Anda di halaman 1dari 8

PENGARUH FAKTOR KIMIA FISIK TERHADAP KEBERADAAN

PLANKTON DAN MAKROZOOBENTOS DI SUNGAI SEMAGGI

THE EFFECT OF PHYSICAL CHEMICAL FACTORS ON THE EXISTENCE OF PLANKTON AND


MACROZOOBENTOS IN SEMAGGI RIVER

Frisda Yuliani1*, Nindya Octora Saragih1, Siti Rahmah1, Umriyati1


1
Prodi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
*Corresponding author: frisda.yuliani27@gmail.com

Abstrak
Penambahan material ke dalam perairan akan berpengaruh terhadap kondisi perairan. Tingkat
keanekaragaman yang terdapat di lingkungan perairan dapat digunakan sebagai indikator
pencemaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas perairan Sungai Semanggi
berdasarkan faktor kimia dan fisik perairan, serta hubungannya dengan komunitas plankton dan
bentos yang terdapat di dalamnya. Pengukuran kualitas air dan pengambilan sampel
makrozoobentos dan plankton dilaksanakan pada Senin, 7 Oktober 2019 pada 5 titik stasiun yang
berbeda. Metode yang digunakan untuk menganalisis data bentos menggunakan indeks
keanekaragaman (H’), indeks keseragaman (E), indeks dominansi (D) dan indeks morista (Mi).
Sedangkan untuk menganalisis kualitas air menggunakan WQI ( Water Quality Indeks). Hasil uji
kualitas kimia fisik perairan yang dikaji memiliki nilai indeks kualitas air yang sedang (WQI =
67,27). Makrozoobentos yang ditemukan sebagai yaitu dari spesies Pomaceae canaliculata dengan
indeks keanekaragaman (H’) dan kemerataan (E) sebesar 0, indeks dominansi (D)=1 dan indeks
morisista (Mi)=-5. Plankton yang ditemukan di perairan Sungai Semanggi sebanyak 11 Spesies
dengan jumlah total 47 individu. Analisis indeks ekologi plankton di Sungai Semanggi yaitu indeks
keanekaragaman (H’)=2.09 indeks kemerataan (E)=0.54, indeks dominansi (D)=0.13 dan indeks
morisista (Mi)=-5.45. Plankton yang paling banyak ditemukan yaitu dari genus Oscillatoria yang
merupakan blooming cyanobacteria yang dapat membuat badan air mengalami blooming karena
rendahnya nilai DO.
Kata kunci: Faktor; Indikator; Makrozoobentos; Pencemaran; Plankton

Abstract
The addition of material into the waters will affect the condition of the waters. The level of diversity found in
the aquatic environment can be used as an indicator of pollution. This study aims to determine the quality of
the Semanggi River waters based on chemical and physical factors of the waters, as well as their relation
with the plankton and benthos communities contained therein. Water quality measurements and sampling of
macrozoobenthos and plankton were carried out on Monday 7 October 2019 at 5 different station points.
The method used to analyze benthic data uses the diversity index (H '), uniformity index (E), dominance
index (D) and morista index (Mi). Meanwhile, to analyze water quality using WQI (Water Quality Index).
The physical chemical quality test results of the waters studied have a moderate water quality index value
(WQI = 67.27). Macrozoobenthos were found to be of Pomaceae canaliculata species with diversity index (H
') and evenness (E) of 0, dominance index (D) = 1 and morisista index (Mi) = - 5. Plankton found in the
waters of the Semanggi River are 11 species with a total of 47 individuals. Plankton ecological index
analysis in the Semanggi River is diversity index (H ') = 2.09 evenness index (E) = 0.54, dominance index
(D) = 0.13 and morisista index (Mi) = - 5.45. The most commonly found plankton is from the genus
Oscillatoria which is a blooming cyanobacteria that can make a body of water bloom because of the low DO
value.
Keywords: Factors; Indicator; Macrozoobentos; Plankton; Pollution

PENDAHULUAN
Air merupakan kebutuhan utama bagi komponen penting dalam lingkungan hidup
proses kehidupan di bumi. Air merupakan yang akan mempengaruhi dan dipengaruhi

