Anda di halaman 1dari 8

PENUNTUN PRAKTIKUM

EKOLOGI LAHAN BASAH

DISUSUN OLEH:
Dr. FX. Widadi Padmarsari S., M.Si.
Ahmad Mulyadi, S.Si. M.Si.

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkah dan karunia-
Nya sehingga buku pedoman Praktikum Ekologi Lahan Basah ini dapat terselesaikan.
Penuntun praktikum Ekologi Lahan Basah ini disusun dengan tujuan untuk
meningkatkan pemahaman terhadap materi perkuliahan Ekologi Lahan Basah dan juga
penelitian-penelitian berkaitan dengan Ekologi Lahan Basah. Materi dasar Ekologi Lahan
Basah yang akan dipelajari dalam praktikum ini yaitu analisis vegetasi riparian dan
pengukuran produktivitas primer perairan di kawasan air terjun.
Buku penuntun praktikum Ekologi Lahan Basah ini masih perlu disempurnakan
lagi, sehingga saran dan kritik untuk penyajian serta isinya sangat diperlukan.

Pontianak, 14 April 2023

Penyusun
PRAKTIKUM 1. ANALISIS VEGETASI RIPARIAN

A. PENDAHULUAN
Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis
yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Salah satu vegetasi perairan ialah vegetasi
riparian. Vegetasi riparian adalah vegetasi yang ada di sekitar sungai baik berupa pohon,
semak, dan herba. Vegetasi riparian ini dapat mempengaruhi perkembangan ekosistem
sungai.
Kehadiran vegetasi pada suatu kawasan akan memberikan dampak positif bagi
keseimbangan ekosistem dalam skala yang lebih luas. Peran vegetasi riparian dalam
ekosistem antara lain sebagai pengontrol erosi, mencegah terjadinya banjir, menyerap zat
pencemar yang terbawa air serta memperbaiki kualitas air sungai dan tanah di sekitar
sungai. Upaya dalam menjaga vegetasi riparian di sepanjang sungai dapat dilakukan dengan
menjaga keberadaannya dan mengupayakan berbagai jenis vegetasi tumbuhan penyusunnya
agar dapat berfungsi secara optimal.
Air terjun Riam Pangar secara adminitratif termasuk ke dalam Desa Pisak, Kecamatan
Tujuh Belas Kabupaten Bengkayang. Letak Riam Pangar sendiri berada di dan tepatnya
terletak diatas Riam Merasap salah satu riam populer juga yang dimiliki oleh Kabupaten
Bengkayang. Perkembangan Riam Pangar dari tahun ke tahun semakin pesat di bidang
wisata. Hal ini tentu memberikan pengaruh pada ekosistem di dalamnya, termasuk
keberadaan vegetasi di sekitar Riam Pangar yang memiliki peran dalam menjaga
keseimbangan ekosistem. Oleh karena itu perlu dilakukan pengamatan mengenai struktur
vegetasi riparian di kawasan Air Terjun Riam Pangar Kecamatan sungai Brayeun
Kecamatan Leupung agar dapat mengetahui vegetasi apa saja yang ada di ekosistem
riparian tersebut.

B. Tujuan : menganalisis vegetasi riparian di kawasan Air Terjun Riam Pangar Kabupaten
Bengkayang.
C.Alat dan Bahan:
Tabel 1. Alat dan Bahan Penelitian
No Alat dan Bahan Fungsi
1 Meteran Untuk mengukur luas area
2 Plot Untuk menentukan luas area pengamatan
3 Patok kayu Untuk menandai daerah pengamatan
4 Tali Rafia Untuk menentukan luas plot
5 Alat tulis Untuk mencatat hasil pengamatan
6 Kantung plastik Untuk memasukkan sampel dari lapangan
7 Higrometer Untuk mengukur kelembaban udara dan suhu
8 Thermometer air Untuk mengukur suhu air
9 pH tester Untuk mengukur pH air
10 Soil tester Untuk mengukur kelembaban dan pH tanah
11 Kamera Untuk mengambil gambar setiap sampel

