PENDAHULUAN
1
1.1.3. Ketentuan Mengenai Kekuatan dan Kemampuan Layan
2
= 0.75 (SK SNI 03-2847-2013 pasal 11.3(2(3)))
c. Kuat Rencana Tulangan
Dalam perencanaan, kuat leleh tulangan fy dibatasi tidak boleh melebihi 550
Mpa.
3
b) Jarak c dari serat dengan regangan maksimum ke sumbu netral
harus diukur dalam arah tegak lurus terhadap sumbu tersebut.
7. Faktor 1 harus diambil sebesar 0.85 untuk beton dengan nilai kuat
tekan fc lebih kecil daripada atau sama dengan 30 MPa. Untuk beton
dengan nilai kuat tekan di atas 30 MPa, 1 harus direduksi sebesar 0,05
untuk setiap kelebihan 7 MPa di atas 30 MPa, tetapi 1 tidak boleh
diambil kurang dari 0.65.
b. Prinsip Perencanaan
Dalam merencanakan komponen struktur yang dibebani lentur atau
aksial atau kombinasi beban lentur dan aksial harus dipenuhi ketentuan
berikut :
1. Perencanaan penampang yang dibebani lentur atau aksial atau
kombinasi beban lentur dan aksial harus didasarkan atas kompatibilitas
tegangan dan regangan.
2. Kondisi regangan seimbang terjadi pada penampang ketika tulangan
tarik mencapai regangan yang berhubungan dengan tegangan leleh fy
pada saat yang bersamaan dengan tercapainya regangan batas 0,003
pada bagian beton yang tertekan.
3. Untuk komponen struktur lentur, dan untuk komponen struktur yang
dibebani kombinasi lentur dan aksial tekan dimana kuat rencana Pn
kurang dari nilai yang terkecil antara 0.10 fc Ag danPb, maka rasio
tulangan yang ada tidak boleh melampaui 0,75b, yang merupakan
rasio tulangan yang menghasilkan kondisi regangan seimbang untuk
penampang yang mengalami lentur tanpa beban aksial. Untuk
komponen struktur dengan tulangan tekan, bagian b yang disamai
oleh tulangan tekan tidak perlu direduksi dengan faktor 0,75.
4. Peningkatan kekuatan komponen struktur lentur boleh dilakukan
dengan menambahkan pasangan tulangan tekan dan tulangan tarik
secara bersamaan.
5. Kuat tekan rencana Pn dari komponen struktur tekan tidak boleh
diambil lebih besar dari ketentuan berikut :
a) Untuk komponen struktur dengan tulangan sengkang pengikat
4
Pn(max) = 0.80 [0.85 fc (Ag – Ast) + fy Ast]
(SK SNI 03-2847-2013 pasal 12.3(5(2)))
b) Komponen struktur yang dibebani aksial tekan harus direncanakan
terhadap momen maksimum yang menyertai beban aksial tersebut.
Beban aksial terfaktor Pu dengan eksentrisitas yang ada, tidak
boleh melampaui nilai Pn(max). Momen maksimum terfaktor Mu
harus diperbesar untuk memperhitungkan pengaruh kelangsingan.
c. Tulangan Minimum pada Komponen Struktur Lentur
Pada setiap penampang dari suatu komponen struktur lentur dimana
berdasarkan analisis diperlukan tulangan tarik, maka luas As yang ada
tidak boleh kurang dari :
√𝑓
As min> 4𝑓 𝑐 bw d (SK SNI 03-2847-2013 pasal 12.5(1))
𝑦
dan
1.4
As min> 𝑓 bw d (SK SNI 03-2847-2013 pasal 12.5(1))
𝑦
5
Vn = Vc + Vs (SK SNI 03-2847-2013 pasal 13.1(1))
Dengan Vc adalah kuat geser nominal yang disumbangkan oleh beton dan
Vs adalah kuat geser nominal yang disumbangkan oleh tulangan geser.
