Anda di halaman 1dari 47

ESTIMASI SEBARAN DAERAH RAWAN BANJIR MENGGUNAKAN

MODEL HEC-RAS DAN KERUGIAN MASYARAKAT


DI WILAYAH SUB-DAS CITARIK

LIRA SITI ZAHARA

DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Estimasi Sebaran


Daerah Rawan Banjir Menggunakan Model HEC-RAS dan Kerugian Masyarakat
di Wilayah Sub-DAS Citarik adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Desember 2014

Lira Siti Zahara


NIM G24100016
ABSTRAK
LIRA SITI ZAHARA. Estimasi Sebaran Daerah Rawan Banjir Menggunakan
Model HEC-RAS dan Kerugian Masyarakat di Wilayah Sub-DAS Citarik.
Dibimbing oleh BAMBANG DWI DASANTO.

Kejadian banjir di wilayah Citarum Hulu, khususnya di wilayah Sub-DAS


Citarik telah mengalami peningkatan tajam dan ini mengakibatkan kerugian
ekonomi cukup besar. Model HEC-RAS dapat digunakan untuk mengatasi
permasalahan banjir. Berdasarkan hal tersebut, diperlukan kajian pada Sub-DAS
Citarik untuk mengidentifikasi sebaran daerah rawan banjir menggunakan model
HEC-RAS dan menghitung kerugian ekonomi pada sektor permukiman yang
dialami masyarakat di wilayah Sub-DAS Citarik. Persamaan energi digunakan
untuk menghitung analisis profil muka air aliran permanen pada program HEC-
RAS. Sebaran daerah banjir berada pada wilayah dataran rendah yaitu Desa
Rancaekek Kulon, Wangisagara, dan Padamukti dengan jenis penggunaan dan
penutupan lahan berupa pedesaan, sawah, dan hutan sekunder dengan tingkat
keakuratan model relatif rendah. Rancaekek Kulon merupakan desa dengan luas
genangan banjir terluas dengan total kerugian ekonomi pada kejadian banjir
minimum dan maksimum yang cukup besar.

Kata kunci: Model HEC-RAS, sebaran daerah banjir, total kerugian ekonomi.

ABSTRACT

LIRA SITI ZAHARA. Estimation of Flood Prone Area Using HEC-RAS Models
and Flood loss in Citarik Watershed. Supervised by BAMBANG DWI
DASANTO.

Flood events in Upper Citarum watershed, especially in Citarik Sub-


watershed has increased sharply and it caused high enough economic loss. HEC-
RAS model can be used to solve flood problem. Therefore, it is necessary to study
Citarik Sub-watershed to identify the flood prone areas using HEC-RAS model
and compute the economic loss in residential building sector in this region.
Energy equation was used to compute steady flow analysis in HEC-RAS program.
Flood prone areas dominantly occurred in low land areas, i.e. Rancaekek Kulon,
Wangisagara, and Padamukti village that consist landuse land cover of rural,
paddy,and secondary forest with low enough model accuracy. Rancaekek Kulon
had the largest flooded areas which had high enough economic loss in minimum
and maximum flood event.

Keywords: HEC-RAS Model, flood prone area, economic loss.


ESTIMASI SEBARAN DAERAH RAWAN BANJIR MENGGUNAKAN
MODEL HEC-RAS DAN KERUGIAN MASYARAKAT
DI WILAYAH SUB-DAS CITARIK

LIRA SITI ZAHARA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Geofisika dan Meteorologi

DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi : Estimasi Sebaran Daerah Rawan Banjir Menggunakan Model
HEC-RAS dan Kerugian Masyarakat di Wilayah Sub-DAS Citarik
Nama : Lira Siti Zahara
NIM : G24100016

Disetujui oleh

Drs. Bambang Dwi Dasanto, M.Si


Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Tania June M.Sc


Ketua Departemen

Tanggal Lulus:
PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat
dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2014 ini ialah
banjir, dengan judul Estimasi Sebaran Daerah Rawan Banjir Menggunakan Model
HEC-RAS dan Kerugian Masyarakat di Wilayah Sub-DAS Citarik.
Terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan karya ilmiah ini, yaitu :
1. Bapak Drs. Bambang Dwi Dasanto, M.Si selaku pembimbing yang telah
banyak memberikan arahan dan nasihat.
2. Penghargaan penulis sampaikan kepada Pemerintah khususnya
Kementrian Pendidikan dan Kebudaayaan karena telah membantu biaya
kuliah penulis selama menuntut ilmu di Institut Pertanian Bogor.
3. Terima kasih untuk kedua orang tua ku, Bapak Usep Saefudin (alm)
skripsi ini saya persembahkan untuk Bapak, Mamah (Eros Rosmawati),
Teteh Dea Widyawati A.md, adik-adik ku Sarah Rahmadianty, Khinanty
Noviantie (Dede), dan Annisa Dzalika Mutiara Bunda (Cica), terima
kasih untuk semua doa, kasih sayang, dan dukungan yang tak henti-
hentinya selalu diberikan.
4. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Agus Kusmana
M.Si dan Aulia Desiani Carolina S.Si atas semua bantuan dan
dukungannya selama ini.
5. Ungkapan terima kasih untuk Kak Sisi, Kak Eko, Kak Heny, Kak
Rahmi, Kak Kokom atas semua bantuan, semangat, dan motivasi kalian
semua.
6. Terima kasih untuk sahabat-sahabat ku Usan, Difa, Siti, Ita, Abang
Utenk, Kaka, Dery, Ichsan, Azis, Dony, Edda, dan semua keluarga besar
a_one eloquent yang sampai detik ini selalu memberikan dukungan dan
kasih sayang.
7. Kepada teman-teman seperjuangan Alan Purba Kusuma S.Si, Mas Jap
(Rifki), Mas Aji, Givo, Em, Atu, Kak Uni, Uwi, Icakar, Rony, Aret,
Neni, Resti, Mani, Jenny, Disty, Irza, Sella, Icanur, Anggi, Enggar, Aat,
serta teman-teman GFM 47, terima kasih atas canda tawa serta bantuan
kalian semua.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Desember 2014

