BAB I
PENDAHULUAN
Perkembangan dari berbagai desain dalam suatu konstruksi menjadi tantangan untuk
menyelesaikan masalah tersebut, guna mengetahui dan memahami pengetahuan dari
suatu konstruksi tersebut. Dalam membangun suatu konstruksi khususnya drainase ini,
diharuskan memahami baik itu teori konstruksi dasar, acuan normatif yang berlaku,
hingga peralatan dan bahan yang dibutuhkan.
Sistem saluran dan pembuangan adalah konstruksi yang mengatur pemasukan atau
penyuplaian air bersih guna kebutuhan manusia dan pengeluaran atau pembuangan air
bekas atau limbah ke tempat tertentu serta mengatur sistem pembuangan atau pengaliran
air hujan, air rawa dan sebagainya.
Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai sistem guna
memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan kompenen penting dalam perencanaan
kota(perencanaan infrastruktur khususnya).Drainase secara umum didefinisikan sebagai
ilmu pengetahuan yang mempelajari usaha untuk mengalirkan air yang berlebihan dalam
suatu konteks pemanfaatan tertentu.
Didalam makalah ini akan membahas mengenai pengertian, jenis – jenis drainase,
bangunan penunjang dari drainase dan sebagainya secara rinci.
1.3 Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai sistem guna
memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan komponen penting dalam perencanaan
kota (perencanaan infrastruktur khususnya). Menurut Suripin (2004), drainase
mempunyai arti mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air. Secara
umum, drainase didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk
mengurangi dan atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga
lahan dapat difungsikan secara optimal. Drainase juga diartikan sebagai usaha untuk
mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan salinitas.
Drainase yaitu suatu cara pembuangan kelebihan air yang tidak diinginkan pada
suatu daerah, serta cara-cara penangggulangan akibat yang ditimbulkan oleh kelebihan
air tersebut. Dari sudut pandang yang lain, drainase adalah salah satu unsur dari
prasarana umum yang dibutuhkan masyarakat kota dalam rangka menuju kehidupan
kota yang aman, nyaman, bersih, dan sehat. Prasarana drainase disini berfungsi untuk
mengalirkan air permukaan ke badan air (sumber air permukaan dan bawah permukaan
tanah) dan atau bangunan resapan. Selain itu juga berfungsi sebagai pengendali
kebutuhan air permukaan dengan tindakan untuk memperbaiki daerah becek, genangan
air dan banjir (Suripin, 2004).
Kegunaan dengan adanya saluran drainase ini antara lain (Suripin, 2004) :
Mengeringkan genangan air sehingga tidak ada akumulasi air tanah.
Menurunkan permukaan air tanah pada tingkat yang ideal.
Mengendalikan erosi tanah, kerusakan jalan dan bangunan yang ada.
Mengendalikan air hujan yang berlebihan sehingga tidak terjadi bencana banjir.
Standar dan sistem penyediaan drainase kota sistem penyediaan jaringan drainase
terdiri dari empat macam, yaitu (Hasmar, 2002) :
1. Sistem drainase utama merupakan sistem drainase perkotaan yang melayani
kepentingan sebagian besar warga masyarakat kota.
2. Sistem drainase lokal merupakan sistem drainase perkotaan yang melayani
kepentingan sebagian kecil warga masyarakat kota.
3. Sistem drainase terpisah merupakan sistem drainase yang mempunyai jaringan
saluran pembuangan terpisah untuk air permukaan atau air limpasan.
4. Sistem gabungan merupakan sistem drainase yang mempunyai jaringan saluran
pembuangan yang sama, baik untuk air genangan atau air limpasan yang telah diolah.
Sasaran penyediaan sistem drainase dan pengendalian banjir adalah (Hasmar, 2002) :
1. Penataan sistem jaringan drainase primer, sekunder dan tersier melalui normalisasi
maupun rehabilitasi saluran guna menciptakan lingkungan yang aman dan baik
terhadap genangan, luapan sungai, banjir kiriman, maupun hujan lokal. Dari masing-
masing jaringan dapat didefinisikan sebagai berikut:
a. Jaringan primer merupakan saluran yang memanfaatkan sungai dan anak sungai.