Laporan Praktikum Ekologi Perairan Kelompok 5 Biologi 5A 2019 | 1


oleh komponen lainnya (Slamet, 2000). terhadap kondisi lingkungan dan umumnya
Penambahan material ke dalam perairan akan hidup menetap (sesile). Tingkat
berpengaruh terhadap kondisi perairan. keanekaragaman yang terdapat di lingkungan
Perubahan kandungan perairan ditentukan perairan dapat digunakan sebagai indikator
oleh kandungan senyawa kimia dan material pencemaran. Makrozoobentos sangat baik
yang masuk ke dalam suatu perairan dan digunakan sebagai bioindikator lingkungan
merupakan faktor penting dalam mempelajari perairan karena habitat hidupnya yang
perkembangan komunitas perairan (Afrizal, menetap dan merupakan hewan yang sangat
1992). sensitif terhadap perubahan lingkungan.
Daerah sempadan sungai merupakan (Ridwan dkk,, (2016).
kawasan di sepanjang kanan dan kiri sungai Plankton adalah organisme yang
termasuk sungai buatan, yang berfungsi untuk mengapung atau melayang di dalam perairan
mempertahankan kelestarian dan fungsi dengan pergerakan yang pasif,sehingga selalu
sungai. Garis sempadan pada sungai terbawa oleh arus air. Terdapat beberapa jenis
bertanggul ditetapkan setidaknya 5 meter di plankton,diantaranya adalah fitoplankton dan
sebelahluar sepanjang kaki tanggul, zooplankton. Fitoplankton merupakan
sedangkan pada sungai yang memiliki produsen primer, karena mampu mengubah
kedalaman tidak lebih dari 3 meter daerah bahan anorganik menjadi bahan organik
sempadan sungainya ditetapkan setidaknya 10 melalui proses fotosintesis. Sementara
meter.Vegetasi di daerah sempadan sungai zooplankton berperan sebagai konsumen
dapat berupa herba, semak, perdu, dan juga primer dalam ekosistem perairan
pohon. Fungsi pohon yang berada padadaerah (Simanjuntak, 2009).
sempadan sungai adalah mencegah longsor, Penelitian ini bertujuan untuk
sehingga tepian sungai tidak menjadi lebar mengetahui kualitas perairan Sungai
karena terkikis oleh air (Irawati, 2014). Semanggi berdasarkan factor kimia dan fisik
Menurut Pratiwi & Astuti (2012), perairan, serta hubungannya dengan
makrozoobentos merupakan organisme yang komunitas plankton dan bentos yang terdapat
memiliki daya adaptasi yang bervariasi di dalamnya.

MATERIAL DAN METODE


Penelitian dilakukan pada hari Senin, 7 sementara TDS meter dipakai untuk
Oktober 2019 pukul 08.00 WIB s/d 09.30 mengetahui nilai total partikel terlarut (Total
WIB di perairan Sungai Semanggi, Dissolved Solids) atau kekeruhan. Nilai
Kecamatan Ciputat, Kota Tangerang Selatan. kandungan oksigen terlarut (DO) didapatkan
Percobaan yang dilakukan untuk mengukur menggunakan Water Bottle Sampler lalu
faktor kimia-fisik perairan menggunakan alat diukur menggunakan DO meter.
seperti pH indikator, Conductivity meter, DO Teknik sampling, pengawetan, identifikasi,
meter, TDS, Water Sample, botol winkler, dan analisis bentos
serta botol sampel. Sementara untuk analisis, Kuadrat 100 cm2 diletakan dengan
digunakan alat seperti Haemocytometer, serta jarak antar kuadrat 5 m. Kemudian difoto
mikroskop. Bahan yang digunakan adalah air kuadrat yang telah diletakkan lalu diukur
sampel dari perairan Situ Gintung. variabel kimia fisik perairannya. Selanjutnya
Pengukuran faktor fisik kimia perairan dilihat dengan teliti biota apa saja yang ada
Lokasi stasiun percobaan ditentukan yang kemudian dimasukan ke dalam plastik
disekitar tepi dengan 5 titik stasiun. sampel yang telah diberi label. Sampel
Kemudian air sampel diukur parameter kima dibawa ke laboratorium dan disimpan di
dan fisikanya secara in situ yang meliputi; lemari pendingin. Bentos kemudian di
suhu, derajat keasaman (pH), konduktivitas, identifikasi menggunakan bantuan buku
serta TDS atau kekeruhan. Nilai pH panduan identifikasi dan diukur
didapatkan dengan menggunakan pH digital, morfometrinya yaitu tinggi cangkang, lebar
Conductivity meter digunakan untuk cangkang, seluk, tinggi aperture, dan lebar
mendapatkan nilai konduktivitas (EC), aperture.

