Anda di halaman 1dari 16

ANALISIS KUALITAS AIR BERDASARKAN PARAMETER FISIK,

KIMIAWI, DAN BIOLOGIS DI SUNGAI CIKAPAYANG (SUNGAI


RESTORASI) KOTA BANDUNG
LAPORAN PRAKTIKUM
disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ekologi Umum
dosen pengampu Dr. Yusuf Hilmi Adisendjaja, M.Sc., Dr. Amprasto, M.Si., Dr.
Rini Solihat, M.Si., dan Hj. Tina Safaria, S.Si., M.Si.

oleh:
Kelompok 4
Pendidikan Biologi A 2015
Annisa Fadhila 1500145
Aulia Fuji Yanti 1501665
Husna Dita Rahmah 1505468
Najat Almardhiyyah 1503879
Naufal Ahmad Muzakki 1505601
Sarah Hanifah 1500614
Zakia Nurhasanah 1505985

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


DEPARTEMEN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2018
A. Judul
Analisis Kualitas Air Berdasarkan Parameter Fisik, Kimiawi, Dan Biologis Di
Sungai Cikapayang (Sungai Restorasi) Kota Bandung.

B. Latar Belakang
Sungai merupakan salah satu wadah tempat berkumpulnya air dari suatu
kawasan. Air permukaan atau air limpasan mengalir secara grafitasi menuju
tempat yang lebih rendah. Kualitas air sungai disuatu daerah sangat
dipengaruhi oleh aktifitas manusia, khususnya yang berada di sekitar sungai
(Asdak, C., 1995).
Sungai-sungai dan daerah bantarannya saat ini banyak dimanfaatkan oleh
manusia untuk berbagai kegunaan sehingga terjadi degradasi (penurunan)
kemampuan sungai untuk mendukung berbagai macam fungsinya. Restorasi
sungai adalah mengembalikan fungsi alami/renaturalisasi sungai, yang telah
terdegradasi oleh intervensi manusia. Restorasi sungai merupakan perubahan
paradigma dalam ilmu rekayasa sungai (river engineering) yaitu perubahan
dari pola penyelesaian berdasarkan aspek teknik sipil hidro secara parsial
menjadi penyelesaian terintegrasi aspek hidraulik, fisik, ekologi, sosial
(Suryoputro, 2009).
Anak Sungai Cikapayang yang berada di komplek Taman Dewi Sartika,
Balai Kota Bandung merupakan hasil dari restorasi sungai. Sungai ini menjadi
pusat perhatian masyarakat Bandung, sebab mereka dapat lebih dekat
berinteraksi dengan sungai. Berdasarkan hal ini, kami ingin menganalisis
kualitas air berdasarkan parameter fisik, kimiawi, dan biologis di Sungai
Cikapayang (sungai restorasi) Kota Bandung.

C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kualitas air berdasarkan parameter fisik (temperatur dan
kekeruhan) di Sungai Cikapayang (sungai restorasi) Kota Bandung.
2. Bagaimana kualitas air berdasarkan parameter kimiawi (pH, DO, dan
𝐶𝑂2) di Sungai Cikapayang (sungai restorasi) Kota Bandung.
3. Bagaimana kualitas air berdasarkan parameter biologis (Uji Coliform) di
Sungai Cikapayang (sungai restorasi) Kota Bandung.

D. Tujuan
1. Untuk menganalisis kualitas air berdasarkan parameter fisik (temperatur dan
kekeruhan) di Sungai Cikapayang (sungai restorasi) Kota Bandung.
2. Untuk menganalisis kualitas air berdasarkan parameter kimiawi (pH, DO,
dan
𝐶𝑂2) di Sungai Cikapayang (sungai restorasi) Kota Bandung.
3. Untuk menganalisis kualitas air berdasarkan parameter biologis (Uji
Coliform) di Sungai Cikapayang (sungai restorasi) Kota Bandung.