Lira Siti Zahara


DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 1
TINJAUAN PUSTAKA 2
Keadaan Fisik Sub-DAS Citarik 2
Letak Geografis DAS 2
Topografi 2
Karakteristik Iklim 2
Penggunaan dan Penutupan Lahan (land use and land cover) 3
Banjir (flood) 3
Kerugian Banjir (flood loss) 3
Model HEC-RAS 4
Model Hidrologi Banjir 4
Peluang Debit 5
METODE 5
Waktu dan Tempat 5
Alat dan Bahan 5
Prosedur Analisis Data 6
Pengolahan Data Debit 6
Analisis Peluang 6
Penentuan DataVisualisasi Banjir (ArcView GIS) 6
Analisis Hidraulika Sungai 6
Data Plan 7
Data Geometri 7
Aliran Permanen (steady flow) 7
Kehilangan Tinggi Energi 8
Kehilangan Energi akibat Gesekan (friction losses) 8
Integrasi antara ArcView GIS dengan HEC-RAS 9
GeoRAS post-processing 9
Validasi Model 9
Penentuan Kerugian Banjir 9
Model matematika untuk kerugian kerusakan permukiman 10
HASIL DAN PEMBAHASAN 11
Analisis Peluang Menurut Sebaran Gamma 11
Penentuan Periode Ulang Banjir 11
Penggunaan/ Penutupan Lahan (landuse/ land cover) di Sub-DAS Citarik 15
Luasan Sebaran Daerah Banjir 17
Sebaran Daerah Rawan Banjir (flood prone area) 17
Validasi Model 19
Estimasi Kerugian Banjir (Flood Loss Estimation) pada Sektor Permukiman 20
SIMPULAN DAN SARAN 23
Simpulan 23
Saran 23
DAFTAR PUSTAKA 24
RIWAYAT HIDUP 33

DAFTAR TABEL
Tabel 1 Distribusi kelas kemiringan lahan di Sub-DAS Citarik 2
Tabel 2 Hubungan kejadian banjir berdasarkan periode ulang nilai debit
(m³ ) 11
Tabel 3 Nilai koefisien kekasaran (Manning) berdasarkan penggunaan
penutupan lahan (landuse land cover) 16

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Komponen TIN 6
Gambar 2 Persamaan parameter energi antara penampang melintang 8
Gambar 3 Pola sebaran data debit harian stasiun Bd.Cangkuang (a),
stasiun Rancakemit (b), dan stasiun Majalaya (c), diplotkan
bersama dengan nilai peluang stasiun menurut sebaran teoritis
pada tingkat kepercayaan 95%. 11
Gambar 4 Visualisasi model geometri sungai Citarik pada program
ArcView 12
Gambar 5 Profil muka air hasil hitungan penampang melintang di Desa
Rancaekek Kulon 13
Gambar 6 Profil muka air hasil hitungan di sepanjang alur sungai 14
Gambar 7 Hubungan elevasi dasar saluran dengan debit (m³ ) 14
Gambar 8 Profil aliran air permukaan permanen (steady flow) di
wilayah Sub-DAS Citarik 15
Gambar 9 Penggunaan penutupan lahan (landuse land cover) di Sub-
DAS Citarik 16
Gambar 10 Sebaran daerah banjir berdasarkan model HEC-RAS di
wilayah Sub-DAS Citarik. Poligon berwarna merah muda
menunjukkan area banjir sedangkan warna putih
menunjukkan kondisi area yang tidak mengalami banjir 17
Gambar 11 Sebaran daerah banjir aktual berdasarkan data satelit
(Landsat-7 tanggal 10 Januari 2003) di wilayah Sub-DAS
Citarik 18
Gambar 12 Perbandingan antara area banjir menggunakan model HEC-
RAS dengan area banjir aktual menggunakan data landsat
(tanggal 10 Januari 2003) 19
Gambar 13 Data geometri sungai 20
Gambar 14 Grafik hubungan kedalaman banjir (meter) dengan total
kerugian masyarakat (jutaan Rp) pada sektor permukiman 21
Gambar 15 Sebaran daerah banjir dan total kerugian ekonomi
masyarakat pada kejadian banjir minimum di sektor
permukiman 22
Gambar 16 Sebaran daerah banjir dan total kerugian ekonomi
masyarakat pada kejadian banjir maksimum di sektor
permukiman 22

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Contoh data peluang dan periode ulang kejadian banjir di
stasiun Bd.Cangkuang 26
Lampiran 2 Contoh data peluang dan periode ulang kejadian banjir di
stasiun Rancakemit 27
Lampiran 3 Contoh data peluang dan periode ulang kejadian banjir di
stasiun Majalaya 28
Lampiran 4 Diagram alir sebaran daerah banjir 29
Lampiran 5 Diagram alir nilai kerugian ekonomi masyarakat 30
Lampiran 6 Total kerugian ekonomi pada sektor permukiman yang
dialami masyarakat berdasarkan kedalaman banjir 31
Lampiran 7 Foto-foto dokumentasi penelitian 32
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kualitas daerah aliran sungai Citarum telah menurun dan kondisi ini
semakin meningkat dari tahun ke tahun (BBWS 2010). Hal ini dapat disebabkan
oleh pertambahan jumlah penduduk dan pembangunan yang semakin meningkat
sehingga penggunaan lahan di DAS Citarum juga mengalami peningkatan, seperti
kebutuhan akan lahan pertanian, permukiman, jaringan infrastruktur, fasilitas
ekonomi maupun fasilitas sosial lainnya.
Menurut Kurniasih (2002) penggunaan lahan di DAS Citarum terdiri dari
pertanian, perkebunan, permukiman, hutan, perikanan/kolam/tambak, serta berupa
lahan kosong, padang rumput, dan rawa. Persentase penurunan penggunaan lahan
tertinggi terjadi pada sektor hutan sebesar 14,2% menyebabkan daerah resapan air
semakin berkurang, sehingga apabila masuk musim penghujan dapat
mengakibatkan kejadian banjir.
HEC-RAS (Hydrologic Engineering Center-River Analysis System)
merupakan program aplikasi untuk memodelkan aliran sungai. HEC-RAS dapat
melakukan analisis hidraulika pada sungai dan mengatasi beberapa permasalahan
pengelolaan bantaran sungai seperti penentuan dataran banjir dan asuransi risiko
banjir.
Berdasarkan data bencana yang bersumber dari International Disaster
Database sejak tahun 1950 hingga 2005 (Boer dan Perdinan, 2008) menunjukkan
bahwa kejadian bencana akibat iklim di Indonesia khususnya banjir semakin
meningkat. Hal ini didukung oleh hasil analisa Balai Besar Wilayah Sungai
Citarum yang menyatakan bahwa banjir mengalami peningkatan (selama kurun
waktu 80 tahun) tercatat telah terjadi pada tahun 1931, 1945, 1977, 1982, 1984,
1986, 1998, 2005, dan 2010.
Secara umum Sub-DAS Citarik merupakan salah satu bagian dari DAS
Citarum Hulu yang berada pada ketinggian 662-1500 meter di atas permukaan
laut namun pada ketinggian tersebut, Sub-DAS Citarik tidak terlepas dari kejadian
banjir yang dapat mengakibatkan kerugian fisik dan materil bagi manusia,
sehingga diperlukan kajian mengenai estimasi sebaran daerah rawan banjir
menggunakan model HEC-RAS dan kerugian yang dialami masyarakat akibat
banjir di wilayah tersebut.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi sebaran daerah rawan banjir


berdasarkan model HEC-RAS dan menghitung kerugian ekonomi yang dialami
masyarakat akibat banjir di wilayah Sub-DAS Citarik.
2