Laporan Praktikum Ekologi Perairan Kelompok 5 Biologi 5A 2019 | 2


Analisis Data ni = Nilai kepentingan setiap jenis (jumlah
Nilai yang didapat dari pengukuran individu tiap jenis) (Odum, 1998)
kimia dan fisika perairan Situ Gintung Keseragaman (E)
dianalisa dengan rumus oleh Rodriguez de 𝐸 = 𝐻 ′/𝐻𝑚𝑎𝑥
Bassoon: Keterangan :
∑𝑛𝑖=1 𝐶𝑖 𝑃𝑖
𝑊𝑄𝐼𝑜𝑏𝑗 = E = Indeks keseragaman
∑𝑛𝑖=1 𝑃𝑖 H’ = Indeks keanekaragaman
Nilai n adalah jumlah parameter, Ci
Indeks Dominansi (D)
merupakan nilai yang sesuai parameter i
𝐷 = 1−𝐸
setelah normalisasi sedangkan Pi dalah beban
Keterangan:
relatif tiap parameter dengan nilai 1 sampai 4
pi= ni/N
sesuai dengan tingkat pentingnya dalam
D : Indeks dominansi
ekosistem perairan. Bobot relative dan
Sementara nilai distribusi menggunakan
normalisasi dari faktor-faktor fisik-kimia
indeks Morisita dengan rumus:
perairan yang diperoleh mengacu pada
𝑆(∑ 𝑛2 − 𝑁)
penelitian oleh Pesce dan Wunderlin (2000). 𝑀𝐼 =
Analisis data bentos dilakukan dengan 𝑁(𝑁 − 1)
menggunakan rumus : Nilai n merupakan total jumlah
individu didalam kuadrat, N adalah jumlah
Keanekaragaman (H’) total dari semua individu, sementara S
𝐻 ′ − ∑ 𝑝𝑖 ln 𝑝𝑖 merupakan jumlah total dari kuadrat. Nilai
Keterangan : index Morisita (MI) memiliki ketetapan; MI <
H’ = Indeks keanekaragaman 1 maka nilainya seragam, MI = 1 maka
Pi = Peluang untuk kepentingan setiap jenis nilainya terdistribusi acak dan MI > 1 maka
(ni/N) nilainya berkelompok.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Tabel 1. Nilai Parameter Kimia-Fisika Perairan Sungai Semanggi
Stasiun
Parameter Rata-rata ∑WQI
1 2 3 4
Suhu (˚C) 27,9 28,1 28,3 27,6 27,975
pH 7,3 7,3 7,3 7,3 7,3
DO (Mg/l) 20 22,9 22,4 21,4 21,675 67,27
BOD5 52,2 33,2 24,4 66,3 44,025
TDS 290 290 330 300 302,5
Parameter Kimia-Fisik peraiaran merupakan salah satu faktor pembatas bagi
merupakan salah satu indikator penting untuk pertumbuhan dan distribusi biota perairan
mengetahui apakah telah terjadi pencemaran salah satunya adalah bentos (Odum, 1994).
atau tidak di perairan tersebut. Kualitas Kisaran suhu yang sesuai untuk kehidupan
perairan baru dapat dikatakan baik jika organisme perairan yaitu antara 27C-37C
organisme tersebut dapat melakukan (Sinyo, 2013). Menurut Lusianingsih (2011)
pertumbuhan dan perkembangbiakan dengan suhu yang optimum bagi kehidupan
baik. Organisme perairan dapat hidup dengan makrozoobnethos yaitu berkisar 20– 30oC
layak jika faktor-faktor yang nilai kisaran ini mampu mendukung hidup
mempengaruhinya, seperti fisika-kimia yang layak dalam ekosistem dimana mereka
perairan berada dalam batas toleransi yang hidup. Sehingga suhu hasil pengukuran
dikehendaki. (Ridwan, 2016). perairan sungai semanggi tergolong sesuai
Berdasarkan hasil pengukuran Kimia- untuk menunjang kehidupan biota perairan
Fisik perairan diketahaui bahwa kisaran suhu seperti bentos. Adanya perbedaan suhu pada
pada 4 stasiun yaitu 27,6-28,3 C. Suhu sungai semanggi dipengaruhi oleh aliran air

