Anda di halaman 1dari 38

LABORATORIUM SALURAN DAN PEMBUANGAN

JURUSAN TEKNIK SIPIL


POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jln. Srijaya Negara, Bukit Besar, Palembang . 30139
Telp. 0711-353414 Fax 0711-355918 Email.Info@mail.polsriwijaya.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengetahuan mengenai konstruksi sistem saluran dan pembuangan (drainase)


sangatlah diperlukan, hal ini terlebih karena semakin berkembangnya jenis ilmu baru
yang lebih efektif dan jenis material yang dipasarkan. Karena kondisi tersebut
pengetahuan mengenai teknik kerja mengenai drainase semakin meluas, mengingat
pengetahuan ini menjadi faktor penting dalam proses pembuatan konstruksi. Pada
dasarnya, teknik yang baik akan mempengaruhi kekuatan dan kekokohan dari konstruksi
yang dibuat.

Perkembangan dari berbagai desain dalam suatu konstruksi menjadi tantangan untuk
menyelesaikan masalah tersebut, guna mengetahui dan memahami pengetahuan dari
suatu konstruksi tersebut. Dalam membangun suatu konstruksi khususnya drainase ini,
diharuskan memahami baik itu teori konstruksi dasar, acuan normatif yang berlaku,
hingga peralatan dan bahan yang dibutuhkan.

Sistem saluran dan pembuangan adalah konstruksi yang mengatur pemasukan atau
penyuplaian air bersih guna kebutuhan manusia dan pengeluaran atau pembuangan air
bekas atau limbah ke tempat tertentu serta mengatur sistem pembuangan atau pengaliran
air hujan, air rawa dan sebagainya.

Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai sistem guna
memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan kompenen penting dalam perencanaan
kota(perencanaan infrastruktur khususnya).Drainase secara umum didefinisikan sebagai
ilmu pengetahuan yang mempelajari usaha untuk mengalirkan air yang berlebihan dalam
suatu konteks pemanfaatan tertentu.

Didalam makalah ini akan membahas mengenai pengertian, jenis – jenis drainase,
bangunan penunjang dari drainase dan sebagainya secara rinci.

TRI AMBARWATI (061930100353) 3 SC


LABORATORIUM SALURAN DAN PEMBUANGAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jln. Srijaya Negara, Bukit Besar, Palembang . 30139
Telp. 0711-353414 Fax 0711-355918 Email.Info@mail.polsriwijaya.ac.id

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari penyusunan makalah ini, yaitu:

a. Apa yang dimaksud dengan drainase?


b. Apa saja yang termasuk kedalam jenis drainase?
c. Apa saja bangunan penunjang dalam sistem drainase?
d. Apa saja peranan dari drainase?
e. Faktor – faktor apa saja yang menyebabkan kegagalan pada drainase?

1.3 Tujuan

Tujuan dari penyusunan makalah ini, yaitu:

a. Mengetahui pengertian dari drainase.


b. Mengetahui jenis – jenis dari drainase.
c. Mengetahui bangunan penunjang dalam sistem drainase.
d. Mengetahui peran dari drainase.
e. Mengetahui faktor – faktor penyebab kegagalan drainase.

TRI AMBARWATI (061930100353) 3 SC


LABORATORIUM SALURAN DAN PEMBUANGAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jln. Srijaya Negara, Bukit Besar, Palembang . 30139
Telp. 0711-353414 Fax 0711-355918 Email.Info@mail.polsriwijaya.ac.id

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Drainase

Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai sistem guna
memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan komponen penting dalam perencanaan
kota (perencanaan infrastruktur khususnya). Menurut Suripin (2004), drainase
mempunyai arti mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air. Secara
umum, drainase didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk
mengurangi dan atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga
lahan dapat difungsikan secara optimal. Drainase juga diartikan sebagai usaha untuk
mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan salinitas.

Drainase yaitu suatu cara pembuangan kelebihan air yang tidak diinginkan pada
suatu daerah, serta cara-cara penangggulangan akibat yang ditimbulkan oleh kelebihan
air tersebut. Dari sudut pandang yang lain, drainase adalah salah satu unsur dari
prasarana umum yang dibutuhkan masyarakat kota dalam rangka menuju kehidupan
kota yang aman, nyaman, bersih, dan sehat. Prasarana drainase disini berfungsi untuk
mengalirkan air permukaan ke badan air (sumber air permukaan dan bawah permukaan
tanah) dan atau bangunan resapan. Selain itu juga berfungsi sebagai pengendali
kebutuhan air permukaan dengan tindakan untuk memperbaiki daerah becek, genangan
air dan banjir (Suripin, 2004).

2.2 Kegunaan Drainase

Kegunaan dengan adanya saluran drainase ini antara lain (Suripin, 2004) :
 Mengeringkan genangan air sehingga tidak ada akumulasi air tanah.
 Menurunkan permukaan air tanah pada tingkat yang ideal.
 Mengendalikan erosi tanah, kerusakan jalan dan bangunan yang ada.
 Mengendalikan air hujan yang berlebihan sehingga tidak terjadi bencana banjir.

TRI AMBARWATI (061930100353) 3 SC


LABORATORIUM SALURAN DAN PEMBUANGAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jln. Srijaya Negara, Bukit Besar, Palembang . 30139
Telp. 0711-353414 Fax 0711-355918 Email.Info@mail.polsriwijaya.ac.id

Sebagai salah satu sistem dalam perencanaan perkotaan, maka sistem


drainase yang ada dikenal dengan istilah sistem drainase perkotaan. Berikut
definisi drainase perkotaan (Hasmar, 2002) :
1. Drainase perkotaan yaitu ilmu drainase yang mengkhususkan pengkajian pada
kawasan perkotaan yang erat kaitannya dengan kondisi lingkungan sosial-budaya
yang ada di kawasan kota.
2. Drainase perkotaan merupakan sistem pengeringan dan pengaliran air dari
wilayah perkotaan yang meliputi :
a) Permukiman e) Lapangan olahraga
b) Kawasan industri dan perdagangan f) Lapangan parkir
c) Kampus dan sekolah g) Instalasi militer, listrik, telekomunikasi
d) Rumah sakit dan fasilitas umum h) Pelabuhan udara.

Standar dan sistem penyediaan drainase kota sistem penyediaan jaringan drainase
terdiri dari empat macam, yaitu (Hasmar, 2002) :
1. Sistem drainase utama merupakan sistem drainase perkotaan yang melayani
kepentingan sebagian besar warga masyarakat kota.
2. Sistem drainase lokal merupakan sistem drainase perkotaan yang melayani
kepentingan sebagian kecil warga masyarakat kota.
3. Sistem drainase terpisah merupakan sistem drainase yang mempunyai jaringan
saluran pembuangan terpisah untuk air permukaan atau air limpasan.
4. Sistem gabungan merupakan sistem drainase yang mempunyai jaringan saluran
pembuangan yang sama, baik untuk air genangan atau air limpasan yang telah diolah.

Sasaran penyediaan sistem drainase dan pengendalian banjir adalah (Hasmar, 2002) :
1. Penataan sistem jaringan drainase primer, sekunder dan tersier melalui normalisasi
maupun rehabilitasi saluran guna menciptakan lingkungan yang aman dan baik
terhadap genangan, luapan sungai, banjir kiriman, maupun hujan lokal. Dari masing-
masing jaringan dapat didefinisikan sebagai berikut:
a. Jaringan primer merupakan saluran yang memanfaatkan sungai dan anak sungai.

TRI AMBARWATI (061930100353) 3 SC


LABORATORIUM SALURAN DAN PEMBUANGAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jln. Srijaya Negara, Bukit Besar, Palembang . 30139
Telp. 0711-353414 Fax 0711-355918 Email.Info@mail.polsriwijaya.ac.id

b. Jaringan sekunder merupakan saluran yang menghubungkan saluran tersier


dengan saluran primer (dibangun dengan beton/plesteran semen).
c. Jaringan tersier merupakan saluran untuk mengalirkan limbah rumah tangga ke
saluran sekunder, berupa plesteran, pipa dan tanah.
2. Memenuhi kebutuhan dasar (basic need) drainase bagi kawasan hunian dan kota.
3. Menunjang kebutuhan pembangunan (development need) dalam menunjang
terciptanya skenario pengembangan kota untuk kawasan andalan dan menunjang
sektor unggulan yang berpedoman pada Rencana Umum Tata Ruang Kota.
Sedangkan arahan dalam pelaksanaannya adalah :
a. Harus dapat diatasi dengan biaya ekonomis.
b. Pelaksanaannya tidak menimbulkan dampak sosial yang berat.
c. Dapat dilaksanakan dengan teknologi sederhana.
d. Memanfaatkan semaksimal mungkin saluran yang ada.
e. Jaringan drainase harus mudah pengoperasian dan pemeliharaannya.
f. Mengalirkan air hujan ke badan sungai yang terdekat.