b. Kuat Geser yang Disumbangkan oleh Beton
1. Kuat geser Vc harus dihitung menurut ketentuan berikut ini yaitu :
Untuk komponen struktur yang hanya dibebani oleh geser dan lentur
berlaku,
√𝑓 𝑐
Vc = bw d (SK SNI 03-2847-2013 pasal 13.3(1))
6
Tetapi dalam hal ini, Vc tidak boleh diambil lebih besar daripada :
0.3 Nu
Vc = 0.3 √𝑓c bw d √1 + Ag
6
Besaran Nu / Ag harus dinyatakan dalam MPa. Bila Mm yang
dihitung bernilai negatif, maka Vc harus dihitung dengan
persamaan di atas ini.
c. Kuat Geser yang Disumbangkan oleh Tulangan Geser
Jenis tulangan geser yang direncanakan untuk dihitung oleh POSTSAP
adalah berupa sengkang yang tegak lurus terhadap sumbu aksial
komponen struktur. Tulangan geser direncanakan dengan ketentuan
sebagai berikut :
1. Kuat leleh rencana tulangan geser tidak boleh diambil lebih besar
daripada 400 MPa.
2. Sengkang yang digunakan sebagai tulangan geser harus diteruskan
sejauh jarak d dari serat tekan terluar dan harus dijangkarkan pada
kedua ujungnya agar mampu mengembangkan kuat leleh rencananya.
3. Batas spasi tulangan geser
a) Spasi tulangan geser yang dipasang tidak boleh melebihi d/2 atau
600 mm.
b) Bila Vs melebihi (fc/3)bwd, maka spasi maksimum tersebut harus
dikurangi setengahnya.
4. Tulangan geser minimum
a) Bila pada komponen struktur lentur beton bertulang bekerja gaya
geser terfaktor Vu yang lebih besar dari setengah kuat geser yang
disumbangkan oleh beton Vc, maka harus selalu dipasang
tulangan geser minimum, kecuali balok dengan tinggi total yang
tidak lebih dari nilai terbesar diantara 250 mm, atau 0,5 kali lebar
badan.
b) Bila dalam hasil analisis diperlukan tulangan geser dan
memperbolehkan untuk mengabaikan pengaruh puntir, maka luas
tulangan geser minimum harus dihitung dari :
75√𝑓c bw s
Av = (SK SNI 03-2847-2013 pasal 13.5(5(3)))
1200 3𝑓y
1bw s
Tapi Av tidak boleh kurang dari dengan bw dan S dinyatakan
3𝑓y
dalam milimeter.
7
5. Perencanaan tulangan geser
a) Bila gaya geser terfaktor Vu lebih besar daripada kuat geser Vc,
maka harus disediakan tulangan geser untuk memenuhi
keseimbangan gaya geser yang terjadi.
b) Besarnya gaya geser yang harus dipikul oleh tulangan geser, Vs,
dihitung sebagai berikut :
Av 𝑓y d
Vs = (SK SNI 03-2847-2013 pasal 13.5(6(2)))
S
8
Tahapan yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut :
a) Menentukan momen terfaktor maksimum.
b) Menentukan jumlah tulangan lentur perlu.
9
pada tulangan tekan (compression reinforcement). Maka
resultan gaya-gaya dalam menjadi :
Tekan pada beton
Cc = 0.85 fc ab
Tekan pada tulangan baja tekan (compression reinforcement)
Cs = Asfy
Tarik pada tulangan baja tarik (tension reinforcement)
T = Asfy
Dimana :
fc : kuat tekan beton yang disyaratkan, MPa.
fy : kuat leleh yang disyaratkan untuk tulangan baja, MPa.
a : tingkat blok tekan, mm.
b : lebar balok, mm.
As : luas tulangan baja tekan (compression reinforcement), mm2
As : luas tulangan baja tarik (tension reinforcement), mm2
Untuk keseimbangan maka
Cc + Cs = T 0.85 fc ab + Asfy = Asfy
(As − As )𝑓y
a= 0.85𝑓c b
dan
1 d−a 𝑓y
fs = fy jika 0,003 >E
a s
Dimana :
s = regangan tulangan tekan (compression reinforcement strain)
s = regangan tulangan tarik (tension reinforcement strain)
10
c = jarak dari serat tekan beton terluar ke sumbu netral, mm.