Laporan Praktikum Ekologi Perairan Kelompok 5 Biologi 5A 2019 | 3


dari hulu menuju hilir terutama dipengaruhi 1968). Idealnya, kandungan oksigen terlarut
oleh pola suhu udara, intensitas cahaya tidak boleh kurang dari 1,7 ppm selama waktu
matahari, letak geografis, kanopi (vegetasi 8 jam dengan sedikitnya pada tingkat
reparian), dan kondisi internal perairan seperti kejenuhan sebesar 70 % (Huet, 1970).
kekeruhan, kedalaman, kecepatan arus, dan Sehingga kandungan DO pada perairan
timbunan bahan organik di dasar perairan Sungai Semanggi tidak dapat menunjang
(Sinambela et al., 2015). Suhu udara juga kehidupan organisme perairan.
dipengaruhi oleh faktor antropogenik, seperti BOD didefinisikan sebagai banyaknya
pembuangan limbah panas dari industri dan oksigen yang diperlukan oleh organisme pada
penggundulan vegetasi di sepanjang daerah saat pemecahan bahan organik, pada kondisi
aliran sungai yang menyebabkan suhu air aerobic (Pescod,1973). BOD juga merupakan
meningkat (Siregar, 2009). salah satu parameter penting dalam analisis
Derajat Keasaman atau pH juga kualitas air. Hasil pengukuran BOD pada 4
merupakan salah satu faktor pembatas stasiun yaitu berkisar antara 24,4-66,3.
keberadaan suatu organisme perairan. Hasil Menurut Wargadinata (1995), Sitorus, (2008)
pengukuran ph pada 4 stasiun yaitu 7,3. Nilai yang menyatakan bahwa terjadi pencemaran
pH ini merupakan kisaran yang mampu organik di dalam suatu perairan.Semakin
mendukuang kehidupan makrozoobenthos. tinggi nilai BOD maka semakin banyak
Menurut Effendi (2003), Odum (1971) bahwa oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri untuk
sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap mengurai zat-zat organik dalam perairan
perubahan pH dan menyukai kisaran ph (Davis and Cornwell, 1991).
sekitar 7–8,5 pH ideal bagi Gastropoda 7,0– TDS merupakan salah satu pengukuran
8,7 dan pH 5,6–8,3 untuk bivalvia. Sehingga parameter yang digunakan untuk mengukur
ph hasil pengukuran perairan sungai semanggi kandungan mineral dalam suatu perairan.
tergolong sesuai untuk menunjang kehidupan Hasil pengukuran TDS pada 4 stasiun yaitu
biota perairan seperti bentos. Apabila pH berkisar antara 290-330. Nilai TDS tersebut
kurang dari 5 dan lebih dari 9 maka akan masih berada di bawah ambang nilai TDS
tercipta kondisi yang tidak menguntungkan sebagai sumber air minum yaitu 1000 mg/l
bagi kehidupan makrozoobentos (Rizka, (WHO). Penyebab kenaikan nilai TDS adalah
et.al,. 2016). padatan terlarut yang terkandung pada larutan,
DO (dissolved oxygen) merupakan sementara nilai konduktivitas listrik pada
salah satu parameter penting dalam analisis perairan dipengaruhi oleh jumlah ion yang
kualitas air. Nilai DO merupakan parameter terkandung pada perairan tersebut. Semakin
yang menunjukan jumlah oksigen (O2) yang banyak jumlah padatan terlarut maka semakin
tersedia dalam suatu perairan. Sumber utama banyak jumlah ion pada suatu larutan, karena
oksigen dalam suatu perairan berasal dari jumlah padatan terlarut mengandung ion-ion
suatu proses difusi dari udara bebas dan hasil yang tersusun menjadi senyawa pada padatan
fotosintesis organisme yang hidup dalam terlarut tersebut (Arlindia & Afdal, 2015).
perairan tersebut (Salmin, 2000). Hasil Water quality index (WQI) adalah salah
pengukuran DO pada 4 stasiun yaitu berkisar satu parameter yang digunakan untuk analisis
20-22,9 mg/l. Menurut Peraturan Pemerintah tingkat pencemaran perairan Klasifikasi nilai
NO. 82 tahun 2001 nilai DO (Dissolved IKA berdasarkan NSF-WQI terdiri dari lima
Oxygen) yang baik untuk suatu perairan kriteria yaitu sangat baik (90-100), baik (70-
adalah 3mg/L - 6mg/L. KLH menetapkan 90), sedang (50-70), buruk (25-50) dan sangat
bahwa kandungan oksigen terlarut adalah 5 buruk (025). Berdasarkan pertimbangan nilai
ppm untuk kepentingan wisata bahari dan kriteria mutu air yang terdapat dalam kelas air
biota laut ( Anonimus, 2004). Kandungan PP 82/2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air
oksigen terlarut (DO) minimum adalah 2 ppm dan Pengendalian Pencemaran Air bahwa
dalam keadaan normal dan tidak tercemar Sungai Semanggi termasuk dalam kriteria
oleh senyawa beracun (toksik). Kandungan perairan yang sedang dengan nilai WQI
oksigen terlarut minimum ini sudah cukup sebesar 67,27. Berdasarkan rumusan IKA atau
mendukung kehidupan organisme (Swingle, WQI yang telah dikembangkan diuji coba