Sistem jaringan drainase perkotan umumnya dibagi atas 2 bagian, yaitu (Hasmar,
2002) :
1. Sistem Drainase Mayor
Sistem drainase mayor yaitu sistem saluran atau badan air yangmenampung dan
mengalirkan air dari suatu daerah tangkapan air hujan (Catchment Area). Pada
umumnya sistem drainase mayor ini disebut juga sebagai sistem saluran pembuangan
utama (major system) atau drainase primer. Sistem jaringan ini menampung aliran
yang berskala besar dan luas seperti saluran drainase primer, kanal-kanal atau sungai-
sungai. Perencanaan drainase makro ini umumnya dipakai dengan periode ulang
antara 5 sampai 10 tahun dan pengukuran topografi yang detail mutlak diperlukan
dalam perencanaan sistem drainase ini.
2. Sistem Drainase Mikro
Sistem drainase mikro yaitu sistem saluran dan bangunan pelengkap drainase yang
menampung dan mengalirkan air dari daerah tangkapan hujan. Secara keseluruhan
yang termasuk dalam sistem drainase mikro adalah saluran di sepanjang sisi jalan,
saluran/selokan air hujan di sekitar bangunan, gorong-gorong, saluran drainase kota
dan lain sebagainya dimana debit air yang dapat ditampungnya tidak terlalu besar.
Pada umumnya drainase mikro ini direncanakan untuk hujan dengan masa ulang 2, 5
atau 10 tahun tergantung pada tata guna lahan yang ada. Sistem drainase untuk
lingkungan permukiman lebih cenderung sebagai sistem drainase mikro.
C. Menurut Fungsinya
1. Single Purpose yaitu saluran yang berfungsi mengalirkan satu jenis buangan,
misalnya air hujan saja atau jenis air buangan yang lainnya seperti limbah
domestik, air limbah industri dan lain-lain.
2. Multi Purpose yaitu saluran yang berfungsi mengalirkan bebrapa jenis air
buangan baik secara bercampur maupun bergantian.
D. Menurut Konstruksi
1. Saluran Terbuka, yaitu saluran yang lebih cocok untuk drainase air hujan yang
terletak di daerah yang mempunyai luasan yang cukup, ataupun untuk drainase
air non-hujan yang tidak membahayakan kesehatan/mengganggu lingkungan.
2. Saluran Tertutup, yaitu saluran yang pada umumnya sering dipakai untuk saluran
air kotor (air yang mengganggu kesehatan/lingkungan ) atau untuk saluran yang
terletak di tengah kota.
Macam saluran untuk pembuanagn air, menurut De Chaira dan Koppelmen (1994)
dapat dibedakan menjadi:
1. Saluran Air Tertutup
a. Drainase bawah tanah tertutup, yaitu saluran yang menerima air limpasan dari
daerah yang diperkeras maupun yang tidak diperkeras dan membawanya ke
sebuah pipa keluar disisi tapak (saluran permukaan atau sungai) ke sistem
drainase kota.
b. Drainase bawah tanah tertutup dengan penampungan pada tapak, dimana
drainase ini mampu menampung air limpasan dengan volume dan kecepatan
yang meningkat tanpa menyebabkan erosi dan keruskan pada tapak.
2. Saluran Air Terbuka
Merupakan saluran yang mengalirkan air dengan suatu permukaan bebas. Pada
saluran air terbuka ini jika ada sampah yang menyumbat dapat dengan mudah untuk
dibersihkan, namun bau yang ditimbulkan dapat mengurangi kenyamanan. Menurut
asalnya, saluran dibedakan menjadi :
a. Saluran Alam (natural), meliputi selokan kecil, kali, sungai kecil dan sungai besar
sampai saluran terbuka alamiah.
b. Saluran Buatan (artificial), seperti saluran pelayaran, irigasi, parit pembuangan,
dan lain-lain. Saluran Air Kombinasi, dimana limpasan air terbuka dikumpulkan
pada saluran drainase permukaan, sementara limpasan dari daerah yang diperkeras
dikumpulkan pada saluran drainase tertutup.
