Anda di halaman 1dari 19

MODUL 2

PERENCANAAN POROS
Penyusun:
Muhamad Ari, ST., MT
NIP 1974 0828 200312 1001

PROGRAM STUDI TEKNIK DESAIN DAN MANUFAKTUR


POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
2015

18

MODUL 2 Perencanaan Poros

Modul 2 Perencanaan Poros

2.1 Sub Kompetensi


Kemampuan yang akan dimiliki oleh mahasiswa setelah memahami isi modul ini adalah
Mampu menghitung diameter poros dengan beban torsi, beban lentur dan beban kombinasi
torsi dan lentur.
2.2 Uraian Materi
Poros merupakan komponen mesin yang digunakan pada semua peralatan permesinan.
Beberapa fungsi dari poros antara lain:
Meneruskan daya pada peralatan komponen mesin lain.
Meneruskan putaran dan torsi.
Tempat dimana komponen mesin (roda gigi, puli dan sproket) melekat.

Poros biasanya identik dengan komponen mesin yang berputar, dimana melekat beberapa
komponen mesin lainnya, sehingga disebut juga sebagai poros transmisi. Namun ada kalanya
poros hanya sumbu as statis yang pemasangannya dengan menggunakan baut, seperti pada
poros roda sepeda motor.

Poros yang berfungsi untuk meneruskan putaran dari motor listrik, maka ia akan
mengalami puntiran. Sedangkan jika terdapat komponen lain, yaitu roda gigi, puli dan
sproket, maka komponen

komponen ini akan berpotensi menyebabkan beban lentur pada

poros. Dalam bab ini akan dibahas beberapa perencanaan poros berdasarkan pembebanannya.

2.2.1 Perhitungan poros dengan beban torsi

Poros yang hanya mengalami beban puntir dalam operasinya adalah poros transmisi
yang pendek, seperti spindle.
Ketika suatu poros hanya dikenai beban puntir, maka perencanaan poros dapat dinyatakan
dengan persamaan berikut:

19

MODUL 2 Perencanaan Poros


dimana:

T = torsi yang bekerja pada poros


r = jari-jari (jarak terjauh dari sumbu pusat)
= d/2 (d= diameter poros)
J = momen inersia polar poros
Momen inersia polar untuk poros dengan penampang geometri lingkaran adalah
sebagai berikut:

Persamaan momen inersia polar diatas adalah untuk poros pejal, sedangkan untuk poros
hollow dinyatakan dengan:

do

di

Sehingga persamaan untuk perencanaan poros dengan beban puntir, menjadi:

Untuk poros hollow:

20

MODUL 2 Perencanaan Poros

Jika rasio diameter dalam, di dengan diameter luar,do adalah k, maka:

Bila poros tersebut mentransmisikan daya sebesar P watt dengan putaran n rpm, maka torsi
yang bekerja pada poros tersebut adalah:
Untuk satuan SI (metrik)

dimana:
T = torsi (Nm)
P = daya (watt)
n = putaran (rpm)
Untuk satuan US (inchi)

dimana:
T = torsi (lb in)
P = daya (hp)
n = putaran (rpm)

Bila poros digerakkan melalui transmisi belt (sabuk) pada puli, maka momen puntir
(torsi) didapatkan dari

dimana F1 dan F2 adalah ketegangan pada sabuk bagian kencang dan kendor, sedangkan R
merupakan jari-jari puli.

Contoh soal
Tentukan diameter poros baja pejal yang mentransmisikan daya 20 kW pada 200 rpm.
Jika poros hollow yang dipakai, tentukan diameter dalam dan luar.

21

MODUL 2 Perencanaan Poros


Tegangan geser baja 360 Mpa, faktor keamanan yang diambil adalah 8 dan rasio diameter
dalam dan luar adalah 0,5.
Penyelesaian
Tegangan geser ijin :

Diameter poros pejal :

Diameter poros hollow:


k = 0,5

di = do x 0,5 = 50 x 0,5 = 25 mm

2.2.2 Perhitungan poros dengan beban lentur


Poros yang hanya mengalami beban lentur ditunjukkan oleh poros statis (poros yang
tidak berputar), misalnya gandar atau as.
Perhitungan diameter poros seperti ini dapat dilakukan dengan bantuan teori tegangan
pada beam. Bila suatu gaya P bekerja pada beam sperti pada gambar berikut.
a P
B

A
a'

maka tinjauan secara detail pada bagian a-a


-

y
x

22

MODUL 2 Perencanaan Poros

dimana pada gambar diatas terdapat distribusi tegangan tarik dan tekan sepanjang sumbu
tegak (y) dengan nilai

dimana :
M = momen lentur
= tegangan
I = momen inersia
y = jarak dari sumbu netral ke permukaan

bernilai maksimum ketika y bernilai

atau

, sehingga bila untuk beam dengan bentuk

penampang berupa lingkaran berjari-jari r maka nilai tegangan maksimum yang terjadi, yaitu:

Sedangkan momen inersia untuk beam dengan penampang lingkaran (poros) dinyatakan
dengan

Untuk poros yang berbentuk hollow dinyatakan dengan

Sehingga perumusan perencanaan poros yang terkena beban lentur menjadi

Sedangkan untuk poros hollow

23

MODUL 2 Perencanaan Poros

Jika rasio antara di dan do dinyatakan dengan k, maka:

Contoh soal
Sepasang roda kereta mengangkut beban 50 kN pada masing-masing ujung asnya, seperti
pada gambar. Tentukan diameter poros jika tegangan normal yang terjadi tidak lebih dari 100
MPa.

