadap penempatan tulangan

32
Start

Data : bentang struktur,f’c, fy

Desain Penampang
h = L/?
b = 1/2h s/d 2/3 h

Hitung Mu dengan beban terfaktor

Asumsikan Jd = 0,85 d s/d 0,9 d


𝑀𝑢
⁄
Hitung As = 𝑓𝑦.𝐽𝑑

Hitung , min

tidak ya
Perbesar  >min Hitung b

tidak ya
<0,75b

𝐴𝑠.𝑓𝑦
Perbesar penampang
(nilai d atau h)
a = 0,85.𝑓 ′ 𝑐.𝑏

𝑎
Mn = As.fy.(𝑑 − 2)
𝑀𝑢
Mn  

Finish

Bagan Alir 1.6 Penulangan Pelat

33
1.3.2 Pelat Beton Bertulang
a. Pelat Satu Arah
Pelat satu arah adalah pelat beton bertulang yang mempunyai angka
perbandingan antara bentang yang panjang dengan bentang yang pendek
lebih besar atau sama dengan 2,0. Pada pelat satu arah, momen yang
diperhitungkan dalam satu arah.
𝐿𝑦
 2,0  pelat satu arah, dimana
𝐿𝑥

Ly : Bentang yang lebih panjang.


Lx : Bentang pendek.
Beban pada pelat pada umumnya dinyatakan dalam satuan kg/m2
atau KN/m2. Distribusi gaya-gaya dalam pelat satu arah dapat dianggap
sebagai gelagar di atas beberapa tumpuan. Pada SKSNI T 15-1991-03
pasal 3.6.6.mengijinkan untuk menentukan distribusi gaya dengan
menggunakan koefisien momen. Koefisien tersebut dapat digunakan
dengan beberapa persyaratan sebagai berikut (Gideon K, 1993) :
1. Jumlah bentang paling sedikit harus dua.
2. Panjang bentang bersebelahan yang paling besar di bagian sebelah
kiri dan kanan tumpuan tidak boleh lebih dari 1,2 kali lipat lebih
besar dari panjang bentang bersebelahan yang lebih pendek.
3. Beban harus merupakan beban terbagi rata.
4. Beban hidup harus tiga kali lebih kecil dibandingkan dengan beban
mati.
Koefisien momen yang ditetapkan SKSNI T-15-1991-03
disajikan pada tabel sebagai berikut :
1/24 1/10 1/10 1/24
1/11 1/16 1/11
Gambar 1.3 Koefisien Momen Balok atau Plat Satu Arah

Tabel 1.4 Koefisien Momen Untuk Pelat Satu Arah Dikalikan


dengan Wu.Lx2.
Momen positif pada bentang-bentang ujung

34
Tumpuan ujung terletak bebas 𝑊𝑢 𝑙𝑛2
11
Tumpuan ujung menyatu dengan struktur pendukung 𝑊𝑢 𝑙𝑛2
14
Momen positif pada bentang-bentang dalam 𝑊𝑢 𝑙𝑛2
16

Momen negatif pada sisi luar dari tumpuan dalam pertama


Dua bentang 𝑊𝑢 𝑙𝑛2
9
Lebih dari dua bentang 𝑊𝑢 𝑙𝑛2
10
Momen negatif pada sisi-sisi lain dari tumpuan- 𝑊𝑢 𝑙𝑛2
tumpuan dalam 11

Momen negatif pada sisi semua tumpuan untuk :


Pelat dengan bentang tidak lebih dari 3 m dan balok 𝑊𝑢 𝑙𝑛2
dengan rasio dari jumlah kekakuan kolom terhadap 12
kekakuan balok melebihi delapan pada masing-
masing tumpuan.

Momen negatif pada sisi dalam dari tumpuan yang untuk


komponen struktur yang dibuat menyatu (monolit) dengan struktur
pendukung :
Struktur pendukung adalah balok spandrel 𝑊𝑢 𝑙𝑛2
24
Struktur pendukung adalah kolom 𝑊𝑢 𝑙𝑛2
16
Gaya geser pada sisi dari tumpuan dalam pertama 1,15𝑊𝑢 𝑙𝑛2
2
Gaya geser pada sisi dari semua tumpuan-tumpuan 𝑊𝑢 𝑙𝑛2
lainnya 2