= a / 1.
d = jarak dari serat tekan beton terluar ke titik berat tulangan
tekan, mm.
d = jarak dari serat tekan beton terluar ke titik berat tulangan
tarik, mm.
1 = 0.85 untuk fc< 30 MPa.
= 0.85 – 0.008 (fc – 30) dan 1> 0.65 untuk fc> 30 MPa
fs = tegangan yang terjadi pada tulangan tekan, MPa.
fs = tegangan yang terjadi pada tulangan tarik, MPa.
Es = modulus elastisitas untuk tulangan baja, MPa.
= 200000 MPa.
Jika kondisi ini dipenuhi, maka asumsi bahwa semua
tulangan telah mencapai tegangan leleh adalah benar dan
kapasitas momen nominal penampang balok Mn dapat dihitung
sebagai berikt yaitu :
a
Mn = 0.85 fc ab(d − ) + As fy (d – d)
2
atau
a
Mn = (As – As) fy(d − 2) + As fy (d – d)
11
a
maka Mn = 0.85 fc ab (d − 2) + As fs (d – d)
12
Start
Menghitung QU
Finish
13
Start
Hitung d dan d
Ya
<min Hitung min, dan d
Tidak Hitung 1
0.85𝑓c 1 d
Ya
Tidak 0.003Es
– >
𝑓y d 0.003Es −𝑓y fs = fy
s=0.003*(((1*d)-a)/a
Mn=Cc*(d-(0.5*a)) + Cs*(d-d)
Tidak Mn>Mu/0.8
Ya
Hitung max
Tidak <max
Ya
Desain Geser
Finish
15
3) Menentukan Jumlah Tulangan Geser Perlu (Required Shear
Reinforcement)
Perencanaan penampang terhadap geser harus
didasarkan pada
Vu< Vn (SK SNI 03-2847-2013 pasal 13.1(1))
dengan Vu adalah gaya geser terfaktor pada penampang
yang ditinjau dan Vn adalah kuat geser nominal yang
dihitung dari :
Vn = Vc + Vs (SK SNI 03-2847-2013 pasal 13.1(1))
dengan Vc adalah kuat geser nominal yang disumbangkan
oleh beton, Vs adalah kuat geser nominal yang
disumbangkan oleh tulangan geser dan adalah faktor
reduksi kekuatan untuk geser lentur, = 0.75. Kuat leleh
rencana tulangan geser tidak boleh diambil lebih daripada
400 MPa. Spasi tulangan geser tidak boleh melebihi d/2
atau 600 mm. Bila Vs melebihi (fc/3) bwd maka spasi
maksimum tersebut harus dikurangi setengahnya.
Tulangan geser perlu dihitung sebagai berikut :
Av 𝑓y d
Vs = (SK SNI 03-2847-2013 pasal 13.5(6(2)))
S
16
Adapun flowchart metode yang dipakai untuk mendapatkan
tulangan geser adalah sebagai berikut :
Start
= 0.75
Vn = Vu /
Vc = (fc/6)*bw*d
Ya
Ukuran penampang
(2/3)*fc*bw*d < Vn – Vc
Tidak harus ditambah
Ya
Vn > Vc Ya
Tidak
Finish
17
1.1.7 Desain Kolom Beton Bertulang
Dalam perhitungan desain kolom beton bertulang, POSTSAP akan
menghitung dan melaporkan luas tulangan baja perlu untuk tulangan
memanjang dan tulangan geser berdasarkan harga momen, gaya aksial,
dan geser maksimum dari kombinasi beban yang bekerja pada kolom dan
juga kriteria-kriteria perencanaan lain yang ditetapkan sesuai dengan
standar SK SNI 03-2847-2013 tentang tata cara perhitungan struktur beton
untuk bangunan gedung. Prosedur desain kolom beton bertulang meliputi
dua tahap yaitu :
a. Desain tulangan memanjang balok (column longitudinal
reinforcement).
b. Desain tulangan geser kolom (column shear reinforcement).
18
2) Desain Tulangan Memanjang Kolom (Column Longitudinal
Reinforcement)
Dalam proses desain, program akan menghitung
banyaknya tulangan yang diperlukan dengan As = As
(tulangan simetris).