TINJAUAN PUSTAKA

Keadaan Fisik Sub-DAS Citarik

Letak Geografis DAS


Secara geografis wilayah Sub-DAS Citarik berada pada posisi 60 49’ LS –
7 18’ LS dan 1070 30’ – 1070 57’ BT dan secara hidrologis berada dalam satuan
0

wilayah pengelolaan (SWP) DAS Citarum Hulu. Sub-DAS Citarik berbatasan


dengan DAS Cibuni-Cilaki di sebelah selatan sedangkan sebelah barat berbatasan
dengan Sub-DAS Cikapundung dan Sub-DAS Ciminyak yang masih termasuk
DAS Citarum Hulu.
Menurut administrasi pemerintahan, Sub-DAS Citarik berada di
Kabupaten Bandung meliputi 10 kecamatan 72 desa yang terdiri dari beberapa
kecamatan yaitu Cimenyan, Cilengkrang, Cileunyi, Cicalengka, Cikancung, Paseh,
dan Majalaya.
Topografi
Sub-DAS Citarik merupakan salah satu bagian DAS Citarum hulu yang
memiliki ketinggian antara 662 meter sampai 1500 meter di atas permukaan laut.
Wilayah Sub-DAS Citarik mempunyai kemiringan lereng agak miring (10%),
sampai agak curam (40%) dan curam (>45%). Jenis tanah yang terdapat di Sub-
DAS Citarik sebagian besar tanah Andosol dan Latosol yang merupakan proses
vulkanik, dan sebagian tanah asosiasi Andosol dengan Latosol.
Tabel 1 Distribusi kelas kemiringan lahan di Sub-DAS Citarik

No. Kemiringan (%) Kelas Luas (Ha) %


1 0–8 I 23.892,02 44,66
2 8 – 15 II 6.507,60 12,17
3 15 – 25 III 6.903,61 12,91
4 25 – 45 IV 7.278,95 13,61
5 >45 V 8.910,82 16,66
Jumlah 53.493,00 100,00
Sumber: BP DAS Citarum (2010)
Karakteristik Iklim
Berdasarkan klasifikasi Schmidt & Ferguson, Sub-DAS Citarik termasuk
ke dalam kategori tipe iklim C yaitu daerah agak basah karena memiliki curah
hujan >100 mm pada bulan November–Maret dan <60 mm pada bulan April-
Agustus. Curah hujan yang tinggi merupakan faktor iklim yang paling
berpengaruh terhadap banjir. Semakin tinggi intensitas hujan dan semakin lama
hujan jatuh maka banjir yang terjadi akan semakin besar. Menurut Badan
Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) curah hujan tahunan berkisar
antara 1.521 mm sampai dengan 2.087 mm, jumlah hari hujan di dalam satu tahun
berkisar antara 104 hari hingga 180 hari dengan rata-rata suhu tahunan adalah 22º
C hingga 24º C dan tingkat kelembaban udara berkisar antara 68% sampai dengan
83%.
3

Penggunaan dan Penutupan Lahan (land use and land cover)


Sub-DAS Citarik merupakan salah satu bagian DAS Citarum Hulu,
dengan luas 53.494 ha. Penggunaan lahan di daerah ini meliputi hutan, kebun,
tegalan, sawah irigasi, sawah tadah hujan, semak belukar dan permukiman. Luas
hutan sekitar 14,48%. Pada beberapa bagian Sub-DAS ini telah terjadi konversi
hutan menjadi lahan pertanian dan daerah permukiman. Jumlah penduduk Sub-
DAS Citarik 26.372 jiwa untuk masing- masing kecamatan Cimanggung 16.784
jiwa dan kecamatan Cicalengka 9.588 jiwa (menurut data monografi BPS 2012)
yang sebagian besar penduduknya bekerja sebagai seorang petani yang
menggunakan daerah bantaran DAS sebagai lahan pertanian (Kurniasih 2002).
Banjir (flood)

Menurut Bureau of Meteorology Australia (2010), banjir merupakan


bagian dari siklus hidrologi. Banjir terjadi saat intensitas masukan air pada aliran
sungai tinggi dan berkepanjangan sehingga tingkat debit sungai yang dihasilkan
melebihi kapasitas saluran yang mengakibatkan terjadinya genangan air di atas
permukaan tanah (Dingman 1993).
Menurut Degiorgis et al, (2012) banjir merupakan salah satu bencana alam
yang mempunyai efek signifikan terhadap hampir seluruh komunitas global dan
mempengaruhi lokasi geografis, sosial dan struktur ekonomi. Proses kejadian
banjir disebabkan oleh beberapa faktor yaitu; 1) Peristiwa alam meliputi intensitas
curah hujan yang tinggi, pembendungan, penurunan tanah, dan pendangkalan
sungai. 2) Kondisi alam meliputi kondisi geografi, topografi, geometri/
kemiringan sungai, dan sedimentasi. 3) Aktivitas manusia meliputi pembangunan
di dataran banjir, tata ruang di dataran banjir yang tidak sesuai, tata ruang/
pembangunan dibantaran DAS, permukiman di bantaran sungai, pembangunan
drainase yang tidak efektif, sampah, prasarana pengendali banjir yang terbatas,
persepsi masyarakat yang keliru terhadap banjir.
Kerugian Banjir (flood loss)
Banjir merupakan salah satu bencana alam (natural hazard) yang paling
merusak karena dapat melanda daerah mana saja dengan jangka waktu yang
berbeda pada setiap daerah sehingga banjir dapat menimbulkan kerugian bagi
manusia baik kerugian fisik maupun ekonomi (Parker 2000).
Menurut Genovese (2006), ada berbagai jenis kerugian yang terjadi akibat
banjir seperti kerugian ekonomi. Beberapa kemungkinan kerugian yang dialami
manusia akibat banjir menyebabkan manusia perlu mengeluarkan biaya tambahan
yang terdiri dari;
a. Biaya langsung (Direct costs)
Biaya langsung mengacu pada kerusakan fisik aset modal dan isi simpanan.
Biaya ini dikeluarkan akibat hilangnya sarana, pemulihan kerusakan
sumberdaya dengan status kepemilikan atau sewa dan pemulihan untuk
kerusakan sarana produksi.
b. Biaya tidak langsung (Indirect costs)
Biaya tidak langsung merujuk pada aliran dana seperti kerugian
pengeluaran. Kerugian ini mengacu pada beberapa kategori seperti gangguan
usaha, kerusakan lingkungan, biaya kebersihan, dan evakuasi korban.
4

c. Biaya bantuan (Relief costs)


Biaya bantuan mengacu pada penyediaan jasa pendukung kehidupan
(seperti bantuan makanan, perawatan kesehatan, air bersih dan sanitasi) bagi
penduduk yang kehilangan akses untuk mendapatkan layanan tersebut dan
untuk melanjutkan hidup setelah bencana banjir.
Menurut Dutta (2003) kerusakan banjir juga dikategorikan menjadi nyata
(tangible) dan tidak nyata (intangible). Kerusakan nyata biasanya dianggap
sebagai hal-hal yang dapat diukur dalam satuan moneter, seperti kerusakan pabrik,
meskipun estimasi tersebut tidak tepat dan sangat bergantung pada prosedur
pengukuran kerusakan (Parker 2000). Sebaliknya, kerugian tidak nyata
merupakan kerusakan yang tidak memiliki satuan moneter, dianggap tidak
diinginkan atau tidak dapat diterima (hilangnya nyawa, cedera fisik, hilangnya
warisan atau situs arkeologi) (Parker 2000). Karena mengacu pada tujuan
penelitian yaitu untuk menghitung kerugian ekonomi yang dialami masyarakat
akibat banjir, maka penelitian ini akan menyajikan penilaian yang dapat
digunakan untuk menghitung kerugian langsung (direct cost) yang nyata
(tangible) dan tidak mempertimbangkan kerugian tidak nyata (intangible).