Beban Wu pada pelat dihitung dengan rumus Wu = 1,2 WD +


1,6 WL, dimana WD adalah beban pelat akibat beban mati dan WL
beban pelat akibat beban hidup.
Untuk perencanaan tebal pelat dapat menggunakan tabel pada
SKSNI T-15-1991-03. Dalam desain pelat, penulangan dapat

35
dihitung dengan menggunakan lengan momen (d-a/2) atau 0,9 d
seperti pada desain balok bertulangan tunggal atau dengan
menggunakan rumus :
𝑀𝑢 𝑓𝑦
Untuk f’ c ≤ 30 MPa, 𝑏.𝑑2 = 0,8..fy(1 − 0,588. 𝑓′𝑐)

Dengan menggunakan rumus ABC, akan diperoleh nilai 


sehingga luas tulangan yang diperlukan adalah :
As = .b.d
Penulangan pada pelat harus memenuhi syarat min ≤  ≤ max,
dimana :
min = 0,0018 untuk fy = 400 MPa dan min = 0,0025 untuk fy =
240 MPa.
max = 0,75.b
Pada pelat, geser tidak diperhitungkan. Sedangkan untuk
menahan susut dan tegangan akibat perubahan suhu, maka perlu
dipasang tulangan susut/tulangan bagi dalam arah tegak lurus
tulangan utama. Besarnya tulangan susut/tulangan bagi menurut
SKSNI T15-1991-03 pasal 3.16.12 adalah :
0,18.𝑏.ℎ
Untuk fy 400 MPa, As = 100
0,25.𝑏.ℎ
Untuk fy 240 MPa, As = 100

Urutan perencanaan pelat dapat dilihat pada diagram alir sebagai


berikut :

36
Start

Hitung Panjang Bentang

Tentukan Tebal Pelat

Hitung Beban yang Bekerja

Hitung Momen-Momen

Hitung Penulangan Detail :


𝑀𝑢 𝑓𝑦
= 0,8.ρ.fy( 1 – 0,588.ρ. 𝑓′𝑐 )
𝑏𝑑²

As = ρ.b.d

ρmin < ρ < ρmak

Pilih Tulangan

Finish

Bagan Alir 1.7 Penulangan Pelat Satu Arah

1.3.3 Pelat Dua Arah


Pelat dua arah adalah pelat beton bertulang yang mempunyai angka
perbandingan antara bentang yang panjang dengan bentang yang pendek
kurang dari 2,0. Pada pelat dua arah, momen yang diperhitungkan dalam dua
arah.

37
𝐿𝑦
< 2,0  pelat dua arah, dimana
𝐿𝑥

Ly : Bentang yang lebih panjang.


Lx : Bentang pendek.
Pada SKSNI T 15-1991-03 pasal 3.6.6. mengijinkan untuk menentukan
distribusi gaya dengan menggunakan koefisien momen.
Beberapa pedoman untuk penggambaran tulangan plat lantai :
a. Gambar tulangan harus jelas dan tidak meragukan.
b. Pada batang tulangan dituliskan keterangan mengenai batang dan jarak
antar tulangan. Bila ada 2 batang yang sama maka hanya 1 batang
tulangan yang perlu digambar dan ditulis.
c. Batasi variasi diameter tulangan dan gunakan jarak tulangan yang
berkelipatan.
d. Jarak bersih mutlak adalah 25mm(SNI 3.16.16.1-5) dan jarak
maksimum adalah 250 mm atau 1,5 x tebal plat.
e. Pada momen yang berkurang jarak tulangan dapat diperbesar hingga 2
x atau 3 x tebal plat atau 500 mm.
f. Dibedakan letak tulangan antara lapisan terluar dan lapisan sebelah
dalam. Misalnya dengan menggunakan tanda gambar yang berbeda.
g. Tulangan lapangan dapat diberhentikan pada jarak L/10 dari muka
tumpuan. Untuk tulangan tumpuan dari perletakan jepit tak terduga
dapat ditentukan sebesar L/5 dari muka tumpuan.
h. Tebal plat minimum adalah 80 mm dan bila menggunakan tebal plat 
250 mm maka harus dipasang tulangan atas dan bawah.
i. Pada plat satu arah harus dipasang tulangan pembagi yang tegak lurus
tulangan utama-tulangan praktis atau tulangan minimum.
j. Pada plat 2 arah, tulangan tumpuan pada panel tengan lapis atas harus
diteruskan hingga L/4. Artinya terdapat jalur tepi / kolom = L/4 dan
jalur tengah L/4.

38

Anda mungkin juga menyukai