Tekan pada beton
Cc = 0.85 fc ab
Tekan pada tulangan baja tekan (compression
reinforcement)
Cs = As fy
Tarik pada tulangan baja tarik (tension reinforcement)
T = As fy
Dimana :
fc = kuat tekan beton yang disyaratkan, MPa.
fy = kuat leleh yang disyaratkan untuk tulangan baja,
MPa.
a = tinggi blok tekan, mm.
b = lebar balok, mm.
As = luas tulangan baja tekan (compression
reinforcement), mm2
As = luas tulangan baja tarik (tension reinforcement),
mm2
Untuk keseimbangan maka
Cc + Cs = T 0.85 fc ab + Asfy = Asfy
(As −As )𝑓y
a= 0.85 𝑓c b
19
a−1 d 𝑓y
fs = fy jika 0,003 >E dan
a s
1 d−a 𝑓y
fs = fy jika 0,003 >E
a s
dimana :
s = regangan tulangan tekan (compression reinforcement
strain)
s = regangan tulangan tarik (tension reinforcement strain)
c = jarak dari serat tekan beton terluar ke sumbu netral,
mm.
= a / 1
d= jarak dari serat tekan beton terluar ke titik berat tulangan tekan, mm.
d= jarak dari serat tekan beton terluar ke titik berat tulangan tarik,mm.
1 = 0.85 untuk fc< 30 MPa
= 0.85 – 0.008 (fc– 30) dan 1> 0.65 untuk fc> 30
MPa
fs = tegangan yang terjadi pada tulangan tekan, MPa.
fs = tegangan yang terjadi pada tulangan tarik, MPa.
Es = modulus elastisitas untuk tulangan baja, MPa.
= 200000 MPa.
Jika kondisi ini dipenuhi, maka asumsi bahwa semua
tulangan telah mencapai tegangan leleh adalah benar maka
persamaan keseimbangan gaya dan momen dinyatakan
sebagai berikut :
Pn = Cc + Cs – T
h a h a
Mn = Pne = Cc(2 − 2) + Cs(2 − d) + T (d − 2)
20
Mulai
Ya
Perbesar As dan As Ast< 1%
Tidak
Tidak
Tidak Ya
Keruntuhan tekan e > eb Keruntuhan tarik
As fy bhfc As fy
Pn = a + 3he = bd, m = 0.85fc
+0.5 2 +1.18
d−d d
h−2e h−2e 2 d
Pn = 0.85fcbd[ + √( ) + 2m (1 − d)]
2d 2d
Pn a c−d
a = 0.85f b, c = β , fs = Es
c 1 c
Tidak
Tambah As dan As Pn>Pu Ya Desain geser
Selesai
21
2. Desain Tulangan Geser Kolom (Column Shear Reinforcement)
Tulangan geser didesain untuk tiap-tiap kombinasi pembebanan yang
bekerja sepanjang bentang pada kolom. Adapun tahapan yang perlu
dilakukan dalam mendesain tulangan geser adalah sebagai berikut :
a) Menentukan gaya geser terfaktor yang terjadi, Vu.
b) Menentukan gaya geser, Vc, yang bisa ditahan oleh beton.
c) Menentukan jumlah tulangan geser perlu.
22
lentur, = 0.75. Kuat leleh rencana tulangan geser tidak boleh
diambil lebih daripada 400 MPa. Spasi tulangan geser tidak boleh
melebihi d/2 atau 600 mm. Bila Vs melebihi (fc/3)bwd maka spasi
maksimum tersebut harus dikurangi setengahnya.
Tulangan geser perlu dihitung sebagai berikut :
Av 𝑓y d
Vs = (SK SNI 03-2847-2013 pasal 13.5(6(2)))
S
23
Start
Input : fc, b w, d, f y, V u
= 0.75
Vn = Vu /
Vc = ( fc/6)*b w*d
Ya
Ukuran penampang
(2/3)* fc*b w* d < V n – V c
Tidak harus ditambah
Ya
V n> V c Ya
Tidak
Finish
24
1.1.8 Detail Penulangan
a. Kait Standar
Pembengkokan tulangan baja harus memenuhi ketentuan sebagai
berikut :
1. Bengkokan 180o ditambah perpanjangan 4db, tapi tidak kurang dari
60 mm, pada ujung bebas kait.