D. Cara Kerja:
Pengambilan data menggunakan metode petak kuadrat (petak contoh) yang berjumlah
6 plot, 3 plot di sebelah kanan sungai dan 3 plot disebelah kiri sungai. Ukuran plot
tumbuhan riparian habitus herba 1x1 m2, habitus semak 2x2 m2, dan pohon 10x10 m2.
Tumbuhan yang didapatkan di setiap plot dicatat nama ilmiahnya dan dihitung jumlah jenis
dan jumlah individu kemudian didokumentasikan.

Parameter Penelitian
Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah struktur vegetasi meliputi habitus
herba, semak dan pohon. Kemudian dihitung jumlah jenis dan jumlah individunya,
kerapatan, frekuensi, dominansi, indeks nilai penting (INP), dan keanekaragaman dari
tumbuhan riparian yang berada dalam area pengamatan di Kawasan Air Terjun Sungai
Brayeun Kecamatan Leupung Aceh Besar serta diukur suhu air, pH air, pH tanah,
kelembaban tanah, suhu udara, kelembaban udara dan ketinggian.

D. ANALISIS DATA
Perhitungan besarnya nilai kuantitif parameter vegetasi, khususnya dalam penentuan
indeks nilai penting, dilakukan dengan formula berikut ini:
a. Kerapatan suatu jenis (K) (ind/ha)
b. Kerapatan relatif suatu jenis (KR)(%)

c. Frekuensi suatu jenis (F)

d. Frekuensi relatif suatu jenis (FR) (%)

e. Dominansi suatu jenis (D) (m2 .ha). D hanya dihitung untuk pohon.

f. Dominansi relatif suatu jenis (DR) (%)

g. Indeks Nilai Penting


g1. Untuk tingkat pohon INP= KR+FR+DR
g2. Untuk tingkat semai, pancang dan tumbuhan bawah, INP=KR+FR

Luas bidang dasar (LBD suatu pohon yang digunakan dalam menghitung dominansi jenis
didapatkan dengan rumus:

Di mana R adalah jari-jari lingkaran dari diameter batang. D adalah DBH dan LBD diperoleh
kemudian dikonversi menjadi m2 .

Indeks keanekaragaman Shannon (Shannon’s index) (Ludwig & Reynold, 1988)


digunakan untuk mengetahui keanekaragaman jenis di setiap tingkat pertumbuhan dengan
rumus sebagai berikut:

H ’ = – Σ (pi ln pi); dengan pi = (ni / n)

dimana H ’ adalah indeks keanekaragaman Shannon, ni adalah jumlah individu suatu jenis
ke–i dalam petak ukur (PU), dan n adalah total jumlah individu dalam PU. Barbour et al.
(1987) menyatakan bahwa nilai H’ berkisar antara 0 – 7 dengan kriteria
(a) 0 – 2 tergolong rendah,
(b) 2 – 3 tergolong sedang, dan
(c) 3 atau lebih yang tergolong tinggi.
• Untuk mengetahui kemerataan jenis, marga atau suku pohon, indeks kemerataan
(evenness index) (Ludwig & Reynold, 1988) dapat digunakan dengan rumus sebagai
berikut:
E = H ‘ / ln (S)
• dimana E adalah indeks kemerataan untuk jenis, marga atau suku, dan S adalah
jumlah jenis, marga atau suku yang dijumpai dalam PU.
ACARA 2. PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN

A. PENDAHULUAN
Aktivitas masyarakat di sepanjang aliran air sungai dapat mempengaruhi kualitas
perairan tersebut. Kualitas perairan akan terganggu apabila terjadi ketidakseimbangan unsur-
unsur yang terkandung di dalamnya. Pemantauan kualitas air dapat diketahui dengan adanya
organisme bioindikator di perairan. Organisme ini dapat memberikan respon terhadap
perubahan kualitas perairan, salah satunya adalah fitoplankton. Keberadaan fitoplankton
sebagai produsen primer di perairan dapat menentukan nilai produktivitas primer perairan
tersebut. Menurut Odum (1996), produktivitas primer didefinisikan sebagai laju penyimpanan
energi radiasi matahari melalui aktivitas fotosintesis yang dilakukan produser primer yang
mampu memanfaatkan zat-zat anorganik dan merubahnya menjadi bahan organik.
Air Terjun Riam Pangar terletak di Desa Pisak Kecamatan Tujuh Belas Kabupaten
Bengkayang. Air terjun ini merupakan salah satu tempat wisata yang cukup diminati oleh
wisatawan lokal, selain sebagai tempat wisata, masyarakat memanfaatkan perairan ini untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan sebagai sumber air untuk pertanian. Pemanfaatan
perairan sebagai tempat wisata dan pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari dapat
menyebabkan gangguan terhadap faktor-faktor fisika dan kimia perairan yang selanjutnya
mempengaruhi produktivitas primer fitoplankton di perairan Riam Pangar.

B. TUJUAN PRAKTIKUM
Praktikum ini bertujuan untuk meningkatkan ketrampilan mahasiswa dalam bidang
pengukuran produktivitas primer fitoplankton di kawasan air terjun Riam Pangar Kabupaten
Bengkayang.

C. METODE PENELITIAN
Penentuan lokasi dilakukan dengan metode “Purposive Sampling” yaitu dengan
menggunakan dua stasiun pengamatan. Parameter yang diamati dan diukur pada saat
penelitian adalah produktivitas primer, parameter fisika dan kimia perairan dan parameter
biologi (kelimpahan fitoplankton).
Alat yang digunakan penelitian ini adalah botol winkler gelap, botol winkler terang,
botol film, ember 5 liter, plankton net, stopwatch, bola apung, termometer, pH meter, keping
secchi, kertas label, cover glass, mikroskop, pipet tetes, dan kamera digital, bahan yang
digunakan adalah alkohol.

D. ANALISIS DATA
Produktivitas Primer Produktivitas primer dapat diukur sebagai produktivitas kotor dan
atau produktivitas bersih, hubungan diantara keduanya dapat dinyatakan sebagai berikut
(Barus, 2004) :
Produktivitas bersih (PN) = Produktivitas kotor (PG) – Respirasi (R)
R = [O2]awal - [O2]akhir pada botol gelap
Pg = [O2]akhir pada botol terang
[O2]akhir pada botol gelap
Untuk mengubah nilai mg/l oksigen menjadi mg C/m3, maka nilai dalam mg/l
dikalikan dengan faktor 0,375 mg/l. Dikarenakan masih dalam satuan mg/l sehingga
dikonversikan menjadi mg C/m3 sehingga menjadi 375,36. Hal ini akan menghasilkan mg
C/m3 untuk jangka waktu pengukuran. Untuk mendapatkan nilai produktivitas dalam satuan
hari, maka nilai per jam harus dikalikan dengan 12 (mengingat cahaya matahari hanya
diperoleh selama 12 jam per hari) (Barus, 2004).
Kelimpahan Fitoplankton Perhitungan Kelimpahan fitoplankton dianalisi menggunakan
rumus APHA (1979) dalam Isnaini (2012) sebagai berikut:

Keterangan : N = Kelimpahan fitoplankton (individu/liter)


Vd = Volume air yang disaring (liter)
Vt = Volume air sampel yang tersaring ( ml)
Vs = Volume air pada SRC (ml) F = jumlah plankton yang tercacah (ind)
Analisis Korelasi Pearson Analisis korelasi pearson dilakukan dengan menggunakan
analisis korelasi SPSS Ver.16,00. Uji ini merupakan uji statistik untuk mengetahui korelasi
antara nilai Produktivitas primer dengan parameter fisika, kimia dan kelimpahan fitoplankton.

Anda mungkin juga menyukai