Penyelesaian:
Moment bending:
Nilai momen bending terbesar yang terjadi pada roda dititik C dan D
M = WL = 50 x 103 x 100 = 5 x 106 Nmm
Diameter poros:

24

MODUL 2 Perencanaan Poros


2.2.3 Perhitungan poros dengan beban torsi dan lentur

Jika suatu poros mengalami kombinasi beban puntir dan lentur, maka perencanaan
poros tersebut harus didasarkan pada 2 moment sekaligus. Contoh poros yang mengalami
kondisi seperti ini adalah poros transmisi yang disitu terdapat beberapa komponen mesin lain,
seperti : roda gigi, puli dan sproket.
Beberapa teori telah dikembangkan untuk perencanaan poros dengan kondisi seperti ini.
Maximum Shear Stress Theory (teori tegangan geser maksimum)
untuk poros yang terbuat dari material ulet seperti: mild steel
Maximum Normal Stress Theory ( teori tegangan normal maksimum)
untuk poros yang terbuat dari material getas, seperti: besi tuang
Maximum Distortion Energy Theory
untuk poros yang terbuat dari material ulet

Berdasarkan teori tegangan geser maksimum, tegangan geser maksimum yang terjadi
pada poros:

dimana:
b

= tegangan bending yang diakibatkan momen lentur

Dengan proses substitusi.

Untuk poros hollow:

25

MODUL 2 Perencanaan Poros


Berdasarkan teori tegangan normal maksimum, tegangan normal maksimum yang
terjadi pada poros adalah:

Untuk poros hollow:

Sedangkan berdasarkan teori distorsi energi maksimum, tegangan normal maksimum


yang terjadi pada poros:

Untuk poros hollow:

Contoh soal
Sebuah poros mentransmisikan daya sebesar 10 kW pada putaran 360 rpm. Pada poror
tersebut terdapat sebuah puli dengan massa 20 kg berdiameter 250 mm seperti pada
gambar. Perbandingan kekencangan sabuk pada puli antara yang kencang dan kendor
adalah 2:1. Tentuka diameter poros jika tegangan yield poros 300 N/mm 2 dan faktor
keamanan 3.

26

MODUL 2 Perencanaan Poros


Penyelesaian:
Tegangan ijin

Torsi

Kekencangan pada sabuk dilambangkan dengan P1 dan P2


Torsi

= (P1 P2 ) R

265258,24 = (P1 P2) 125


(P1 P2)

= 2122,07 N

Sedangkan

Sehingga :
P1 = 4244,13 N
P2 = 2122,07 N
Berat puli
W = mg = 20(9,81) = 196,2 N

Total beban pada pusat puli:


(P1 + P2 + W)= 4244,13 + 2122,07 + 196,2 = 6562,4 N
Gaya reaksi pada tumpuan A dan B
Dengan menggunakan prinsip momen pada A, didapat
A

=0

(P1 + P2 + W) x 300 = RB x 1000


6562,4 x 300 = RB x 1000
RB = 1968,72 N
Dengan menjumlahkan gaya-gaya arah vertikal, maka
y

=0

RA = (P1 + P2 + W) RB
27

MODUL 2 Perencanaan Poros


= 6562,4 1968,72 = 4593,68 N

Moment yang terjadi pada poros


M = RA x 300 = 4593,68 x 300 = 1378104 Nmm
Diagram momen bending dan momen torsi pada poros

Pada diagram tersebut nampak bahwa tegangan maksimum terdapat pada titik C, sehingga
diameter poros

d = 52,29 mm

28

MODUL 2 Perencanaan Poros


2.2.4 Poros dengan beban fluktuasi

Pada pembahasan sebelumnya, pembebanan pada poros baik torsi maupun lentur
diasumsikan sebagai beban statis. Namun dalam kenyataannya poros mengalami pembebanan
yang dinamis, yaitu beban torsi maupun lentur yang berfluktuasi. Untuk merencanakan
sebuah poros dengan kondisi seperti ini, faktor kombinasi beban kejut dan lelah perlu
dipertimbangkan. Faktor kombinasi beban kejut dan lelah untuk torsi dinotasikan K t dan
untuk lentur, Km. Faktor tersebut dalam perencanaan poros berfungsi sebagai faktor pengali
untuk momen torsi (T) maupun momen lentur (M).
Pengunaan faktor ini akan lebih jelas pada pembahasan soal. Pada tabel berikut beberapa nilai
untuk kondisi pembebanan dinamis pada poros.