E. Landasan Teori
Peningkatan jumlah penduduk dan perkembangan suatu kota berakibat pula
pada pola perubahan konsumsi masyarakat yang cukup tinggi dari tahun ke
tahun, dengan luas lahan yang tetap akan mengakibatkan tekanan terhadap
lingkungan semakin berat. Aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya yang berasal dari pertanian, industri dan kegiatan rumah tangga akan
menghasilkan limbah yang memberi sumbangan pada penurunan kualitas air
sungai (Suriawiria, 2003).
Meningkatnya aktivitas manusia, perubahan guna lahan dan semakin
beragamnya pola hidup masyarakat perkotaan yang menghasilkan limbah
domestik menjadikan beban pencemar di Sungai Metro semakin besar dari
waktu ke waktu. Penurunan kualitas air terjadi sebagai akibat pembuangan
limbah yang tidak terkendali dari aktivitas pembangunan di sepanjang sungai
sehingga tidak sesuai dengan daya dukung sungai (Prihartanto dan Budiman,
2007).
Perubahan tataguna lahan ditandai dengan meningkatnya aktivitas domestik,
pertanian dan industri akan mempengaruhi kualitas air sungai terutama limbah
domestik (Priyambada dkk, 2008).
Tabel 1. Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbhan Penduduk di Kota Bandung
2011-2016

Sumber/Source: 2014-2016: Proyeksi Penduduk Indonesia 2010–


2035/Indonesia Population Projection 2010–2035

Adapun peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32 tahun


2017, tentang standar baku mutu kesehatan lingkungan dan persyaratan
kesehatan air untuk keperluan higiene sanitasi, kolam renang, solus per aqua,
dan pemandian umum yang dibuat oleh menteri kesehatan republik indonesia.
1. Air Untuk Keperluan Higiene Sanitasi
Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan untuk media Air untuk
Keperluan Higiene Sanitasi meliputi parameter fisik, biologi, dan kimia
yang dapat berupa parameter wajib dan parameter tambahan. Parameter
wajib merupakan parameter yang harus diperiksa secara berkala sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, sedangkan parameter
tambahan hanya diwajibkan untuk diperiksa jika kondisi geohidrologi
mengindikasikan adanya potensi pencemaran berkaitan dengan parameter
tambahan. Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi tersebut digunakan untuk
pemeliharaan kebersihan perorangan seperti mandi dan sikat gigi, serta
untuk keperluan cuci bahan pangan, peralatan makan, dan pakaian. Selain
itu Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi dapat digunakan sebagai air baku
air minum. Tabel 2 berisi daftar parameter wajib untuk parameter fisik yang
harus diperiksa untuk keperluan higiene sanitasi.
Tabel 2. Parameter Fisik dalam Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan
untuk Media Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi

Tabel 3 berisi daftar parameter wajib untuk parameter biologi yang harus
diperiksa untuk keperluan higiene sanitasi yang meliputi total coliform dan
E. coli dengan satuan/unit colony forming unit dalam 100 ml sampel air.
Tabel 3. Parameter Biologi dalam Standar Baku Mutu Kesehatan
Lingkungan untuk Media Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi

Tabel 4 berisi daftar parameter kimia yang harus diperiksa untuk


keperluan higiene sanitasi yang meliputi 10 parameter wajib dan 10
parameter tambahan. Parameter tambahan ditetapkan oleh pemerintah
daerah kabupaten/kota dan otoritas pelabuhan/bandar udara.
Tabel 4. Parameter Kimia dalam Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan
untuk Media Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi

Suatu perairan dapat dikatakan baik dan mempunyai tingkat pencemaran


yang rendah jika kadar oksigen terlarutnya (DO) lebih besar dari 5 mg/l
(Salmin, 2005). Konsentrasi oksigen terlarut (DO) pada perairan yang masih
alami memiliki nilai DO kurang dari 10 mg/l (Effendi, 2003).
CO2 bebas diukur dengan menggunakan metode titrasi dengan
menggunakan NaOH yang sebelumnya ditambahakan 10 tetes pp
(Phenolphthalein) dalam 100 mL sampel air. Jumlah NaOH yang terpakai
(digunakan) dikali 10 adalah jumlah CO2 bebas dalam sampel dalam satuan
ppm). Kondisi pH berkaitan erat dengan karbon dioksida hal ini dikarenakan
semakin tinggi pH maka kadar karbondioksida akan semakin rendah. Kadar
karbon dioksida merupakan hasil dari proses respirasi. Karbon dioksida bebas
dilepaskan dan bereaksi dengan air membentuk asam karbonat yang kemudian
direduksi menjadi bikarbonat dan karbonat menjadikan pH menjadi rendah
(Mackereth et al., 1989).
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian dilaksanakan menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif.
Metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dalam penelitian ini
digunakan untuk menggambarkan kualitas air sungai Cikapayang dari
parameter fisik, kimiawi, dan biologis.

2. Waktu dan Tempat Penelitian


Hari/ Tanggal : Sabtu, 4 Maret 2018
Waktu : Pukul 07.00 s.d. 14.00 WIB
Tempat : 3 titik berbeda, yaitu di sungai Cikapayang yang belum
direstorasi, di sungai Cikapayang yang direstorasi, dan
sesudah daerah sungai Cikapayang yang di restorasi.

3. Variabel Penelitian
a. Variabel bebas : titik pengambilan sampel (di sungai Cikapayang
yang belum direstorasi, di sungai Cikapayang yang
direstorasi, dan sesudah daerah sungai Cikapayang
yang di restorasi).
b. Variabel terikat : parameter kualitas air dari segi fisik, kimiawi, dan
biologis.
c. Variabel kontrol : sungai Cikapayang.

4. Teknik Sampling
Teknik sampling yang kami gunakan yaitu Purposive sampling dengan
mengambil 3 zona berbeda, yaitu di sungai Cikapayang yang belum
direstorasi, di sungai Cikapayang yang direstorasi, dan sesudah daerah
sungai Cikapayang yang di restorasi.
G. Alat dan Bahan
Tabel 5. Alat yang digunakan dalam praktikum akuatik
No. Alat Jumlah
1. Alat Tulis 1 set
2. Autoclave 1 set
3. Botol Sampling 3 botol
4. Kamera handphone 1 unit
5. Karet Gelang 10 buah
6. pH Indikator 1 pack
7. Pipet 5 pipet
8. Pipet Gondok 2 pipet
9. Plastik Anti Panas 5 buah
10. Tabung Durham 27 tabung
11. Tabung reaksi 27 tabung
12. Termometer 1 unit
13. Turbidity meter 1 unit

Tabel 6. Bahan yang digunakan dalam praktikum akuatik


No. Bahan Jumlah
1. Aquades 300 ml
2. Bromcresol purple 0,003 gram
3. Broth Lactose Extract 3,9 gram
4. H2SO4 1 ml
5. KI 15 gram/100 ml
6. KOH 70 gram/100 ml
7. Larutan amilum 1 ml
8. Mangan Sulfat 48 gram/100 ml
9. NaOH 10 ml
10. Natrium thiosulfat 10 ml
11. Phenolphthalein 10 tetes
H. Langkah Kerja
Diagram 1. Langkah Kerja Pengamatan Akuatik

Masalah dan
Survei lokasi Outline
lokasi Area sampling
penelitian penelitian
penelitian ditentukan
dilakukan disusun
ditentukan

Informasi yang
Hasil pengamatan
berkaitan
dicatat dan Pengambilan
dengan
dilaporkan dalam data dilakukan
penelitian
laporan hasil
dikumpulkan

I. Hasil Pengamatan
Tabel 7. Hasil Analisa Kualitas Air Sungai Cikapayang Kota Bandung
No. Parameter Air Satuan Hasil Analisa Kriteria Mutu
Titik 1 Titik 2 Titik 3 Air Kelas II
1. Temperatur C 23C 23C 24C Deviasi 3
2. pH - 7 8 7 6-9
3. DO mg/L 3,1 5,9 5,5 4
4. 𝐶𝑂2 ppm 26,9 18,8 16,4 25
5. Kekeruhan NTU 63,6 18 9 <25
6. Total Coliform JPT 1200 460 1200 50

Diagram Parameter Fisik dan Kimiawi


30 26.9
23 23 24
25
18 18.8
20
16.4 Temperatur (°C)
Skala

15 Kekeruhan (NTU)

8 9 pH
10
6.3 7 5.9 7
5.5 DO (mg/L)
5 3.1
CO2 (ppm)
0
Titik 1 Titik 2 Titik 3

Titik Sampel

Diagram 2. Diagram Parameter Fisik dan Kimiawi di Sungai Cikapayang


Diagram Parameter Biologis
5 1400

1200 1200 1200

Jumlah Perkiraan Terdekat


Jumlah tabung Positif 4
1000
3 800 0,1 ml

2 600 1 ml
460 10 ml
400
1 JPT
200

0 0
Titik 1 Titik 2 Titik 3
Titik Sampel

Diagram 3. Diagram Parameter Biologis di Sungai Cikapayang

J. Pembahasan
Sungai Cikapayang merupakan anak sungai Citarum, yang alirannya mulai
dari Jl. Dago – Jl. Riau kota Bandung. Lokasinya yang cukup strategis
menjadikan sungai ini salah satu alternatif wisata bagi warga Bandung. Sungai
ini mulai direstorasi pada tahun 2015, dan bagian yang direstorasi tidak
keseluruhan sepanjang aliran anak sungai. Lokasi restorasi sungai Cikapayang
yaitu di sepanjang Jl. Merdeka dekat kantor Walikota Bandung. Selain aliran
air sungainya yang direstorasi, taman di sekitar sungai yang telah direstorasi
pun direvitalisasi sehingga tempat ini dapat menjadi alternatif wisata di
Bandung. Pada akhir pekan sungai ini ramai dikunjungi oleh warga Bandung,
terutama anak-anak. Area sungai Cikapayang yang telah direstorasi memang
menjadi kawasan bermain bagi anak-anak karena kedalaman sungai ini pun
hanya sebetis orang dewasa (kurang lebih 30 - 45 cm).
Peneliti melakukan pengambilan sampel dari tiga titik di sungai
Cikapayang, yaitu di area sebelum restorasi, di area restorasi dan juga di area
setelah restorasi. Hal ini dilakukan untuk membuktikan apakah proses restorasi
pada sungai ini menghasilkan air sungai yang benar-benar aman digunakan
sebagai tempat bermain oleh anak-anak atau justru sebaliknya. Hasil
pengamatan parameter fisik, kimiawi dan biologis sungai Cikapayang di tiga
titik lokasi pengambilan sampel dibandingkan dengan standar baku mutu
kesehatan lingkungan untuk keperluan higiene sanitasi sebagai sarana rekreasi
dan kriteria mutu air berdasarkan kelas II.
Dilihat dari parameter fisik yang telah peneliti ukur di sungai Cikapayang,
suhu pada semua titik pengambilan sampel menunjukan angka yang stabil yaitu
23-24C. Namun angka kekeruhan yang ditunjukkan pada tiga lokasi
pengambilan sampel menunjukkan perbedaan yang cukup signifikan. Pada titik
1, kekeruhan berada di angka tertinggi yaitu 63 NTU, sementara di titik 2
angka kekeruhan turun hingga 18 NTU, dan turun kembali pada titik 3 yaitu di
angka 9 NTU. Angka tersebut merupakan rata-rata dari tiga kali pengulangan
pada setiap titik pengambilan sampel. Parameter fisik (suhu dan kekeruhan)
sungai Cikapayang masih dalam status aman, karena tidak melebihi batas
standar baku mutu kesehatan, yang mana suhu rata-rata air sungai ini selisih
3C dari suhu lingkungan (pada saat pengambilan sampel suhu lingkungan
26C) dan kekeruhannya masih di bawah ambang batas standar baku kesehatan
lingkungan ( < 25 NTU). Selain itu, air sungai Cikapayang tidak berbau dan
tidak berasa, sehingga sungai ini memenuhi standar baku mutu kesehatan
lingkungan untuk keperluan higiene sanitasi dari segi parameter fisik.
Berdasarkan paramater kimia yang diukur dari tiga lokasi pengambilan
sampel di sungai Cikapayang, angka derajat keasaman (pH) air sungai
Cikapayang relatif stabil yaitu di angka pH 7-8. Kisaran angka ini masih dalam
standar baku mutu kesehatan lingkungan untuk keperluan higiene sanitasi dan
berada pada kondisi normal dalam range 6 - 9 pada baku mutu air kelas II.
Pada jumlah DO di tiga lokasi pengambilan sampel, titik 2 dan 3 masih berada
dalam ambang kriteria mutu air sungai kelas II sebesar 4 mg/l, sedangkan pada
titik 1 jumlah DO nya yaitu 3,1 mg/L atau berada di bawah ambang batas
kriteria tersebut. Begitu juga pada jumlah CO2, di titik 2 dan 3 masih dalam
ambang batas kriteria mutu air sungai kelas II sebesar 25 mg/l, sedangkan di
titik 1 di luar batas dari jumlah ambang batas standar mutu air bersih. Sehingga
berdasarkan parameter kimia, sungai Cikapayang yang belum direstorasi tidak
aman jika digunakan sebagai sarana rekreasi, sedangkan bagian sungai
Cikapayang yang sedang dan telah direstorasi aman digunakan sebagai tempat
rekreasi.
Parameter terakhir yang diukur dari sampel air sungai Cikapayang adalah
parameter biologis, yaitu uji Coliform. Dari tiga lokasi pengambilan sampel,
pada titik 1 dan 3 menunjukkan angka yang sama yaitu 1200 JPT/100 mL,
sedangkan titik 2 yaitu 460 JPT/100 mL. Berdasarkan standar baku mutu
kesehatan lingkungan untuk keperluan higiene sanitasi dari segi parameter
biologis, ketiga lokasi tersebut tidak memenuhi standar tersebut, dimana batas
maksimal jumla Coliform air bersih yaitu tidak melebihi 50 JPT/100 mL,
sehingga dari segi parameter biologis sungai ini tidak aman dijadikan tempat
rekreasi dan dapat berdampak negatif bagi kesehatan.
Berdasarkan ketiga parameter tersebut, terdapat keterkaitan antara dua
indikator pengukuran pada parameter kimia yaitu 𝑂2 dan 𝐶𝑂2 yang terlarut
dalam air. Data menunjukan bahwa semakin tinggi oksigen yang terlarut maka
akan semakin rendah 𝐶𝑂2 yang terlarut dan sebaliknya. Hal tersebut terjadi
karena terdapat proses pembusukan sampah yang terdapat pada titik
pemgambilan data atau titik sampel oleh 𝑂2 di udara. Hal tersebut terjadi
terutama pada titik 1, yaiti titik dimana anak sungai cikapayang belum di
resortasi.
Indikator pengukuran pada parameter lainnya, seperti parameter Fisik yaitu
temperatur dan kekeruhan tidak memiliki keterkaitan. Begitu pula dengan
parameter biologis mengenai uji coliform.