Menentukan pola jaringan drainase dalam suatu kawasan atau wilayah harus
memperhatikan sistem perencanaan drainasenya. Pola jaringan drainase tergantung dari
keadaan topografi daerah dan tata guna lahan kawasan tersebut. adapun tipe atau jenis
jaringan drainase sebagai berikut :
A. Siku
Dibuat pada daerah yang mempunyai topografi sedikit lebih tinggi dari pada sungai.
Sungai sebagai saluran pembuang akhir. Saluran Utama Saluran Cabang.
B. Paralel
Saluran utama terletak sejajar dengan saluran cabang. Dengan saluran cabang
(sekunder) yang cukup banyak dan pendek-pendek, apabila terjadi perkembangan
kota, saluran-saluran akan dapat menyesuaikan diri.
C. Grid Iron
Untuk daerah dimana sungainya terletak di pinggir kota,sehingga saluran-saluran
cabang dikumpulkan dulu pada saluran pengumpul.
D. Alamiah
Sama seperti pola siku,hanya beban sungai pada pola alamiah lebih besar
E. Radial
Pada daerah berbukit, sehingga pola saluran memencar ke segala arah.
SALURAN CABANG
F. Jaring
Mempunyai saluran – saluran pembuangan yang mengikuti arah jalan raya,dan cocok
untuk daerah dengan topografi datar.
SALURAN CABANG
SALURAN UTAMA
1. Persegi
Saluran ini terbuat dari pasangan batu dan beton. Berfungsi untuk menampung dan
menyalurkan limpasan air hujan serta air buangan domestik.
2. Trapesiun
Saluran ini terbuat dari tanah, batu dan beton. Memerlukan cukup ruang dan
berfungsi untuk menampung dan menyalurkan limpasan air hujan serta air buangan
domestik.
3. Segitiga
Saluran ini digunakan hanya dalam kondisi tertentu saja dan mempertimbangkan
kondisi lahan yang ada.
4. Setengah Lingkaran
Saluran ini terbuat dari batu dan beton dengan cetakan yang telah tersedia. berfungsi
untuk menampung dan menyalurkan limpasan air hujan serta air buangan domestik.
1. Untuk mengurangi kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehigga lahan dapat
difungsikan secara optimal.
2. Sebagai pengendali air kepermukaan dengan tindakan untuk memperbaiki daerah
becek, genangan air/banjir.
3. Menurunkan permukaan air tanah pada tingkat yang ideal.
4. Mengendalikan erosi tanah, kerusakan jalan dan bangunan yang ada.
5. Mengendalikan air hujan yang berlebihan sehinga tidak terjadi bencana banjir.
6. Mengeringkan bagian wilayah kota yang permukaan lahannya rendah dari genangan
sehingga tidak menimbulkan dampak negative berupa kerusakan infrastruktur kota
dan harta benda milik masyarakat.
7. Mengalirkan kelebihan air permukaan ke badan air terdekat secepatnya agar tidak
membanjiri/menggenangi kota yang dapat merusak selain harta benda masyarakat
juga infrastruktur perkotaan.
8. Mengendalikan sebagian air permukaan akibat hujan yang dapat dimanfaatkan untuk
persediaan air dan kehidupan akuatik.
9. Meresapkan air permukaan untuk menjaga kelestarian air tanah.
10. Mengeringkan daerah becek dan genangan air
11. Mengendalikan akumulasi limpasan air hujan yang berlebihan
12. Mengendalikan erosi, kerusakan jalan dan bangunan-bangunan.
Dalam pembuatan sistem drainase diperlukan beberapa bangunan sistem drainase dan
bangunan pelengkap, yaitu:
A. Bangunan-Bangunan Sistem Saluran Drainase
Bangunan-bangunan dalam sistem drainase adalah bangunan-bangunan struktur
dan bangunan-bangunan non struktur.
a. Bangunan Struktur
Bangunan struktur adalah bangunan pasangan disertai dengan perhitungan -
perhitungan kekuatan tertentu. Contoh bangunan struktur adalah :
bangunan rumah pompa bangunan terjunan yang cukup tinggi
jembatan bangunan tembok penahan tanah
B. Permasalahan Drainase
Permasalah drainase perkotaan bukanlah hal yang sederhana.banyak faktor yang
mempengaruhi dan pertimbangan yang matangdalam perencanaan, antara lain
1. Peningkatan debit manajemen sampah yang kurang baik memberi kontribusi
percepatan pendangkalan /penyempitan saluran dan sungai. Kapasitas sungai dan
saluran drainase menjadi berkurang, sehingga tidak mampu menampung debit
yang terjadi, air meluap dan terjadilah genangan.
