Anda di halaman 1dari 5

PENULANGAN STRUKTUR TAHAN GEMPA

PENDAHULUAN Standar SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.14.2 memberikan ketentuan tata cara perencanaan dan pelaksanaan penulangan struktur bangunan beton bertulang yang direncanakan tahan terhadap gempa, tetapi tidak memberikan seecara spesifik langkahlangkah atau standar analisis dan perencanaan struktur bangunan tahan gempa. Sehubungan dengan hal tersebut, peraturan menetapkan suatu taraf gempa rencana yang menjamin struktur gedung tidak rusak sewaktu menahan gempa kecil atau sedang. Sedangkan sewaktu menahan gempa kuat yang lebuh jarang terjadi, struktur mampu mempertahankan perilaku perubahan bentuk secara daktail dengan memancarkan energi dan membatasi gaya gempa yang masuk ke dalam struktur melalui pola rencana yang terkendali sehingga tidak mengakibatkan keruntuhan fatal.

PEMENCARAN ENERGI DAN TINGKAT DAKTILITAS Tujuan untuk mengendalikan dan mempertahankan perilaku elaasto-plastis dalam struktur pada waktu menahan gaya gempa merupakan dasar untuk teknik pencadangan energi yang dipakai dalam perencanaan struktur daktail, di mana perilaku struktur yang memuaskan setelah melampaui batas elastik harus tetap terjamin dengan baik. Apabila sistem struktur telah ditentukan, tempat-tempat yang direncanakan bagi sandi-sandi plastis untuk pemencaran energi harus ditentukan dan dibuatkan detailnya sedemikian rupa sehingga komponen struktur yang bersangkutan benar-benar berperilaku daktail. Mekanisme terbentuknya sendi plastis dikendalikan dan diarahkan agar timbul di tempat-tempat yang direncanakan dengan cara meningkatkan kuat komponen-komponen struktur yang bersebelahan. Komponen-komponen struktur lain tersebut harus diberi cukup cadangan kekuatan untuk menjamin berlangsungnya mekanismepemencaran energi selama gempa berlangsung. Sebagai contoh, di dalam mekanisme goyangan rangka portaldengan sendi-sendi plastis yang terbentuk dalam balok-balok, jumlah kekuatan kolom-kolom pada

suatu titik buhul harus dibuat lebih besar dari kekuatan baloknya untuk memaksa terjadinya sendi plastis di dalam balok. Dengan demikian, mekanime goyangan portal dengan sendisendi plastis terbentuk dalam balok-balok hendaknya selalu diusahakan sejauh keadaan memungkinkan, karena akan memberikan keuntungan-keuntungan sebagai berikut: a) Pemencaran energi berlangsung tersebar dalam banyak komponen, b) Bahaya ketidakstabilan struktur akibat efek P- hanya kecil, c) Sendi-sendi plastis di dalam balok dapat berfungsi dengan sangat baik, yang memungkinkan berlangsungnya rotasi-rotasi plastis besar, dan d) Daktilitas balok yang dituntut untuk mencapai tingkat 4 pada umumnya dengan mudah dapat dipenuhi. Sedangkan di lain pihak, dengan menggunakan balok-balok kuat dan lebih kaku, mekanisme goyangan portal dengan sendi-sendi plastis terbentuk pada kolom-kolom dari satu tingkat yang pada umumnya hanya diizinkan untuk rangka struktur rendah, karena alasan-alasan sebaai berikut: a) Pemencaran energi berlangsung terpusat di dalam sejumlah kecil komponen struktur kolom, yang mungkin tidak memiliki cukup daktilitas karena besarnya gaya-gaya aksial yang bekerja bersamaan, b) Daktilitas yang dituntut pada kolom-kolom untuk mencapai daktilitas tinggi akan sulit dipenuhi, dan c) Simpangan besar yang terjadi pada struktur mengakibatkan timbulnya efek P- yang merupakan kondisi berbahaya bagi stabilitas struktur.

PERSYARATAN PERENCANAAN DAN ANALISIS Komponen strutur kaku yang diasumsikan tidak merupakan bagian dari sistem penahan gaya lateral dapat digunakan asalkan pengaruhnya atas respons sistem struktur keseluruhan ditinjau dan diperhitungkan dalam perencanaan. Konsekuensi atas keruntuhan komponen struktural dan non struktural yang bukan merupakan bagian dari sistem penahan

gaya lateral juga harus diperhitungkan. Dengan demikian, interaksi semua komponen struktural dan nonstruktural yang secara nyata mempengaruhi respons struktur baik linear maupun nonlinear terhadap gerakan gempa harus ditinjau dalam analisis, dan semua komponen struktur yang diasumsikan bukan merupakan bagian dari sistem penahan gaya lateral harus juga memenuhi ketentuan pasal 3.14.8 dari SK SNI T-15-1991-03. Faktor jenis Struktur K Jenis Struktur Rangka Jenis Bahan Bangunan Beton bertulang Beton prategang parsial Dinding geser rangka daktail Dinding geser kantilever daktail Dinding geser kantilever daktilitas terbatas Rangka dengan ikatan diagonal Struktur kantilever tidak bertingkat Cerobong, tangki kecil Beton bertulang Beton bertulang Beton bertulang Beton bertulang Beton bertulang Beton bertulang 1,0 1,4 1,0 1,0 1,5 2,5 2,5 3,0 K

