Anda di halaman 1dari 25

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT

DINAS SUMBER DAYA AIR


Jalan Braga Nomor 137 Telepon (022) - 4236113 - 4215243 Faksimil : (022) - 4219848 - 4215243 Website : www.psda.jabarprov.go.id E-mail:
sekretaris.dispsda@jabarprov.go.id BANDUNG 40111

Kriteria Penentuan Hulu, Tengah, Hilir DAS Dalam Rangka


Perolehan NPA di WS Citarum

No. Kontrak : SPK.02/PUR.10/BM/II/2023, Tanggal 13 Maret 2023


Air adalah kekayaan alam yang dikuasai oleh negara dan dimanfaatkan
sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Dalam pelaksanaannya, air

LATAR memiliki fungsi social dan ekonomi

BELAKANG Meskipun air dikuasai oleh negara, namun terdapat ruang pemanfaatan air
oleh pihak swasta dengan mengikuti ketentuan yang berlaku
PEKERJAAN Aturan yang merinci manfaat yang diperoleh negara dari pemanfaatan air oleh
swasta adalah Permen PUPR No. 15/PRT/M/2017 tentang Tata Cara
Perhitungan Besaran Nilai Perolehan Air Permukaan

Berdasarkan permen tersebut, koefisien untuk menentukan bobot peroleh


nilai air permukan adalah berdasarkan jenis sumber air dan posisi
pengambilannya, apakah terletak di hulu, tengah atau hilir

Stakeholder yang diberikan tugas pengelolaan SDA perlu melakukan


pembagian wilayah DAS guna menentukan koefisien NPA tersebut, termasuk
Dinas Sumber Daya Air Jawa Barat

Tahun 2023 Dinas SDA Jawa Barat melakukan sebuah studi untuk melakukan
pewilayahan Hulu Tengah Hilir DAS Dalam Rangka Perolehan NPA, khususnya
di WS Citarum. Meskipun WS Citarum adalah WS strategis nasional yang
menjadi kewenangan pusat, namun dalam hal penentuan NPA, sesuai
peraturan tetap menjadi kewenangan Pemprov Jabar, dalam hal ini DSDA
Jabar
Maksud dari pekerjaan ini adalah melakukan analisis GIS untuk melakukan perwilayah pada setiap
MAKSUD DAN
DAS di WS Citarum.Tujuannya yaitu untuk memperoleh batas perwilayahan setiap DAS di WS
TUJUAN
Citarum, baik dalam bentuk peta shp maupun peta raster
1. Pengumpulan data-data sekunder yang terdiri dari:
a. Peta-peta shp dasar, seperti peta sungai, kontur, tutupan lahan, batas administrasi dan lainnya
b. Peta shp dan JPG pembagian DAS di WS Citarum, baik berdasarkan KLHK maupun
Kementerian PUPR
c. Digital elevation model (DEM)
d. Pedoman/dasar peraturan untuk melakukan pewilayahan DAS
2. Identifikasi dan menentukan batas DAS yang akan digunakan dalam pewilayahan (KLHK atau
Kementerian PUPR)
3. Analisis kemiringan lereng, tutupan lahan, dan digitasi kondisi CAT
4. Analisis erosi
5. Perwilayahan setiap DAS menggunakan sistem GIS, menggunakan data dasar kontur, dan garis
LINGKUP sungai, sesuai dengan batas DAS yang digunakan sebagaimana hasil dari poin 2. Adapun data
PEKERJAAN dari poin 3 dan 4 dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan hulu, tengah dan hilir
DAS
6. Analisis karakteristik untuk setiap wilayah DAS, meliputi:
e. Luas setiap wilayah DAS (DAS bagian hulu, tengah dan hilir)
f. Lingkup administrasi
g. Kemiringan lereng
h. Kawasan Cekungan Air Tanah (CAT)
i. Tutupan lahan
j. Kondisi erosi permukaan
7. Layout peta hasil pewilayahan untuk setiap DAS
8. Penyusunan laporan hasil kajian, meliputi laporan pendahuluan, laporan akhir dan album gambar.
Lokasi pekerjaan dalam studi ini adalah seluruh DAS di WS Citarum yang meliputi 19
DAS, baik DAS kecil maupun besar. DAS utama di WS ini adalah DAS Citarum, disamping
terdapat 3 DAS besar lainnya seperti DAS Cipunagara, DAS Ciasem dan DAS Cilamaya.