Laporan Praktikum Ekologi Perairan Kelompok 5 Biologi 5A 2019 | 4


dengan menggunakan nilai konsentrasi Pengendalian Pencemaran Air maka Sungai
parameter kualitas air yang terdapat dalam Semanggi masuk dalam kelas IV
Kriteria Mutu Air untuk kelas I, II, III dan IV (Ratnaningsih, et.al., 2018).
dalam PP 82/2001 tentang Pengelolaan dan
Tabel 2. Komunitas Plankton dan Indeks Ekologi di Sungai Semanggi
Indeks Ekologi
Spesies ∑Individu
H’ E D Mi
Coleasphaerium 3
Cyclotella 1
Eudorina 8
Gomphosphaeria 7
Hyalodiscus 2
Hydrocoleum 2
2.09 0.54 0.13 5.45
Microcystis 6
Nitzschia 4
Oscillatoria 12
Snowella 1
Volvox 1
Total individu 47
Jenis fitoplankton yang ditemukan 0<H’<1, setengah terccemar jika 1<H’<2,
selama penelitian di Sungai Semanggi terdiri tercemar ringan jika 2<H’<3 dan tercemar
dari 2 kelas yaitu Cyanophyceae (6 genus), sangat ringan jika 3<H’<4,5 Wilhm (1975)
Bacillariophyceae (5 genus). Indeks (dalam Kasry dan Fajry, 2012). Nilai indeks
keanekaragaman yang diperoleh bernilai 2.09 keragaman pada sungai Semanggi 2.09 telah
dimana nilai tersebut menunjukkan bahwa mengalami penurunan, sehingga kondisi
tingkat keseragaman fitoplankton di sungai kualitas air jika ditinjau dari fitoplankton
Semanggi tergolong sedang. Nilai E dapat yang terdapat pada sungai semanggi airnya
dilihat dari skala 0-1 jika dilihat dari dari mengalami tekanan (Kasry dan Fajry, 2012).
Tabel 2. bahwa nilai yang didapat adalah Kondisi bibir sungai terlihat sangat kotor
0,54. Semakin kecil nilai E maka semakin dengan terdapatnya kotoran manusia (tinja)
kecil juga keseragaman suatu populasi, dan sampah plastik di tangga penghubung
artinya penyebaran jumlah individu tiap genus antara daratan dengan dasar sungai. Hal ini
tidak sama dan ada kecenderungan bahwa menyebabkan sungai berbau tidak enak dan
suatu genera mendominasi populasi tersebut. sangat menyengat, keruh.
Sebaliknya semakin besar nilai E, maka Zakkiyah dkk., (2016), mengatakan
populasi menunjukkan keseragaman yaitu bahwa Gomphosphaeria dan Oscillatoria
jumlah individu setiap genus dapat dikatakan merupakan jenis plankton yang masuk ke
relatif sama, atau tidak jauh berbeda (Odum, dalam kelompok α-mesosaprobik yang
1998). Oscillatoria sp. Merupakan jenis beradaptasi baik di perairan dalam kondisi
fitoplankton yang paling mendominansi tercemar ataupun tidak tercemar. Oscillatoria
diperairan sungai Semanggi. Bedasarkan hasil merupakan blooming cyanobacteria yang
pengamatan dilakukan juga analisis distribusi dapat membuat badan air mengalami
menggunakan indeks Morisita dimana blooming karena rendahnya nilai DO di
diperoleh angka 5,45. Hasil tersebut perairan (Moss, 1998 dan Mbonde, 2004)
menunjukan bahwa MI > 1, maka nilainya sementara Oscillatoria dan Gomphosphaeria
berkelompok (Indriyanto, 2008). merupakan cyanobacteria yang cukup toleran
Indeks keragaman kualitas air dapat terhadap air yang terkontaminasi
dikelompokkan menjadi : tercemar berat jika (Swarnalakshmi dkk., 2013).