STRUKTUR RANGKA DENGAN BEBAN LENTUR DAN BEBAN AKSIAL KECIL Komponen yang dimaksud adalah komponen rangka yang bertugas menahan gaya gempa dan diproporsikan terutama untuk menahan lentur dengan gaya tekan aksial terfaktor yang bekerja pada komponen ter sebut tidak lebih dari:

Apabila nilai tersebut dilampaui berarti beban tekan aksial lebih dominan. Dengan mempertimbangkan perilaku yang berbeda pada komponen struktur langsing, maka untuk komponen struktur lentur yang dimaksud diberikan pula pembatasan geometri. Bentang

bersih komponen tidak kurang dari empat kali tinggi efektifnya, kecuali untuk balok perangkai dinding geser.

STRUKTUR RANGKA DENGAN BEBAN LENTUR DAN BEBAN AKSIAL BESAR Bila pada komponen struktur rangka yang menahan beban lentur dan aksial yang ditimbulkan oleh beban gempa dengan besar gaya tekan aksial terfaktor melebihi nilai:

maka dimensi penampang terpandeknya tidak boleh kurang dari 300 mm (untuk tingkat daktilitas 3), atau 250 mm (untuk tingkat daktilitas 2). Rasio dimensi pendek penampang terhadap dimensi yang tegak lurus padanya tidak boleh kurang dari 0,40. Sedangkan perbandingan tinggi kolom terhadap dimensi pendek penampangnya tidak boleh lebih besar dari 25. Untuk kolom yang menahan momen yang dapat berbalik tanda, perbandingannya tidak boleh lebih besar dari 16, sedangkan untuk kolom kantiliver tidak lebih dari 10.

KETENTUAN KUAT GESER Gaya geser rencana komponen struktur terlentur dengan beban aksial kecil, semisal komponen balok dan sebagainya, dengan tingkat daktilitas 2, dihitung sebagai berikut: ( )

Untuk komponen struktur rangka dengan tingkat daktilitas 3, dengan yang terutama dibebani lentur sepereti tersebut di atas, gaya geser rencana harus ditentukan dari pertimbangan mengenai gaya statis berupa gaya gravitasi pada bagiannya diantara sisi-sisi muka kolom. Dengan demikian, sesuai dengan konsep perencanaan kapasitas memperhitungkan pula terjadinya sendi-sendi plastis pada kedua ujung, dengan menggunakan tanda momen yang berlawanan.

STRUKTUR DINDING, DIAFRAGMA DAN RANGKA BATANG SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.14.5 memberikan persyaratan dimensi dan detail dinding dan rangka batang struktural yang relatif kaku dan berfungsi sebagai bagian dari sistem penahan gaya gempa, seperti juga diafragma, strat, struktur penyokong dan pengikat, batang utama rangka, atau komponen struktur pengumpul gaya lainnya yang berfungsi melimpahkan gaya yang ditimbulkan oleh gempa. Strat adalah suatu elemen dari diafragma struktural yang berfungsi untuk memberikan kesinambungan keliling terhadap bukaan di dalam diafragma. Secara umum, rasio penulangan py untuk dinding struktural tidak boleh kurang dari yang disyaratkan dalam pasal 3.7.3. Demikian pula halnya jarak spasi tulangan untuk masing-masing arah, dan tidak lebih dari 450 mm. Tulangan yang dipasang untuk menahan geser dan mencapai kuat geser tertentu harus dipasang menerus dan didistribusikan merata di seluruh bidang geser. Untuk komponen struktur dinding atau diafragma, pada batas dan sekeliling tepi bukaan dinding dan diafragma di mana tegangan akibat gaya terfaktor termasuk pengaruh gempa pada serat terluar mencapai nilai maksimumnya, dan melampaui nilai 0,20 fc, harus dibuat struktur pengaku pembatas.

TITIK PERTEMUAN RANGKA Dalam perencanaan struktur bangunan tahan gempa, titik pertemuan (joint) rangka harus memenuhi beberapa ketentuan. Momen lentur dan gaya geser kolom, serta geser horisontal dan geser vertikal yang melewati inti joint harus dianalisis dengan memperhitungkan seluruh pengaruh gaya-gaya yang membentuk keseimbangan pada titik pertemuan (joint). Mekanisme untuk meneruskan gaya geser horisontal pada inti joint pada dasarnya terdiri dari dua macam, yang pertama gaya geser dipikul oleh strat beton diagonal yang melewati daerah tekan ujung joint, dan yang kedua adalah mekanisme panel rangka yang terdiri dari sengkang horisontal dan strat diagonal beton daerah tarik joint yang memikul gaya geser.

Anda mungkin juga menyukai