K. Kesimpulan
1. Kualitas air berdasarkan parameter fisik (temperatur dan kekeruhan) di
Sungai Cikapayang pada tiga titik pengambilan sampel menghasilkan data
sebagai berikut: titik 1 yaitu 23C dan 63,5 NTU dimana kekeruhan berada
diatas ambang batas standar baku mutu kesehatan. Titik 2 menghasilkan
data 23C dan 18 NTU dan titik 3 menghasilkan data 24C dan 9 NTU
dimana keduanya dibawah ambang batas standar baku mutu kesehatan.
2. Kualitas air berdasarkan parameter kimiawi (pH, DO, dan 𝐶𝑂2) di Sungai
Cikapayang pada tiga titik pengambilan sampel menghasilkan data sebagai
berikut: titik 1 yaitu pH 7, DO 3,1 mg/L, dan 26,9 ppm termasuk sungai
kelas III atau berada di bawah ambang batas. Titik 2 yaitu pH 8, DO 5,9
mg/L, dan 18,8 ppm termasuk sungai kelas II. Titik 3 yaitu pH 7, DO 5,5
mg/L, dan 16,4 ppm termasuk sungai kelas II atau masih termasuk dalam
kriteria mutu air bersih.
3. Kualitas air berdasarkan Uji Coliform di Sungai Cikapayang pada titik 1 dan
3 menunjukkan angka yang sama yaitu 1200 JPT/100 Ml sedangkan titik 2
yaitu 460 JPT/100 mL, ketiga lokasi tersebut tidak memenuhi standar baku
mutu kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

Adack, J. (2013). Dampak Pencemaran Limbah Pabrik Tahu Terhadap


Lingkungan Hidup. Lex Administratum Vol. I Juli-September No. 3.