Standardisasi sistem penyediaan drainase untuk penempatan perumahan di


pinggiran saluran primer atau sungai yang mengacu pada Provincial Water
Reclement (PWR) Bab II pasal 2 tentang “Pemakaian Bebas dari Perairan Umum”
(Waterrocilijn) yang berbunyi “Dilarang menempatkan sebuah bangunan apapun,
atau memperbaharui seluruhnya atau sebagian dalam jarak diukur dari kaki tangkis
sepanjang perairan umum atau bilamana tidak ada tangkis, dari pinggir atas dari
tamping (talud) perairan umum kurang dari :
a. 20 meter untuk sungai-sungai tersebut dalam daftar 1 dari verordening ini.
b. 5 meter untuk sungai-sungai tersebut dalam daftar 2 dari verordening ini,
demikian juga untuk saluran pengaliran dan pembuangan dengan kemampuan
(kapasistet) 4 m3/detik atau lebih.
c. 3 meter untuk saluran-saluran pengairan, pengambilan dan pembuangan
kemampuan normal 1 s/d 4 m3/detik.
d. 2 meter untuk saluran-saluran pengairan pengambilan dan pembuangan
kemampuan normal kurang dari 1 m3/detik.

TRI AMBARWATI (061930100353) 3 SC


LABORATORIUM SALURAN DAN PEMBUANGAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jln. Srijaya Negara, Bukit Besar, Palembang . 30139
Telp. 0711-353414 Fax 0711-355918 Email.Info@mail.polsriwijaya.ac.id

Sistem jaringan drainase perkotan umumnya dibagi atas 2 bagian, yaitu (Hasmar,
2002) :
1. Sistem Drainase Mayor
Sistem drainase mayor yaitu sistem saluran atau badan air yangmenampung dan
mengalirkan air dari suatu daerah tangkapan air hujan (Catchment Area). Pada
umumnya sistem drainase mayor ini disebut juga sebagai sistem saluran pembuangan
utama (major system) atau drainase primer. Sistem jaringan ini menampung aliran
yang berskala besar dan luas seperti saluran drainase primer, kanal-kanal atau sungai-
sungai. Perencanaan drainase makro ini umumnya dipakai dengan periode ulang
antara 5 sampai 10 tahun dan pengukuran topografi yang detail mutlak diperlukan
dalam perencanaan sistem drainase ini.
2. Sistem Drainase Mikro
Sistem drainase mikro yaitu sistem saluran dan bangunan pelengkap drainase yang
menampung dan mengalirkan air dari daerah tangkapan hujan. Secara keseluruhan
yang termasuk dalam sistem drainase mikro adalah saluran di sepanjang sisi jalan,
saluran/selokan air hujan di sekitar bangunan, gorong-gorong, saluran drainase kota
dan lain sebagainya dimana debit air yang dapat ditampungnya tidak terlalu besar.
Pada umumnya drainase mikro ini direncanakan untuk hujan dengan masa ulang 2, 5
atau 10 tahun tergantung pada tata guna lahan yang ada. Sistem drainase untuk
lingkungan permukiman lebih cenderung sebagai sistem drainase mikro.

Sistem Drainase Mayor DPS ˃ 50 ha Sitem Drainase Minor DPS ˂ 50 ha


Akibat kerusakan banjir dianggap besar. Akibat kerusakan banjir dianggap kecil.
Terdiri atas:
Terdiri atas:  Saluran Drainase Cabang Utama
 Saluran Drainase Induk Utama (DPS 25-50 ha)
(DPS > 100 ha)  Saluran Drainase Cabang Madya
 Saluran Drainase Induk Madya (DPS 5-25 ha)
(DPS 50-100 ha)  Saluran Drainase Tersier (DPS 0-5
ha)
Sistem Drainase Mayor, selain untuk Sistem Drainase Minor merupakan bagian

TRI AMBARWATI (061930100353) 3 SC


LABORATORIUM SALURAN DAN PEMBUANGAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jln. Srijaya Negara, Bukit Besar, Palembang . 30139
Telp. 0711-353414 Fax 0711-355918 Email.Info@mail.polsriwijaya.ac.id

menerima limpasan banjir minor, sarana


drainase harus dilengkapi dengan suatu
dari sistem drainase yang menerima debit
saluran yang dapat mengantisipasi
limpasan maksimum dari mulai aliran
terjadinya kerusakan-kerusakan besar
awal, meliputi:
akibat limpasan banjir yang mungkin
 inlet limpasan permukaanjalan
terjadi setiap 25-100 tahun sekali,
 saluran dan parit drainase tepian
meliputi:
jalan
 saluran alami dan buatan
 gorong-gorong
 daerah banjir
 got air hujan
 jalur saluran drainase pembawa
 saluran air terbuka dl
aliran limpasan besar serta
bangunan pelengkapnya
Didesain untuk Periode Ulang Hujan
Didesain untuk Periode Ulang Hujan
(PUH) 2-10 tahun, tergantung dari tata
(PUH) 25-100 tahun
guna lahan di sekitarnya

2.3 Jenis – Jenis Drainase

A. Menurut Sejarah Terbentuknya


1. Drainase Alamiah
Drainase yang terbentuk secara alami dan tidak terdapat bangunan-bangunan
penunjang seperti bangunan pelimpah, pasangan batu/beton, gorong-gorong dan
lain-lain. Saluran ini terbentuk oleh gerusan air yang bergerak karena grafitasi
yang lambat laun membentuk jalan air yang permanen seperti sungai.
2. Drainase Buatan
Drainase Buatan, yaitu sistem drainase yang dibentuk berdasarkan
analisis ilmu drainase, untuk menentukan debit akibat hujan, dan dimensi
saluran. drainase yang dibuat dengan maksud dan tujuan tertentu sehingga
memerlukan bangunan-bangunan khusus seperti selokan, gorong-gorong, pipa-
pipa dan sebagainya.
B. Menurut Letak Saluran

TRI AMBARWATI (061930100353) 3 SC


LABORATORIUM SALURAN DAN PEMBUANGAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jln. Srijaya Negara, Bukit Besar, Palembang . 30139
Telp. 0711-353414 Fax 0711-355918 Email.Info@mail.polsriwijaya.ac.id

1. Drainase Permukaan Tanah (Surface Drainage)


Saluran drainase yang berada di atas permukaan tanah yang berfungsi
mengalirkan air limpasan permukaan. Analisa alirannya merupakan analisa open
channel flow.
2. Drainase Bawah Permukaan Tanah (Subsurface Drainage)
Saluran drainase yang bertujuan mengalirkan air limpasan permukaan melalui
media di bawah permukaan tanah (pipa-pipa), dikarenakan alasan-alasan
tertentu. Alasan itu antara lain : tuntutan artistik , tuntutan fungsi permukaan
tanah yang tidak membolehkan adanya saluran di permukaan tanah seperti
lapangan sepak bola, lapangan terbang, taman,dan lain-lain.

C. Menurut Fungsinya
1. Single Purpose yaitu saluran yang berfungsi mengalirkan satu jenis buangan,
misalnya air hujan saja atau jenis air buangan yang lainnya seperti limbah
domestik, air limbah industri dan lain-lain.
2. Multi Purpose yaitu saluran yang berfungsi mengalirkan bebrapa jenis air
buangan baik secara bercampur maupun bergantian.

D. Menurut Konstruksi
1. Saluran Terbuka, yaitu saluran yang lebih cocok untuk drainase air hujan yang
terletak di daerah yang mempunyai luasan yang cukup, ataupun untuk drainase
air non-hujan yang tidak membahayakan kesehatan/mengganggu lingkungan.
2. Saluran Tertutup, yaitu saluran yang pada umumnya sering dipakai untuk saluran
air kotor (air yang mengganggu kesehatan/lingkungan ) atau untuk saluran yang
terletak di tengah kota.

2.4 Pengklasifikasian Saluran Drainase

TRI AMBARWATI (061930100353) 3 SC


LABORATORIUM SALURAN DAN PEMBUANGAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jln. Srijaya Negara, Bukit Besar, Palembang . 30139
Telp. 0711-353414 Fax 0711-355918 Email.Info@mail.polsriwijaya.ac.id

Macam saluran untuk pembuanagn air, menurut De Chaira dan Koppelmen (1994)
dapat dibedakan menjadi:
1. Saluran Air Tertutup
a. Drainase bawah tanah tertutup, yaitu saluran yang menerima air limpasan dari
daerah yang diperkeras maupun yang tidak diperkeras dan membawanya ke
sebuah pipa keluar disisi tapak (saluran permukaan atau sungai) ke sistem
drainase kota.
b. Drainase bawah tanah tertutup dengan penampungan pada tapak, dimana
drainase ini mampu menampung air limpasan dengan volume dan kecepatan
yang meningkat tanpa menyebabkan erosi dan keruskan pada tapak.
2. Saluran Air Terbuka
Merupakan saluran yang mengalirkan air dengan suatu permukaan bebas. Pada
saluran air terbuka ini jika ada sampah yang menyumbat dapat dengan mudah untuk
dibersihkan, namun bau yang ditimbulkan dapat mengurangi kenyamanan. Menurut
asalnya, saluran dibedakan menjadi :
a. Saluran Alam (natural), meliputi selokan kecil, kali, sungai kecil dan sungai besar
sampai saluran terbuka alamiah.
b. Saluran Buatan (artificial), seperti saluran pelayaran, irigasi, parit pembuangan,
dan lain-lain. Saluran Air Kombinasi, dimana limpasan air terbuka dikumpulkan
pada saluran drainase permukaan, sementara limpasan dari daerah yang diperkeras
dikumpulkan pada saluran drainase tertutup.

2.5 Pola Penyaringan Drainase

Menentukan pola jaringan drainase dalam suatu kawasan atau wilayah harus
memperhatikan sistem perencanaan drainasenya. Pola jaringan drainase tergantung dari
keadaan topografi daerah dan tata guna lahan kawasan tersebut. adapun tipe atau jenis
jaringan drainase sebagai berikut :

A. Siku

TRI AMBARWATI (061930100353) 3 SC


LABORATORIUM SALURAN DAN PEMBUANGAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jln. Srijaya Negara, Bukit Besar, Palembang . 30139
Telp. 0711-353414 Fax 0711-355918 Email.Info@mail.polsriwijaya.ac.id

Dibuat pada daerah yang mempunyai topografi sedikit lebih tinggi dari pada sungai.
Sungai sebagai saluran pembuang akhir. Saluran Utama Saluran Cabang.

B. Paralel
Saluran utama terletak sejajar dengan saluran cabang. Dengan saluran cabang
(sekunder) yang cukup banyak dan pendek-pendek, apabila terjadi perkembangan
kota, saluran-saluran akan dapat menyesuaikan diri.

C. Grid Iron
Untuk daerah dimana sungainya terletak di pinggir kota,sehingga saluran-saluran
cabang dikumpulkan dulu pada saluran pengumpul.

D. Alamiah

TRI AMBARWATI (061930100353) 3 SC


LABORATORIUM SALURAN DAN PEMBUANGAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jln. Srijaya Negara, Bukit Besar, Palembang . 30139
Telp. 0711-353414 Fax 0711-355918 Email.Info@mail.polsriwijaya.ac.id

Sama seperti pola siku,hanya beban sungai pada pola alamiah lebih besar

E. Radial
Pada daerah berbukit, sehingga pola saluran memencar ke segala arah.

SALURAN CABANG

F. Jaring
Mempunyai saluran – saluran pembuangan yang mengikuti arah jalan raya,dan cocok
untuk daerah dengan topografi datar.

SALURAN CABANG

SALURAN UTAMA

2.6 Bentuk Penampang Saluran

TRI AMBARWATI (061930100353) 3 SC


LABORATORIUM SALURAN DAN PEMBUANGAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jln. Srijaya Negara, Bukit Besar, Palembang . 30139
Telp. 0711-353414 Fax 0711-355918 Email.Info@mail.polsriwijaya.ac.id

1. Persegi
Saluran ini terbuat dari pasangan batu dan beton. Berfungsi untuk menampung dan
menyalurkan limpasan air hujan serta air buangan domestik.

2. Trapesiun
Saluran ini terbuat dari tanah, batu dan beton. Memerlukan cukup ruang dan
berfungsi untuk menampung dan menyalurkan limpasan air hujan serta air buangan
domestik.

3. Segitiga
Saluran ini digunakan hanya dalam kondisi tertentu saja dan mempertimbangkan
kondisi lahan yang ada.

4. Setengah Lingkaran

TRI AMBARWATI (061930100353) 3 SC


LABORATORIUM SALURAN DAN PEMBUANGAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jln. Srijaya Negara, Bukit Besar, Palembang . 30139
Telp. 0711-353414 Fax 0711-355918 Email.Info@mail.polsriwijaya.ac.id

Saluran ini terbuat dari batu dan beton dengan cetakan yang telah tersedia. berfungsi
untuk menampung dan menyalurkan limpasan air hujan serta air buangan domestik.

2.7 Fungsi Drainase

Kegunaan dengan adanya saluran drainase ini antara lain:

1. Untuk mengurangi kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehigga lahan dapat
difungsikan secara optimal.
2. Sebagai pengendali air kepermukaan dengan tindakan untuk memperbaiki daerah
becek, genangan air/banjir.
3. Menurunkan permukaan air tanah pada tingkat yang ideal.
4. Mengendalikan erosi tanah, kerusakan jalan dan bangunan yang ada.
5. Mengendalikan air hujan yang berlebihan sehinga tidak terjadi bencana banjir.
6. Mengeringkan bagian wilayah kota yang permukaan lahannya rendah dari genangan
sehingga tidak menimbulkan dampak negative berupa kerusakan infrastruktur kota
dan harta benda milik masyarakat.
7. Mengalirkan kelebihan air permukaan ke badan air terdekat secepatnya agar tidak
membanjiri/menggenangi kota yang dapat merusak selain harta benda masyarakat
juga infrastruktur perkotaan.
8. Mengendalikan sebagian air permukaan akibat hujan yang dapat dimanfaatkan untuk
persediaan air dan kehidupan akuatik.
9. Meresapkan air permukaan untuk menjaga kelestarian air tanah.
10. Mengeringkan daerah becek dan genangan air
11. Mengendalikan akumulasi limpasan air hujan yang berlebihan
12. Mengendalikan erosi, kerusakan jalan dan bangunan-bangunan.

2.8 Sistem Drainase

TRI AMBARWATI (061930100353) 3 SC


LABORATORIUM SALURAN DAN PEMBUANGAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jln. Srijaya Negara, Bukit Besar, Palembang . 30139
Telp. 0711-353414 Fax 0711-355918 Email.Info@mail.polsriwijaya.ac.id

Sistem draiase permukaan pada prinsipnya terdiri dari :

1. Kemiringan melintang pada pada perkarasan jalan dan bahu jalan.


2. Selokan samping
3. Gorong-gorong.
4. Saluran penangkap.

2.9 Bangunan – Bangunan Sistem Drainase dan Pelengkapnya

Dalam pembuatan sistem drainase diperlukan beberapa bangunan sistem drainase dan
bangunan pelengkap, yaitu:
A. Bangunan-Bangunan Sistem Saluran Drainase
Bangunan-bangunan dalam sistem drainase adalah bangunan-bangunan struktur
dan bangunan-bangunan non struktur.
a. Bangunan Struktur
Bangunan struktur adalah bangunan pasangan disertai dengan perhitungan -
perhitungan kekuatan tertentu. Contoh bangunan struktur adalah :
 bangunan rumah pompa  bangunan terjunan yang cukup tinggi
 jembatan  bangunan tembok penahan tanah

b. Bangunan Non Struktur


Bangunan non struktur adalah bangunan pasangan atau tanpa pasangan, tidak
disertai dengan perhitungan-perhitungan kekuatan tertentu yang biasanya
berbentuk siap pasang. Contoh bangunan non struktur adalah :
- Pasangan (saluran Cecil tertutup, tembok talud saluran, manhole/bak
kontrol ususran Cecil, street inlet).
- Tanpa pasangan yaitu saluran tanah dan saluran tanah berlapis rumput.

B. Bangunan Pelengkap Saluran Drainase

TRI AMBARWATI (061930100353) 3 SC


LABORATORIUM SALURAN DAN PEMBUANGAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jln. Srijaya Negara, Bukit Besar, Palembang . 30139
Telp. 0711-353414 Fax 0711-355918 Email.Info@mail.polsriwijaya.ac.id

Bangunan pelengkap saluran drainase diperlukan untuk melengkapi suatu sistem


saluran untuk fungsi-fungsi tertentu. Adapun bangunan-bangunan pelengkap sistem
drainase antara lain :
a. Catch Basin/Watershed
Bangunan dimana air masuk ke dalam sistem saluran tertutup dan air mengalir
bebas di atas permukaan tanah menuju catch basin. Catch basin dibuat pada tiap
persimpangan jalan, pada tepat-tempat yang rendah, tempat parkir.
b. Inlet
Apabila terdapat saluran terbuka dimana pembuangannya akan dimasukkan ke
dalam saluran tertutup yang lebih besar, maka dibuat suatu konstruksi khusus
inlet. Inlet harus diberi saringan agar sampah tidak masuk ke dalam saluran
tertutup.
c. Headwall
Headwall adalah konstruksi khusus pada outlet saluran tertutup dan ujung
gorong-gorong yang dimaksudkan untuk melindungi dari longsor dan erosi.
d. Shipon
Shipon dibuat bilamana ada persilangan dengan sungai. Shipon dibangun bawah
dari penampang sungai, karena tertanam di dalam tanah maka pada waktu
pembuangannya harus dibuat secara kuat sehingga tidak terjadi keretakan
ataupun kerusakan konstruksi. Sebaiknya dalam merencanakan drainase
dihindarkan perencanaan dengan menggunakan shipon, dan sebaiknya saluran
yang debitnya lebih tinggi tetap untuk dibuat shipon dan saluran drainasenya
yang dibuat saluran terbuka atau gorong-gorong.
e. Manhole
Untuk keperluan pemeliharaan sistem saluran drainase tertutup di setiap saluran
diberi manhole pertemuan, perubaan dimensi, perubahan bentuk selokan pada
setiap jarak 10-25 m. Lubang manhole dibuat sekecil mungkin supaya ekonomis,
cukup, asal dapat dimasuki oleh orang dewasa. Biasanya lubang manhole
berdiameter 60 cm dengan tutup dari besi tulang.

TRI AMBARWATI (061930100353) 3 SC


LABORATORIUM SALURAN DAN PEMBUANGAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jln. Srijaya Negara, Bukit Besar, Palembang . 30139
Telp. 0711-353414 Fax 0711-355918 Email.Info@mail.polsriwijaya.ac.id

2.10 Sistem dan permasalahan drainase

A. Sistem drainase dibagi menjadi:


1. Tersier drainage
2. Secondary drainage
3. Main drainage
4. Sea drainage

B. Permasalahan Drainase
Permasalah drainase perkotaan bukanlah hal yang sederhana.banyak faktor yang
mempengaruhi dan pertimbangan yang matangdalam perencanaan, antara lain
1. Peningkatan debit manajemen sampah yang kurang baik memberi kontribusi
percepatan pendangkalan /penyempitan saluran dan sungai. Kapasitas sungai dan
saluran drainase menjadi berkurang, sehingga tidak mampu menampung debit
yang terjadi, air meluap dan terjadilah genangan.
2. Peningkatan jumlah pendudukmeningkatnya jumlah penduduk perkotaan yang
sangat cepat, akibat dari pertumbuhan maupun urbanisasi. Peningkayan jumlah
penduduk selalu diikuti oleh penambahn infrastruktur perkotaan, disamping itu
peningkatn penduduk juga selalu diikuti oleh peningkatan limbah, baik limbah cair
maupun pada sampah.
3. Amblesan tanah disebabkan oleh pengambilan air tanah yang berlebihan,
mengakibatkan beberapa bagian kota berada dibawah muka air laut pasang.
4. Penyempitan dan pendangkalan saluran
5. Reklamasi
6. Limbah sampah dan pasang surut

TRI AMBARWATI (061930100353) 3 SC


LABORATORIUM SALURAN DAN PEMBUANGAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jln. Srijaya Negara, Bukit Besar, Palembang . 30139
Telp. 0711-353414 Fax 0711-355918 Email.Info@mail.polsriwijaya.ac.id

2.11 Penanganan Drainase

1. Diadakan penyuluhan akan pentingnya kesadaran membuang sampah.


2. Dibuat bak pengontrol serta saringan agar sampah yang masuk ke drainase dapat
dibuang dengan cepat agar tidak mengendap.
3. Pemberian sanksi kepada siapapun yang melanggar aturan terutama pembuangan
sampah sembarangan agar masyarakat mengetahui pentingnya melanggar drainase.
4. Peningkatan daya guna air, meminimalkan kerugian serta memperbaiki konservasi
lingkungan.
5. Mengelola limpasan dengan cara mengembangkan fasilitas untuk menahan air
hujan, menyimpan air hujan maupun pembuatan fasilitas resapan.
 Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam pemeliharaan bentuk saluran ini
meliputi :
a. Tata guna tanah daerah perencanan yang akan berpengaruh terhadap
kesediaan tanah dan kepadatan lalu lintas.
b. Kemampuan pengaliran, dengan memperhatikan jenis bahan saluran yang
dipergunakan.
c. Kemudahan pebuatan dan pemeliharaannya.

2.12 Aspek Hidrologi

A. Pengertian
Hidrologi adalah cabang ilmu geografi yang mempelajari pergerakan, distribusi
dan kualitas air di seluruh bumi, termasuk siklus hidrologi dan sumber daya air.
Hidrologi juga mempelajari perilaku hujan terutama meliputi periode ulang curah
hujan karena berkaitan dengan perhitungan banjir serta rencana untuk setiap
bangunan teknik sipil antara lain bendung, bendungan dan jembatan. Menurut
Achmad (2011), Hidrologi adalah cabang dari ilmu kebumian. Hidrologi merupakan
ilmu penting dalam asesmen, pengembangan, utilitas dana manajemen sumber daya
air yang dewasa ini semakin meningkat di berbagai level.

TRI AMBARWATI (061930100353) 3 SC


LABORATORIUM SALURAN DAN PEMBUANGAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jln. Srijaya Negara, Bukit Besar, Palembang . 30139
Telp. 0711-353414 Fax 0711-355918 Email.Info@mail.polsriwijaya.ac.id

B. Siklus Hidrologi
Siklus Hidrologi Menurut Soemarto ( 1986:17) daur atau siklus hidrologi adalah
gerakan air laut ke udara, yang kemudian jatuh ke permukaan tanah lagi sebagai
hujan atau bentuk presipitasi lain, dan akhirnya mengalir ke laut kembali. Susunan
secara siklus peristiwa tersebut sebenarnya tidaklah sesederhana yang kita
gambarkan.
Yang pertama daur tersebut dapat merupakan daur pendek, yaitu misalnya hujan
yang jatuh di laut, danau atau sungai yang segera dapat mengalir kembali ke laut.
Kedua, tidak adanya keseragaman waktu yang diperlukan oleh suatu daur. Pada
musim kemarau kelihatannya daur berhenti sedangkan di musim hujan berjalan
kembali.
Ketiga, intensitas dan frekuensi daur tergantung pada keadaan geografi dan iklim,
yang mana hal ini merupakan akibatnya adanya matahari yang berubah- ubah
letaknya terhadap meridian bumi sepanjang tahun (sebenarnya yang berubah-ubah
letaknya adalah planet bumi terhadap matahari).
Keempat, berbagai bagian daur dapat menjadi sangat kompleks, sehingga kita
hanya dapat mengamati bagian akhirnya saja dari suatu hujan yang jatuh di atas
permukaan tanah dan kemudian mencari jalannya untuk kembali ke laut.
Secara keseluruhan jumlah air di planet bumi ini relatif tetap dari masa ke masa.
Air di bumi mengalami suatu siklus melalui serangkaian peristiwa yang berlangsung
terus-menerus, di mana kita tidak tahu kapan dan dari mana berawalnya dan kapan
pula akan berakhir. Serangkaian peristiwa tersebut dinamakan siklus hidrologi .
Air menguap dari permukaan samudera akibat energi panas matahari.Laju dan
jumlah penguapan bervariasi, terbesar terjadi di dekat equator, di mana radiasi
matahari lebih kuat. Uap air adalah murni , karena pada waktu dibawa naik ke
atmosfir kandungan garam ditinggalkan. Uap air yang dihasilkan dibawa udara yang
bergerak. Dalam kondisi yang memungkinkan, uap tersebut mengalami kondensasi
dan membentuk butir butir air yang akan jatuh kembali sebagai presipitasi berupa
hujan dan atau salju. Presipitasi ada yang jatuh di samudera, di darat, dan sebagian
Iangsung menguap kembali sebelum mencapai ke permukaan bumi.

TRI AMBARWATI (061930100353) 3 SC


LABORATORIUM SALURAN DAN PEMBUANGAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jln. Srijaya Negara, Bukit Besar, Palembang . 30139
Telp. 0711-353414 Fax 0711-355918 Email.Info@mail.polsriwijaya.ac.id

Presipitasi yang jatuh di permukaan bumi menyebar ke berbagai arah dengan


beberapa cara. Sebagian akan tertahan sementara di permukaan bumi sebagai es atau
salju, atau genangan air, yang dikenal dengan simpanan depresi. Sebagian air hujan
atau lelehan salju akan mengalir ke saluran atau sungai. Hal ini disebut aliran
limpasan permukaan. Jika permukaan tanah porous, maka sebagian air akan meresap
ke dalam tanah melalui peristiwa yang disebut infiltrasi. Sebagian lagi akan kembali
ke atmosfer melalui penguapan dan transpirasi oleh tanaman (evapotranspirasi) .
Di bawah permukaan tanah, pori-pori tanah berisi air dan udara. Daerah ini
dikenal sebagai zona kapiler (Vadoze Zone), atau zona aerasi. Air yang tersimpan di
zona ini disebut kelengasan tanah (Soil Moisture), atau air kapiler. Pada kondisi
tertentu air dapat mengalir secara lateral pada zona kapiler, proses ini disebut
interflow. Uap air dalam zona kapiler dapat juga kembali ke permukaan tanah,
kemudian menguap.
Kelebihan kelengasan tanah akan ditarik masuk oleh gravitasi dan proses ini
disebut drainase gravitasi. Pada kedalaman tertentu, pori-pori tanah atau batuan akan
jenuh air. Batas atas zona jenuh air di sebut muka air tanah (water table). Air yang
tersimpan dalam zona jenuh air di sebut air tanah. Air tanah ini bergerak sebagai
aliran air tanah melalui batuan atau lapisan tanah sampai akhirnya keluar ke
permukaan sebagai sumber air (spring) atau sebagai rembesan ke danau, waduk,
sungai, atau Iaut.
Air yang mengalir dalam saluran atau sungai dapat berasal dari aliran permukaan
atau dari air tanah yang merembes di dasar sungai . Konstribusi air tanah pada aliran
sungai disebut aliran dasar (base flow), sementara total aliran disebut debit (runoff).
Air yang tersimpan di waduk, danau, dan sungai disebut air permukaan (surface
water).
Dalam kaitannya dengan perencanaan drainase, komponen dalam siklus hidrologi
yang terpenting adalah aliran permukaan. Oleh karena itu, komponen inilah yang
ditangani secara baik untuk menghindari berbagai bencana, khususnya bencana
banjir.