Model HEC-RAS

HEC-RAS (Hydrologic Engineering Center-River Analysis System)


merupakan program aplikasi untuk memodelkan aliran sungai. HEC-RAS dapat
digunakan untuk melakukan analisis hidraulika pada sungai dan mengatasi
beberapa permasalahan pengelolaan bantaran sungai seperti penentuan dataran
banjir dan asuransi risiko banjir. HEC-RAS adalah software sistem terintegrasi
yang memiliki 4 komponen analisis sungai 1D: (1) komputasi profil aliran air
permukaan permanen (steady flow); (2) simulasi aliran tidak permanen (unsteady
flow); (3) komputasi transport sedimen bergerak; dan (4) analisis kualitas air.
Namun sesuai dengan tujuan penelitian di atas, hanya komponen profil aliran air
permukaan permanen (steady flow) yang digunakan dalam penelitian ini.
Komponen profil aliran air permukaan permanen (steady flow) merupakan
komponen profil muka air yang bersifat berubah beraturan (steady gradually
varied flow) yaitu aliran permukaan air berubah secara beraturan terhadap waktu
(HEC-RAS 2010).

Model Hidrologi Banjir

Menurut Istiarto (2010) model hidrologi banjir adalah representasi atau


gambaran dari kejadian banjir pada suatu aliran sungai. Model hidrologi banjir
merupakan gambaran sederhana dari kondisi aktual di lapangan. Pemodelan
dilakukan dengan menggunakan analisis hitungan hidraulika aliran pada software
HEC-RAS. Hitungan hidraulika aliran dilakukan dengan menghitung kedalaman
dan kecepatan aliran di sepanjang alur yang ditimbulkan oleh debit yang masuk ke
dalam alur dan kedalaman aliran di batas hilir. Hitungan hidraulika dihitung
berdasarkan metode standard step method yaitu dengan menggunakan persamaan
energi untuk aliran permanen (steady flow). Profil hitungan muka air pada aliran
permanen (steady flow) dihitung berurutan dari satu penampang melintang ke
5

penampang melintang berikutnya sehingga dapat mengakibatkan kehilangan


energi.
Peluang Debit

Sebaran data statistika untuk tujuan hitung peluang merupakan salah satu
analisis yang sering dimanfaatkan untuk mengolah data iklim. Data iklim dengan
peluang tertentu dapat memberi gambaran yang lebih jelas dibandingkan dengan
data rata-rata. Data debit merupakan data kuantitatif yang kontinu karena berasal
dari data hasil pengukuran. Sebaran kontinu meliputi beberapa kategori seperti
sebaran normal dan sebaran gamma. Pada data yang menyebar normal atau
mendekati normal, nilai rata-rata berpeluang terjadi sama atau mendekati 50%.
Tetapi pada data yang menyebar miring, nilai rata-rata tidak memberikan
gambaran peluang yang jelas, dapat lebih besar atau lebih kecil dari 50%. Data
aliran (debit) merupakan data masukan pada software HEC-RAS sehingga
sebelum digunakan, data ini disiapkan terlebih dahulu dengan melakukan analisis
peluang debit pada beberapa periode ulang seperti 2 tahun, 5 tahun, 10 tahun, 25
tahun, dan 50 tahunan.

METODE

Waktu dan Tempat

Wilayah yang dikaji pada penelitian ini adalah Sub-DAS Citarik (60 49’
LS – 70 18’ LS dan 1070 30’ – 1070 57’ BT). Penelitian dilakukan pada bulan
Februari-September, dimulai dari pengumpulan data, pengolahan data, dan
analisis data. Penelitian dilakukan di laboratorium Klimatologi, Departemen
Geofisika dan Meteorologi, Institut Pertanian Bogor.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan untuk penelitian ini adalah:


 Laptop
 Perangkat lunak WMS 7.0
 Perangkat lunak ER Mapper 7.1
 Perangkat lunak QGIS 2.0.1 atau ArcGIS
 Perangkat lunak ArcView 3.3 terintegrasi dengan HEC-GeoRAS
 Perangkat lunak HEC-RAS 4.0
 Perangkat lunak Minitab 14
 Perangkat lunak Microsoft Excel.
Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah:
 Data Digital Elevation Model (DEM) tahun 2000
 Data citra satelit Landsat wilayah Citarum tanggal 10 Januari 2003
 Peta rupa bumi DAS Citarum tahun 2013
 Data debit aliran sungai harian Sub-DAS Citarik stasiun Bd.
Cangkuang, Rancakemit, dan Majalaya
 Data kusioner penduduk Kabupaten Bandung
7

data geometri, dan data aliran (debit). Ketiga komponen data dalam HEC-RAS
tersebut saling terkoneksi satu sama lain untuk tujuan simulasi.
Data Plan
Langkah pertama yang harus dilakukan dalam melakukan suatu simulasi
adalah dengan menyusun suatu perencanaan yaitu dengan menyiapkan semua data
yang akan digunakan dalam melakukan simulasi seperti data geometri dan data
aliran sungai.
Data Geometri
Komponen model geometri merupakan gambaran dari parameter geometri
sungai yang terhubung dengan berbagai elemen hidraulik pada sungai yang
merupakan representasi fisik sungai. Data geometri sungai yang digunakan pada
penelitian ini terdiri dari penampang melintang (cross section), badan sungai
(stream), penampang saluran (banks), dan aliran sungai (flowpath). Keempat data
geometri ini digambar pada program ArcView yang terintegrasi dalam HEC-
GeoRAS yang kemudian data ini ditransfer pada program HEC-RAS.
Hitungan pada komponen model geometri didasarkan pada hasil
interpolasi antara penampang saluran dengan muka aliran. Input penampang
melintang sungai terdiri dari koordinat masing-masing penampang melintang,
jarak antar penampang melintang, dan koefisien aliran. Penampang melintang
(cross section) sungai Citarik harus dimasukkan pada HEC-RAS dan dilengkapi
data jarak sehingga terbentuk satu kesatuan sungai.
Aliran Permanen (steady flow)
Data aliran permanen (steady flow) berasal dari data debit yang telah
dilakukan analisis peluang. Data aliran (debit) pada HEC-RAS dimasukkan
setelah data geometri dimasukkan. Satu data aliran harus dimasukkan pada setiap
penggal (reach) sistem. Data aliran yang digunakan adalah data aliran berdasarkan
hasil hitungan curah hujan rancangan.
Untuk aliran permanen, HEC-RAS menghitung profil muka air di
sepanjang alur urut dari satu penampang melintang ke penampang melintang
berikutnya. Muka air dihitung dengan memakai persamaan energi yang
diselesaikan dengan metode standard step method. Persamaan energi antara dua
penampang melintang dituliskan sebagai berikut :

dimana:
= kedalaman aliran
= elevasi dasar saluran
= kecepatan rata-rata (debit dibagi luas tampang basah)
= koefisien
= percepatan gravitasi
= kehilangan tingkat energi
8