Laporan Praktikum Ekologi Perairan Kelompok 5 Biologi 5A 2019 | 5


Tabel 3. Komunitas Makrozoobenthos dan Indeks Ekologi di Sungai Semanggi
Indeks Ekologi
Spesies ∑Individu
H’ E D Mi
Canalicullata sp 3 0 0 1 -5
Berdasarkan hasil pengamatan tidaknya suatu jenis tertentu yang
diperoleh indeks keanekaragaman (H’) 0. mendominansi dalam suatu jenis populasi.
Menurut Krebs (1998), jika nilai 1<H’<3 Dari analisis tersebut diperoleh indeks
maka dinyatakan nilai keanekaragaman dominansi (D) yaitu 1. Indeks dominansi
sedang dan kestabilan komunitas sedang. berkisar antara 0 sampai 1, dimana semakin
Indeks keanekaragaman (H’) merupakan kecil nilai indeks dominansi maka
suatu angka yang tidak memiliki satuan menunjukan bahwa tidak ada spesies yang
dengan kisaran 0-3. tingkat keanekaragaman mendominsi sebaliknya semakin besar
akan tinggi jika nilai H’ mendekati 3, dominansi maka menunjukkan ada dominansi
sehingga hal ini menunjukkan kondisi spesies tertentu (Odum, 1998).
perairan baik. Sebaliknya jika nilai H’ Bedasarkan hasil pengamatan dilakukan
mendekati 0 maka keanekaragaman rendah juga analisis distribusi menggunakan indeks
dan kondisi perairan kurang baik. Morisita dimana diperoleh angka -5. Hasil
Indeks keseragaman atau kemerataan tersebut menunjukan bahwa MI<1, maka
(E) adalah komposisi tiap individu pada suatu nilainya seragam. Pola penyebaran
spesies yang terdapat dalam suatu komunitas. merupakan salah satu ciri khas dari setiap
Indeks keseragaman merupakan pendugaan organisme di suatu habitat. Organisme dalam
yang baik untuk menentukan dominasi dalam populasi dapat tersebar dalam bentuk-bentuk
suatu area. Apabila satu atau beberapa jenis umum yang terdiri dari tiga macam yaitu
melimpah dari yang lainnya , maka indeks penyebaran berkelompok, acak dan merata
keseragaman akan rendah (Leviton, 1982). (Indriyanto, 2008). Jenis makrozoobentos
Indeks keseragaman (E) total yang diperoleh yang ditemukan di Sungai Semanggi ialah P.
berdasarkan hasil pengamatan sebesar 0. Canaliculata pada tabel 3. P. Canaliculata
Indeks keseragaman erat hubunganya dengan adalah biota yang dapat hidup di dekat tepian
daya tahan hidup terhadap kondisi lingkungan yang memiliki kecepatan arus rendah, kaya
dan adanya persaingan antara spesies yang akan kandungan organik, dan perairan dengan
satu dengan lainnya dalam persaingan tempat karakter pH yang basa. Makrozoobentos ini
dan mencari makan (Purba et al, 2015). Nilai juga menyukai perairan dengan tepian
E dapat dilihat dari skala 0-1, dimana semakin perairan tidak berkanopi dan kaya akan
kecil nilai E maka semakin kecil juga tumbuhan makrofita (Rijaluddin, et al., 2017).
keseragaman suatu populasi, artinya Namun di Sungai Semanggi tidak terdapat
penyebaran jumlah individu tiap genus tidak tumbuhan makrofita adalah tumbuhan yang
sama dan ada kecenderungan bahwa suatu dijadikan makanan bagi P. canaliculata dan
genera mendominasi populasi tersebut. di Sungai Semanggi terdapat aliran arus,
Sebaliknya semakin besar nilai E, maka berkanopi dan sedikit terdapat tanaman
populasi menunjukkan keseragaman yaitu makrofita. P. canaliculata adalah spesies yang
jumlah individu setiap genus dapat dikatakan dapat yang dijadikan sebagai bioindikator
relatif sama, atau tidak jauh berbeda (Odum, lingkungan perairan yang tercemar bahan
1998). pestisida (Chiu et al., 2014).
Selanjutnya dilakukan analisis indeks
dominansi, yang digunakan untuk melihat ada

