Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH HIDROLIKA

Tema : Permasalahan Sistem Saluran Terbuka


Pada Drainase Kota Banda Aceh
DI
S
U
S
U
N
OLEH
MUHAMMAD SYAFIE
11141003
FAKULTAS TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS ABULYATAMA
KATA PENGANTAR

Bissmillahirrahmanirrahim…

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya.
Maksud dari penyusunan makalah ini adalah sebagai salah satu komponen penilaian dan dapat
dijadikan sebagai salah satu pegangan dalam proses belajar mengajar mata kuliah drainase
perkotaan, serta dengan harapan untuk memotivasi penulis sehingga mampu memahami segala
pembahasan dan aplikasi yang berkaitan dengan pembelajaran tersebut.
Makalah ini, penulis sajikan untuk mengingatkan kembali akan pentingnya mempelajari proses
pembelajaran, karena konsep-konsep pembelajaran ini akan sangat membantu dalam
menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan cara belajar atau aspek-aspek pembelajaran.
Terima kasih kepada dosen mata kuliah drainase perkotaan atas segala
bimbingannya, sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah
ini tidak luput dari kesalahan dan kekurangan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan makalah ini.
Akhir kata, penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi kami semua dalam mencapai
tujuan pembelajaran.
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Kota merupakan tempat bagi banyak orang untuk melakukan berbagai aktivitas, maka untuk
menjamin kesehatan dan kenyamanan penduduknya harus ada sanitasi yang memadai, misalnya
drainase. Dengan adanya drainase tersebut genangan air hujan dapat disalurkan sehingga banjir
dapat dihindari dan tidak akan menimbulkan dampak ganguan kesehatan pada masyarakat serta
aktivitas masyarakat tidak akan terganggu.
Drainase merupakan suatu sistem untuk menyalurkan air hujan. Sistem ini mempunyai peranan
yang sangat penting dalam menciptakan lingkungan yang sehat, apalagi di daerah yang
berpenduduk padat seperti di perkotaan.Drainase jugamerupakan salah satu fasilitas dasar yang
dirancang sebagai sistem guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan komponen penting
dalam perencanaan kota (perencanaan infrastruktur khususnya). Secara umum, drainase
didefinisikan sebagai serangkaian bangunan airyang berfungsi untuk mengurangi dan/atau
membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara
optimal.Drainase juga diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya
dengan salinitas, dimana drainase merupakan suatu cara pembuangan kelebihan air yang tidak
diinginkan pada suatu daerah, serta cara-cara penangggulangan akibat yang ditimbulkan oleh
kelebihan air tersebut.
Dari sudut pandang yang lain, drainase adalah salah satu unsur dari prasarana umum yang
dibutuhkan masyarakat kota dalam rangka menuju kehidupan kota yang aman, nyaman, bersih, dan
sehat. Prasarana drainase disini berfungsi untuk mengalirkan air permukaan ke badan air (sumber air
permukaan dan bawah permkaantanah) dan atau bangunan resapan. Selain itu juga berfungsi
sebagai pengendali kebutuhan air permukaan dengan tindakan untuk memperbaiki daerah becek,
genangan air dan banjir.

2. Maksud dan Tujuan


Maksud dan tujuan dari tugas drainase ini adalah agar mahasiswa dapat mengerti dan
memahami sistem drainase di perkotaan dan tujuannya, serta bisa mengaplikasikannya di lapangan.
Tujuan dari tugas untuk memberikan persoalan kepada mahasiswa sedemikian rupa sehingga
mahasiswa tersebut dapat atau mampu untuk merancang sistem penyaluran air dalam kota, dimana
rancangan disesuaikan dengan kriteria disain dan memenuhi kaidah-kaidah perencanaan.

3. Identifikasi Masalah
Ruang lingkup dari tugas ini adalah sebagai berikut:
a. Definisi drainase
b. Macam-macam drainase
c. Jenis saluran drainase
d. Pentingnya drainse di kawasan perkotaan.
BAB II