DAS Cilamaya

DAS Ciasem

LOKASI
PEKERJAAN
DAS
Cipunagara

DAS Citarum
METODE
PERWILAYAHAN
DAS DAN ANALISIS
KARAKTERISTIKNY
A
A
MULAI

Koordinasi dengan Pengguna


Analisis GIS Pewilayahan DAS
Jasa
Analisis Karakteristik Setiap
Pengumpulan Data Sekunder
 Peta shp dasar (Kontur, Sub DAS
Sungai, Tutupan Lahan, dll)  Luas sub DAS
 Peta batas DAS (KLHK dan  Administrasi
Kemen. PUPR)
 Lereng
 Digitasl Elevation Model
(DEM)  CAT
 Regulasi/Pedoman Terkait  Tutupan Lahan
BAGAN ALIR Pendalaman metode
 Erosi

PELAKSANAA pembagian wilayah DAS (Hulu /


Tengah / Hilir) Layout Peta-peta

N PEKERJAAN Pembuatan Laporan


Pendahuluan
Pembuatan Laporan Akhir
Pembuatan peta-peta
parameter penentuan sub DAS

Penyerahan Soft File Pekerjaan


Kemiringan Cekungan Air
Tutupan Lahan Erosi
Lereng Tanah (CAT)
SELESAI
A
Review Permen PUPR No. 15/PRT/M/2017 tentang Tata Cara Penghitungan
Besaran Nilai Perolehan Air Permukaan
SUMBER AIR PERMUKAAN
No Sumber Air Bobot Keterangan
NPAP = HDAP (Rp/m3) x FEW x FNAP x FKPAP
1 Sungai 100%
Bobot nilai pengambilan air
2 Jaringan Irigasi 110% permukaan di jenis sumber
Keterangan:
3 Waduk Buatan, Situ, Danau 120% air berdasarkan pada
NPAP = Nilai perolehan air permukaan pembiayaan yang
diberlakukan pada sumber
4 Mata Air 200% air dan ketersediaan air
FEW= Faktor ekonomi wilayah pada sumber air yang
dimanfaatkan
HADP = Harga dasar air permukaan

FNAP = Faktor nilai air permukaan


POSISI LOKASI LOKASI PENGAMBILAN PADA DAS
FKPAP = Faktor kelompok pengguna air permukaan
Lokasi Pengambilan
No Bobot Keterangan
Sumber Air Permukaan
1 Hulu 100% Bobot nilai
2 Tengah 90% berdasarkan kualitas
air yang tersedia pada
3 Hilir 80% lokasi sumber air
Review Peraturan Direktur Jenderal Bina Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
dan Perhutanan Sosial No. P.3/V-SET/2013 tentang Pedoman Identifikasi
Karakteristik Daerah Aliran Sungai
Lokasi DAS Lereng Pemanfaatan Lahan
Hulu ±70% lahan memiliki kemiringan >8% Prioritas pemanfaatan lahan adalah konservasi
tanah dan pengendalian erosi. Secara hidrologis,
DAS Bagian Hulu biasanya membentuk daerah
utama pengisian kembali curah hujan untuk air
permukaan dan air tanah dari DAS
Tengah ±50% lahan memiliki kemiringan <8% Konservasi tanah maupun pengendalian banjir
adalah sama pentingnya.
Hilir ± 70% lahan memiliki kemiringan <8% Merupakan wilayah pengembangan Kawasan
untuk kegiatan penduduk

Parameter yang digunakan untuk perwilayahan DAS:


1. Sistem aliran sungai
2. Lereng
3. Tutupan lahan
4. Erosi
5. Cekungan air tanah
Menentukan Batas DAS yang Digunakan (WS
Citarum)
TOTAL 19 DAS TOTAL 19 DAS Jumlah DAS di WS Citarum
berdasarkan Permen PUPR
dan KLHK adalah sama, yakni
19 DAS. Pembedanya adalah
DAS DAS dari sisi penamaan DAS,
Cilamaya Cilamaya terutama untuk DAS-DAS
DAS DAS kecil, sedangkan untuk DAS-
VS
Ciasem Ciasem DAS besar, penamaannya
DAS
sama. Selain itu, DAS Sedari
DAS
Cipunagara yang dipisah dalam Permen
Cipunagara
DAS Citarum PUPR, dalam KLHK dinyatakan
DAS Citarum
satu system dengan DAS
Citarum

Permen PUPR BAPEDAS (KLHK)