KESIMPULAN
Berdasarkan data hasil pengamatan sedang. Makrozoobentos yang ditemukan
kualitas Perairan Sungai Semanggi, sebagai yaitu dari spesies Pomaceae
didapatkan nilai analisis WQI sebesar 67,27 canaliculata sebanyak 3 individu dengan
yang mengindikasikan bahwa perairan Sungai indeks keanekaragaman (H’) dan kemerataan
Semanggi memiliki kualitas perairan yang (E) sebesar 0, indeks dominansi (D) sebesar 1

Laporan Praktikum Ekologi Perairan Kelompok 5 Biologi 5A 2019 | 6


dan indeks morisista (Mi) sebesar -5. mengalami blooming karena rendahnya nilai
Plankton yang ditemukan di perairan Sungai DO. Analisis indeks ekologi plankton di
Semanggi sebanyak 11 Spesies dengan Sungai Semanggi yaitu indeks
jumlah total 47 individu. Plankton yang keanekaragaman (H’) sebesar 2.09 indeks
paling banyak ditemukan yaitu dari genus kemerataan (E) sebesar 0.54, indeks
Oscillatoria yaitu sebanyak 12 individu. dominansi (D) sebesar 0.13 dan indeks
Oscillatoria merupakan blooming morisista (Mi) sebesar -5.45.
cyanobacteria yang dapat membuat badan air

REFERENSI
Afrizal & Usman. (1992). The sppecies Krebs, C. J. (1998). Ecology The
composition of epitithic algae at midle- Experimental Analysis of Distribution
lower of Batang anai river. Annual and Abundance, 6th Edition. University
report of FBRTProject, 2 (1): 170-180. of British Columbia, Vancouver.
Anonimus. (2004). Keputusan Menteri Leviton, J. S. (1982). Marine Biology .
Negara Lingkungan Hidup. No. 5 1 Prentice Hall Inc. New Jersey.
Tahun 2004. Tentang : Baku Mutu Air Mbonde ASE, Shayo S, Sekadende BC,
Laut. 2004. 11 hal Lyimo TJ. (2004). Phytoplankton
Arlindia, I. & Afdal. (2015). Analisis species diversity and abundance in the
Pencemaran Danau Maninjau dari Nilai near shore waters of Tanzanian side of
TDS dan Konduktivitas Listrik. Jurnal Lake Victoria. Tanz J Sci.; 30 (1): 71–
Fisika Unand. 4(4): 325-331. 81.
Chiu YW, Wu JP, Hsieh TC, Liang SH, Chen Moss B. (1998). Ecology of freshwaters, man
CM, Huang DJ. (2014). Alterations of and medium, past to future. 3rd Ed.
biochemical indicators in Oxford: Blackwell Science Ltd;.
hepatopancreas of the golden apple Odum, E.P. (1971). Fundamental of Ecology.
snail, Pomacea canaliculata, from paddy W.B. Saunder Com. Philadelphia 125
fields in Taiwan. J Environ Biol. pp.
35(4):667-673. Odum, E.P. (1998). Dasar-Dasar Ekologi.
Davis, M. L. dan Cornwell, D. A. (1991). Penerjemahan: Samingan, T dan B.
Introduction to Environmental Srigandono. Yogyakarta: Gajahmada
Engineering. Second edition. Mc- University Press.
GrawHill, Inc. New York. Odum, E.P. (1998). Dasar-dasar Ekologi.
Effendi, H. (2003). Telaah kualitas air bagi Alih Bahasa: Samingan, T dan B.
pengelola sumber daya dan lingkungan Srigandono. Edisi Ketiga. Yogyakarta:
perairan. Kanasius Press, Universitas Gadjah Mada Press.
Yogyakarta.Huet, H.B.N. (1970). Water Pescod, M. D. (1973). Investigation of
Quality Criteria for Fish Life Bioiogical Rational Effluen and Stream Standards
Problems in Water Pollution. PHS. for Tropical Countries. A.I.T. Bangkok,
Publ. No. 999-WP-25. 160-167 pp. 59 pp
Indriyanto. (2008). Ekologi Hutan. Bumi Purba, H. E., Djuwito dan Haeruddin. (2015).
aksara. Jakarta. Distribusi dan Keanekaraga man
Irawati, H. (2014). Analisis VegetasiStrata Makrozoobentos pada Lahan
Pohon di Sepanjang SempadanSungai Pengembangan Konservasi Mang rove
Code Yogyakarta. Jurnal Bioedukatika. di Desa Timbul Sloko Kecamatan
2(1): 10-15. Sayung Kabupaten Demak.
Kasry, A. & Fajry, N. El. (2012). Kualitas Management of Aquatic Resources
Perairan Muara Sungai Siak Ditinjau Journal, 4(4): 57-65.
dari Parameter Fisik-Kimia dan Pratiwi, R. & Astuti, O. (2012). Biodiversitas
Organisme Plankton. Berkala krustasea (Decapoda, Brachyura,
Perikanan Terubuk. 40(2) : 96–113. macrura) dari ekspedisi perairan