Gambar 2 Persamaan parameter energi antara penampang melintang


Sumber: HEC-RAS (2010)
Gambar 2 merupakan ilustrasi profil aliran yang menunjukkan komponen
aliran sesuai dengan persamaan energi. Berdasarkan Gambar 2 kedalaman aliran
diukur kearah vertikal. Hal ini membawa konsekuensi bahwa hitungan profil
muka air menggunakan HEC-RAS hanya cocok untuk kasus sungai yang
memiliki kemiringan dasar kecil.

Kehilangan Tinggi Energi


Kehilangan tinggi energi, , di antara kedua penampang melintang terdiri
dari dua komponen, yaitu kehilangan energi karena gesekan (friction losses) dan
kehilangan energi karena perubahan penampang (contraction or expansion losses).
Kehilangan energi antara kedua penampang dapat dihitung berdasarkan
persamaan berikut :

̅ | |

dimana :
= panjang penggal sungai antar kedua penampang yang diberi bobot
menurut debit
̅̅ = representative friction slope antar kedua penampang
= koefisien kehilangan energi akibat perubahan penampang (kontraksi atau
expansi)

Kehilangan Energi akibat Gesekan (friction losses)


Kehilangan energi akibat gesekan (friction loss) merupakan perkalian
antara kemiringan garis energi karena gesekan (friction slope), ̅ , dengan panjang
penggal sungai antara dua penampang, . Kemiringan garis energi karena gesekan
(friction slope) di suatu penampang dihitung dengan persamaan Manning.

( )
9

Integrasi antara ArcView GIS dengan HEC-RAS

Seluruh data topografi dan bagian dari penampang melintang dan saluran
geomorfologi merupakan masukan data untuk sistem ArcView GIS. Data tersebut
digunakan dalam pre-processed dalam ArcView. HEC-RAS GeoProcessor 3.0
digunakan untuk mentransfer data pada form HEC-RAS. Untuk analisis
selanjutnya, data di transfer kembali ke ArcView untuk proses post-processing.
Setelah itu, peta banjir dapat terbentuk untuk mengidentifikasikan dataran banjir.
HEC-GeoRAS extension (versi 3.0) digunakan untuk proses pemetaan banjir.
ArcView 3.0 digunakan untuk mendukung analisis spasial 2-D dan 3-D
menggunakan grid, vector, dan file TIN. File data yang digunakan dalam masukan
HEC-RAS adalah berupa data wilayah dataran banjir (dalam format TIN) dan data
aliran.
GeoRAS post-processing
GeoRAS post-processing merupakan akhir dari proses simulasi profil
permukaan air. Pada proses ini, ArcView melakukan import file dari HEC-RAS
dengan menggunakan Geo-RAS yang menggabungkan profil permukaan air yang
diperoleh dari HEC-RAS. Data profil permukaan air digunakan untuk
mengembangkan permukaan air pada data TIN. Selain dari itu, penampang
melintang antara permukaan air dengan model TIN dapat menunjukkan visualisasi
banjir. Peta banjir yang terbentuk pada ArcView menggambarkan luasan dan
kedalaman daerah banjir.
Validasi Model

Validasi model dilakukan untuk membandingkan estimasi kejadian banjir


dari model HEC-RAS dengan estimasi kejadian banjir secara aktual dari data
satelit (Landsat-7). Menurut Knebel et al (2005) Tingkat keakuratan estimasi
kejadian banjir pada model dapat dihitung menggunakan persamaan berikut.
F= x 100%

Dengan :
= Jumlah piksel atau prediksi cell banjir pada model
= Jumlah piksel atau prediksi cell banjir pada data observasi
(landsat-7)
= Keseluruhan jumlah piksel
F = Nilai F antara 0 sampai 100, nilai 0 menunjukkan tidak ada
Kesamaan data banjir antara model dan data observasi dan nilai
100 menunjukkan hasil model sama dengan data observasi
(landsat-7)
Penentuan Kerugian Banjir

Kerugian langsung (direct cost) yang bersifat nyata (tangible) terjadi


karena adanya kontak langsung dengan air banjir. Nilai kerugian ekonomis
ditentukan dengan melakukan pengumpulan data dari masyarakat. Pengumpulan
data ini dilakukan menggunakan metode kuisioner dengan jumlah 30 responden
yang berada di wilayah Kabupaten Bandung. Kuisioner ini dimaksudkan untuk
10

mengetahui (1) biodata responden; (2) apakah daerah tersebut pernah terendam
banjir, jika ya kapan, berapa dalam dan berapa lama dan (3) untuk mengetahui
nilai kerugian yang sesuai dengan keadaan ekonomi masyarakat di daerah banjir
tersebut.
Kerugian langsung (direct cost) secara nyata (tangible) yang terjadi akibat
adanya banjir dapat terjadi pada beberapa kategori seperti (1) permukiman, (2)
pertanian, (3) industri, dan (4) infrastruktur. Namun sesuai batasan dan tujuan
penelitian, maka penelitian ini akan membahas mengenai kerugian langsung
(direct cost) secara nyata (tangible) pada sektor permukiman. Kerugian langsung
(direct cost) yang dialami masyarakat berbeda-beda tergantung dari besarnya
kerusakan akibat banjir yang terjadi.
Survai banjir didasarkan pada pengelompokan data sesuai dengan
kemampuan ekonomi masyarakat. Parameter utama yang mempengaruhi nilai
kerugian antara lain (1) kedalaman banjir; (2) lamanya terendam banjir; (3) dan
kerusakan yang terjadi akibat banjir. Ketiga parameter utama ini mendasari dalam
mengevaluasi nilai kerugian ekonomi yang dialami masyarakat akibat banjir.
Sementara itu nilai kerugian ini didasarkan pada berapa besar biaya yang
dibutuhkan oleh masyarakat untuk memperbaiki kerugian langsung (direct cost).
Kerugian langsung (direct cost) antara lain (1) perbaikan fisik rumah; (2)
perbaikan isi rumah; dan (3) pembersihan rumah.
Model matematika untuk kerugian kerusakan permukiman