2. Bengkokan 90o ditambah perpanjangan 12db pada ujung bebas kait.
3. Untuk sengkang dan kait pengikat :
a) Batang D-16 dan yang lebih kecil, bengkokan 90o ditambah
perpanjangan 6db pada ujung bebas kait, atau
b) Batang D-19, D-22, dan D-25, bengkokan 90o ditambah
perpanjangan 12db pada ujung bebas kait, atau
c) Batang D-25 dan yang lebih kecil, bengkokan 135o ditambah
perpanjangan 6db pada ujung bebas kait.
b. Diameter Bengkokan Minimum
1. Diameter bengkokan yang diukur pada bagian dalam batang
tulangan tidak boleh kurang dari nilai dalam tabel 2.1. di bawah
ini. Ketentuan ini tidak berlaku untuk sengkang dan sengkang ikat
dengan ukuran D-10 hingga D-16.
Tabel 1.1 Diameter Bengkokan Minimum
Ukuran Tulangan Diameter Minimum
D-10 sampai dengan D-25 6 db
D-29, D-32, dan D-36 8 db
D-44 dan D-56 10 db
(Sumber : SK SNI 03-2847-2013)
2. Diameter dalam dari bengkokan untuk sengkang dan sengkang ikat
tidak boleh kurang dari 4db untuk batang D-16 dan yang lebih
kecil. Untuk batang yang lebih besar daripada D-16, diameter
bengkokan harus memenuhi tabel di atas.
3. Diameter dalam untuk bengkokan jaring kawat baja las (polos atau
ulir) yang digunakan untuk sengkang dan sengkang ikat tidak
boleh kurang dari 4 db untuk kawat ulir yang lebih besar dari D7
dan 2db untuk kawat lainnya. Bengkokan dengan diameter dalam
25
kurang dari 8 db tidak boleh berada kurang dari 4 db dari
persilangan las yang terdekat.
c. Batasan Spasi Tulangan
1. Jarak bersih antara tulangan sejajar dalam lapis yang sama, tidak
boleh kurang dari db ataupun 25 mm.
2. Bila tulangan sejajar tersebut diletakkan dalam dua lapis atau lebih,
tulangan pada lapis atas harus diletakkan tepat di atas tulangan di
bawahnya dengan spasi bersih antar lapisan tidak boleh kurang dari
25 mm.
3. Pada komponen struktur tekan yang diberi sengkang pengikat,
jarak bersih antar tulangan longitudinal tidak boleh kurang dari 1,5
db ataupun 40 mm.
4. Pembatasan jarak bersih antar batang tulangan ini juga berlaku
untuk jarak bersih antara suatu sambungan lewatan dengan
sambungan lewatan lainnya atau dengan batang tulangan yang
berdekatan.
5. Bundel tulangan :
a) Kumpulan dari tulangan sejajar yang diikat dalam satu bendel
sehingga bekerja dalam satu kesatuan tidak boleh terdiri lebih
dari empat tulangan per bundel.
b) Bundel tulangan harus dilingkupi oleh sengkang atau sengkang
pengikat.
c) Pada balok, tulangan yang lebih besar dari D-36 tidak boleh
dibundel.
d) Masing-masing batang tulangan yang terdapat dalam satu
bundel tulangan yang berakhir dalam bentang komponen
struktur lentur harus diakhiri pada titik-titik yang berlainan,
paling sedikit dengan jarak 40 db secara berselang.
e) Jika pembatasan jarak dan selimut beton minimum didasarkan
pada diameter tulangan db, maka satu unit bundel tulangan
harus diperhitungkan sebagai tulangan tunggal dengan diameter
yang didapat dari luas ekiuvalen penampang gabungan.
