Anda di halaman 1dari 29

Tugas Komposit Chapter I8

NAMA ANGGOTA :

 Aristawidya Risma Zakaria 10111810010021


 Bima Abdul Aziz 10111810010022
 Mohammad Alfi Ardiansyah 10111810010023
ENCASED COMPOSITE MEMBER FORCE ALLOCATION AND LOAD TRANSFER

Bagian I
Untuk setiap kondisi pembebanan (a) sampai (c) tentukan gaya geser longitudinal yang diperlukan
(Vr’) yang akan ditransfer antara penampang baja tertanam dan selubung beton

Bagian II
Untuk kondisi pembebanan (b), selidiki mekanisme perpindahan gaya dari direct bearing dan
sambungan geser komponen komposit terdiri dari bentuk ASTM A992 W-shape yang dibungkus oleh
beton bertulang dengan berat nominal (145 lb/ft’) yang memiliki gaya tekan beton tertentu fc’=5 ksi
Batang penguat deformasi sesuai dengan ATM A615 dengan tegangan leleh minimum Fyr = 60 ksi
Pemuatan yang diterapkan (P) untuk setiap kondisi yang
diilustrasikan pada gambar diatas terdiri dari beban berikut :

• Beban mati (PD) = 260 kips


• Beban Hidup (PL) = 780 Kips
• h1=h2= 0,61 m
• Berat Beton (Wc) = 2.322,68 kg/m³
• Mutu Beton (fc’) =34.473,8 kN/m²
• Tegangan Leleh (fy) = 413.685 kN/m²
• Beban Mati (PD) = 1156,538 kN
• Beban Hidup (PL) = 3469,613 kN

Satuan telah diubah ke dalam satuan matriks


 Solusi

 Bagian I
 Berdasarkan AISC Manual Tabel 2-4, Sifat material baja
 ASTM A992 W-Shape
 Fy = 344.738 kN/m²
 Fu = 448.159 kN/m²
Berdasarkan AISC manual Tabel 1-1, sifat geometris selimut W10x45
 As = 0,009 m²
 bf = 0,204 m
 tf = 0,016 m
 tw = 0,009 m
 d = 0,257 m
 h1 = 0,61 m
 h2 = 0,61 m
Sifat geometris tambahan dari penampang komposit yang digunakan
untuk alokasi gaya dan transfer beban dihitung sebagai berikut :
 Ag = h1 x h2
= 0,61 x 0,61 = 0,372 m²
 Asri= 0,001 m² (#8)
 Asr =

= 8 x 0,001 m² = 0,008 m²
 Ac = Ag – As – Asr
= 0,372 – 0,009 – 0,008 = 0,355 m²
Dimana :
 Ac = Luas penampang selimut beton (m²)
 Ag = Luas penampang bruto penampang koposit (m²)
 Asri = Luas penampang tulangan i (m²)
 Asr = luas penampang tulangan kontinyu (m²)
 n = Jumlah tulangan kontinyu pada penampang komposit
Berdasarkan ASCE/SEI 7 Bab 2,
Kekuatan yang dibutuhkan adalah
LRFD
Pr = Pu
= 1,2(PD) + 1,6(PL)
= 1,2(1.156,538) + 1,6(3.469,613)
Pr = 6.939,23 kN