Mempertimbangkan pembagian dan penamaan DAS yang telah digunakan selama ini, khususnya dalam Pola dan RPPSDA WS Citarum,
dimana dalam pola dan RPSDA mengikuti system penamaan dan pembagian DAS sesuai Permen PUPR No. 04/PRT/M/2015 tentang
Kriteria dan Penetapan Status Wilayah Sungai. Maka dari itu, perwilayahan DAS ini mengacu pada penamaan dan pembagian DAS yang
tercantum dalam Permen PUPR No. 04/PRT/M/2015 tentang Kriteria dan Penetapan Status Wilayah Sungai
Analisis Kemiringan Lereng Analisis Erosi
Menentukan data dasar yang akan
digunakan
• DEMNAS
• SRTM
• Kontur RBI

Download DEMNAS dari BIG


·Define projection
·Mosaic lembaran demnas
·Konversi proyeksi dari WGS ke UTM 48S
Erosi dihitung menggunakan metode USLE, yaitu:
Memotong DEMNAS hanya untuk WS A = R x K x LS x C x P
Citarum menggunakan fungsi Extract by Dimana:
Mask A : besarnya erosi (ton/ha/th)
R : erosivitas hujan
Menganalisis lereng dengan fungsi Slope K : erodibilitas tanah
di Arctoolbox LS : factor lereng
C : koefisien tutupan lahan
P : koefisien Tindakan pengelolaan lahan
Klasifikasi lereng menjadi 2 kelas, <=8% Note:
dan >8% Tutupan lahan menggunakan data sekunder peta
Tutupan Lahan KLHK tahun 2018
HASIL ANALISIS
PERWILAYAH DAS WS
CISADEA-CIBARENO
BATAS ADMINISTRASI
Luas Per Kab/Kota WS Citarum
2500
2169
2000 1917

1500 1331 1325


1258
986
1000

Luas (km2)
768

500 449 446 450


168
11 4 41
0
t i or i hi
ung
a ra kas g njur arut ayu ang arta ang um a ng ung a
d e o ia k b b ed and m
B an ng
B
b. B b. B . C b. G dram raw wa . Su uka m B a
Ci
u a b a a r b S u t
b. d Ka K Ka K In .K Pu Ka ab. b.
S
ot
a Ko
Ka Ban a b. ab ab. K a K
K K K
b. K
Ka

WS Citarum meliputi 14 kab/kota,


dimana yang terluas adalah Kab.
Subang dan Kab. Karawang yang
mencapai 19% dan 17%.
DETAIL BATAS DAS WS CITARUM DAS Cidongkol
Persentase Luas WS Citarum
2.59
DAS Cibodas 2.29
DAS Bugel 0.61
DAS Sukamaju 0.68
DAS Sewo 0.86
DAS Cipunagara 11.42
DAS Cirandu 1.02
DAS Cireungit 0.38
DAS Batangleutik 0.34
DAS Ciasem 6.41
DAS Cigemari 1.14
DAS Cilamaya 4.77
DAS Cibanteng 0.61
DAS Cikarokrok 3.20
DAS Cibadak 1.23
DAS Cibadar Dua 1.58
DAS Cisaga 0.69
DAS Sedari 1.85
DAS Citarum 58.34
0 10 20 30 40 50 60 70

Persentase

WS Citarum terdiri dari 19 DAS, dimana yang


terbesar adalah DAS Citarum (58.34%), kemudian
DAS Cipunagara (11.42%)
KARAKTERISTIK KELERENGAN
Kondisi Lereng

4326.38

6995.61

≤8% >8%
WS Citarum di dominasi oleh lereng <8% (datar), sedangkan
lahan-lahan dengan lereng tinggi hanya 40% dari
keseluruhan luas DAS. Lahan-lahan dengan kelerengan
datar, Sebagian besar terdapat di bagian utara, cekungan
bandung dan wilayah cianjur. Untuk DAS-DAS kecil di bagian
utara kelerengannya hampir seluruhnya <8%. Kondisi
morfologi di bagian utara sangat dipengaruhi oleh aktifitas
sedimen, sedangkan aktifitas tektonik yang membentuk
rangkaian pegunungan terdapat di bagian selatan
TUTUPAN LAHAN Tutupan Lahan WS Citarum

Terbangun 15.44%

Tanah Kosong 0.04%

Tambak/Empang 3.78%

Sungai/Danau/Waduk/Situ 2.15%

Tutupan Lahan
Semak Belukar 3.50%

Sawah 41.58%

Ladang/Tegalan 8.16%

Kebun/Perkebunan 11.15%

Hutan 14.20%
0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35% 40% 45%
Persentase Luas

