Kata kunci: Model HEC-RAS, sebaran daerah banjir, total kerugian ekonomi.
ABSTRACT
LIRA SITI ZAHARA. Estimation of Flood Prone Area Using HEC-RAS Models
and Flood loss in Citarik Watershed. Supervised by BAMBANG DWI
DASANTO.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Geofisika dan Meteorologi
Disetujui oleh
Diketahui oleh
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat
dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2014 ini ialah
banjir, dengan judul Estimasi Sebaran Daerah Rawan Banjir Menggunakan Model
HEC-RAS dan Kerugian Masyarakat di Wilayah Sub-DAS Citarik.
Terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan karya ilmiah ini, yaitu :
1. Bapak Drs. Bambang Dwi Dasanto, M.Si selaku pembimbing yang telah
banyak memberikan arahan dan nasihat.
2. Penghargaan penulis sampaikan kepada Pemerintah khususnya
Kementrian Pendidikan dan Kebudaayaan karena telah membantu biaya
kuliah penulis selama menuntut ilmu di Institut Pertanian Bogor.
3. Terima kasih untuk kedua orang tua ku, Bapak Usep Saefudin (alm)
skripsi ini saya persembahkan untuk Bapak, Mamah (Eros Rosmawati),
Teteh Dea Widyawati A.md, adik-adik ku Sarah Rahmadianty, Khinanty
Noviantie (Dede), dan Annisa Dzalika Mutiara Bunda (Cica), terima
kasih untuk semua doa, kasih sayang, dan dukungan yang tak henti-
hentinya selalu diberikan.
4. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Agus Kusmana
M.Si dan Aulia Desiani Carolina S.Si atas semua bantuan dan
dukungannya selama ini.
5. Ungkapan terima kasih untuk Kak Sisi, Kak Eko, Kak Heny, Kak
Rahmi, Kak Kokom atas semua bantuan, semangat, dan motivasi kalian
semua.
6. Terima kasih untuk sahabat-sahabat ku Usan, Difa, Siti, Ita, Abang
Utenk, Kaka, Dery, Ichsan, Azis, Dony, Edda, dan semua keluarga besar
a_one eloquent yang sampai detik ini selalu memberikan dukungan dan
kasih sayang.
7. Kepada teman-teman seperjuangan Alan Purba Kusuma S.Si, Mas Jap
(Rifki), Mas Aji, Givo, Em, Atu, Kak Uni, Uwi, Icakar, Rony, Aret,
Neni, Resti, Mani, Jenny, Disty, Irza, Sella, Icanur, Anggi, Enggar, Aat,
serta teman-teman GFM 47, terima kasih atas canda tawa serta bantuan
kalian semua.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Distribusi kelas kemiringan lahan di Sub-DAS Citarik 2
Tabel 2 Hubungan kejadian banjir berdasarkan periode ulang nilai debit
(m³ ) 11
Tabel 3 Nilai koefisien kekasaran (Manning) berdasarkan penggunaan
penutupan lahan (landuse land cover) 16
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Komponen TIN 6
Gambar 2 Persamaan parameter energi antara penampang melintang 8
Gambar 3 Pola sebaran data debit harian stasiun Bd.Cangkuang (a),
stasiun Rancakemit (b), dan stasiun Majalaya (c), diplotkan
bersama dengan nilai peluang stasiun menurut sebaran teoritis
pada tingkat kepercayaan 95%. 11
Gambar 4 Visualisasi model geometri sungai Citarik pada program
ArcView 12
Gambar 5 Profil muka air hasil hitungan penampang melintang di Desa
Rancaekek Kulon 13
Gambar 6 Profil muka air hasil hitungan di sepanjang alur sungai 14
Gambar 7 Hubungan elevasi dasar saluran dengan debit (m³ ) 14
Gambar 8 Profil aliran air permukaan permanen (steady flow) di
wilayah Sub-DAS Citarik 15
Gambar 9 Penggunaan penutupan lahan (landuse land cover) di Sub-
DAS Citarik 16
Gambar 10 Sebaran daerah banjir berdasarkan model HEC-RAS di
wilayah Sub-DAS Citarik. Poligon berwarna merah muda
menunjukkan area banjir sedangkan warna putih