2. Peningkatan jumlah pendudukmeningkatnya jumlah penduduk perkotaan yang
sangat cepat, akibat dari pertumbuhan maupun urbanisasi. Peningkayan jumlah
penduduk selalu diikuti oleh penambahn infrastruktur perkotaan, disamping itu
peningkatn penduduk juga selalu diikuti oleh peningkatan limbah, baik limbah cair
maupun pada sampah.
3. Amblesan tanah disebabkan oleh pengambilan air tanah yang berlebihan,
mengakibatkan beberapa bagian kota berada dibawah muka air laut pasang.
4. Penyempitan dan pendangkalan saluran
5. Reklamasi
6. Limbah sampah dan pasang surut
A. Pengertian
Hidrologi adalah cabang ilmu geografi yang mempelajari pergerakan, distribusi
dan kualitas air di seluruh bumi, termasuk siklus hidrologi dan sumber daya air.
Hidrologi juga mempelajari perilaku hujan terutama meliputi periode ulang curah
hujan karena berkaitan dengan perhitungan banjir serta rencana untuk setiap
bangunan teknik sipil antara lain bendung, bendungan dan jembatan. Menurut
Achmad (2011), Hidrologi adalah cabang dari ilmu kebumian. Hidrologi merupakan
ilmu penting dalam asesmen, pengembangan, utilitas dana manajemen sumber daya
air yang dewasa ini semakin meningkat di berbagai level.
B. Siklus Hidrologi
Siklus Hidrologi Menurut Soemarto ( 1986:17) daur atau siklus hidrologi adalah
gerakan air laut ke udara, yang kemudian jatuh ke permukaan tanah lagi sebagai
hujan atau bentuk presipitasi lain, dan akhirnya mengalir ke laut kembali. Susunan
secara siklus peristiwa tersebut sebenarnya tidaklah sesederhana yang kita
gambarkan.
Yang pertama daur tersebut dapat merupakan daur pendek, yaitu misalnya hujan
yang jatuh di laut, danau atau sungai yang segera dapat mengalir kembali ke laut.
Kedua, tidak adanya keseragaman waktu yang diperlukan oleh suatu daur. Pada
musim kemarau kelihatannya daur berhenti sedangkan di musim hujan berjalan
kembali.
Ketiga, intensitas dan frekuensi daur tergantung pada keadaan geografi dan iklim,
yang mana hal ini merupakan akibatnya adanya matahari yang berubah- ubah
letaknya terhadap meridian bumi sepanjang tahun (sebenarnya yang berubah-ubah
letaknya adalah planet bumi terhadap matahari).
Keempat, berbagai bagian daur dapat menjadi sangat kompleks, sehingga kita
hanya dapat mengamati bagian akhirnya saja dari suatu hujan yang jatuh di atas
permukaan tanah dan kemudian mencari jalannya untuk kembali ke laut.
Secara keseluruhan jumlah air di planet bumi ini relatif tetap dari masa ke masa.
Air di bumi mengalami suatu siklus melalui serangkaian peristiwa yang berlangsung
terus-menerus, di mana kita tidak tahu kapan dan dari mana berawalnya dan kapan
pula akan berakhir. Serangkaian peristiwa tersebut dinamakan siklus hidrologi .
Air menguap dari permukaan samudera akibat energi panas matahari.Laju dan
jumlah penguapan bervariasi, terbesar terjadi di dekat equator, di mana radiasi
matahari lebih kuat. Uap air adalah murni , karena pada waktu dibawa naik ke
atmosfir kandungan garam ditinggalkan. Uap air yang dihasilkan dibawa udara yang
bergerak. Dalam kondisi yang memungkinkan, uap tersebut mengalami kondensasi
dan membentuk butir butir air yang akan jatuh kembali sebagai presipitasi berupa
hujan dan atau salju. Presipitasi ada yang jatuh di samudera, di darat, dan sebagian
Iangsung menguap kembali sebelum mencapai ke permukaan bumi.
