Disusun Oleh :
Akhmad Rizqi Kurniawan
21080119130076
Diperiksa Oleh :
Dr. Ir. Anik Sarminingsih, M.T., IPM
Kota Surakarta merupakan salah satu kota di Jawa Tengah yang sering dilanda banjir.
Kota Surakarta terletak di daerah dataran rendah antara pegunungan Merbabu dan Lawu. Kota
Surakarta juga berbatasan dngan sungai besar yaitu Sungai Bengawan Solo di sisi selatan Kota
Surakarta. Dari Sungai Bengawan Solo dan anak Sungai Bengawan Solo, Kota Surakarta sering
mengalami banjir.
Kecamatan Banjarsari merupakan salah satu kecamatan di Kota Surakarta yang sering
tergenang banjir. Peristiwa tersebut pada umumnya disebabkan karena tidak terkendalinya
aliran sungai, luapan sungai, serta diakibatkan pula oleh ketidakseimbangan input-output pada
saluran drainase kota. Menurut Walikota Surakarta, dari keseluruhan saluran drainase yang
ada, sekitar 40% tidak berfungsi secara optimal dikarenakan tingkat sedimentasi yang tinggi
sehingga sering muncul genangan air seusai hujan.
Salah satu kawasan pada Kecamatan Banjarsari yang sering tergenang banjir adalah
ruas Jalan Sutan Syahrir. Jalan Sutan Syahrir merupakan jalan kolektor sekunder yang melalui
Kelurahan Setabelan dan Kestalan. Berdasarkan data dari BPBD Kota Surakarta dan
perhitungan pada program, kedua kelurahan tersebut masuk dalam kategori rawan sedang
banjir (Bimantyoso dkk, 2019). Mengutip dari laman Solopos (07/03/2021) beberapa ruas
jalan di Kawasan Pasar Darurat Pasar Legi tergenang air setinggi 30 sentimeter dan salah
satunya adalah ruas Jalan Sutan Syahrir. Menurut salah satu petugas BPBD genangan air
disebabkan oleh lambatnya laju aliran air yang masuk ke saluran drainase akibat kurangnya
volume saluran dan sampah yang menyumbat saluran tersebut.
Judul: Masalah:
T Data:
ujuan:
1. Menganalisis apakah drainase ruas
Jalan Sutan Syahrir dapat menampung Peta administrasi, Peta TGL, Peta
pakah ED
beban aliran sesuai perencanaan. RTRW, Peta Hidrologi
Primer Sekunder
Output: Outcome:
2.1 Drainase
Menurut Hardjosuprapto (1998), drainase perkotaan adalah suatu prasarana kota yang
intinya berfungsi untuk mengendalikan dan mengalirkan limpasan air hujan secara aman.
Selain itu, menurut Suripin (2004) drainase juga diartikan sebagai suatu tindakan teknis untuk
mengurangi kelebihan air, baik yang berasal dari air hujan, rembesan, maupun kelebihan air
lainya pada suatu kawasan kota, sehingga fungsi kawasan kota tidak terganggu.
Sistem drainase perkotaan memiliki tujuan untuk mengalirkan secepat mungkin air
lebih (air hujan dan air kotor) dari kawasan perkotaan ke luar kawasan sehingga tidak
menimbulkan ketidak nyamanan di kawasan yang bersangkutan (konsep lama). Adapun
manfaat dari sistem drainase perkotaan sendiri adalah meningkatkan kesehatan, kenyamanan
dan keasrian daerah permukiman pada khususnya serta seluruh daerah perkotaan pada
umumnya.
2. Evaporasi
1. Persiapan
3. Memodelkan data
5. Penarikan kesimpulan
CIRIA, 2000. Sustainable Urban Drainage Systems: Design Manual fot Scotland and Northern
Ireland. CIRIA C521, Construction Industry Research and Information Association,
London, ISBN 0 86017 521 9.
Hamdikatama, B., dkk. 2019. Pemetaan Daerah Rawan Banjir di Kota Surakarta Menggunakan
Sistem Informasi Geografis. Indonesian Journal on Networking and Security. 9 (1).
Surakarta
Indarto. 2016. Hidrologi, Metode Analisis dan Tool untuk Intepretasi Hidrograf Aliran Sungai.
Jakarta: Bumi Aksara
Kamiana, I Made. 2011. Teknik Perhitungan Debit Rencana Bangunan Air. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Sosrodarsono Suyono, Kensaku Takeda. 2003. Hidrologi Untuk Pengairan. Pradnya Paramita.
Jakarta.
Suripin. 2004. Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan. Yogyakarta: ANDI Offset.