GAMBARAN UMUM SISTEM DRAINASE

Drainase yang berasal dari kata kerja 'to drain' yang berarti mengeringkan atau mengalirkan
air, adalah terminologi yang digunakan untuk menyatakan sistim-sistim yang berkaitan dengan
penanganan masalah kelebihan air, baik diatas maupun dibawah permukaan tanah.
Drainase adalah lengkungan atau saluran air di permukaan atau di bawah tanah, baik yang
terbentuk secara alami maupun dibuat oleh manusia.
Dalam bahasa Indonesia, drainase bisa merujuk pada parit di permukaan tanah atau gorong-
gorong di bawah tanah. Drainase berperan penting untuk mengatur suplai air demi pencegahan
banjir. Pengertian drainase perkotaan tidak terbatas pada teknik pembuangan air yang berlebihan
namun lebih luas lagi menyangkut keterkaitannya dengan aspek kehidupan yang berada di dalam
kawasan perkotaan.
Semua hal yang menyangkut kelebihan air yang berada di kawasan kota sudah pasti dapat
menimbulkan permasalahan drainase yang cukup komplek. Dengan semakin kompleknya
permasalahan drainase di perkotaan, maka di dalam perencanaan dan pembangunan bangunan air
untuk drainase perkotaan, keberhasilannya tergantung pada kemampuan masing-masing perencana.
Dengan demikian di dalam proses pekerjaan memerlukan kerjasama dengan beberapa ahli di bidang
lain yang terkait.
Secara umum drainase didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari usaha untuk
mengalirkan air yang berlebihan dalam suatu konteks pemanfaatan tertentu. Sedangkan drainase
perkotaan adalah ilmu drainase yang meng-khususkan pengkajian pada kawasan perkotaan yang
erat kaitannya dengan kondisi Lingkungan Fisik dan Lingkungan Sosial Budaya yang ada di kawasan
kota tersebut. Drainase perkotaan merupakan sistim pengeringan dan pengaliran air dan wilayah
perkotaan yang meliputi : Pemukiman, kawasan industri & perdagangan, sekolah, rumah
sakit, & pasilitas umum lainnya, lapangan olah raga, Lapangan parkir, instalasi militer, instalasi listrik
& telekomunikasi, pelabuhan udara, pelabuhan laut,sungai serta tempat lainnya yang merupakan
bagian dari sarana kota. Dengan demikian Kriteria Desain drainase perkotaan memiliki ke-khususan,
sebab untuk perkotaan ada tambahan variabel design seperti : keterkaitan dengan tata guna lahan,
keterkaitan dengan master plan drainase kota, keterkaitan dengan masalah sosial budaya
(kurangnya kesadaran masyarakat dalam ikut memelihara fungsi drainase kota) dan lain-lain.
MACAM-MACAM DRAINASE

1. Menurut Asalnya
Menurut asalnya drainase dibedakan menjadi saluran alam (natural) dan saluran buatan
(artificial).

2. Menurut Letak Saluran


1. Drainase Permukaan
a. Drainase Memanjang
b. Drainase Melintang
2. Drainase Bawah Permukaan
Drainase bawah permukaan mempunyai fungsi utama yaitu untuk menampung dan membuang
air yang masuk ke dalam strukur jalan, sehingga tidak sampai menimbulkan kerusakan pada jala.

3. Macam Drainase Menurut Konstruksi


a. Saluran terbuka
b. Saluran tertutup

4. Menurut Fungsi Drainase


a. Single Purpose
b. Multi Purpose
BAB III

KONDISI EKSISTING SALURAN DAN BANGUNAN

1.Land dan smoothing


Land grading (mengatur tahap kemiringan lahan) dan Land smoothing (Penghalusan
permukaan lahan) diperlukan pada areal lahan untuk menjamin kemiringan yang berkelanjutan
secara sistematis yang dibutuhkan untuk penerapan saluran drainase permukaan
Studi menunjukan bahwa pada lahan dengan pengaturan saluran drainase permukaan yang
baik akan meningkatkan jarak drainase pipa sampai 50%, dibandingkan dengan lahan yang
kelebihan air dibuang dengan drainase pipa tanpa dilakukan upaya pengaturan saluran drainase
permukaan terlebih dahulu.
Untuk efektifitas yang tinggi, pekerjaan land grading harus dilakukan secara teliti.
ketidakseragaman dalam pengolahan lahan dan areal yang memiliki cekungan merupakan tempat
aliran permukaan (runoff) berkumpul, harus dihilangkan dengan bantuan peralatan pengukuran tanah
Pada tanah cekungan, air yang tak berguna dialirkan secara sistematis melalui:
a. Saluran/parit (terbuka) yang disebut sebagai saluran acak yang dangkal (shallow random
field drains)
b. Dari shallow random field ditch air di alirkan lateral outlet ditch
c. Selanjutnya diteruskan kesaluran pembuangan utama (Main Outlet ditch)
Outlet ditch: umumnya saluran pembuangan lateral dibuat 15 – 30 cm lebih dalam dari saluran
pembuangan acak dangkal.
Overfall : jatuh air dari saluran pembuangan lateral ke saluran pembuangan utama dibuat pada
tingkat yang tidak menimbulkan erosi, bila tidak memungkinkan harus dibuat pintu air, drop spillway
atau pipa

2. Drainase acak (Random Field Drains)


Di bawah ini merupakan gambar yang menunjukan pengelolaan untuk mengatasi masalah
cekungan dan lubang – lubang tempat berkumpulnya air. Lokasi dan arah dari saluran drainase
disesuaikan dengan kondisi tofografi lahan. Kemiringan lahan biasanya diusahakan sedatar mungkin,
hal ini untuk memudahkan peralatan traktor pengolah tanah dapat beroperasi tanpa merusak saluran
yang telah dibuat. Erosi yang terjadi pada kondisi lahan seperti diatas, biasanya tidak menjadi
masalah karena kemiringan yang relatif datar. Tanah bekas penggalian saluran, disebarkan pada
bagian cekungan atau lubang – lubang tanah, untuk mengurangi kedalaman saluran drainase.

3. Drainase Paralel (Parallel Field Drains)


Drainase ini digunakan pada tanah yang relative datar dengan kemiringan kurang dari 1% – 2 %,
system saluran drainase parallel bisa digunakan. System drainase ini dikenal sebagai system
bedengan. Saluran drainase dibuat secara parallel, kadang kala jarak antara saluran tidak sama. Hal
ini tergantung dari panjang dari barisan saluran drainase untuk jenis tanah pada lahan tersebut, jarak
dan jumlah dari tanah yang harus dipindahkan dalam pembuatan barisan saluran drainase, dan
panjang maksimum kemiringan lahan terhadap saluran (200 meter). Keuntungan dari system saluran
drainase parallel, pada lahan terdapat cukup banyak saluran drainase. Tanaman dilahan dalam alur,
tegak lurus terhadap saluran drainase paralel. Jumlah populasi tanaman pada lahan akan berkurang
dikarenakan adanya saluran paralel. Sehingga bila dibandingkan dengan land grading dan
smoothing, hasil produksi akan lebih sedikit. Penambahan jarak antara saluran paralel, akan
menimbulkan kerugian pada sistem bedding, karena jarak yang lebar menimbulkan kerugian pada
sistem bedding, karena jarak yang lebar membutuhkan saluran drainase yang lebih besar dan dalam.
Bila lebar bedding 400 m, maka aliran akan dibagi dua agar lebar bedding tidak lebih dari 200 m.
Pada bedding yang lebar, harus dibarengi dengan land grading dan smoothing. Pada tanah gambut,
saluran drainase paralel dengan side slope yang curam digunakan adalah 1 meter. Pada daerah ini
biasa dilengkapi dengan bangunan pengambilan dan pompa, bangunan pintu air berfungsi untuk
mengalirkan air drainase pada musim hujan.
Pada daerah dataran tertentu ditemukan sistem khusus dari jarak saluran paralel, 2 saluran
diletakkan secara paralel dengan jarak 5-15 meeter. Tanah galian saluran diletakkan diantara kedua
saluran tersebut, dimanfaatkan sebagai jalan yang diperlukan pada saat pemeliharaan saluran.

4. Drainase Mole
Drainase mole biasa disebut dengan lubang tikus berupa saluran bulat yang konstruksinya tanpa
dilindungi sama sekali, pembuatannya tanpa harus menggali tanah, cukup dengan menarik (dengan
traktor) bantukan baja bulat yang disebut mol yang dipasang pada alat seperti bajak dilapisan tanah
subsoil pada kedalaman dangkal. Pada bagian belakang alat mole biasanya disertakan alat expander
yang gunanya untuk memperbesar dan memperkuat bentuk lubang
Tidak semua daerah terdapat usaha-usaha pertanian atau perkebunan memerlukan irigasi. Irigasi
biasanya diperlukan pada daerah-daerah pertanian dimana terdapat satu atau kombinasi dari
keadaan-keadaan berikut :
a. Curah hujan total tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan tanaman akan air.
b. Meskipun hujan cukup, tetapi tidak terdistribusi secara baik sepanjang tahun.
c. Terdapat keperluan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil pertanian yang dapat
dicapai melalui irigasi secara layak dilaksanakan baik ditinjau dari segi teknis, ekonomis maupun
sosial.