Kerugian akibat banjir pada kategori permukiman mencakup kerugian


langsung yang secara umum terdiri dari tiga tipe: (i) kerusakan struktur/properti
bangunan, (ii) kerusakan isi/barang simpanan bangunan, dan (iii) biaya kebersihan
dan biaya darurat. Secara umum model matematika dirancang untuk mengestimasi
kerusakan tiga kategori tersebut. Estimasi menggunakan data ketinggian banjir
untuk menentukan parameter banjir. Model matematika untuk estimasi kerugian
wilayah rural terdapat pada persamaan berikut (MOC, 1996a).
(i) Kerusakan bangunan (Structural damage):

∑{ }

(ii) Kerusakan isi bangunan (Content damage):

(iii) Biaya kebersihan dan biaya darurat (Emergency and clean up costs):

dimana (i,j) setiap titik luasan yang terkena banjir, rt adalah jumlah tipe bangunan
residensial (berdasarkan material bangunan); NR(k), jumlah bangunan
residensial tiap tipe k; FA(k), satuan area banjir residensial untuk
bangunan tipe k; NF, jumlah rumah tangga; N, jumlah total bangunan
residensial; EC, satuan harga untuk setiap kategori dalam kondisi
terkini; C, fungsi kerusakan kedalaman untuk setiap kategori.
21

yang tergenang banjir. Nilai kerugian ini didasarkan pada berapa besar biaya yang
dibutuhkan oleh masyarakat untuk memperbaiki kerugian langsung (direct cost).
Kerugian langsung (direct cost) yang dihitung pada penelitian ini antara lain (1)
perbaikan fisik rumah, (2) perbaikan isi rumah, dan (3) pembersihan rumah.
Gambar 14 menunjukkan hubungan antara kedalaman banjir (meter) dengan total
kerugian (Jutaan Rp) yang terjadi akibat kejadian banjir.
30
Total Kerugian (Jutaan Rp)

25

20
y = 0.4047e0.1049x
R² = 0.9513 Total Kerugian
15 (Jutaan Rp)
10
Expon. (Total
5 Kerugian
(Jutaan Rp))
0
0.20
0.60
1.00
1.50
0.50
0.00
0.20
1.00
0.70
0.00
0.60
Kedalaman Banjir (Meter)

Gambar 14 Grafik hubungan kedalaman banjir (meter) dengan total kerugian


masyarakat (jutaan Rp) pada sektor permukiman
Menurut Dutta (2003) kerusakan bangunan baik fisik maupun isi
bangunan dipengaruhi oleh kedalaman aliran banjir yang terukur. Semakin dalam
aliran banjir maka kerusakan struktur bangunan akan semakin tinggi. Berdasarkan
Gambar 14 di atas, dapat dianalisis bahwa kedalaman banjir juga mempengaruhi
total kerugian (Rp) yang dialami masyarakat. Semakin dalam banjir maka
kerusakan bangunan semakin tinggi dan total kerugian yang dialami masyarakat
pun akan semakin meningkat secara eksponensial. Berdasarkan data survai
lapangan, total kerugian banjir yang dialami masyarakat semakin besar dengan
semakin tingginya kedalaman banjir baik periode ulang 2 tahunan, 5 tahun, 10
tahun, 25 tahun, dan 50 tahunan kejadian banjir hal ini dapat dilihat pada lampiran
6. Total kerugian berdasarkan kedalaman banjir terendah terjadi pada periode
ulang kejadian banjir 2 tahunan dan tertinggi terjadi pada periode ulang 50 tahun.
23

Gambar 15 menunjukkan sebaran daerah banjir dan total kerugian yang


dialami oleh masyarakat pada kejadian banjir minimum di sektor permukiman,
sedangkan Gambar 16 menunjukkan sebaran daerah banjir dan total kerugian
yang dialami oleh masyarakat pada kejadian banjir maksimum di sektor
permukiman. Berdasarkan Gambar 15 dan 16 sebaran daerah banjir terluas berada
pada Desa Rancaekek Kulon dengan total kerugian yang dialami masing-masing
< Rp 300,000 dan < Rp 330,000. Hal ini dapat disebabkan oleh topografi dan
letak geografis Desa Rancaekek Kulon yang terletak di dataran rendah. Selain itu,
Rancaekek Kulon juga merupakan wilayah dengan lahan hutan terbatas yang
menyebabkan ketidakmampuan tanah dan air sungai dalam menyerap dan
menampung jumlah debit air. Berdasarkan total kerugian yang dialami, wilayah
yang terletak antara sebelah utara Desa Narawita dengan barat daya Ciluluk
merupakan desa dengan total kerugian yang cukup besar walaupun sebaran daerah
banjirnya tidak seluas Desa Rancaekek Kulon, wilayah ini mengalami kerugian
yang cukup besar. Total kerugian yang dialami wilayah ini pada kejadian banjir
minimum yaitu berkisar antara < Rp 300,000 sampai Rp 4,640,000 (Gambar 15)
dan total kerugian yang dialami wilayah ini pada kejadian banjir maksimum yaitu
< Rp 330,000 sampai Rp 4,940,000. Total kerugian pada kejadian banjir
minimum yang dialami Desa Padamukti sama dengan total kerugian yang dialami
Desa Rancaekek Kulon yaitu < Rp 300,000 sedangkan total kerugian pada
kejadian banjir maksimum yang dialami Desa Padamukti yaitu < Rp 330,000.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Model HEC-RAS digunakan untuk menduga sebaran daerah banjir di


wilayah Sub-DAS Citarik. Model ini divalidasi dengan melihat kejadian banjir
aktual menggunakan data Landsat-7 pada tanggal 10 Januari 2003. Sebaran daerah
banjir berdasarkan model HEC-RAS dengan tingkat keakuratan 55% terjadi pada
beberapa kategori penutupan lahan yaitu pedesaan (rural), persawahan (paddy),
dan hutan sekunder (secondary forest). Sebaran banjir di wilayah Sub-DAS
Citarik berada pada Desa Rancaekek Kulon, Wanisagara, Padaulun dan Desa
antara wilayah sebelah barat daya Ciluluk dengan utara Desa Narawita. Desa
Rancaekek Kulon merupakan desa dengan luas banjir terluas dengan total
kerugian pada kejadian banjir minimum dan maksimum yang dialami desa ini
masing-masing < Rp 300,000 dan < Rp 330,000. Validasi model dilakukan untuk
melihat keakuratan model banjir. Validasi model dilakukan dengan
membandingkan sebaran daerah banjir menggunakan model dengan sebaran
banjir aktual menggunakan data Landsat-7.

Saran

Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan dapat menganalisis sebaran


daerah banjir pada wilayah Sub-DAS Citarik dengan metode yang lebih modern
yaitu seperti ArcGIS atau QGIS sehingga hasilnya lebih spesifik dan detail. Selain
itu perlu diperhatikan kesamaan resolusi spasial antara data Digital Elevation
Model (DEM) dengan peta rupa bumi dan kesamaan tahun antara data DEM
24

dengan citra satelit (Landsat-7) karena akan mempengaruhi proses penggambaran


geometri sungai menjadi kurang tepat dan mempengaruhi tingkat validasi antara
model banjir dengan banjir aktual menjadi tidak akurat.