Sebesar 41.5% lahan di WS Citarum dibudidayakan sebagai


lahan sawah, 15.44% merupakan lahan terbangun
(permukiman, industry dan niaga), dan hanya 14.2% yang
merupakan lahan hutan. Lahan-lahan hutan hanya
terdapat di beberapa puncak gunung yang menjadi hulu
dari sejumlah aliran sungai yang mengalir ke Citarum
CEKUNGAN AIR TANAH (CAT) CAT/NON CAT WS CITARUM

NON CAT 32.65%


CAT SUMEDANG 0.44%
CAT SUKAMANTRI 0.84%
CAT SUKABUMI 0.01%
CAT SUBANG 12.93%
CAT MALANGBONG 0.01%
CAT LEMBANG 1.84%
CAT INDRAMAYU 3.78%
CAT GARUT 0.09%

CAT
CAT CIBUNI 0.06%
CAT CIATER 4.62%
CAT CIANJUR 3.97%
CAT BOGOR 0.01%
CAT BEKASI-KARAWANG 23.30%
CAT BATUJAJAR 0.63%
CAT BANJARSARI 0.07%
CAT BANDUNG-SOREANG 14.74%
0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35%

Persentase luas

Sekitar 68% wilayah sungai citarum merupakan Kawasan CAT,


dan hanya 32% wilayahnya yang merupakan non CAT.
Beberapa CAT yang cukup luas di wilayah ini adalah CAT
Bekasi Karawang, CAT Bandung Soreang dan CAT Subang.
Berdasarkan Pola PSDA, potensi ketersediaan air dari CAT-CAT
tersebut bisa mencapai 350 juta m3/tahun.
PETA-PETA PARAMETER EROSI
EROSIVITAS (R) ERODIBILITAS
TANAH (K)

KELERENGAN (LS)

FAKTOR TUTUPAN FAKTOR


LAHAN (C) PENGELOLAAN
LAHAN (P)
EROSI Erosi
6000
5577.66

5000

4000

Luas (km2)
3000 2842.55
2342.86
2000

1000
524.29
34.64
0
I II III IV V
Kelas Erosi

KLASIFIKASI KELAS BAHAYA EROSI


• Kelas 1 (<=15 ton/ha/th)
• Kelas 2 (>15-60 ton/ha/th)
• Kelas 3 (>60-180 ton/ha/tahun)
• Kelas 4 (>180-480 ton/ha/tahun)
• Kelas 5 (>480 ton/ha/tahun)
KRITERIA UNTUK MENENTUKAN TITIK HULU
TENGAH HILIR
CONTOH KASUS DAS CIPUNAGARA, CIASEM DAN CILAMAYA

Tahap awal untuk membuat perwilayahan DAS adalah menentukan titik


outlet hulu, tengah dan hilirnya.
Penentuan titik tersebut didasarkan pada pengamatan visual untuk
beberapa parameter, yaitu:
1. Sistem aliran sungai
2. Kelerengan
3. Tutupan lahan
4. Erosi
5. Cekungan air tanah (CAT)
Untuk lereng, sesuai dengan kriteria dalam Peraturan Direktur Jenderal
Bina Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Perhutanan Sosial No. P.3/V-
SET/2013 tentang Pedoman Identifikasi Karakteristik Daerah Aliran Sungai
Jika ±70% lahan memiliki kelerengan >8% maka dinyatakan sebagai hulu,
namun jika lerengnya antara yang >8% dan <8% adalah 50% : 50% adalah
tengah.
DIGITASI BATAS SUB DAS  PERWILAYAHAN DAS
PROSES DIGITASI BATAS SUB DAS SECARA MANUAL HASIL DIGITASI BATAS SUB DAS
HASIL SELURUH WS
PERWILAYAHAN SE
WS 33%
28%