adalah 70,233 ha yang terdiri dari sebagian besar area perumahan dan sebagian wilayah Perkantoran dan
pusat belajar (BPS, 2008).Di dalam kawasan ini terdapat saluran mayor Jeruk Purut yang menerima limpasan
dari
saluran-saluran minor kawasan tersebut dari Kr.Daroy di setui yang nantinya akan bermuara ke Kr.Aceh

Sampai dengan tahun 2006, terjadi


peningkatan luas genangan yang ada sebesar
31.631.174 Ha dari luas area genangan
23.923.981 Ha (Potdes,BPS2006)-
Lemahnya institusi pengelola prasarana dan
sarana drainase dalam menyusun program
yang dibutuhkan.-Kurangnya perhatian
untuk masalah pemeliharaan
(pembersihandanperbaikan) saluran.-Rendah
nya kemampuan drainase mongeringkan
kawasan terbangun, dan rendahnya kapasitas
seluruh prasarana pengendali banjir
(sungai,polder-polder,pompa-pompa,pintu-
pintupengatur) untuk mengalirkan air ke
laut.
BAB IV

PERMASALAHAN DAN PENYELESAIAN

Banjir merupakan kata yang sangat populer di Indonesia, khususnya pada musim hujan, mengingat
hampir semua kota di Indonesia mengalami bencana banjir. Peristiwa ini hampir setiap tahun berulang, namun
permasalahan ini sampai saat ini belum terselesaikan, bahkan cenderung makin meningkat, baik frekuensinya,
luasannya, kedalamannya, maupun durasinya.
Pada saat terjadi hujan, air hujan memenuhi selokan. Namun karena ukuran selokan yang sangat kecil,
air kembali mengalir ke jalan sehingga menyebabkan banjir. Badan jalan yang sering terendam air
mengakibatkan kondisi jalan di beberapa titik rusak sehingga dapat membahayakan pengguna jalan.

Akar Permasalahan
Hal ini barangkali juga disebabkan oleh tingkat kesadaran masyarakat yang masih rendah dan masih
acuh tak acuh terhadap penting dan perlunya memecahkan permasalahan yang lebih penting dan mendesak,
yaitu pemenuhan kebutuhan primer. Selain itu, masih belum mengakarnya kesadaran terhadap hukum,
perundangan, dan kaidah-kaidah yang berlaku. Belum konsistensinya pelaksanaan hukum menambah komplek
masalah yang dihadapi kota-kota di Indonesia. Kecendrungan ini timbul karena proses pembangunan yang
selama ini berlangsung kurang melibatkan masyarakat secara aktif. Oleh karena itu, mulai sekarang segala
kebijakan publik harus melibatkan masyarakat, baik itu berupa pembangunan fisik maupun non fisik, sejak awal
munculnya ide pembangunan infrastruktur sampai dengan pengoperasiannya.
Permasalahan lain yang dihadapi dalam pembangunan drainase adalah lemahnya koordinasi dan
sinkronisasi dengan komponen infrastruktur yang lain. Sehingga, sering dijumpai tiang listrik di tengah saluran
drainase, dan pipa air bersih (PDAM) memotong saluran pada penampang basahnya. Sering juga dihadapi
penggalian saluran drainase dengan tak sengaja merusak prasarana yang telah lebih dulu tertanam dalam tanah
karena tidak adanya informasi yang jelas, arsip/dokumen tidak ada, atau perencanaan dan/atau pematokan
dilapangan tidak melibatkan instansi pengendali tata ruang.
Untuk permasalahan di daerah janti, penyebab yang sangat mendasar adalah:
1. Dimensi saluran drainase yang kecil, sehingga tidak dapat menampung debit aliran hujan.
2. Elevasi bibir saluran pembuangan lebih tinggi dari permukaan jalan, sehingga menyebabkan air hujan
tidak dapat mengalir ke saluran drainase dan menggenang di jalan.
3. Saluran pembuangan air tersumbat karena dipenuhi sampah.
4. Perencanaan geometrik jalan raya tidak baik.