DAFTAR PUSTAKA

Anselmo, V. et al. 1996. Flood risk assessment using an integrated hydrological


and hydraulic modeling approach: a case study. Journal of Hydrology. 175:
533-554.
Boer R. and Perdinan. 2008. Adaptation to climate variability and climate change:
its socio-economic aspect. Proceeding of Workshop on ‘Climate Change:
Impacts, Adaptation, and Policy in South East Asia. Economy and
Environmental Program for Southeast Asia. Bali.
BBWS. 2010. Laporan akhir operasional pengelolaan system hidrologi dan
kualitas air. Kementrian Pekerjaan Umum. Direktoral Jendral Sumber Daya
Air.
BBWS, 2010. Mencapai sungai Citarum yang lebih baik melalui upaya
pengelolaan sumber daya air terpadu.Cita Citarum.
BPDAS Citarum.http://bpdas-ctw.sim-rlps.dephut.go.id
BPS Provinsi Jawa Barat. 2012. Tingkat Kemiskinan Jawa Barat Maret 2012.
Berita Resmi Statistik.
Bureau of Meteorology. 2010. http://www.bom.gov.au./hydro/flood/
Degiorgis M. et al. 2012. Classifiers for the detection of flood-prone areas using
remote sensed elevation data. Journal of Hydrology. 470-471: 302-315.
Dewi A R. 2011. Estimasi nilai kerugian ekonomi masyarakat akibat kerusakan
situ rawa badung (kasus kelurahan Jatinegara, Jakarta Timur). [skripsi].
Institut Pertanian Bogor.
Dingman L S. 1993. Physical hydrology. New York : Macmillan publishing
company
Dutta D. et al. 2003. A mathematical model for flood loss estimation.Journal of
Hydrology. 277: 24-49.
Genovese E. 2006.A methodological approach to land use-based flood damage
assessment in urban areas. Prague case study. Joint Research Centre.
European Commission. Institute for Environment and Sustainability.
HEC-RAS. 2010. HEC-RAS River analysis system. Hydraulic reference manual.
US Army Corps of Engineers. Hydrologic Engineering Center
Ilyas A.M, Setiadi D.1986. Pengaruh kerusakan hutan terhadap banjir pada DAS
kritis di pulau Jawa. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air.
Istiarto. 2010. Modul pelatihan simulasi aliran 1-dimensi dengan bantuan paket
program hidrodinamika HEC-RAS jenjang dasar : simple geometry river.
Yogyakarta (ID) : Universitas Gadjah Mada
Kastolani W et al. [tahun tidak diketahui]. Kajian Ekosistem Sub Daerah Aliran
Sungai (SUB DAS) Citarik Hulu di Kab. Bandung dan Sumedang.Bandung
(ID):Universitas Pendidikan Indonesia. [artikel penelitian]
25

Knebel M.R. et al. 2005. Regional scale flood modeling using NEXRAD rainfall,
GIS, and HEC-HMS/RAS: a case study for the San Antonio River Basin
Summer 2002 storm event. Journal of Environmental Management. 75:325-
336.
Kurniasih A.N. 2002.Pengelolaan DAS Citarum Berkelanjutan.Jurnal Teknologi
Lingkungan. 3(2):82-91.
Lagason L. A. 2008. Floodplain Visualization Using ArcView GIS and HEC-
RAS : A Case Study on Kota Marudu Floodplain. A Project Report
Submitted in Partial. Malaysia (ID): Universiti Teknoogi Malaysia.
MOC. 1996a. Flood Damage Statistics in Japan, Techinal Report, River
Engineering Bureau, Ministry of Construction, Japan, in Japanese.
NIBS. 1997. HAZUS: Earthquake Loss Estimation Methodology, National
Institute of Building Sciences, Washington, DC.
Parker D.J. (2000), “Introduction to floods and flood management”. In: Parker,
D.J.(ed.): Floods, Volume I, London & New York, pp. 3-39.
Seyhan 1990. Dasar-dasar Hidrologi. Yogyakarta : Gadjah Mada University
press.
26
Lampiran 1 Contoh data peluang dan periode ulang kejadian banjir di stasiun
Bd.Cangkuang

Rank (Q) No Urut Peluang Log(1/P)


10.49 1 0.0005133 3.289589
7.41 2 0.0010267 2.988559
7.4 3 0.0015400 2.812468
6.37 4 0.0020534 2.687529
6.28 5 0.0025667 2.590619
5.8 6 0.0030801 2.511438
4.97 7 0.0035934 2.444491
4.91 8 0.0041068 2.386499
4.64 9 0.0046201 2.335346
4.52 10 0.0051335 2.289589
4.33 11 0.0056468 2.248196
4.3 12 0.0061602 2.210408
4.25 13 0.0066735 2.175646
4.25 14 0.0071869 2.143461
4.24 15 0.0077002 2.113498
4.22 16 0.0082136 2.085469
4.19 17 0.0087269 2.05914
4.15 18 0.0092402 2.034316
4.13 19 0.0097536 2.010835
4.11 20 0.0102669 1.988559
4.1 21 0.0107803 1.96737
4.1 22 0.0112936 1.947166
4.07 23 0.0118070 1.927861
4.03 24 0.0123203 1.909378
4.02 25 0.0128337 1.891649
3.99 26 0.0133470 1.874616
3.97 27 0.0138604 1.858225
3.95 28 0.0143737 1.842431
3.94 29 0.0148871 1.827191
3.91 30 0.0154004 1.812468
3.91 31 0.0159138 1.798227
3.91 32 0.0164271 1.784439
3.89 33 0.0169405 1.771075
3.82 34 0.0174538 1.75811
3.81 35 0.0179671 1.745521
3.77 36 0.0184805 1.733286
3.75 37 0.0189938 1.721387
3.74 38 0.0195072 1.709805
3.73 39 0.0200205 1.698524
27
Lampiran 2 Contoh data peluang dan periode ulang kejadian banjir di stasiun
Rancakemit

Rank (Q) No urut Peluang log (1/P)