menunjukkan kondisi area yang tidak mengalami banjir 17
Gambar 11 Sebaran daerah banjir aktual berdasarkan data satelit
(Landsat-7 tanggal 10 Januari 2003) di wilayah Sub-DAS
Citarik 18
Gambar 12 Perbandingan antara area banjir menggunakan model HEC-
RAS dengan area banjir aktual menggunakan data landsat
(tanggal 10 Januari 2003) 19
Gambar 13 Data geometri sungai 20
Gambar 14 Grafik hubungan kedalaman banjir (meter) dengan total
kerugian masyarakat (jutaan Rp) pada sektor permukiman 21
Gambar 15 Sebaran daerah banjir dan total kerugian ekonomi
masyarakat pada kejadian banjir minimum di sektor
permukiman 22
Gambar 16 Sebaran daerah banjir dan total kerugian ekonomi
masyarakat pada kejadian banjir maksimum di sektor
permukiman 22
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Contoh data peluang dan periode ulang kejadian banjir di
stasiun Bd.Cangkuang 26
Lampiran 2 Contoh data peluang dan periode ulang kejadian banjir di
stasiun Rancakemit 27
Lampiran 3 Contoh data peluang dan periode ulang kejadian banjir di
stasiun Majalaya 28
Lampiran 4 Diagram alir sebaran daerah banjir 29
Lampiran 5 Diagram alir nilai kerugian ekonomi masyarakat 30
Lampiran 6 Total kerugian ekonomi pada sektor permukiman yang
dialami masyarakat berdasarkan kedalaman banjir 31
Lampiran 7 Foto-foto dokumentasi penelitian 32
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kualitas daerah aliran sungai Citarum telah menurun dan kondisi ini
semakin meningkat dari tahun ke tahun (BBWS 2010). Hal ini dapat disebabkan
oleh pertambahan jumlah penduduk dan pembangunan yang semakin meningkat
sehingga penggunaan lahan di DAS Citarum juga mengalami peningkatan, seperti
kebutuhan akan lahan pertanian, permukiman, jaringan infrastruktur, fasilitas
ekonomi maupun fasilitas sosial lainnya.
Menurut Kurniasih (2002) penggunaan lahan di DAS Citarum terdiri dari
pertanian, perkebunan, permukiman, hutan, perikanan/kolam/tambak, serta berupa
lahan kosong, padang rumput, dan rawa. Persentase penurunan penggunaan lahan
tertinggi terjadi pada sektor hutan sebesar 14,2% menyebabkan daerah resapan air
semakin berkurang, sehingga apabila masuk musim penghujan dapat
mengakibatkan kejadian banjir.
HEC-RAS (Hydrologic Engineering Center-River Analysis System)
merupakan program aplikasi untuk memodelkan aliran sungai. HEC-RAS dapat
melakukan analisis hidraulika pada sungai dan mengatasi beberapa permasalahan
pengelolaan bantaran sungai seperti penentuan dataran banjir dan asuransi risiko
banjir.
Berdasarkan data bencana yang bersumber dari International Disaster
Database sejak tahun 1950 hingga 2005 (Boer dan Perdinan, 2008) menunjukkan
bahwa kejadian bencana akibat iklim di Indonesia khususnya banjir semakin
meningkat. Hal ini didukung oleh hasil analisa Balai Besar Wilayah Sungai
Citarum yang menyatakan bahwa banjir mengalami peningkatan (selama kurun
waktu 80 tahun) tercatat telah terjadi pada tahun 1931, 1945, 1977, 1982, 1984,
1986, 1998, 2005, dan 2010.
Secara umum Sub-DAS Citarik merupakan salah satu bagian dari DAS
Citarum Hulu yang berada pada ketinggian 662-1500 meter di atas permukaan
laut namun pada ketinggian tersebut, Sub-DAS Citarik tidak terlepas dari kejadian
banjir yang dapat mengakibatkan kerugian fisik dan materil bagi manusia,
sehingga diperlukan kajian mengenai estimasi sebaran daerah rawan banjir
menggunakan model HEC-RAS dan kerugian yang dialami masyarakat akibat
banjir di wilayah tersebut.
Tujuan Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Model HEC-RAS
Sebaran data statistika untuk tujuan hitung peluang merupakan salah satu
analisis yang sering dimanfaatkan untuk mengolah data iklim. Data iklim dengan
peluang tertentu dapat memberi gambaran yang lebih jelas dibandingkan dengan
data rata-rata. Data debit merupakan data kuantitatif yang kontinu karena berasal
dari data hasil pengukuran. Sebaran kontinu meliputi beberapa kategori seperti
sebaran normal dan sebaran gamma. Pada data yang menyebar normal atau
mendekati normal, nilai rata-rata berpeluang terjadi sama atau mendekati 50%.
Tetapi pada data yang menyebar miring, nilai rata-rata tidak memberikan
gambaran peluang yang jelas, dapat lebih besar atau lebih kecil dari 50%. Data
aliran (debit) merupakan data masukan pada software HEC-RAS sehingga
sebelum digunakan, data ini disiapkan terlebih dahulu dengan melakukan analisis
peluang debit pada beberapa periode ulang seperti 2 tahun, 5 tahun, 10 tahun, 25
tahun, dan 50 tahunan.
METODE
Wilayah yang dikaji pada penelitian ini adalah Sub-DAS Citarik (60 49’
LS – 70 18’ LS dan 1070 30’ – 1070 57’ BT). Penelitian dilakukan pada bulan
Februari-September, dimulai dari pengumpulan data, pengolahan data, dan
analisis data. Penelitian dilakukan di laboratorium Klimatologi, Departemen
Geofisika dan Meteorologi, Institut Pertanian Bogor.
data geometri, dan data aliran (debit). Ketiga komponen data dalam HEC-RAS
tersebut saling terkoneksi satu sama lain untuk tujuan simulasi.
Data Plan
Langkah pertama yang harus dilakukan dalam melakukan suatu simulasi
adalah dengan menyusun suatu perencanaan yaitu dengan menyiapkan semua data
yang akan digunakan dalam melakukan simulasi seperti data geometri dan data
aliran sungai.
Data Geometri
Komponen model geometri merupakan gambaran dari parameter geometri
sungai yang terhubung dengan berbagai elemen hidraulik pada sungai yang
merupakan representasi fisik sungai. Data geometri sungai yang digunakan pada
penelitian ini terdiri dari penampang melintang (cross section), badan sungai
(stream), penampang saluran (banks), dan aliran sungai (flowpath). Keempat data
geometri ini digambar pada program ArcView yang terintegrasi dalam HEC-
GeoRAS yang kemudian data ini ditransfer pada program HEC-RAS.
Hitungan pada komponen model geometri didasarkan pada hasil
interpolasi antara penampang saluran dengan muka aliran. Input penampang
melintang sungai terdiri dari koordinat masing-masing penampang melintang,
jarak antar penampang melintang, dan koefisien aliran. Penampang melintang
(cross section) sungai Citarik harus dimasukkan pada HEC-RAS dan dilengkapi
data jarak sehingga terbentuk satu kesatuan sungai.
Aliran Permanen (steady flow)
Data aliran permanen (steady flow) berasal dari data debit yang telah
dilakukan analisis peluang. Data aliran (debit) pada HEC-RAS dimasukkan
setelah data geometri dimasukkan. Satu data aliran harus dimasukkan pada setiap
penggal (reach) sistem. Data aliran yang digunakan adalah data aliran berdasarkan
hasil hitungan curah hujan rancangan.
Untuk aliran permanen, HEC-RAS menghitung profil muka air di
sepanjang alur urut dari satu penampang melintang ke penampang melintang
berikutnya. Muka air dihitung dengan memakai persamaan energi yang
diselesaikan dengan metode standard step method. Persamaan energi antara dua
penampang melintang dituliskan sebagai berikut :
dimana:
= kedalaman aliran
= elevasi dasar saluran
= kecepatan rata-rata (debit dibagi luas tampang basah)
= koefisien
= percepatan gravitasi
= kehilangan tingkat energi
8
̅ | |
dimana :
= panjang penggal sungai antar kedua penampang yang diberi bobot
menurut debit
̅̅ = representative friction slope antar kedua penampang
= koefisien kehilangan energi akibat perubahan penampang (kontraksi atau
expansi)
( )
9
Seluruh data topografi dan bagian dari penampang melintang dan saluran
geomorfologi merupakan masukan data untuk sistem ArcView GIS. Data tersebut
digunakan dalam pre-processed dalam ArcView. HEC-RAS GeoProcessor 3.0
digunakan untuk mentransfer data pada form HEC-RAS. Untuk analisis
selanjutnya, data di transfer kembali ke ArcView untuk proses post-processing.
Setelah itu, peta banjir dapat terbentuk untuk mengidentifikasikan dataran banjir.
HEC-GeoRAS extension (versi 3.0) digunakan untuk proses pemetaan banjir.
ArcView 3.0 digunakan untuk mendukung analisis spasial 2-D dan 3-D
menggunakan grid, vector, dan file TIN. File data yang digunakan dalam masukan
HEC-RAS adalah berupa data wilayah dataran banjir (dalam format TIN) dan data
aliran.
GeoRAS post-processing
GeoRAS post-processing merupakan akhir dari proses simulasi profil
permukaan air. Pada proses ini, ArcView melakukan import file dari HEC-RAS
dengan menggunakan Geo-RAS yang menggabungkan profil permukaan air yang
diperoleh dari HEC-RAS. Data profil permukaan air digunakan untuk
mengembangkan permukaan air pada data TIN. Selain dari itu, penampang
melintang antara permukaan air dengan model TIN dapat menunjukkan visualisasi
banjir. Peta banjir yang terbentuk pada ArcView menggambarkan luasan dan
kedalaman daerah banjir.
Validasi Model
Dengan :
= Jumlah piksel atau prediksi cell banjir pada model
= Jumlah piksel atau prediksi cell banjir pada data observasi
(landsat-7)
= Keseluruhan jumlah piksel
F = Nilai F antara 0 sampai 100, nilai 0 menunjukkan tidak ada
Kesamaan data banjir antara model dan data observasi dan nilai
100 menunjukkan hasil model sama dengan data observasi
(landsat-7)
Penentuan Kerugian Banjir
mengetahui (1) biodata responden; (2) apakah daerah tersebut pernah terendam
banjir, jika ya kapan, berapa dalam dan berapa lama dan (3) untuk mengetahui
nilai kerugian yang sesuai dengan keadaan ekonomi masyarakat di daerah banjir
tersebut.
Kerugian langsung (direct cost) secara nyata (tangible) yang terjadi akibat
adanya banjir dapat terjadi pada beberapa kategori seperti (1) permukiman, (2)
pertanian, (3) industri, dan (4) infrastruktur. Namun sesuai batasan dan tujuan
penelitian, maka penelitian ini akan membahas mengenai kerugian langsung
(direct cost) secara nyata (tangible) pada sektor permukiman. Kerugian langsung
(direct cost) yang dialami masyarakat berbeda-beda tergantung dari besarnya
kerusakan akibat banjir yang terjadi.
Survai banjir didasarkan pada pengelompokan data sesuai dengan
kemampuan ekonomi masyarakat. Parameter utama yang mempengaruhi nilai
kerugian antara lain (1) kedalaman banjir; (2) lamanya terendam banjir; (3) dan
kerusakan yang terjadi akibat banjir. Ketiga parameter utama ini mendasari dalam
mengevaluasi nilai kerugian ekonomi yang dialami masyarakat akibat banjir.
Sementara itu nilai kerugian ini didasarkan pada berapa besar biaya yang
dibutuhkan oleh masyarakat untuk memperbaiki kerugian langsung (direct cost).
Kerugian langsung (direct cost) antara lain (1) perbaikan fisik rumah; (2)
perbaikan isi rumah; dan (3) pembersihan rumah.
Model matematika untuk kerugian kerusakan permukiman
∑{ }
(iii) Biaya kebersihan dan biaya darurat (Emergency and clean up costs):
dimana (i,j) setiap titik luasan yang terkena banjir, rt adalah jumlah tipe bangunan
residensial (berdasarkan material bangunan); NR(k), jumlah bangunan
residensial tiap tipe k; FA(k), satuan area banjir residensial untuk
bangunan tipe k; NF, jumlah rumah tangga; N, jumlah total bangunan
residensial; EC, satuan harga untuk setiap kategori dalam kondisi
terkini; C, fungsi kerusakan kedalaman untuk setiap kategori.
21
yang tergenang banjir. Nilai kerugian ini didasarkan pada berapa besar biaya yang
dibutuhkan oleh masyarakat untuk memperbaiki kerugian langsung (direct cost).
Kerugian langsung (direct cost) yang dihitung pada penelitian ini antara lain (1)
perbaikan fisik rumah, (2) perbaikan isi rumah, dan (3) pembersihan rumah.
Gambar 14 menunjukkan hubungan antara kedalaman banjir (meter) dengan total
kerugian (Jutaan Rp) yang terjadi akibat kejadian banjir.
30
Total Kerugian (Jutaan Rp)
25
20
y = 0.4047e0.1049x
R² = 0.9513 Total Kerugian
15 (Jutaan Rp)
10
Expon. (Total
5 Kerugian
(Jutaan Rp))
0
0.20
0.60
1.00
1.50
0.50
0.00
0.20
1.00
0.70
0.00
0.60
Kedalaman Banjir (Meter)
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Knebel M.R. et al. 2005. Regional scale flood modeling using NEXRAD rainfall,
GIS, and HEC-HMS/RAS: a case study for the San Antonio River Basin
Summer 2002 storm event. Journal of Environmental Management. 75:325-
336.
Kurniasih A.N. 2002.Pengelolaan DAS Citarum Berkelanjutan.Jurnal Teknologi
Lingkungan. 3(2):82-91.
Lagason L. A. 2008. Floodplain Visualization Using ArcView GIS and HEC-
RAS : A Case Study on Kota Marudu Floodplain. A Project Report
Submitted in Partial. Malaysia (ID): Universiti Teknoogi Malaysia.
MOC. 1996a. Flood Damage Statistics in Japan, Techinal Report, River
Engineering Bureau, Ministry of Construction, Japan, in Japanese.
NIBS. 1997. HAZUS: Earthquake Loss Estimation Methodology, National
Institute of Building Sciences, Washington, DC.
Parker D.J. (2000), “Introduction to floods and flood management”. In: Parker,
D.J.(ed.): Floods, Volume I, London & New York, pp. 3-39.
Seyhan 1990. Dasar-dasar Hidrologi. Yogyakarta : Gadjah Mada University
press.
26
Lampiran 1 Contoh data peluang dan periode ulang kejadian banjir di stasiun
Bd.Cangkuang
Ya
Menampilkan RAS
GIS Export File
Tidak
Kurangi Daerah rawan
ukuran banjir benar ?
jaringan
Tidak Ya
Tidak Palang
melintang Peta Analisis lengkap dataran
cukup banjir ?
cukup ? detail ?
30
Lampiran 5 Diagram alir nilai kerugian ekonomi masyarakat
Mulai
Kejadian
Ketinggian dan
lama banjir
Tidak
Kerusakan
fisik?
Ya
Biaya
Biaya Biaya Perbaikan
pembersihan Perbaikan fisik
rumah ? isi rumah ? rumah ?
Periode Ulang (Model) Kedalaman Banjir (Meter) Total Kerugian (Jutaan Rp)
< 0.67 < Rp 0.30
0.67 - 1.65 Rp 0.31 - Rp 0.74
2 Tahun 1.66 - 3.13 Rp 0.75 - Rp 1.41
3.14 - 5.29 Rp 1.41 - Rp 2.38
5.30-10.32 Rp 2.38 - Rp 4.64
< 0.69 < Rp 0.31
0.69 - 1.71 Rp 0.31 - Rp 0.77
5 Tahun 1.72 - 3.28 Rp 0.77 - Rp 1.47
3.29 - 5.50 Rp 1.48 - Rp 2.47
5.51 - 10.60 Rp 2.48 - Rp 4.76
< 0.70 < Rp 0.31
0.70 - 1.76 Rp 0.31 - Rp 0.79
10 Tahun 1.77 - 3.37 Rp 0.80 - Rp 1.51
3.38 - 5.63 Rp 1.52 - Rp 2.53
5.64 - 10.74 Rp 2.53 - Rp 4.53
< 0.72 < Rp 0.32
0.72 - 1.81 Rp 0.32 - Rp 0.81
25 Tahun 1.82 - 3.46 Rp 0.82 - Rp 1.56
3.47 - 5.75 Rp 1.56 - Rp 2.58
5.76 - 10.90 Rp 2.59 - Rp 4.90
< 0.73 < Rp 0.33
0.73 - 1.83 Rp 0.33 - Rp 0.82
50 Tahun 1.84 - 3.49 Rp 0.83 - Rp 1.57
3.50 - 5.80 Rp 1.57 - Rp 2.61
5.81 - 11.00 Rp 2.61 - Rp 4.94
33
RIWAYAT HIDUP