Penyelesaian Permasalahan
Untuk mengatasi berbagai permasalahan di atas dapat dilakukan beberapa hal berikut ini:
1. Dimensi saluran drainase diperbesar.
2. Meninggikan permukaan jalan atau merendahkan saluran air.
3. Kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan, apalagi ke dalam selokan.
4. Semua kebijakan publik harus melibatkan masyarakat, baik itu berupa pembangunan fisik maupun
non fisik. Sejak awal munculnya ide pembangunan infrastruktur sampai dengan pengoperasiannya. Sehingga
masyarakat ikut serta dalam menjaga infrastruktur tersebut.
5. Koordinasi dan sinkronisasi antar komponen infrastruktur yang lain harus terlaksana serta melibatkan
instansi pengendali tata ruang. Contohnya Koordinasi dan sinkronisasi antara pelaksana jalan raya dengan PLN
maupun PDAM. Sehingga tercipta keselarasan dalam pembangunan seluruh infrastruktur.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Drainase dikota Banda Aceh sekarang sudah memenuhi standar. Tetapi untuk mewujudkan kota banda
Aceh bersih dan nyaman, perlu ada pengawasan terhadap setiap drainase di kota. Mungkin dibuat jadwal
pengawasan terhadap drainase kota dua kali dalam sebulan oleh Pemkot Banda Aceh.
Daerah tangkapan (Catchmentarea) air hujan untuk Zone 5adalah seluas 840 ha. Sistemdrainase di wilayah Zon
e 5berakhir di sungai Krueng Cutdan Krueng Titipanjang.Bila
terjadi hujan lebat, makapada daerah dataran rendahbanjir yang terjadi bisa setinggi0,7 m.Dari hasil perhitungan
air limbahdi Zona 5 dan debit banjir kalaulang 5 tahun yang mungkinterjadi di sungai-
sungaiutamanya, dapat diambilkesimpulan bahwa kapasitasKrueng Cut (saluran antaraBanjir Kanal Krueng Ace
hdengan wilayah Zona 5) harusdapat menampung debit lebihkurang 45,875 m3 /dt (dari Zona5 dan 7) dan
kapasitas KruengTiti Panyang paling tidak dapat menampung debit banjir 13,766 m 3/dt.
Pada perencanaannya selain peningkatan kapasitas saluran, di Jeulingke akan ditempatkan pompa
dengan kapasitas 0,5 m 3/dt dan Tampungan Sementara (retentionbasin) di lokasi yang sama.
Air hujan untuk Darussalam adalah seluas246 ha, dengan alur limpasan airlangsung menuju laut.
Sebagian besardaerah masih terjadi banjir yangmerupakan akibat dari kurangnyakapasitas saluran
drainase.Sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah Banda Aceh sampai dengan tahun 2016,
saluran drainase akan diperbesarkapasitasnya, dan dalamperencanaannya akan dibangun saluran.
Dari berbagai asal air drainase tersebut dapat disimpulkan bahwa besar debit air
padasuatu saluran/sungai adalah merupakan jumlah debit dari limbah penduduk (dalamkajian ini
diasumsi per-orang menghasilkan 100 l/hari), limbah industri, drainase sawah,dan debit banjir dengan kala ulang 5 tahun.
Untuk design suatu saluran/kanal atau perbaikan sungai digunakan Q 5 yaitu debit banjiryang mungkin terjadi
dengan periode kala ulang 5 tahunan. Berikut adalah debit banjiryang bisa terjadi dengan kala ulang 2, 5, 10, 20, 25, 50,
dan 100 untuk setiap sungai.
BAB VI
REFERENSI / LITERATUR

http://koprem.blogspot.com/2008/08/tugas-drainase-perkotaan-mhs-smt-vi-dan.html
http://www.kppn-tanjungredeb.net/dl/ebooks/drainase_perkotaan/bab1_pendahuluan.pdf
http://www.malangkota.go.id/pdf/Bahan_Web_rtrw.pdf
Sistem Drainase Banda Aceh - Scribd
ml.scribd.com › Research › Math & Engineering
CD.SOEMARTO, Ir.B.I.E.Dipl.H. Hidrologi Teknik. Surabaya : Usaha Nasional.1986
Alviansyah YBC , 2002, drainase perkotaan, jurusan teknik sipil universitas syiah kuala , banda aceh
Chay asdak, hidrologi dan pengelolaan daerah aliran
Wesli . drainase perkotaan
Sumber Referensi Biaya Spesifik Investasi Drainase, Subdit Investasi PLP, Direktorat Pengembangan PLP,
Ditjen Cipta Karya, Kementrian pekerjaan Umum
http://bpmkotabandaaceh.wordpress.com/2011/01/06/proyek-drainase-kota-baru-tuntas-akhir-2011/
Urban Drainase guidelines and technical Design standars, WSWCF 092/020
Tata cara Perencanaan Umum Drainase Perkotaan, SK SNI T–07–1990–F
Tata Cara Teknik Pembuatan Sumur Resapan Air Hujan Untuk Lahan Pekarangan, SK SNI T–06–1990–F
Spesifikasi Sumur Resapan Air Hujan untuk Lahan Pekarangan, SK SNI S–14–1990-F

Anda mungkin juga menyukai