Contoh soal
Sebuah poros seperti tergambar ditumpu oleh bearing C dan D. Perbandingan kekencangan
sabuk puli adalah 3:1, kekencangan maksimumnya 3000 N. Daya ditransmisikan melalui puli
A, kemudian diteruskan ke puli B. Sifat mekanik untuk material poros

ut

= 650 MPa dan

= 400 MPa. Faktor keselamatan = 2,5. Km = 1,5. Kt = 1,2. Tentukan diameter poros.

29

MODUL 2 Perencanaan Poros

Penyelesaian:
Tegangan geser ijin:

Torsi:
Kekencangan sabuk pada puli A dilambangkan dengan P1A dan P2A

P2A = 1000 N
Torsi = (P1A P2A ) R
= (3000 1000) 100
= 200000 Nmm
Kekencangan sabuk pada puli B dilambangkan dengan P 1B dan P2B

P1B = 3P2B
Torsi = (P1B P2B ) R
200000 = (3P2B P2B) 250
P2B = 400 N
P1B = 3 x 400 = 1200 N
Gaya pada puli
Gaya arah horisontal (PH) = P1B + P2B = 1200 + 400 = 1600 N
Gaya arah vertikal (Pv) = P1A + P2A = 3000 + 1000 = 4000 N

30

MODUL 2 Perencanaan Poros


Gaya reaksi pada tumpuan
Arah horisontal
D(cw = +)

=0

=0

RDH = PH + RCH = 1600 533,33 = 2133,33 N


Arah vertikal
Karena beban berada tepat ditengah-tengah antara bearing, maka
RCV = RDV = PV/2 = 4000/2 = 2000 N
Momen lentur
Arah horisontal
Momen pada titik :
A = RCH x 450 = 533,33 x 450 = 240000 Nmm
D = RCH x 900 = 533,33 x 900 = 280000 Nmm (maksimum)
Arah vertikal
Momen pada titik :
A = RCV x 450 = 2000 x 450 = 900000 Nmm (maksimum)
Resultan momen di titik

Diameter poros:

31

MODUL 2 Perencanaan Poros

32

MODUL 2 Perencanaan Poros


2.3 Rangkuman
Perencanaan poros didasarkan pada jenis pembebanan yang terjadi pada poros.

Jenis
pembebanan

Poros pejal

Poros hollow

Torsi

Lentur
Torsi dan
lentur
Teori
tegangan
geser
maksimum
Teori
tegangan
normal
maksimum
Teori
distorsi
energi
maksimum

33

MODUL 2 Perencanaan Poros


2.4 Referensi

1. Hall, A. S. (1961). SCHAUM's Outline of Theory and Problem of Machine Design.


New York: McGraw-Hill.,INC.
2. KHURMI, R. (2005). A TEXTBOOK OF MACHINE DESIGN. RAM NAGAR, NEW
DELHI-110 055: Eurasia Publishing House (PVT.) LTD.

34

MODUL 2 Perencanaan Poros


2.5 Latihan Soal

1. Sebuah poros pejal mengalami momen lentur 3000 Nm dan torsi 10000Nm. Poros
terbuat dari baja dengan tegangan tarik maksimum 700 MPa dan tegangan geser
maksimum 500 MPa. Dengan asumsi faktor keamanan 6, tentukan diameter poros
tersebut.

2. Sebuah poros sepanjang 3 meter terbuat dari mild steel digunakan untuk
mentransmisikan daya 100 kW pada putaran 300 rpm. Pada poros tersebut terdapat
dua puli yang masing-masing beratnya 1500 N dan terletak 1 meter dari kedua ujung
poros. Jika tegangan geser ijin 60 N/mm2, tentukan diameter poros.
3. Sebuah poros mentransmisikan daya 20 kW pada putaran 200 rpm. Pada tengahtengah poros terdapat beban 900 N dan di kedua ujung poros sepanjang 2,5 meter
ditumpu oleh bearing. Tentukan diameter poros, jika tegangan geser ijin 42 MPa dan
tegangan tarik atau tekan tidak lebih dari 56 MPa.
Berapa diameter poros jika beban diberikan secara perlahan-lahan.

4. Sebuah poros horisontal AD ditumpu bearing pada A dan B dan terdapat puli pada C
dan D, mentransmisikan daya 75 kW pada putaran 500 rpm dari puli D yang
diteruskan ke puli C seperti pada gambar. Hitung diameter poros.

Data:
P1 = 2P2 (keduanya horisontal)
Q1 = 2Q2 (keduanya vertikal)
Jari-jari puli C = 220 mm
Jari-jari puli D = 160 mm
Tegangan geser ijin 45 MPa.
35

MODUL 2 Perencanaan Poros

5. Sebuah poros digunakan untuk menggerakan mesin berputar 1500 rpm. Puli A, B dan
bearing C, D terletak pada poros seperti tergambar. Begitu juga kekencangan sabuk.
Tentukan diameter poros jika faktor kombinasi beban kejut dan lelah untuk torsi dan
lentur masing-masing 1,2 dan 1,5. Tegangan geser ijin material poros 100 MPa

36

Anda mungkin juga menyukai