39%

Hulu Tengah Hilir

KHUSUS UNTUK DAS CITARUM

30% 26%

43%

Hulu Tengah Hilir


PERWILAYAHAN DAS-DAS
DAS Sedari KECIL DI BAGIAN UTARA
DAS Cisaga
DAS Cibadar Dua
WS CITARUM
Dari 19 DAS di WS Citarum, sebanyak 8 DAS
DAS Cibadak dapat dilakukan perwilayahan hulu/tengah/hilir,
DAS Cibanteng
sedangkan 11 sisanya diklasifikasikan seluruhnya
sebagai wilayah hilir. Hal ini didasari oleh
parameter-parameter penentuan sub DAS, dimana
dari 5 parameter yang digunakan, seluruhnya
DAS Cigemari menunjukan bahwa 11 DAS tersebut lebih dominan
dikategorikan sebagai wilayah hilir
DAS Batangleutik
1. Sistem sungai lebih dominan dipengaruhi oleh
DAS Cireungit aktifitas pembuangan saluran irigasi,
DAS Sewo dibandingkan pengisian kembali curah hujan
untuk air permukaan dan air tanah
DAS Sukamaju
2. Lereng di 11 DAS tersebut, 100% merupakan
DAS Bugel wilayah dengan kemiringan <8%
3. Tutupan lahan di dominasi oleh sawah, tambak
dan lahan terbangun (industry, niaga,
permukiman). Tutupan lahan tersebut
mengindikasikan tingginya kegiatan social
penduduk, dibandingkan dengan kegiatan
konservasi lahan
4. Erosi di dominasi oleh kelas I, artinya kurang
diprioritaskan untuk dilakukan sebagai
Kawasan konservasi lahan
Luas wilayah dari 11 DAS tersebut hanya 10% dari keseluruhan total luas WS Citarum 5. Dari aspek air tanah, wilayah ini merupakan
daerah eksploitasi air tanah, bukan merupakan
PENGAMBILAN AIR DI WS CITARUM (SESUAI SIPPA)
Peruntukan pengambilan air
250 220
200
150

Jumlah
100
50 26 30
0
Air Minum Industri Niaga
Peruntukan Kegiatan

Jumlah pengambilan air di seluruh WS Citarum


adalah sebanyak 276 lokasi, dimana 220 (80%)
diantaranya adalah untuk kegiatan industry. 30
titik untuk kebutuhan niaga dan 26 lokasi untuk
kebutuhan air baku air minum. Dari 276 lokasi
tersebut, hanya 47 yang dapat di plot,
sedangkan 229 sisanya tidak dapat di ploting,
karena tidak tersedian koordinat
pengambilannya. Sehubungan dengan hal
tersebut, maka 229 titik tersebut tidak dapat
diidentifikasi posisi sub DAS nya
1. Wilayah sungai Citarum sangat dipengaruhi oleh aktifitas sedimentasi, sehingga
>60% wilayahnya termasuk daerah datar dengan kemiringan <8%. Aktifitas
vulkanik berada di bagian selatan dan barat yang menjadi hulu dari sungai-sungai
yang bermuara ke Citarum
2. Hasil analisis kemiringan lereng menunjukan bahwa >60% lahan di wilayah ini
memiliki kemiringan <8%, sedangkan sisanya memiliki kelerengan >8%, mulai dari
bergelombang, perbukitan dan pegunungan
3. Hasil analisis perwilayahan di WS Citarum menunjukan bahwa: 28% (hulu),39%
(tengah) dan 33% hilir. Khusus untuk DAS Citarum, hasil perwilayahannya adalah
sbb: Hulu (26%), Tengah (43%) dan Hilir (30%)

KESIMPULA 4. Perwilayah DAS tersebut mempertimbangkan 5 kriteria, yaitu : 1) system sungai, 2)


Lereng, 3) Erosi, 4) Tutupan lahan dan 5) Cekungan air tanah (CAT)

N 5. Hasil analisis pengambilan air di WS Citarum (sesuai SIPA), maka dapat


disampaikan sejumlah kesimpulan sebagai berikut:
a. Jumlah lokasi pengambilan air di WS Citarum sebanyak 276 lokasi,
pengambilan tersebut Sebagian besar terdapat di DAS Citarum
b. Pengambilan air tersebut diperuntukan untuk air baku air minum (26 lokasi),
industri (220 lokasi), dan niaga (30 lokasi)
c. Dari 276 lokasi, hanya 47 lokasi yang memiliki koordinat, sedangkan 229
sisanya tidak ada, sehingga tidak dapat di ploting
d. Dari 47 lokasi yang dapat di ploting, sebanyak 7 lokasi di hulu, 6 lokasi di
tengah dan 34 lokasi di hilir. Terdapat 7 lokasi pengambilan yang secara
wilayah berada diluar WS Citarum, namun sumber air nya tetap berasal dari
Sungai Citarum melalui saluran tarum barat
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai