Anda di halaman 1dari 38

BIOINDIKATOR

“Penilaian kualitas air permukaan dengan parameter kimia-


fisika belum efektif dalam memberikan perlindungan dan
pengendalian kerusakan ekosistem badan air. Sehingga pada
umumnya, parameter tersebut hanya menggambarkan
kondisi kualitas air saat pengambilan sampel dan tidak
mencerminkan kualitas air yang real. Maka dari itu diperlukan
indikator yang ada di lokasi air yang tercemar. Indikator
tersebut merupakan makhluk hidup yang menjadi salah satu
parameter yang menentukan kondisi badan air,”

Prof. Barti Setiani Muntalif Ph.D., pada acara Orasi Ilmiah


Forum Guru Besar ITB yang berjudul “Pengembangan
Bioindikator Sebagai Upaya Pengelolaan Kualitas Air
Sungai”
Definisi Bioindikator

Spesies atau kelompok spesies yang dapat mencerminkan keadaan lingkungan abiotik atau
biotik, mewakili dampak perubahan lingkungan pada habitat, komunitas atau ekosistem
(Gerhardt, 2009; Magalhães & Ferrão-Filho, 2008).

Cacing Planaria CacingTubifex


Tipe Bioindikator berdasarkan Setiawan (2008)

1. Bioindikator lingkungan
2. Bioindikator Ekologis
3. Bioindikator Keanekaragaman hayati

Tipe Bioindikator menurut Parmar et al (2016)


1. Bioindikator Polusi
2. Bioindikator lingkungan
3. Biondikator ekologis
4. Biondikator keanekaragaman hayati
Bioindikator
SEM images of the internal shell surface of a bivalve.
Altered structures on the top of nacreous crystals in
Mytilus edulis after an exposure to

(a) dissolved silver (inset, non-modified tablet)


(b) silver nanoparticles (AgNPs).

Rosette-shaped barite (BaSO4) crystal assemblages


in Corbicula fluminea, specimens
(c) collected in a polluted environment
(d) obtained after an exposure to Ba.
Crystals of (e) aragonite in Chlamys varia and (f)
calcite in Ostrea edulis obtained after an exposure to
a high-Mg.

Internal surface of deformed shell of C. fluminea


with

(g) a completely thickened shell margin;


(h) schematic drawing of a section through a
deformed shell.
Newman, 2016; Husamah dan Raharjanto 2019
1. Air kelas satu adalah air bersifat bersih, tak berbau, dapat sebagai sebagai air minum
pasca pemurnian sederhana. Bioindikator untuk air kelas satu, yaitu “ikan lenox,
udang, stone fly, planaria, dan freshwater crayfish.
2. Air kelas dua adalah dapat sebagai air minum pasca proses tertentu, mandi, dan
berenang. Bioindikator air kelas dua, yaitu keong hitam, caddis fly larva, kalajengking
air, larva capung, angganganggang, dan kutu busuk air.
3. Air kelas tiga adalah air berlumpur berwarna coklat kekuningkuningan. Bioindikator
air kelas tiga yaitu, freshwater snail, lintah, keong, shellfish, anggang-anggang, dan
kutu busuk air.
4. Air kelas empat adalah air yang tercemar serius dan jika berenang dapat
menyebabkan gangguan/penyakit kulit. Bioindikator air kelas empat, yaitu Tubifex,
larva kupu-kupu, midge, dan lintah.
5. Air kelas lima adalah air yang sangat tercemar sehingga tidak ada organisme yang
dapat hidup
Husamah dan Raharjanto (2019) Mengkelompokkan organisme bioindikator kualitas
perairan menjadi ;

1. Plankton
2. Perifiton
3. bentos
4. Makroinvertebrata
5. Makrofita
6. Nekton
1. Plankton

Fitoplankton Zooplankton
Jenis Fitoplankton dan Indikasinya
Jenis Zooplankton dan Indikasinya
Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel fitoplankton
mengikuti Badan Penelitian Perikanan Laut
(BPPL, 1989) yaitu menggunakan jaring
plankton ukuran 25 atau dapat pula
menggunakan ukuran 250 msh.

Sampel fitoplankton yang terjaring


kemudian dimasukkan kedalam botol
sampel dan diberi formalin 4%.
Selanjutnya di lakukan analisis di
laboratorium.
Penentuan Status Lingkungan
Penentuan status lingkungan perairan dilakukan dengan terlebih dahulu menganalisis
fitoplankton yang dilakukan melalui Teknik berikut:

a. Menghitung Kelimpahan fitoplankton Kelimpahan dihitung menggunakan gelas obyek


Sedwick Rafter. Counting Cells (SRCC) dengan satuan individu per liter (ind/L), dengan
rumus sebagai berikut:

Keterangan:
N : kelimpahan fitoplankton (ind/L)
n : jumlah fitoplankton yang tercacah
A : volume air contoh yang disaring (L)
B : volume air contoh yang tersaring (ml)
C : volume air pada SRC (ml)
b. Indeks Keanekaragaman
Indeks keanekaragaman dihitung menggunakan persamaan Shannon-Wiener.

Keterangan:
H’ = indeks diversitas Sharon-Wiener
Pi = ni/N
ni = jumlah individu jenis ke I
N = jumlah total individu
S = jumlah genus
c. Indeks Kemerataan
Indeks ini menunjukkan pola sebaran biota yaitu merata atau tidak. Jika nilai indeks relatif tinggi maka
keberadaan setiap jenis biota di perairan dalam kondisi merata.

Keterangan:
E : Indeks pemerataan
H’ maks : Ln s ( s adalah jumlah genus)
H : Indeks keanekaragaman
d Koefisien Saprobik
Sistem saprobik untuk melihat kelompok organisme yang dominan saja dan banyak digunakan untuk
menentukan tingkat pencemaran dengan persamaan Dresscher dan Van Der mark sebagai berikut:

Dimana :
X : Koefisien Saprobik (-3 sampai dengan 3)
A : Kelompok organisme Cyanophyta
B : Kelompok organisme Dinophyta
C : Kelompok organisme Chlorophyta
D : Kelompok organisme Chrysophyta
Derajat pencemaran perairan berdasarkan koefisien saprobik
Rangkuman
1. Dengan memahami tentang Hukum minimum leibig dan Toleransi Shelford, Kita
dapat mengetahui bahwa terdapat faktor pembatas dalam sistem ekologi dan
dapat dijadikan sebagai dasar konsep bioindikator
2. Bioindikator dapat digunakan sebagai salah satu data dalam menentukan kualitas
perairan
3. Tidak semua organisme dapat digunakan sebagai bioindikator
4. Plankton, Perifiton, Bentos, Makroinvertebrata, Makrofita, Nekton merupakan
jenis organisme yang dapat digunakan sebagai bioindikator pengukuran/ Analisa
kualitas perairan

Anda mungkin juga menyukai