Effendi, H. (2003). Telaah Kualitas Air: Bagi Pengelolaan Sumber Daya Alam
dan Lingkungan Perairan. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Mahyudin, Sumarmo, Prayogo. (2015). Analisis Kualitas Air dan Strategi


Pengendalian Pencemaran Air Sungai Metro di Kota Kepanjen Kabupaten
Malang. J-PAL, Vol. 6 Nomor 2 Tahun 2015: 105-114.

Mackereth, F.J.H., Heron, J. and Talling, J.F., (1989). Water Analysis: Some
Revised Methods for Limnologists. Freshwater Biological Association,
Scientific Publication, No. 36, Cumbria and Dorset, England, 120 pp.

Peraturan menteri kesehatan republik indonesia Nomor 32 tahun. (2017). Standar


Baku Mutu Kesehatan Lingkungan Dan Persyaratan Kesehatan Air Untuk
Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua, Dan Pemandian
Umum. Jakarta: Menteri Kesehatan Republik Indonesia.

Prihartanto dan Budiman, E. (2007). Sistem Informasi Pemantauan Dinamika


sungai Siak. Alami, Vol. 12 Nomor 1 Tahun 2007 : 52-60.

Priyambada, I. B., W. Oktiawan, dan R.P.E Suprapto. (2008). “Analisa Pengaruh


Perbedaan Fungsi Tata Guna Lahan Terhadap Beban Pencemaran BOD
Sungai (Studi Kasus Sungai Serayu Jawa Tengah)”. Jurnal Presipitasi, 5. 55-
62.

Salmin. (2005). “Oksigen Terlarut (DO) dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD)
sebagai Salah Satu Indikator Untuk Menentukan Kualitas Perairan”. Jurnal
Oseana, 30. 21-26.

Suriawiria, U. (2003). Air dalam Kehidupan dan Lingkungan yang Sehat. Penerbit
Alumni. Bandung.

Suryoputro, N. (2009). Restorasi Sungai: Sebuah Konsep Pembangunan Sungai


Yang Berkelanjutan. [Online]. Diakses: http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.
php/karya-dosen-ft/article/view/3858. [10-03-2018].
LAMPIRAN
Tabel 8. Hasil Pengamatan Parameter Fisik Sungai Cikapayang
Daerah
Titik 1 Titik 2 Titik 3
Pengulangan
Temperatur (C)
ke-1 24C 23C 23,5C
ke-2 23C 23C 24C
ke-3 22C 23C 24C
Rata-rata 23C 23C 24C
Kekeruhan (NTU)
ke-1 60 19 9
ke-2 55 18 10
ke-3 76 17 9
Rata-rata 63,6 18 9
Tabel 9. Hasil Pengamatan Parameter Kimiawi Sungai Cikapayang
Daerah
Titik 1 Titik 2 Titik 3
Pengulangan
pH
ke-1 7 8 7
ke-2 7 8 7
ke-3 7 8 7
Rata-rata 7 8 7
DO (mg/L)
ke-1 3,1 5,9 5,5
𝑪𝑶𝟐 (ppm)
ke-1 26,9 18,8 16,4
Tabel 10. Hasil Pengamatan Parameter Biologi (Uji Coliform) Sungai Cikapayang
Daerah 0,1 ml 1 ml 10 ml JPT/100ml

Titik 1 1200

3 3 3

Titik 2 460

1 3 3

Titik 3 1200

3 3 3
Titik 3 (Sesudah Restorasi)
Titik 1 (Sebelum Restorasi) Titik 2 (Restorasi)
(Dok. Kelompok 4, 2018)
(Dok. Kelompok 4, 2018) (Dok. Kelompok 4, 2018)

Anda mungkin juga menyukai