ASD
Pr = Pa
= PD + PL
= 1.156,538 + 3.469,613
= 4.626,151 kN
Kekuatan Bagian Komposit untuk alokasi gaya
Berdasarkan spesifikasi AISC Bagian 16, perhitungan alokasi gaya didasarkan pada
kuat tekan aksial nominal dari bagian komposit
terbungkus tanpa efek panjang (Pno). Kekuatan bagian ini didefinisikan dalam
bagian I2.1b
Pno = FyAs + FyrAsr + 0,85fc’Ac
= (344.738 kN/m² x 0,009 m²) + (413.685 kN/m² x 0,008 m²) + (0,85 x
34.473,8 kN/m² x 0,355 m²)
= 3.102,642 kN + 3.309,48 kN + 10.402,469 kN
= 16.814,591 kN
Gaya Transfer untuk kondisi (a)
Untuk kondisi ini, seluruh gaya eksternal diterapkan ke bagian baja saja dan
berlaku ketentuan spesifikasi AISC Bagian 16.2a
Vr’ = Pr ( )
= 0,815Pr
LRFD - ASD
Vr’ = 0,185 x 6.939,23 Kn Vr’ = 0,185 x 4.626,151 kN
= 1.283,758 kN = 855,838 kN
Transfer Gaya Untuk Kondisi (b)

Untuk kondisi ini, seluruh gaya luar diterapkan pada selimut beton saja menurut
ketentuan spesifikasi AISC bagian 16.2b
Vr’ = Pr
= Pr
= 0,185Pr
LRFD
Vr’ = 0,185 x 6.939,23 kN
= 1.283,758 kN
ASD
Vr’ = 0,185 x 4.626,151 kN
= 855,838 kN
Transfer Gaya untuk Kondisi (c)

Untuk Kondisi ini, gaya eksternal diterapkan pada penampang baja dan selimut beton
secara bersamaan berdasarkan ketentuan spesifikasi AISC Bagian I6.2c.
Menurut AISC Bagian I6.2 ketika beban diterapkan pada bagian baja dan selimut beton
secara bersamaan, Vr’ dapat dianggap sebagai perbedaan besar antara bagian gaya luar
yang diterapkan langsung ke bagian baja. Konsep ini dapat dituliskan dalam persamaan
Vr’ =
Dimana
Prs = Gaya luar yang diterapkan langsung ke bagian baja (kN)
Saat ini spesifikasi tidak memberikan persyaratan khusus untuk menentukan distribusi
gaya yang diterapkan untuk penentuan Prs, jadi diserahkan kepada pertimbangan teknik.
Untuk kondisi bearing plate pada soal poin (c), salah satu metode yang mungkin untuk
menentukan distribusi gaya yang diterapkan adalah dengan menggunakan distribusi elastis
berdasarkan rasio kekakuan aksial material berikut:
Ec =
Ec = (
= 20.783.976,821 kN = 2,08 x kN
Prs =
Prs = Pr
=
Subtitusi hasil ke persamaan diatas (slide 12)
Vr’ =
= 0,018Pr
LRFD - ASD
Vr’ = 0,018 x 6.939,23 kN Vr’ = 0,018 x 4.626,151 kN
= 124,906 kN = 83,271 kN
Pendekatan alternatif akan menggunakan metode distribusi plastik dimana beban
dibagi ke setiap material sesuai dengan konstribusinya terhadap kekuatan penampang
komposit yang diberikan. Metode ini menghilangkan kebutuhan untuk transfer geser
longitudinal asalkan kekuatan local bearing beton dan baja cukup untuk menahan gaya
yang dihasilkan dari distribusi ini.

Diskusi tambahan

Desain dan perincian sambungan yang diperlukan untuk mengirimkan gaya luar ke
bagian komposit harus dilakukan sesuai dengan spesifikasi AISC Bab J dan K
Kasus sambungan pada gambar I8-1 adalah kondisi ideal yang mewakili mekanik
koneksi aktual. Misalnya sambungan pelat tunggal diperpanjang yang dilas ke sayap
W10 dan memanjang ke luar permukaan beton untuk dipasang ke balok baja adalah
contoh kondisi dimana dapat diasumsikan bahwa semua gaya eksternal diterapkan
langsung ke bagian baja saja.
Bagian II-Transfer Beban

Gaya longitudinal yang diperlukan untuk ditransfer (Vr’), ditentukan pada bagian I
kondisi (b) digunakan untuk menyelidiki mekanisme transfer gaya yang berlaku dari
spesifikasi AISC bagian I6.3; direct bearing dan sambungan geser.