TRI AMBARWATI (061930100353) 3 SC


LABORATORIUM SALURAN DAN PEMBUANGAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jln. Srijaya Negara, Bukit Besar, Palembang . 30139
Telp. 0711-353414 Fax 0711-355918 Email.Info@mail.polsriwijaya.ac.id

C. Analisis Hidrologi
Analysis of consecutive days maximum rainfall of different return periods is a
basic tool for safe and economical planning and design of small dams, bridges,
culverts, irrigation and drainage work etc. Though the nature of rainfall is erratic
and varies with time and space. (S. R. Bhakar, 2006).
Dalam perencanaan drainase diperlukan metode yang tepat. Ketidaksesuaian
penggunaan metode dapat mengakibatkan hasil perhitungan yang tidak tepat
digunakan dalam kondisi sebenarnya. Analisis hidrologi merupakan faktor yang
paling berpengaruh untuk merencanakan besarnya sarana penampungan dan
pengaliran. Hal ini diperlukan untuk dapat mengatasi aliran permukaan yang terjadi
agar tidak mengakibatkan terjadinya genangan. Beberapa aspek yang perlu ditinjau
antara lain :
1. Data Curah Hujan
Data curah hujan yang diperlukan adalah data curah hujan harian yang tercatat
pada stasiun hujan terdekat dan berpengaruh terhadap aliran air pada Daerah
Aliran Sungai (DAS) yang bersangkutan. Daerah Aliran Sungai (DAS) sendiri
merupakan wilayah yang dibatasi oleh batas alam, seperti punggung, bukit-bukit
atau gunung, maupun batas buatan seperti jalan atau tanggul, dimana air hujan
yang turun diwilayah tersebut memberikan kontribusi aliran ketitik pelepasan
(outlet) (Suripin, 2004).
2. Analisis Frekuensi Data Hidrologi
Tujuan analisis frekuensi data hidrologi adalah berkaitan dengan besaran
peristiwa ekstrim dengan frekuensi kejadiannya melalui penerapan distribusi
kemungkinan. Data hidrologi yang dianalisis diasumsikan tidak tergantung dan
terdistribusi secara acak dan bersifat stokastik (Suripin, 2004).

TRI AMBARWATI (061930100353) 3 SC


LABORATORIUM SALURAN DAN PEMBUANGAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jln. Srijaya Negara, Bukit Besar, Palembang . 30139
Telp. 0711-353414 Fax 0711-355918 Email.Info@mail.polsriwijaya.ac.id

2.13 Konsep Perencanaan Drainase

Konsep dasar perencanaan sistem drainase yang direkomendasikan untuk dijadikan


sebagai acauan adalah sebagai berikut:

1. Sedapat mungkin memanfaatkan drainase alam yang dimiliki oleh daerah rencana
2. Aliran limpasan harus dibatasi dengan berprinsip pada :
a. Limpasan air hujan selama masih belum berbahaya dihambat semaksimal
mungkin agar ada kesempatan untuk infiltrasi, sehingga limpasan berkurang.
b. Kecepatan aliran dalam saluran tidak terlalu tinggi sehingga tidak merusak
konstruksi saluran tetapi tidak boleh terlalu rendah untuk menghindari terjadinya
penggerukan dinding saluran akibat terlalu tingginya kecepatan dan tidak terjadi
pengendap sepanjang saluran akibat aliran yang terlalu rendah.
c. Kemiringan dasar saluran pada daerah dengan kemiringan kecil diusahakan
mengikuti kemiringan permukaan tanah, untuk kemiringan terjal didasarkan
pada kecepatan maksimum dan untuk kemiringan dasar saluran didasarkan pada
kecepatan maksimum yang self cleansing (membersihkan sendiri).
d. Profil saluran harus optimal dan mampu menampung debit maksimum (debit
banjir).
e. Air hujan harus sedapat mungkin mencapai badan air penerima untuk
menghindari terjadinya genangan atau luapan.
3. Bagi daerah yang dapat menimbulkan genangan atau pencemaran terhadap
lingkungan aliran drainasenya tidak boleh bercampur dengan sungai atau irigasi.
Saluran drainase harus sependek mungkin jaraknya terhadap Out Fall (sungai atau
badan penerima lainnya).
4. Bagian-bagian yang susah dalam operasional pemeliharaan diusahakan seminimal
mungkin terjadi.
5. Bagian-bagian yang rawan dari kerusakan diusahakan mudah ditangani dengan
penambahan perlengkapan saluran.

TRI AMBARWATI (061930100353) 3 SC


LABORATORIUM SALURAN DAN PEMBUANGAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jln. Srijaya Negara, Bukit Besar, Palembang . 30139
Telp. 0711-353414 Fax 0711-355918 Email.Info@mail.polsriwijaya.ac.id

2.14 Macam – Macam Pipa Saluran

No Jenis Pipa Spesifikasi Digunakan Di


1. Pipa Tanah Liat Biasa Buatan  Diameter 7 cm – 15  Saluran air
Lokal cm buangan
 Panjang 50 cm – 60  Saluran air
cm hujan
 Lengkap dengan  Khusus untuk
macam – macam daerah yang
sambungan. tanahnya tidak
 Disambung dengan berair
adukan
2. Pipa Tanah Liat Yang Dibuat  diameter 10 cm -  Kolam
Dengan Mesin 30 cm renang
 panjang 50 cm –
100 cm
 lengkap dengan
sambungan alas.
 Penyambung
berupa cincin
karet dan lem.
3. Pipa Paralon (PVC)  Diameter 25 mm  Instalasi air
– 315 mm minum
 Panjang 600 cm
 Lengkap dengan
sambungan.
 Disambung
dengan lem dan
cincin karet
4. Pipa Besi  Diameter 24 mm  Instalasi air
– 800 mm bersih

TRI AMBARWATI (061930100353) 3 SC


LABORATORIUM SALURAN DAN PEMBUANGAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jln. Srijaya Negara, Bukit Besar, Palembang . 30139
Telp. 0711-353414 Fax 0711-355918 Email.Info@mail.polsriwijaya.ac.id

 Panjang 6000
mm
 Lengkap dengan
fitting
 Disambung
dengan thread
5. Pipa Asbes  Diameter 25 cm –  Instalasi air
80 cm buangan
 Panjang 600 cm
 Disambung
dengan lem dan
mortar khusus

6. Pipa Beton  Diameter 30 cm –  Instalasi air


100 cm panas
 Panjan 50 cm –
100 cm
 Disambung
dengan beton dan
mortar

2.15 Jenis Drainase

a. Land dan smoothing

TRI AMBARWATI (061930100353) 3 SC


LABORATORIUM SALURAN DAN PEMBUANGAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jln. Srijaya Negara, Bukit Besar, Palembang . 30139
Telp. 0711-353414 Fax 0711-355918 Email.Info@mail.polsriwijaya.ac.id

Land grading (mengatur tahap kemiringan lahan) dan Land smoothing


(Penghalusan permukaan lahan) diperlukan pada areal lahan untuk menjamin
kemiringan yang berkelanjutan secara sistematis yang dibutuhkan untuk penerapan
saluran drainase permukaan. Untuk efektifitas yang tinggi, pekerjaan land grading
harus dilakukan secara teliti. ketidakseragaman dalam pengolahan lahan dan areal
yang memiliki cekungan merupakan tempat aliran permukaan (runoff) berkumpul,
harus dihilangkan dengan bantuan peralatan pengukuran tanah Pada tanah cekungan,
air yang tak berguna dialirkan secara sistematis melalui:
a. Saluran/parit (terbuka) yang disebut sebagai saluran acak yang dangkal (shallow
random field drains)
b. Dari shallow random field ditch air di alirkan lateral outlet ditch
c. Selanjutnya diteruskan kesaluran pembuangan utama (Main Outlet ditch)

b. Drainase acak (Random Field Drains)


Lokasi dan arah dari saluran drainase disesuaikan dengan kondisi tofografi lahan.
Kemiringan lahan biasanya diusahakan sedatar mungkin, hal ini untuk memudahkan
peralatan traktor pengolah tanah dapat beroperasi tanpa merusak saluran yang telah
dibuat. Erosi yang terjadi pada kondisi lahan seperti diatas, biasanya tidak menjadi
masalah karena kemiringan yang relatif datar. Tanah bekas penggalian saluran,
disebarkan pada bagian cekungan atau lubang – lubang tanah, untuk mengurangi
kedalaman saluran drainase.

c. Drainase Paralel (Parallel Field Drains)


Drainase ini digunakan pada tanah yang relative datar dengan kemiringan kurang
dari 1% – 2 %, system saluran drainase parallel bisa digunakan. System drainase ini
dikenal sebagai system bedengan. Saluran drainase dibuat secara parallel, kadang
kala jarak antara saluran tidak sama.
Hal ini tergantung dari panjang dari barisan saluran drainase untuk jenis tanah
pada lahan tersebut, jarak dan jumlah dari tanah yang harus dipindahkan dalam
pembuatan barisan saluran drainase, dan panjang maksimum kemiringan lahan
terhadap saluran (200 meter).