136 1 0.000498 3.302764
135 2 0.000996 3.001734
28 3 0.001494 2.825642
127 4 0.001992 2.700704
125 5 0.00249 2.603794
124 6 0.002988 2.524612
124 7 0.003486 2.457666
123 8 0.003984 2.399674
123 9 0.004482 2.348521
118 10 0.00498 2.302764
116 11 0.005478 2.261371
115 12 0.005976 2.223582
113 13 0.006474 2.18882
108 14 0.006972 2.156636
105 15 0.00747 2.126672
102 16 0.007968 2.098644
99.4 17 0.008466 2.072315
97.7 18 0.008964 2.047491
97.6 19 0.009462 2.02401
96.5 20 0.00996 2.001734
93.2 21 0.010458 1.980544
92.1 22 0.010956 1.960341
92 23 0.011454 1.941036
90.7 24 0.011952 1.922552
89.1 25 0.01245 1.904824
87.3 26 0.012948 1.88779
86.8 27 0.013446 1.8714
83.2 28 0.013944 1.855606
80 29 0.014442 1.840366
77.6 30 0.01494 1.825642
76.7 31 0.015438 1.811402
75 32 0.015936 1.797614
74 33 0.016434 1.78425
73.6 34 0.016932 1.771285
72.7 35 0.01743 1.758696
72.6 36 0.017928 1.746461
72.3 37 0.018426 1.734562
71.5 38 0.018924 1.72298
71.5 39 0.019422 1.711699
28
Lampiran 3 Contoh data peluang dan periode ulang kejadian banjir di stasiun
Majalaya
Rank (Q) No urut Peluang Log (1/P)
147 1 0.000159 3.797545
143 2 0.000319 3.496515
132 3 0.000478 3.320423
126 4 0.000638 3.195485
106 5 0.000797 3.098575
102 6 0.000956 3.019393
101 7 0.001116 2.952446
93.2 8 0.001275 2.894455
90.8 9 0.001434 2.843302
90.3 10 0.001594 2.797545
88.8 11 0.001753 2.756152
83.1 12 0.001913 2.718363
81 13 0.002072 2.683601
81 14 0.002231 2.651416
79.7 15 0.002391 2.621453
79.2 16 0.00255 2.593425
77.9 17 0.00271 2.567096
75.4 18 0.002869 2.542272
75.3 19 0.003028 2.518791
74.7 20 0.003188 2.496515
73.9 21 0.003347 2.475325
72.9 22 0.003507 2.455122
72.6 23 0.003666 2.435817
72.3 24 0.003825 2.417333
71.8 25 0.003985 2.399605
70.6 26 0.004144 2.382571
67.8 27 0.004303 2.366181
67.3 28 0.004463 2.350386
66.7 29 0.004622 2.335147
66.1 30 0.004782 2.320423
65.8 31 0.004941 2.306183
65.6 32 0.0051 2.292395
65.5 33 0.00526 2.279031
65.5 34 0.005419 2.266066
64.1 35 0.005579 2.253476
63.7 36 0.005738 2.241242
63.1 37 0.005897 2.229343
62.6 38 0.006057 2.217761
62.5 39 0.006216 2.20648
29
Lampiran 4 Diagram alir sebaran daerah banjir

Mulai Projek Arcview

1. Membuat Arus Centerline


Membangun Data 2. Membuat Tepi Sungai
GIS 3. Membuat Arus Aliran
preRAS Menu 4. Membuat
Penampang
Melintang
Menampilkan RAS
GIS 1. Membuat Projek baru
2. Import RAS GIS Import File
Run HEC-RAS
3. Melengkapi geometrik, struktur
hidraulik dan data aliran
4. Menghitung hasil HEC-RAS
5. Melihat hasil koreksi hidraulik
Tidak Apakah
penampang
melintang
cukup ?

Ya

Menampilkan RAS
GIS Export File

Proses postRAS menu

Tidak
Kurangi Daerah rawan
ukuran banjir benar ?
jaringan

Tidak Ya
Tidak Palang
melintang Peta Analisis lengkap dataran
cukup banjir ?
cukup ? detail ?
30
Lampiran 5 Diagram alir nilai kerugian ekonomi masyarakat

Mulai

Kejadian

Ketinggian dan
lama banjir

Tidak
Kerusakan
fisik?

Ya

Biaya
Biaya Biaya Perbaikan
pembersihan Perbaikan fisik
rumah ? isi rumah ? rumah ?

Total Kerugian Ekonomi


yang dialami masyarakat
31
Lampiran 6 Total kerugian ekonomi pada sektor permukiman yang dialami
masyarakat berdasarkan kedalaman banjir

Periode Ulang (Model) Kedalaman Banjir (Meter) Total Kerugian (Jutaan Rp)
< 0.67 < Rp 0.30
0.67 - 1.65 Rp 0.31 - Rp 0.74
2 Tahun 1.66 - 3.13 Rp 0.75 - Rp 1.41
3.14 - 5.29 Rp 1.41 - Rp 2.38
5.30-10.32 Rp 2.38 - Rp 4.64
< 0.69 < Rp 0.31
0.69 - 1.71 Rp 0.31 - Rp 0.77
5 Tahun 1.72 - 3.28 Rp 0.77 - Rp 1.47
3.29 - 5.50 Rp 1.48 - Rp 2.47
5.51 - 10.60 Rp 2.48 - Rp 4.76
< 0.70 < Rp 0.31
0.70 - 1.76 Rp 0.31 - Rp 0.79
10 Tahun 1.77 - 3.37 Rp 0.80 - Rp 1.51
3.38 - 5.63 Rp 1.52 - Rp 2.53
5.64 - 10.74 Rp 2.53 - Rp 4.53
< 0.72 < Rp 0.32
0.72 - 1.81 Rp 0.32 - Rp 0.81
25 Tahun 1.82 - 3.46 Rp 0.82 - Rp 1.56
3.47 - 5.75 Rp 1.56 - Rp 2.58
5.76 - 10.90 Rp 2.59 - Rp 4.90
< 0.73 < Rp 0.33
0.73 - 1.83 Rp 0.33 - Rp 0.82
50 Tahun 1.84 - 3.49 Rp 0.83 - Rp 1.57
3.50 - 5.80 Rp 1.57 - Rp 2.61
5.81 - 11.00 Rp 2.61 - Rp 4.94
33

RIWAYAT HIDUP

Penulis merupakan anak kedua dari lima bersaudara yang dilahirkan di


Majalaya, Bandung pada tanggal 02 Mei 1992 dari pasangan Usep Syaefudin
(alm) dan Eros Rosmawati.
Penulis menyelesaikan pendidikan di SDN Kondang 1 tahun 2004, SMP
Negeri 1 Majalaya tahun 2007. Pada tahun 2010 penulis lulus dari SMA Negeri 1
Ciparay dan pada tahun 2010 penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor
melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) di jurusan Geofisika dan
Meteorologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Selama menjadi mahasiswa di IPB, penulis mendapatkan beasiswa Bidik
Misi Angkatan pertama (2010). Selain kuliah penulis juga aktif di beberapa
organisasi seperti Paduan Suara Mahasiswa (Agriaswara) tahun 2010/2012,
Himpunan Mahasiswa Agrometeorologi (Himagreto) Departemen Komunikasi
dan Informasi sebagai anggota tahun 2011/2012. Selama aktif di beberapa
organisasi di IPB, penulis juga aktif dalam beberapa kepanitiaan di IPB dan aktif
dalam beberapa kegiatan seminar dan lokakarya. Selain itu penulis pernah
menjadi asisten matakuliah Hidrologi di Program Diploma IPB tahun 2014/2015
serta pernah mengajar privat di lembaga bimbingan belajar.
Y
a

Anda mungkin juga menyukai