Laporan Praktikum Ekologi Perairan Kelompok 5 Biologi 5A 2019 | 7


Kendari 2011. Jurnal Ilmu Kelautan, Swingle, H.S. (1968). Standardization of
17(1): 8-14. Chemical Analysis for Water and Pond
Ridwan, M., Fathoni, R., Fatihah, I., Muds. F.A.O. Fish, Rep. 44, 4 , 379 -
Pangestu, DA. (2016). Struktur 406 pp.
Komunitas Makrozoobenthos di empat Zakiyyah, I., Hidayat, J. W., & Muhammad,
muara sungai cagar alam Pulau Dua, F. (2016). Struktur komunitas plankton
Serang, Banten. AlKauniyah Jurnal perairan payau di Kecamatan Wedung
Biologi, 9(1). Kabupaten Demak. Bioma: Berkala
Rijaluddin, A.F., Wijayanti, F. & Haryadi, J. Ilmiah Biologi, 18(2), 89-96.
(2017).Struktur Komunitas
Makrozoobentos Di Situ Gintung, Situ
Bungur Dan Situ Kuru, Ciputat Timu.
Jurnal Teknologi
Lingkungan.18(2):139-147
Salmin. (2000). Kadar Oksigen Terlarut di
Perairan Sungai Dadap, Goba, Muara
Karang dan Teluk Banten. Dalam :
Foraminifera Sebagai Bioindikator
Pencemaran, Hasil Studi di Perairan
Estuarin Sungai Dadap, Tangerang
(Djoko P. Praseno, Ricky Rositasari dan
S. Hadi Riyono, eds.) P3O - LIPI hal 42
– 46.
Simanjuntak, M. (2009). Hubungan Faktor
Lingkungan Kimia Fisika Terhadap
Distribusi Plankton Di Perairan
Belitung Timur, Bangka Belitung.
Jurnal Perikanan (j. Fish. Sci.) XI
(1):31-45 ISSN: 0853-6384
Sinambela, M. Dan Sipayung M. (2015).
Makrozoobenthos dengan Parameter
Fisika dan Kimia di Perairan Sungai
Babura Kabupaten Deli Serdang. Jurnal
Biosains. 1(2).
Sinyo, Y dan Jida, I. (2013). Studi Kepadatan
dan Keanekaragaman Jenis Organisme
Bentos pada Daerah Padang Lamun di
Perairan Pantai Kelurahan Kastela
Kecamatan Pulau Ternate. Jurnal
Bioedukasi 2(1). 154-162.
Slamet, J. S.(2000). Kesehatan Lingkungan.
Yogyakarta: Gajah Mada University
Press.
Swarnalakshmi, K., Prasanna, R., Kumar, A.,
Pattnaik, S., Chakravarty, K., Shivay,
Y. S., & Saxena, A. K. (2013).
Evaluating the influence of novel
cyanobacterial biofilmed biofertilizers
on soil fertility and plant nutrition in
wheat. European Journal of Soil
Biology, 55, 107-116.

Laporan Praktikum Ekologi Perairan Kelompok 5 Biologi 5A 2019 | 8

Anda mungkin juga menyukai