Seperti yang ditunjukkan dalam spesifikasi, mekanisme transfer gaya ini tidak boleh
dilapiskan, namun mekanisme yang memberikan kekuatan nominal tertinggi dapat
digunakan. Perhatikan bahwa interaksi ikatan langsung tidak berlaku untuk komposit yang
terbungkus karena lenyapnya bagian kolom dan bentuk sambungan membuat batasan dan
kekuatan ikatan lebih sulit untuk dihitung daripada HSS yang diisi
Direct Bearing

 Menentukan tata letak Bearing plates


Salah satu metode untuk memanfaatkan direct bearing sebagai mekanisme
pemindahan beban adalah melalui penggunaan bearing plates internal yang dilas
diantara sayap-sayap W-Shape yang terbungkus seperti pada gambar dibawah ini
Ketika menggunakan bearing plates dengan cara ini, penting bahwa proporsi campuran
beton dan teknik pemasangan menghasilkan full bearing pada pelat. Jika beberapa set
bearing plates digunakan seperti gambar diatas, disarankan agar jarak minimum antar pelat
sama dengan kedalaman bagian baja yang terbungkus untuk meningkatkan kemampuan
konstruksi dan konsolidasi beton. Untuk konfigurasi yang dipertimbangkan, pedoman ini
dipenuhi dengan jarak pelat 24 in ≥ d = 10,2 in (609,6 mm ≥ d = 259,08 mm)

Bearing Plates harus ditempatkan dalam panjang pemasukan beban yang diberikan
dalam spesifikasi AISC Bagian I6.4a. Panjang pemasukan beban didefinisikan sebagai dua
kali dimensi melintang minimum dari bagian komposit diatas dan dibawah wilayah transfer
beban. Wilayah transfer beban ditentukan dalam keterangan spesifikasi Bagian I6.4 sebagai
kedalaman sambungan. Untuk konfigurasi sambungan yang dipertimbangkan, dimana
sebagian besar gaya yang diperlukan diterapkan dari kolom beton diatasnya, kedalaman
sambungan secara konservatif dianggap nol. Karena bagian komposit hanya memanjang
kesatu sisi titik perpindahan gaya, bearing plates harus ditempatkan dalam jarak 2h2 = 48 in
(1219,2 mm) dari bagian atas komposit seperti pada gambar diatas
Kekuatan yang tersedia untuk kondisi batas
Direct Bearing

Dengan asumsi dua set bearing plates akan digunakan seperti yang ditunjukkan pada
gambar diatas, total kontak area antara bearing plates dan beton, A1. dapat ditentukan
sebagai berikut :
= (banyak bearing plate)

= 0.097 m = (2)
= 3.4

Kekuatan bearing force yang tersedia :

= 0.257 – 2(0.012) = 1.7(34473.8)(3.4)


= 0.225 m = 5070.97 kN

Lebar sudut terpotong


= 0.019 m
DFBK DKI

0.65 = 2.31

≥ ≥

= 0.65(5070.97 kN) =

= 3296.13 kN > 1352 kN = 2197.42 kN > 1352 kN

Jadi dua set Bearing plate sudah cukup. Dari perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa
satu set bearing plat adalah cukup untuk tujuan pemindahan kekuatan; Namun,
penggunaan dua set bearing plate berfungsi untuk mengurangi ketebalan bearing plate.
Ketebalan Bearing Plate Yang Diperlukan
Ada beberapa metode yang tersedia untuk menentukan ketebalan Bearing Plate. Untuk pelat
persegi panjang yang didukung tiga sisi, solusi elastis untuk tegangan pelat seperti yang ditemukan
dalam Roark’s Formulas for Stress and Strain (Young dan Budynas, 2002) dapat digunakan
bersama dengan Bagian Spesifikasi AISC F12 untuk perhitungan ketebalan. Bergantian, teori garis
hasil atau metode komputasi seperti analisis elemen hingga dapat digunakan.

Untuk contoh ini, teori garis hasil digunakan. Hasil analisis garis hasil bergantung pada asumsi
kekuatan sayap kolom versus kekuatan bearing plate untuk memperkirakan ketetapan bearing
plate ke kolom koneksi flange. Secara umum, jika ketebalan pelat bantalan kurang dari
ketebalan sayap kolom, fiksasi dan engsel plastik dapat terjadi pada antarmuka ini; jika tidak,
penggunaan kondisi tersemat bersifat konservatif. Mengabaikan fillet dari bentuk W dan sudut
terpotong dari pelat bantalan, pola garis hasil yang dipilih untuk kondisi tetap adalah
digambarkan pada Gambar I.8-3. Perhatikan bahwa asumsi penyederhanaan garis hasil 45˚
yang diilustrasikan pada Gambar I.8-3 terbukti memberikan hasil yang cukup akurat (Park and
Gamble, 2000), dan bahwa pola garis hasil ini hanya valid
dimana b - 2a.
Gambar I.8-3 Pola garis hasil pelat bantalan internal (kondisi tetap).
Ketebalan plat yang digunakan MPa
DFBK DKI
Ø = 0.90 Ω= 1.67
<

= =
= 15651,1 kN/m2 = 10411,08 kN/m2
Asumsi Asumsi
0,0186182 m 0,0186182 m

Dipilih plat 0,01905 m Dipilih plat 0,01905 m


0,01905 > m. (OK) 0,01905 > m. (OK)
Bearing Plates ke Pengelasan Encased Steel Member
Bearing Plates harus dihubungkan ke Encased Steel Member menggunakan las
yang dirancang sesuai dengan Spesifikasi AISC Bab J untuk mengembangkan
kekuatan penuh pelat. Untuk lasan fillet, ukuran lasan stp akan berfungsi untuk
mengembangkan kekuatan pelat seperti yang dibahas dalam AISC Manual Part 10.

Shear Connection
Shear Connection melibatkan penggunaan Steel Headed Stud atau Channel Anchors yang
ditempatkan pada setidaknya dua permukaan bentuk baja dalam konfigurasi yang umumnya
simetris untuk mentransfer gaya geser longitudinal yang diperlukan. Untuk contoh ini, jangkar
tiang berkepala baja berdiameter-dalam ~ 10x-cm yang terdiri dari bahan ASTM A108 dipilih.
Dari AISC Manual Tabel 2-6, kekuatan tarik minimum yang ditentukan, Fu, dari bahan ASTM
A108 adalah 65 ksi (450 MPa).
Kekuatan Geser yang Tersedia dari Steel Headed Stud Anchors

= 1,12268 Dengan jangkar yang dipasang berpasangan pada setiap sayap, pilih 20
jangkar untuk memenuhi ketentuan simetri AISC Spesifikasi Bagian I6.4a.

DFBK DKI
= 0.65 2.31
0.65(450 MPa)(1.12268 )
= 83.1817 kN per steel headed stud anchor = 55.16 kN per steel headed stud anchor

Jumlah Steel Headed Stud Anchors yang diperlukan


DFBK DKI
= =
1352.26 kN/83.1817 kN
= 16.3 steel headed stud anchor = 16.4 steel headed stud anchor
Penempatan Steel Headed Stud Anchors
Steel headed stud anchor ditempatkan dalam panjang pengenalan beban sesuai
dengan Spesifikasi AISC Bagian I6.4a. Karena composite member hanya memanjang ke
satu sisi titik perpindahan gaya, maka jangkar baja terletak dalam 2h2 = 122 cm. dari
atas anggota komposit.
Menempatkan dua jangkar pada setiap flensa menyediakan empat jangkar per grup,
dan jarak tiang maksimum alam beban panjang pendahuluan ditentukan sebagai berikut :

=
= 266.7 cm

Gunakan spasi 25.4 cm mulai 15.24 cm dari atas encased member.