C. Analisis Hidrologi
Analysis of consecutive days maximum rainfall of different return periods is a
basic tool for safe and economical planning and design of small dams, bridges,
culverts, irrigation and drainage work etc. Though the nature of rainfall is erratic
and varies with time and space. (S. R. Bhakar, 2006).
Dalam perencanaan drainase diperlukan metode yang tepat. Ketidaksesuaian
penggunaan metode dapat mengakibatkan hasil perhitungan yang tidak tepat
digunakan dalam kondisi sebenarnya. Analisis hidrologi merupakan faktor yang
paling berpengaruh untuk merencanakan besarnya sarana penampungan dan
pengaliran. Hal ini diperlukan untuk dapat mengatasi aliran permukaan yang terjadi
agar tidak mengakibatkan terjadinya genangan. Beberapa aspek yang perlu ditinjau
antara lain :
1. Data Curah Hujan
Data curah hujan yang diperlukan adalah data curah hujan harian yang tercatat
pada stasiun hujan terdekat dan berpengaruh terhadap aliran air pada Daerah
Aliran Sungai (DAS) yang bersangkutan. Daerah Aliran Sungai (DAS) sendiri
merupakan wilayah yang dibatasi oleh batas alam, seperti punggung, bukit-bukit
atau gunung, maupun batas buatan seperti jalan atau tanggul, dimana air hujan
yang turun diwilayah tersebut memberikan kontribusi aliran ketitik pelepasan
(outlet) (Suripin, 2004).
2. Analisis Frekuensi Data Hidrologi
Tujuan analisis frekuensi data hidrologi adalah berkaitan dengan besaran
peristiwa ekstrim dengan frekuensi kejadiannya melalui penerapan distribusi
kemungkinan. Data hidrologi yang dianalisis diasumsikan tidak tergantung dan
terdistribusi secara acak dan bersifat stokastik (Suripin, 2004).
1. Sedapat mungkin memanfaatkan drainase alam yang dimiliki oleh daerah rencana
2. Aliran limpasan harus dibatasi dengan berprinsip pada :
a. Limpasan air hujan selama masih belum berbahaya dihambat semaksimal
mungkin agar ada kesempatan untuk infiltrasi, sehingga limpasan berkurang.
b. Kecepatan aliran dalam saluran tidak terlalu tinggi sehingga tidak merusak
konstruksi saluran tetapi tidak boleh terlalu rendah untuk menghindari terjadinya
penggerukan dinding saluran akibat terlalu tingginya kecepatan dan tidak terjadi
pengendap sepanjang saluran akibat aliran yang terlalu rendah.
c. Kemiringan dasar saluran pada daerah dengan kemiringan kecil diusahakan
mengikuti kemiringan permukaan tanah, untuk kemiringan terjal didasarkan
pada kecepatan maksimum dan untuk kemiringan dasar saluran didasarkan pada
kecepatan maksimum yang self cleansing (membersihkan sendiri).
d. Profil saluran harus optimal dan mampu menampung debit maksimum (debit
banjir).
e. Air hujan harus sedapat mungkin mencapai badan air penerima untuk
menghindari terjadinya genangan atau luapan.
3. Bagi daerah yang dapat menimbulkan genangan atau pencemaran terhadap
lingkungan aliran drainasenya tidak boleh bercampur dengan sungai atau irigasi.
Saluran drainase harus sependek mungkin jaraknya terhadap Out Fall (sungai atau
badan penerima lainnya).
4. Bagian-bagian yang susah dalam operasional pemeliharaan diusahakan seminimal
mungkin terjadi.
5. Bagian-bagian yang rawan dari kerusakan diusahakan mudah ditangani dengan
penambahan perlengkapan saluran.