TRI AMBARWATI (061930100353) 3 SC


LABORATORIUM SALURAN DAN PEMBUANGAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jln. Srijaya Negara, Bukit Besar, Palembang . 30139
Telp. 0711-353414 Fax 0711-355918 Email.Info@mail.polsriwijaya.ac.id

Keuntungan dari system saluran drainase parallel, pada lahan terdapat cukup
banyak saluran drainase. Tanaman dilahan dalam alur, tegak lurus terhadap saluran
drainase paralel. Jumlah populasi tanaman pada lahan akan berkurang dikarenakan
adanya saluran paralel. Sehingga bila dibandingkan dengan land grading dan
smoothing, hasil produksi akan lebih sedikit.
Penambahan jarak antara saluran paralel, akan menimbulkan kerugian pada sistem
bedding, karena jarak yang lebar menimbulkan kerugian pada sistem bedding, karena
jarak yang lebar membutuhkan saluran drainase yang lebih besar dan dalam. Bila
lebar bedding 400 m, maka aliran akan dibagi dua agar lebar bedding tidak lebih dari
200 m.

Pada bedding yang lebar, harus dibarengi dengan land grading dan smoothing.
Pada tanah gambut, saluran drainase paralel dengan side slope yang curam digunakan
adalah 1 meter. Pada daerah ini biasa dilengkapi dengan bangunan pengambilan dan
pompa, bangunan pintu air berfungsi untuk mengalirkan air drainase pada musim
hujan.
Pada daerah dataran tertentu ditemukan sistem khusus dari jarak saluran paralel, 2
saluran diletakkan secara paralel dengan jarak 5-15 meeter. Tanah galian saluran
diletakkan diantara kedua saluran tersebut, dimanfaatkan sebagai jalan yang
diperlukan pada saat pemeliharaan saluran.

2.16 Drainase Mole


Drainase mole biasa disebut dengan lubang tikus berupa saluran bulat yang
konstruksinya tanpa dilindungi sama sekali, pembuatannya tanpa harus menggali
tanah, cukup dengan menarik (dengan traktor) bantukan baja bulat yang disebut mol
yang dipasang pada alat seperti bajak dilapisan tanah subsoil pada kedalaman dangkal.
Pada bagian belakang alat mole biasanya disertakan alat expander yang gunanya
untuk memperbesar dan memperkuat bentuk lubang. Tidak semua daerah terdapat
usaha-usaha pertanian atau perkebunan memerlukan irigasi.

2.17 Pengembangan Sistem Drainase

TRI AMBARWATI (061930100353) 3 SC


LABORATORIUM SALURAN DAN PEMBUANGAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jln. Srijaya Negara, Bukit Besar, Palembang . 30139
Telp. 0711-353414 Fax 0711-355918 Email.Info@mail.polsriwijaya.ac.id

Dalam pengembangan sistem drainase di suatu kawasan sangat dipengaruhi oleh


pertumbuhan dan perkembangan aktivitas yang menyebabkan perubahan tataguna
lahan, sedangkan siklus hidrologi sangat dipengaruhi oleh tata guna lahan. Darinase
perkotaan atau suatu kawasan harus terpadu dengan sanitasi, sampah, pengendalian
banjir dan lain-lain.

a. Pola Arah Aliran


Dengan melihat peta topografi dapat ditentukan arah aliran yang merupakan
natural drainase sistem, secara alamiah, dan dapat mendata toleransi lama genangan
dari suatu area rencana. Topografi adalah informasi yang diperlukan untuk
menentukan arah penyaluran dan batas wilayah tadahnya.

b. Situasi dan Kondisi Fisik Kawasan


Informasi situasi dan kondisi fisik wilayah, baik yang telah ada (eksisting)
maupun yang sedang direncanakan, perlu diketahui data : sistem jaringan yang ada
(drainasi, irigasi, air minum, telepon dan listrik).
 Batas-batas area pemilikan
 Letak dan jumlah prasarana yang ada
 Tingkat kebutuhan drainasi yang diperlukan
 Gambaran prioritas area secara garis besar
Penentuan tata letak dari jaringan drainasi bertujuan untuk:
 Sistem jaringan drainase dengan sasaran dapat berfungsi sesuai perencanaan
 Dampak lingkungan seminim mungkin
 Nilai pakai setinggi mungkin ditinjau dari segi konstruksi dan fungsi
 Biaya pelaksanaan seekonomis mungkin

c. Data perencanaan
1. Data topografi

TRI AMBARWATI (061930100353) 3 SC


LABORATORIUM SALURAN DAN PEMBUANGAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jln. Srijaya Negara, Bukit Besar, Palembang . 30139
Telp. 0711-353414 Fax 0711-355918 Email.Info@mail.polsriwijaya.ac.id

Data topografi untuk menentukan arah aliran dari air pada saluran. Jika area
drainasi agak landai maka perencanaan aliran air dari lokasi tinggi ke lokasi
rendah dengan arah saluran tidak terlalu berbelok-belok mendekati lurus.
2. Data tata guna lahan
Data tata guna lahan sangat berkaitan dengan besar aliran permukaan. Aliran
permukaan menjadi besaran dari aliran drainasi. Besar aliran permukaan
tergantung dabit air hujan yang run off di muka tanah. Besar air yang meresap
(ilfiltrasi) tergantung angka pori (e) yang dapat didata dari laboratorium mekanika
tanah dan ini berkaitan dengan penggunaan lahan.
3. Jenis tanah
Jenis tanah untuk menentukan kemampuan/daya lapisan tanah menyerap air.
Jenis tanah juga untuk menentukan kuat/daya dukung tanah. Jenis tanah dengan
tipe lereng suatu saluran, sangat menentukan Pengendalian Genangan Hujan perlu
tidaknya lereng dasar saluran diberi lapisan pelindung terhadap erosi atau tidak.
4. Peta / Mastre Plan
Master plan telah direncanakan dengan menentukan area-area yang terdapat
didalam sebuah kawasan. Perencanaan saluran drainasi terutama saluran muka
tanah, didisain aliran air dapat mengalir dengan baik ke sungai, ke waduk, danau
atau laut.
5. Data prasarana dan utilitas
Data prasarana dan utilitas yaitu data jaringan air minum, telepon, pipa gas,
pipa bahan bakar, kabel listrik dan lain-lain. Jika saluran yang sudah ada masih
terjadi genangan/banjir, berarti dimensi saluran harus diperluas secara keseluruhan
tidak sepotong- potong.

2.18 Penggunaan Drainase

TRI AMBARWATI (061930100353) 3 SC


LABORATORIUM SALURAN DAN PEMBUANGAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jln. Srijaya Negara, Bukit Besar, Palembang . 30139
Telp. 0711-353414 Fax 0711-355918 Email.Info@mail.polsriwijaya.ac.id

A. Drainase Jalan Raya


Drainase jalan raya dibedakan untuk perkotaan dan luar kota. Umumnya di
perkotaan dan luar perkotaan,drainase jalan raya selalu mempergunakan drainase
muka tanah (Surface drainage). Di perkotaan saluran muka tanah selalu ditutup
sebagai bahu jalan atau trotoar.
Walaupun juga sebagaiman diluar perkotaan, ada juga saluran drainase muka
tanah tidak tertutup (terbuka lebar), dengan sisi atas saluran rata dengan muka jalan
sehingga air dapat masuk dengan bebas. Drainase jalan raya pi perkotaan elevasi sisi
atas selalu lebih tinggi dari sisi atas muka jalan .Air masuk ke saluran melalui inflet.
Inflet yang ada dapat berupa inflet tegak ataupun inflet horizontal.
Untuk jalan raya yang lurus, kemungkinan letak saluran pada sisi kiri dan sisi
kanan jalan. Jika jalan ke arah lebar miring ke arah tepi, maka saluran akan terdapat
pada sisi tepi jalan atau pada bahu jalan, sedangkan jika kemiringan arah lebar jalan
kea rah median jalan maka saluran akan terdapat pada median jalan tersebut.
Jika jalan tidak lurus ,menikung, maka kemiringan jalan satu arah , tidak dua
arah seperti jalan yang lurus. Kemiringan satu arah pada jalan menikung ini
menyebabkan saluran hanya pada satu sisi jalan yaitu sisi yang rendah. Untuk
menyalurkan air pada saluran ini pada jarak tertentu,direncanakan adanya pipa nol
yang diposisikan dibawah badan jalan untuk mengalirkan air dari saluran.

B. Drainase Lapangan Terbang


Drainase lapangan terbang pembahasannya difokuskan pada drainase area run
way dan shoulder karena runway dan shoulder merupakan area yang sulit diresapi ,
maka analisis kapasitas / debit hujan memepergunakan formola drainase muka tanah
atau surface drainage.
Kemiringan keadan melintang untuk runway umumnya lebih kecil atau
samadengan 1,50 % , kemiringan shoulder ditentukan antara 2,50 % sampai 5
%.Kemiringan kearah memanjang ditentukan sebesar lebih kecil atau sama dengan
0,10 % ,ketentuan dari FAA. Amerika Serikat , genangan air di permukaan runway
maksimum 14 cm, dan harus segera dialirkan.

TRI AMBARWATI (061930100353) 3 SC


LABORATORIUM SALURAN DAN PEMBUANGAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jln. Srijaya Negara, Bukit Besar, Palembang . 30139
Telp. 0711-353414 Fax 0711-355918 Email.Info@mail.polsriwijaya.ac.id

Di sekeliling pelabuhan udara terutama di sekeliling runway dan shoulder , harus


ada saluran terbuka untuk drainase mengalirkan air (Interception ditch) dari sis luar
lapangan terbang.

C. Drainase Lapangan Olahraga


Drainase lapangan olahraga direncanakan berdasarkan infiltrasi atau resapan air
hujan pada lapisan tanah, tidak run of pada muka tanah (sub surface drainage) tidak
boleh terjadi genangan dan tidak boleh tererosi.Kemiringan lapangan harus lebih
kecil atau sama dengan 0,007.
Rumput di lapangan sepakbola harus tumbuh dan terpelihara dengan baik.Batas
antara keliling lapangan sepakbola dengan lapangan jalur atletik harus ada collector
drain.

2.19 Faktor Penyebab Kegagalan Drainase

Kegagalan drainase disebabkan oleh beberapa hal seperti kerusakan lingkungan,


kesalahan system drainase, kesalahan perencanaan, masalah sampah, kesalahan dalam
pembangunan drainase dan minimnya partisipasi masyarakat dalam menjaga
kelancaran drainase.

a. Kerusakan lingkungan
Perubahan tata guna lahan yang mengarah pada perluasan lingkungan
pemukiman memperkecil kemungkinan air hujan meresap ke dalam tanah. Hal ini
disebabkan olehbagian lapangan yang tertutup atau ditutupi dengan perkerasan
betonatau konstruksi lainnya. Di sisi lain lahan terbuka hijau sebagai lahan
penampungan air tanah semakin berkurang yang mengakibatkan debit limpasan
permukaan akan menjadi besar.

b. Sistem Drainase

TRI AMBARWATI (061930100353) 3 SC


LABORATORIUM SALURAN DAN PEMBUANGAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jln. Srijaya Negara, Bukit Besar, Palembang . 30139
Telp. 0711-353414 Fax 0711-355918 Email.Info@mail.polsriwijaya.ac.id

Sistem jaringan drainase terdiri atas sistem jaringan utama (makro) dan jaringan
pengumpul (mikro) yang saling berhubungan. Saluran pembuangan air hujan
umumnya menggunakan saluran terbuka dengan sistem pengaliran gravitasi. Kecuali
apabila kondisi lingkungan yang pelaksanaan tekniknya tidak memungkinkan
(Maizir, 2017).
Saluran drainase yang baik akan terdiri dari salurankwarter,tersier, sekunderdan
saluran primer. Pembagian saluran ini tentu akan berpengaruh pada dimensi
saluran,dimana saluran drainase di bagian hulu (yang di kota-kota rata-rata berada di
kawasanpemukiman) umumnya berukuran kecildan kearah hilir dimensinya akan
bertambah besar sejalan dengan penambahan debit alirannya.
Drainase bisa jadi salah ketika kumpulan saluran tersier berkumpul pada saluran
yang dimensinya hampir sama dengan saluran tersier. Sehingga sangat berpotensi
tidak mampu menampung aliran dari arah hulunya(Fauzie,2012).

c. Pertimbangan Kajian Perencanaan


Dalam perencanaan drainase suatu kota, diperlukan banyak pertimbangan dan
kajian yang mendalam. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan adalah:
 Survey dan pengukuran lapangan
Langkah pertama yang harus dilakukan dalam membangun prasarana jaringan
drainase pada suatu pemukiman adalah survey pengukuran dan perencanaan
jaringan tersebut. Dalam tahap ini ditentukan tujuan jaringan drainase tersebut
diadakan, serta faktor apa saja yang harus dipertimbangkan dalam
perencanaannya. Oleh sebab itu, maka sudah seharusnya perencanaan tersebut
diawali dengan suatu konsep atau pola berpikir yang merupakan suatu kerangka
yang berisi tujuan pembangunannya, mengenali seluruh komponen terkait dan
cara kerja masing-masing komponen terkait.Selanjutnya dilakukan peninjauan
lapangan untuk mengenali kondisi lingkungan, topografi, jenis air buangan,
kesulitan dan kemudahan dalam pelaksanaannya. Juga perlu dihayati potensi
lingkungan di luarnya (Maizir, 2017).
Kesalahan dalam pengukuran bisa saja terjadi pada pengukuran di lapangan,
pada pengolahan data ukur dan penggambarannya. Akibat dari hal tersebut akan

TRI AMBARWATI (061930100353) 3 SC


LABORATORIUM SALURAN DAN PEMBUANGAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jln. Srijaya Negara, Bukit Besar, Palembang . 30139
Telp. 0711-353414 Fax 0711-355918 Email.Info@mail.polsriwijaya.ac.id

menyebabkan terjadinya kesalahan informasi lapangan. Sebagai contoh,


kemiringan lapangan bergerak menurun dari utara ke selatan, tetapi dari hasil
gambar pengukuran kemiringannya bergerak menurun dari utara ke selatan,
suatu kesalahan yang sangat fatal yang mengakibatkan hasil perencanaan yang
tidak sesuai dengan kondisi lapangannya.

 Debit rencana
Dalam menentukan debit rencana diperlukan kajian yang meliputi aspek
hidrologi, tata ruang, dan luas wilayah tangkapan hujan. Kesalahan dalam
menentukan besar debit rencana mungkin terjadi karena:
1. Salah dalam menentukan besaran intensitas hujan, yang disebabkan karena
salah dalam menentukan sumber data hujan (stasiun pencatatan
hujan)sepertidata hujan yang terlalu pendek (kurang dari 5 tahun), serta
metode analisis intensitas hujan.
2. Salah dalam menentukan koefisien limpasan.Nilai koefisien limpasan
dipengaruhi oleh kondisi permukaan lapanganseperti sawah, pemukiman,
hutan dan lain-lainnyaakan menyebabkan perubahan infiltrasi. Ketika
permukaanlahan dipenuhi oleh bangunan, maka air limpasan akan semakin
besar,karena semakin kecilruang infiltrasi. Ini sangatpenting dalam
menentukan besaran koefisien limpasan.
3. Salah dalam menentukan luas derah tangkapan aliran. Diperlukan ketelitian
dalam menentukan luasdaerahtangkapan aliranyang akan masuk ke
dalamsaluran drainase. Luas daerah tangkapan aliran akan sangat menentukan
besar debit aliran yang akan terjadi.

 Dimensi saluran

TRI AMBARWATI (061930100353) 3 SC


LABORATORIUM SALURAN DAN PEMBUANGAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jln. Srijaya Negara, Bukit Besar, Palembang . 30139
Telp. 0711-353414 Fax 0711-355918 Email.Info@mail.polsriwijaya.ac.id

Dalam hal ini diperlukan perencanaan dimensi atau ukuran yang tepat agar
debit banjir dapat tertampung. Kesalahan yang mungkin terjadi adalah:
1. Kesalahan menentukan kecepatan rencana. Bila terlalu cepat dapat menggerus
dan merusak bangunan drainase. Demikian juga terlalu lambat akan
menyebabkan sedimentasi dan pendangkalan, ini sangat berbahaya karena
nantinya tinggi air bisa saja melebihi freeboard.
2. Kecepatan rencana ketika tidak hujan (aliran kecil) dengan ketinggian
genanganminimal 10 cm di bawah 0.6 m/detik. Kesalahan dalamperencanaan
ini berpotensi menyebabkan terjadinya penumpukan sampah dan
lumpuryangdapat menyumbat saluran.
3. Slope rencana yang salah.Kemiringanmemanjang yangterlalu landai akan
sangat berpengaruh pada kecepatan aliran sebenarnya di lapangan.
Kemiringan yang landai menyebabkankecepatan aliran menjadi rendah.

 Masalah Sampah
Endapan sampah di dalam drainase akan mengurangi kapasitas drainase
dalam menampung aliran air hujan sehingga menyebabkan banjir di beberapa
tempat. Terjadinya banjir dalam kawasan pemukiman di perkotaan adalah sebuah
indikasi bahwa telah terjadi kegagalan sistem drainase yang ada dalam kawasan
tersebut. Oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian untuk menganalisis penyebab
kegagalan fungsi saluran drainase tersebut dan sebagai pedoman dalam
merumuskan tindakanyang akan diambildalam mengatasi masalah banjirkawasan
tersebut.

 Kesalahan dalam pembangunan drainase


a. Salah konstruksi
Kesalahan ini bisa terjadi pada waktu pengerjaan saluran drainase seperti
dimensi saluran dibuat lebih kecil, yang menyebabkan daya tampung debit
alirannya juga menjadi kecil.Konstruksi saluran yang tidak sesuai spesifikasi
tekniknya menyebabkan mudah terjadi kerusakan saluran yang berimbas pada
kelancaran pengaliran. Hal ini terjadi akibat kurang/lemahnya pengawasan.

TRI AMBARWATI (061930100353) 3 SC


LABORATORIUM SALURAN DAN PEMBUANGAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jln. Srijaya Negara, Bukit Besar, Palembang . 30139
Telp. 0711-353414 Fax 0711-355918 Email.Info@mail.polsriwijaya.ac.id

b. Operasional dan perawatan yang tidak memadai


Di perkotaan kasus pemukiman liar terjadi dimana-mana tak terkecuali di
bantaran sungai. Proses urbanisasi pemukiman liar ini menyebabkan
peningkatan aktifitas di pinggir sungai, dan lambat laun pemukiman semakin
menjorok ke sungai sehingga terjadi penyempitan penampang aliran sungai.
Saat debit banjir datang keadaan ini dapatmenyebabkan luapan banjir(Fauzie,
2012).

 Partisipasi Masyarakat
Salah satu masalah yang sering timbul di daerah adalah banjir, baik di
perkotaan, kawasan pemukiman, maupun di pedesaan (areal pertanian), dimana
memerlukan penanganan secara teknis maupun pendanaan yang besar, yang
harus dilaksanakan oleh pemerintah dan peran serta masyarakat.
Masyarakat yang dimaksud di sini yaitu seluruh masyarakat baik di pedesaan,
perkotaan, di hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) maupun di hilir, kaya atau
miskin, akademisi atau non akademisi, bahkan semua insan yang mempunyai
hubungan dengan air(Sobriyah dan Wignyosukarto, 2001).
Partisipasi yang diharapkan dari masyarakat yang berada disekitar jaringan
drainase adalah turut menjaga kebersihan dan kelancaran aliran air dalam saluran
drainase.

TRI AMBARWATI (061930100353) 3 SC


LABORATORIUM SALURAN DAN PEMBUANGAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jln. Srijaya Negara, Bukit Besar, Palembang . 30139
Telp. 0711-353414 Fax 0711-355918 Email.Info@mail.polsriwijaya.ac.id

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan yang ada dapat ditarik kesimpulan, yaitu:

 Drainase merupakan serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan
atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat
difungsikan secara optimal. Drainase juga diartikan sebagai usaha untuk mengontrol
kualitas air tanah dalam kaitannya dengan salinitas.
 Jenis dari drainase bermacam-macam, berdasarkan sejarah terbentuknya ada drainase
alamiah dan drainase buatan; berdasarkan letak bangunannya terdiri dari drainase
permukaan tanah dan dibawah permukaan tanah; berdasarkan fungsinya ada single
purpose dan multi purpose; berdasarkan konstruksinya terdiri dari saluran terbuka
dan saluran tertutup.
 Bangunan – bangunan penyusun dan pelengkap dari suatu drainase yaitu bangunan
penyusun terdiri dari bangunan struktur dan bangunan non struktur; serta bangunan
pelengkap terdiri dari Catch Basin/ Watershed, Inlet, Headwall, Shipson, dan
Manhole.
 Beberapa fungsi dari drainase, sebagai berikut:
a. Untuk mengurangi kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehigga lahan
dapat difungsikan secara optimal.
b. Sebagai pengendali air kepermukaan dengan tindakan untuk memperbaiki daerah
becek, genangan air/banjir.
c. Menurunkan permukaan air tanah pada tingkat yang ideal.
d. Mengendalikan erosi tanah, kerusakan jalan dan bangunan yang ada.
e. Mengendalikan air hujan yang berlebihan sehinga tidak terjadi bencana banjir.

TRI AMBARWATI (061930100353) 3 SC


LABORATORIUM SALURAN DAN PEMBUANGAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jln. Srijaya Negara, Bukit Besar, Palembang . 30139
Telp. 0711-353414 Fax 0711-355918 Email.Info@mail.polsriwijaya.ac.id

3.2 Saran

Dari kesimpulan yang ada, penulis memiliki saran berikut:

 Agar fungsi dari drainase bekerja secara maksimal, ada baiknya pemerintah, lembaga
dan masyrakat semua untuk tidak mengalih fungsikan drainase dan dalam
pembangunan drainase pun dikerjakan dengan baik dan maksimal. Dengan
memaksimalkan fungsi dari drainase, dapat memperkecil faktor kegagalan dari
drainase itu sendiri.

TRI AMBARWATI (061930100353) 3 SC


LABORATORIUM SALURAN DAN PEMBUANGAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jln. Srijaya Negara, Bukit Besar, Palembang . 30139
Telp. 0711-353414 Fax 0711-355918 Email.Info@mail.polsriwijaya.ac.id

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepa ALLAH SWT., yang telah memberikan rahmat-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Tugas ini
berbentuk makalah yang menjadi salah satu persyaratan dari mata kuliah “Laboratorium
Saluran dan Pembuangan”.

Dalam kesempatan ini, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs.
Dafrimon, M.T. yang mana telah menjadi dosen pembimbing pada mata kuliah ini.

Tentunya dalam penyusunan makalah ini terdapat banyak sekali kekurangan.


Diharapkan penilaian dan kritik serta saran yang membantu guna memperbaiki kesalahan
dan kekurangan yang ada agar tidak terjadi di kemudian hari.

Penulis pun berharap, makalah ini dapat menjadi panduan dan refrensi yang
membantu untuk pembelajaran.

Palembang, Februari 2021


Penulis,

Tri Ambarwati
NIM. 061930100353

TRI AMBARWATI (061930100353) 3 SC


LABORATORIUM SALURAN DAN PEMBUANGAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jln. Srijaya Negara, Bukit Besar, Palembang . 30139
Telp. 0711-353414 Fax 0711-355918 Email.Info@mail.polsriwijaya.ac.id

DAFTAR ISI

Halaman Judul................................................................................................................ i
Lembar Pengesahan........................................................................................................ ii
Kata Pengantar................................................................................................................ iii
Daftar Isi......................................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................... 2
1.3 Tujuan....................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................ 3
2.1 Pengertian Drainase.................................................................................................. 3
2.2 Kegunaan Drainase................................................................................................... 3
2.3 Jenis – Jenis Drainase............................................................................................... 7
2.4 Pengklasifikasian Drainase....................................................................................... 9
2.5 Pola Penyaringan Drainase....................................................................................... 9
2.6 Bentuk Penampang Saluran...................................................................................... 12
2.7 Fungsi Drainase........................................................................................................ 13
2.8 Sistem Drainase........................................................................................................ 14
2.9 Bangunan – Bangunan Sistem Drainase Dan Pelengkapnya.................................... 14
2.10 Sistem Dan Permasalahan Drainase....................................................................... 16
2.11 Penanganan Drainase.............................................................................................. 17
2.12 Aspek Hidrologi...................................................................................................... 17
2.13 Konsep Perencanaan Drainase................................................................................ 21
2.14 Macam – Macam Pipa Saluran............................................................................... 22
2.15 Jenis – Jenis Drainase............................................................................................. 24
2.16 Drainase Mole......................................................................................................... 25
2.17 Pengembangan Sistem Drainase............................................................................. 26

TRI AMBARWATI (061930100353) 3 SC


LABORATORIUM SALURAN DAN PEMBUANGAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jln. Srijaya Negara, Bukit Besar, Palembang . 30139
Telp. 0711-353414 Fax 0711-355918 Email.Info@mail.polsriwijaya.ac.id

2.18 Penggunaan Drainase.............................................................................................. 28


2.19 Faktor Penyebab Kegagalan Drainase.................................................................. 29

BAB III PENUTUP........................................................................................................ 34


3.1 Kesimpulan............................................................................................................... 34
3.2 Saran......................................................................................................................... 35

TRI AMBARWATI (061930100353) 3 SC

Anda mungkin juga menyukai