Selain anchor yang ditempatkan dalam panjang pengenalan beban, anchor juga harus
ditempatkan di sepanjang sisa composite memberpada jarak maksimum 32 kali diameter
kaki anchor = 61 cm sesuai dengan Spesifikasi Bagian I6.4a dan I8 AISC. 3e .
Tata letak dan jarak anchor yang dipilih diilustrasikan pada Gambar I.8-4.

Gambar I.8-4. Composite member dengan anchor baja


Batasan Pendetailan Steel Headed Stud Anchor
Syarat batas detail anchor:
1. Anchor ditempatkan setidaknya pada dua permukaan bentuk baja dalam konfigurasi yang umumnya
simetris
Anchor dipasang berpasangan di kedua sisi  OK
2. Maximum anchor diameter: dsa ≤ 2.5 (tf)
3/4 in. 2.5 (0.620) in. = 1.55 in.  OK
3. Minimum steel headed stud anchor height-to-diameter ratio: h/dsa ≥ 5
h/dsa = 4 in. / (3/4 in.) = 5.33 ≥ 5
4. Penutup beton bening lateral minimum = 1 in
Penutup Lateral = - -
= - - = 9.38 ≥ 1  OK
Batasan Pendetailan Steel Headed Stud Anchor
Syarat batas detail anchor:
5. Jarak minimum anchor, Smin = 4dsa
Smin = 4 (3/4 in) = 4 in.
Dipakai, S transversal = 4 in. ≥ S min  OK
S longitudinal = 10 in ≥ S min  OK

6. Jarak maximum anchor, Smax = 32dsa


Smin = 32 (3/4 in) = 24 in.
Dipakai, S = 24 in. ≤ Smax  OK
7. Penutup diatas anchor ≥ 1.5 in
Penutup Lateral = - - Panjang anchor dipakai
= - - = 2.95 in. ≥ 1.5 in.  OK
Concrete Breakout
ACI 318 Bagian D.6.2.1 (c) menetapkan bahwa concrete breakout harus diperiksa untuk gaya
geser yang sejajar dengan tepi sekelompok anchor dengan menggunakan nilai dua kali lipat
kekuatan breakout nominal yang diberikan oleh ACI 318 Persamaan D-22 saat geser gaya yang
dimaksud bertindak tegak lurus ke tepi.

Gambar I.8-5. Cek concrete breakout untuk gaya geser


sejajar tepi
Concrete Breakout
Φ = 0.75
Vcbg = 2 [ Ψec,V Ψed,V Ψc,V Ψh,V Vb ]
Avco = 4.5 (Ca1)2
= 4.5 (10 in.)2
= 450 in2.
Avc = ( 15 in + 40 in + 15 in) (24 in)
= 1.680 in2
Ψec,V = 1.0 tidak ada keanehan
Ψed,V = 1.0 sesuai dengan ACI 318 Bagian D.6.2.1 (c)
Ψc,V = 1.4 elemen tekan diasumsikan tidak retak
Ψh,V = 1.0
Vb = [ 8 ( )0.2 √dsa ] λ √fc’ (Ca1)1.5
Concrete Breakout
Dimana,
Le = 4 in – 3/8 in = 3.63 in
Dsa = ¾ in
Λ = 1.0
Vb = [ 8 ( )0.2 √3/4 ] 1 (10 in)1.5
= 21.2 Kips
Vcbg = 2 [ (1.0) (1.0) (1.4) (1.0) (21.2) ]
= 222 kips
ΦVcbg = 0.75 (222) = 167 kips
ΦVcbg = 2 breakouts plane (167 kips/plane) = 334 kips
ΦVcbg ≥ V’r = 304 kips  OK

Anda mungkin juga menyukai