Panjang 6000
mm
Lengkap dengan
fitting
Disambung
dengan thread
5. Pipa Asbes Diameter 25 cm – Instalasi air
80 cm buangan
Panjang 600 cm
Disambung
dengan lem dan
mortar khusus
Keuntungan dari system saluran drainase parallel, pada lahan terdapat cukup
banyak saluran drainase. Tanaman dilahan dalam alur, tegak lurus terhadap saluran
drainase paralel. Jumlah populasi tanaman pada lahan akan berkurang dikarenakan
adanya saluran paralel. Sehingga bila dibandingkan dengan land grading dan
smoothing, hasil produksi akan lebih sedikit.
Penambahan jarak antara saluran paralel, akan menimbulkan kerugian pada sistem
bedding, karena jarak yang lebar menimbulkan kerugian pada sistem bedding, karena
jarak yang lebar membutuhkan saluran drainase yang lebih besar dan dalam. Bila
lebar bedding 400 m, maka aliran akan dibagi dua agar lebar bedding tidak lebih dari
200 m.
Pada bedding yang lebar, harus dibarengi dengan land grading dan smoothing.
Pada tanah gambut, saluran drainase paralel dengan side slope yang curam digunakan
adalah 1 meter. Pada daerah ini biasa dilengkapi dengan bangunan pengambilan dan
pompa, bangunan pintu air berfungsi untuk mengalirkan air drainase pada musim
hujan.
Pada daerah dataran tertentu ditemukan sistem khusus dari jarak saluran paralel, 2
saluran diletakkan secara paralel dengan jarak 5-15 meeter. Tanah galian saluran
diletakkan diantara kedua saluran tersebut, dimanfaatkan sebagai jalan yang
diperlukan pada saat pemeliharaan saluran.
c. Data perencanaan
1. Data topografi
Data topografi untuk menentukan arah aliran dari air pada saluran. Jika area
drainasi agak landai maka perencanaan aliran air dari lokasi tinggi ke lokasi
rendah dengan arah saluran tidak terlalu berbelok-belok mendekati lurus.
2. Data tata guna lahan
Data tata guna lahan sangat berkaitan dengan besar aliran permukaan. Aliran
permukaan menjadi besaran dari aliran drainasi. Besar aliran permukaan
tergantung dabit air hujan yang run off di muka tanah. Besar air yang meresap
(ilfiltrasi) tergantung angka pori (e) yang dapat didata dari laboratorium mekanika
tanah dan ini berkaitan dengan penggunaan lahan.
3. Jenis tanah
Jenis tanah untuk menentukan kemampuan/daya lapisan tanah menyerap air.
Jenis tanah juga untuk menentukan kuat/daya dukung tanah. Jenis tanah dengan
tipe lereng suatu saluran, sangat menentukan Pengendalian Genangan Hujan perlu
tidaknya lereng dasar saluran diberi lapisan pelindung terhadap erosi atau tidak.
4. Peta / Mastre Plan
Master plan telah direncanakan dengan menentukan area-area yang terdapat
didalam sebuah kawasan. Perencanaan saluran drainasi terutama saluran muka
tanah, didisain aliran air dapat mengalir dengan baik ke sungai, ke waduk, danau
atau laut.
5. Data prasarana dan utilitas
Data prasarana dan utilitas yaitu data jaringan air minum, telepon, pipa gas,
pipa bahan bakar, kabel listrik dan lain-lain. Jika saluran yang sudah ada masih
terjadi genangan/banjir, berarti dimensi saluran harus diperluas secara keseluruhan
tidak sepotong- potong.
a. Kerusakan lingkungan
Perubahan tata guna lahan yang mengarah pada perluasan lingkungan
pemukiman memperkecil kemungkinan air hujan meresap ke dalam tanah. Hal ini
disebabkan olehbagian lapangan yang tertutup atau ditutupi dengan perkerasan
betonatau konstruksi lainnya. Di sisi lain lahan terbuka hijau sebagai lahan
penampungan air tanah semakin berkurang yang mengakibatkan debit limpasan
permukaan akan menjadi besar.
b. Sistem Drainase
Sistem jaringan drainase terdiri atas sistem jaringan utama (makro) dan jaringan
pengumpul (mikro) yang saling berhubungan. Saluran pembuangan air hujan
umumnya menggunakan saluran terbuka dengan sistem pengaliran gravitasi. Kecuali
apabila kondisi lingkungan yang pelaksanaan tekniknya tidak memungkinkan
(Maizir, 2017).
Saluran drainase yang baik akan terdiri dari salurankwarter,tersier, sekunderdan
saluran primer. Pembagian saluran ini tentu akan berpengaruh pada dimensi
saluran,dimana saluran drainase di bagian hulu (yang di kota-kota rata-rata berada di
kawasanpemukiman) umumnya berukuran kecildan kearah hilir dimensinya akan
bertambah besar sejalan dengan penambahan debit alirannya.
Drainase bisa jadi salah ketika kumpulan saluran tersier berkumpul pada saluran
yang dimensinya hampir sama dengan saluran tersier. Sehingga sangat berpotensi
tidak mampu menampung aliran dari arah hulunya(Fauzie,2012).
Debit rencana
Dalam menentukan debit rencana diperlukan kajian yang meliputi aspek
hidrologi, tata ruang, dan luas wilayah tangkapan hujan. Kesalahan dalam
menentukan besar debit rencana mungkin terjadi karena:
1. Salah dalam menentukan besaran intensitas hujan, yang disebabkan karena
salah dalam menentukan sumber data hujan (stasiun pencatatan
hujan)sepertidata hujan yang terlalu pendek (kurang dari 5 tahun), serta
metode analisis intensitas hujan.
2. Salah dalam menentukan koefisien limpasan.Nilai koefisien limpasan
dipengaruhi oleh kondisi permukaan lapanganseperti sawah, pemukiman,
hutan dan lain-lainnyaakan menyebabkan perubahan infiltrasi. Ketika
permukaanlahan dipenuhi oleh bangunan, maka air limpasan akan semakin
besar,karena semakin kecilruang infiltrasi. Ini sangatpenting dalam
menentukan besaran koefisien limpasan.
3. Salah dalam menentukan luas derah tangkapan aliran. Diperlukan ketelitian
dalam menentukan luasdaerahtangkapan aliranyang akan masuk ke
dalamsaluran drainase. Luas daerah tangkapan aliran akan sangat menentukan
besar debit aliran yang akan terjadi.
Dimensi saluran
Dalam hal ini diperlukan perencanaan dimensi atau ukuran yang tepat agar
debit banjir dapat tertampung. Kesalahan yang mungkin terjadi adalah:
1. Kesalahan menentukan kecepatan rencana. Bila terlalu cepat dapat menggerus
dan merusak bangunan drainase. Demikian juga terlalu lambat akan
menyebabkan sedimentasi dan pendangkalan, ini sangat berbahaya karena
nantinya tinggi air bisa saja melebihi freeboard.
2. Kecepatan rencana ketika tidak hujan (aliran kecil) dengan ketinggian
genanganminimal 10 cm di bawah 0.6 m/detik. Kesalahan dalamperencanaan
ini berpotensi menyebabkan terjadinya penumpukan sampah dan
lumpuryangdapat menyumbat saluran.
3. Slope rencana yang salah.Kemiringanmemanjang yangterlalu landai akan
sangat berpengaruh pada kecepatan aliran sebenarnya di lapangan.
Kemiringan yang landai menyebabkankecepatan aliran menjadi rendah.
Masalah Sampah
Endapan sampah di dalam drainase akan mengurangi kapasitas drainase
dalam menampung aliran air hujan sehingga menyebabkan banjir di beberapa
tempat. Terjadinya banjir dalam kawasan pemukiman di perkotaan adalah sebuah
indikasi bahwa telah terjadi kegagalan sistem drainase yang ada dalam kawasan
tersebut. Oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian untuk menganalisis penyebab
kegagalan fungsi saluran drainase tersebut dan sebagai pedoman dalam
merumuskan tindakanyang akan diambildalam mengatasi masalah banjirkawasan
tersebut.
Partisipasi Masyarakat
Salah satu masalah yang sering timbul di daerah adalah banjir, baik di
perkotaan, kawasan pemukiman, maupun di pedesaan (areal pertanian), dimana
memerlukan penanganan secara teknis maupun pendanaan yang besar, yang
harus dilaksanakan oleh pemerintah dan peran serta masyarakat.
Masyarakat yang dimaksud di sini yaitu seluruh masyarakat baik di pedesaan,
perkotaan, di hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) maupun di hilir, kaya atau
miskin, akademisi atau non akademisi, bahkan semua insan yang mempunyai
hubungan dengan air(Sobriyah dan Wignyosukarto, 2001).
Partisipasi yang diharapkan dari masyarakat yang berada disekitar jaringan
drainase adalah turut menjaga kebersihan dan kelancaran aliran air dalam saluran
drainase.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Drainase merupakan serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan
atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat
difungsikan secara optimal. Drainase juga diartikan sebagai usaha untuk mengontrol
kualitas air tanah dalam kaitannya dengan salinitas.
Jenis dari drainase bermacam-macam, berdasarkan sejarah terbentuknya ada drainase
alamiah dan drainase buatan; berdasarkan letak bangunannya terdiri dari drainase
permukaan tanah dan dibawah permukaan tanah; berdasarkan fungsinya ada single
purpose dan multi purpose; berdasarkan konstruksinya terdiri dari saluran terbuka
dan saluran tertutup.
Bangunan – bangunan penyusun dan pelengkap dari suatu drainase yaitu bangunan
penyusun terdiri dari bangunan struktur dan bangunan non struktur; serta bangunan
pelengkap terdiri dari Catch Basin/ Watershed, Inlet, Headwall, Shipson, dan
Manhole.
Beberapa fungsi dari drainase, sebagai berikut:
a. Untuk mengurangi kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehigga lahan
dapat difungsikan secara optimal.
b. Sebagai pengendali air kepermukaan dengan tindakan untuk memperbaiki daerah
becek, genangan air/banjir.
c. Menurunkan permukaan air tanah pada tingkat yang ideal.
d. Mengendalikan erosi tanah, kerusakan jalan dan bangunan yang ada.
e. Mengendalikan air hujan yang berlebihan sehinga tidak terjadi bencana banjir.
3.2 Saran
Agar fungsi dari drainase bekerja secara maksimal, ada baiknya pemerintah, lembaga
dan masyrakat semua untuk tidak mengalih fungsikan drainase dan dalam
pembangunan drainase pun dikerjakan dengan baik dan maksimal. Dengan
memaksimalkan fungsi dari drainase, dapat memperkecil faktor kegagalan dari
drainase itu sendiri.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepa ALLAH SWT., yang telah memberikan rahmat-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Tugas ini
berbentuk makalah yang menjadi salah satu persyaratan dari mata kuliah “Laboratorium
Saluran dan Pembuangan”.
Dalam kesempatan ini, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs.
Dafrimon, M.T. yang mana telah menjadi dosen pembimbing pada mata kuliah ini.
Penulis pun berharap, makalah ini dapat menjadi panduan dan refrensi yang
membantu untuk pembelajaran.
Tri Ambarwati
NIM. 061930100353
DAFTAR ISI
Halaman Judul................................................................................................................ i
Lembar Pengesahan........................................................................................................ ii
Kata Pengantar................................................................................................................ iii
Daftar Isi......................................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................... 2
1.3 Tujuan....................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................ 3
2.1 Pengertian Drainase.................................................................................................. 3
2.2 Kegunaan Drainase................................................................................................... 3
2.3 Jenis – Jenis Drainase............................................................................................... 7
2.4 Pengklasifikasian Drainase....................................................................................... 9
2.5 Pola Penyaringan Drainase....................................................................................... 9
2.6 Bentuk Penampang Saluran...................................................................................... 12
2.7 Fungsi Drainase........................................................................................................ 13
2.8 Sistem Drainase........................................................................................................ 14
2.9 Bangunan – Bangunan Sistem Drainase Dan Pelengkapnya.................................... 14
2.10 Sistem Dan Permasalahan Drainase....................................................................... 16
2.11 Penanganan Drainase.............................................................................................. 17
2.12 Aspek Hidrologi...................................................................................................... 17
2.13 Konsep Perencanaan Drainase................................................................................ 21
2.14 Macam – Macam Pipa Saluran............................................................................... 22
2.15 Jenis – Jenis Drainase............................................................................................. 24
2.16 Drainase Mole......................................................................................................... 25
2.17 Pengembangan Sistem Drainase............................................................................. 26