26
d. Pelindung Beton untuk Tulangan
Untuk beton bertulang, tebal selimut beton minimum yang harus
disediakan untuk tulangan harus memenuhi ketentuan berikut:
Tabel 1.2 Selimut Beton Minimum
Tebal Selimut
Minimum (mm)
1. Beton yang dicor langsung di atas tanah 75
dan selalu berhubungan dengan tanah.
2. Beton yang berhubungan dengan tanah
atau cuaca :
Batang D-19 hingga D-56 ....................... 50
Batang D-16, jaring kawat polos P16 40
atau kawat ulir D16 dan yang lebih kecil
3. Beton yang tidak langsung berhubungan
dengan cuaca atau tanah :
Balok, kolom : tulangan utama, 40
pengikat, sengkang, lilitan spiral ............
(Sumber : SK SNI 03-2847-2013)
27
kekuatan cadangan untuk menahan beban dan tegangan tanpa
mengalami runtuh.
Asumsi-asumsi dasar yang digunakan untuk menganalisis
penampang balok beton bertulang akibat lentur adalah sebagai berikut;
1. Distribusi regangan dianggap linier (Hukum Bernoulli), yaitu
penampang tegak lurus sumbu lentur yang berupa bidang datar
sebelum mengalami lentur akan tetap datar dan tegak lurus
terhadap sumbu netralnya setelah mengalami lentur.
2. Regangan pada baja dan beton di sekitarnya sama sebleum terjadi
retak pada beton atau leleh pada baja.
3. Untuk perhitungan kekuatan lentur penampang, kuat tarik beton
diabaikan.
4. Beton diasumsikan runtuh pada saat mencapai regangan batas
tekan.
5. Hubungan tegangan-regangan beton dapat diasumsikan persegi,
trapezium atau parabola.
Adapun jenis-jenis keruntuhan yang dapat terjadi pada balok
beton bertulang adalah sebagai berikut :
a) Keruntuhan tarik (under reinforced), jenis keruntuhan ini
terjadi pada balok dengan rasio tulangan kecil (jumlah
tulangannya sedikit), sehingga pada saat beban yang bekerja
maksimum, baja tulangan sudah mencapai regangan lelehnya
sedangkan beton belum hancur (beton belum mencapai
regangan maksimumnya = 0,003). Balok dengan kondisi
keruntuhan seperti ini bersifat ductile.
b) Keruntuhan tekan (over reinforced), jenis keruntuhan ini terjadi
pada balok dengan rasio tulangan besar (jumlah tulangannya
banyak), sehingga pada saat beban yang bekerja maksimum,
baja tulangan belum mencapai regangan lelehnya sedangkan
beton sudah hancur (beton sudah mencapai regangan
maksimumnya = 0,003). Balok dengan kondisi keruntuhan
seperti ini bersifat getas.
28
c) Keruntuhan seimbang (balance), jenis keruntuhan ini terjadi
pada balok dengan rasio tulangan yang seimbang sehingga
pada saat beban yang bekerja maksimum, baja tulangan dan
beton hancur secara bersamaan. Tulangan sudah mencapai
regangan lelehnya dan beton sudah mencapai regangan
maksimumnya = 0,003). Balok dengan kondisi keruntuhan
seperti bersifat getas.
b. Dasar Perhitungan Kekuatan Lentur Ultimate Balok
Padadistribusi tegangan pada penampang berbentuk parabola.
Whitney (1942, ACI 1956) menyederhanakan distribusi tegangan
tersebut menjadi berbentuk blok tegangan persegi (equivalent stress
block) dengan tujuan untuk lebih mempermudah perhitungan.
c. Analisis Penampang Balok Persegi Bertulangan Tunggal
Analisis penampang adalah menghitung kapasitas /
kekuatan penampang berdasarkan data-data penampang seperti :
dimensi, luas tulangan, mutu beton (fc), mutu baja (fy) dan letak
tulangan. Untuk menganalisis penampang balok beton bertulang,
perhatikan gambar berikut :
0,85.f’.c
cu
C
a/2
a
Garis Netral c
Jd
h d T T
As=?
s>y
b
a. Penampang balok b. Diagram c. Diagram d. Blok tegangan tekan
bertul. tunggal regangan tegangan persegi ekivalen
aktual
29
Pada gambar di atas, gaya tekan pada beton (C) adalah :
C = 0,85 * fc * a * b
Dan gaya tarik pada baja (T) adalah :
T = Ass * fy
Keseimbangan gaya horizontal
H=0
T=C
Asxfy = 0,85xfcxaxb
𝐴 𝑓𝑦
a = 0,85∗𝑓
𝑠
𝑐∗𝑏
30
1.3 KONSEP PELAT BETON BERTULANG
1.3.1 Pelat Lantai
a. Dasar Teori
Tabel 1.3 Tebal Minimum Balok dan Pelat Satu Arah
Bila Lendutan Tidak Dihitung
Tebal Minimum (h)
Satu Kedua
Dua
Ujung Ujung Kantilever
Komponen Tumpuan
Menerus Menerus
Struktur
Komponen yang tidak menahan atau tidak
disatukan dengan partisi atau konstruksi lain
yang akan rusak karena lendutan yang besar
Pelat solid satu
L/20 L/24 L/28 L/10
arah
Balok atau pelat
L/16 L/21 L/18,5 L/21 L/8
jalur satu arah
Garis Netral C
a/2
a
0,85.f’.c
Mu d Jd=d-a/2
h d T
As=?
b
b. Blok tegangantekan
a. Penampang balok
persegi ekivalen
bertul.tunggal
31
Seperti telah dijelaskan bahwa proses perencanaan balok, salah
satunya adalah menentukan luas tulangan dengan momen terfaktor
yang sudah dihitung terlebih dahulu serta dengan asumsi dimensi
yang ditetapkan.
a) Dengan mengasumsikan nilai Jd = 0,85 s/d 0,9 d.trial error
MnMu
𝑀𝑢
Mn = 0,8
Mn= T.Jd
Mn = As . fy.Jd
𝑀𝑢
= As.fy.Jd
𝑀𝑢
⁄
∴ As = 𝑓𝑦.𝐽𝑑 mm2
max = 0,75.b
min ≤ ≤ max
c) Kontrol terhadap momen nominal penampang
𝐴𝑠 . 𝑓𝑦
a = 0,85.𝑓′ 𝑐.𝑏
𝑎
Mn = T.(𝑑 − 2)
𝑎
Mn = As .fy.(𝑑 − 2)
𝑀𝑢
Mn
32
Start
Desain Penampang
h = L/?
b = 1/2h s/d 2/3 h
Hitung , min
tidak ya
Perbesar >min Hitung b
tidak ya
<0,75b
𝐴𝑠.𝑓𝑦
Perbesar penampang
(nilai d atau h)
a = 0,85.𝑓 ′ 𝑐.𝑏
𝑎
Mn = As.fy.(𝑑 − 2)
𝑀𝑢
Mn
Finish
33
1.3.2 Pelat Beton Bertulang
a. Pelat Satu Arah
Pelat satu arah adalah pelat beton bertulang yang mempunyai angka
perbandingan antara bentang yang panjang dengan bentang yang pendek
lebih besar atau sama dengan 2,0. Pada pelat satu arah, momen yang
diperhitungkan dalam satu arah.
𝐿𝑦
2,0 pelat satu arah, dimana
𝐿𝑥
34
Tumpuan ujung terletak bebas 𝑊𝑢 𝑙𝑛2
11
Tumpuan ujung menyatu dengan struktur pendukung 𝑊𝑢 𝑙𝑛2
14
Momen positif pada bentang-bentang dalam 𝑊𝑢 𝑙𝑛2
16
35
dihitung dengan menggunakan lengan momen (d-a/2) atau 0,9 d
seperti pada desain balok bertulangan tunggal atau dengan
menggunakan rumus :
𝑀𝑢 𝑓𝑦
Untuk f’ c ≤ 30 MPa, 𝑏.𝑑2 = 0,8..fy(1 − 0,588. 𝑓′𝑐)
36
Start
Hitung Momen-Momen
As = ρ.b.d
Pilih Tulangan
Finish
37
𝐿𝑦
< 2,0 pelat dua arah, dimana
𝐿𝑥
38