Anda di halaman 1dari 12

PAPER

KAJIAN KUALITAS AIR DI DESA CIPANCAR, KECAMATAN CIPANCAR,


KABUPATEN SUBANG

Disusun Untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Teknologi Pengolahan Air Industri

Dosen Pengampu : Ir. Edy Supriyo, M.T.

Disusun Oleh :

Rega Ardiansyah 40040119650013

Muhammad Habib 40040119650030

Elsan Febiyanti 40040119650090

Fivi Fatwa I 40040119650092

Yuniar Arinda Putri Aji 40040119650110

Program Studi Teknologi Rekayasa Kimia Industri


SEKOLAH VOKASI
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang
Maha Esa, yang telah memberikan taufik serta hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan paper ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknologi Pengolahan Air Industri
yang berjudul : “Kajian Kualitas Air Di Desa Cipancar, Kecamatan Cipancar, Kabupaten
Subang” dengan baik tanpa suatu halangan apapun.

Paper ini disusun dengan mengacu pada beberapa sumber bacaan dan akses internet.
Tulisan ini sebagian besar adalah parafrase dari kutipan-kutipan beberapa sumber sebagaimana
tercantum dalam daftar pustaka dengan beberapa ulasan pribadi. Ulasan pribadi sifatnya
hanyalah analisis dan sintesis dari beberapa kutipan yang berasal dari bahan bacaan.
Tulisan yang sangat sederhana ini tidak akan terselesaikan tanpa adanya peran dan
bantuan serta masukan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, sudah semestinya penulis
mengucapkan terima kasih banyak kepada :
1. Bapak Ir. Edy Supriyo, M.T. selaku dosen pembimbing Mata Kuliah Teknologi Pengolahan
Air Industri pada Program Studi S.Tr. Teknologi Rekayasa Kimia Industri Universitas
Diponegoro.
2. Teman-teman pada Program Studi S.Tr. Teknologi Rekayasa Kimia Industri Universitas
Diponegoro Angkatan 2019 yang selalu memberikan motivasi dan masukan-masukan dalam
penyusunan paper ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan paper ini jauh dari kata sempurna. Untuk itu,
penulis sangat mengharapkan saran serta masukan-masukan dari para pembaca yang
mendukung agar penulisan paper lebih baik untuk ke depannya.

Semarang, 28 September 2021

Penulis

2
REVIEW JURNAL : KAJIAN KUALITAS AIR DI DESA CIPANCAR, KECAMATAN
CIPANCAR, KABUPATEN SUBANG

Rega Ardiansyah, Muhammad Habib, Elsan Febiyanti, Fivi Fatwa, Yuniar Arinda Putri
Aji
Sekolah Vokasi, Teknologi Rekayasa Kimia Industri, Universitas Diponegoro, Semarang,
Jawa Tengah

ABSTRAK

Desa Cipancar merupakan salah satu desa yang memiliki potensi air mataair yang
tinggi. Letaknya yang berada tidak jauh dari area permukiman masyarakat dimungkinkan
akan terjadi penurunan kualitas airnya. Hal ini dikarenakan pola hidup masyarakat yang
kurang baik dalam pengelolaan sumber daya air yang akhirnya menimbulkan masalah
pencemaran mataair. Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji kualitas air mataair di Desa
Cipancar Kabupaten Subang untuk keperluan higiene sanitasi. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode survei yang disertai dengan analisa laboratorium. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kualitas air mataair di Desa Cipancar masih tergolong baik.
Kualitas mataair untuk keperluan higiene sanitasi berdasarkan parameter fisik semua
memenuhi syarat. Berdasarkan parameter biologi hampir semua tidak memenuhi syarat
kecuali kandungan Total Coliform di Mata Air Bobojong masih memenuhi syarat. Sementara
itu berdasarkan parameter kimia hampir semua memenuhi syarat kecuali parameter detergen
yang semua mata air memiliki kandungan detergen tinggi.

Kata kunci : kualitas air, baku mutu air, rumah tangga, hygiene dan sanitasi

3
1. Pendahuluan dari pemukiman warga sehingga
1.1 Latar Belakang dimanfaatkan dengan seenaknya tanpa
Sumber daya air yaitu sumberdaya mempedulikan kualitas dari air mataair
air yang ada di permukaan (sungai, tersebut. Dan juga warga masih tidak
rawa, danau, dan lainlain), yang berada mengetahui sejauhmana tingkat
dalam tanah berupa airtanah, mata air kelayakan air yang mereka gunakan
maupun air rembesan (seepage), dan untuk memenuhi kebutuhannya.
air atmosfer yang berupa air hujan dan Apabila mata air tercemar
air laut yang dimanfaatkan di darat. digunakan untuk keperluan sehari-hari
Jenis-jenis sumber daya air yaitu dapat menyebabkan gangguan
sumber air permukaan, sumber kesehatan masyarakat dan lingkungan
airtanah, dan sumber air atmosfer. sekitar mataair. Oleh karena itu perlu
Jumlah air permukaan dapat adanya monitoring berkala atau uji
diidentifikasi berdasarkan : kondisi kualitas air untuk mengetahui status
geomorfologi. kondisi tanah, kondisi mutu air sungai guna mencegah
geologinya, dan kondisi vegetasi atau dampak pencemaran sungai yang lebih
peggunaan lahan. luas serta memberikan solusi untuk
Desa Cipancar yang terletak di kaki menanggulangi pencemaran. Dari
Gunung Wayang ini, memiliki potensi penelitian ini dilakukan untuk
mata air yang cukup tinggi dengan mengkaji kualitas air mata air di Desa
karakteristik yang hampir serupa, yaitu Cipancar Kecamatan Serangpanjang
mata air grafitasi (gravity springs) Kabupaten Subang untuk keperluan
yang muncul diakibatkan oleh gaya higiene sanitasi.
gravitasi dan keluar akibat terpotong
oleh topografi. Hal ini disebabkan 2. Pokok Bahasan
adanya mataair diklasifikasikan 2.1 Komposit
menjadi 2, yaitu: mata air yang Pada jurnal yang kami gunakan
dihasilkan oleh tenaga non gravitasi berjudul “Karakteristik Dan Kinetika
(non gravitational spring) dan mata air Dekomposisi Termal Komposit
yang dihasilkan oleh tenaga gravitasi CR/NR Dengan Substitusi Bahan
(gravitational spring). Kebanyakan Pengisi” menggunakan komposit
mata air di Desa Cipancar tidak jauh CR/NR sebagai komposit. Komposit

4
merupakan material yang banyak sebagai komposit. TiO2 banyak
dikembangkan saat ini karena memiliki digunakan sebagai fotokatalis karena
sifat yang unggul dari beberapa memiliki efisiensi yang tinggi, murah,
campuran bahan. Dalam penelitian ini non toksik, inert secara kimia dan
digunakan komposit karet kloroprena biologi juga stabil dengan cahaya.
(chloroprene, CR) dan karet alam
(natural rubber, NR) yang akan 2.2 Metodologi
menghasilkan material dengan sifat Metode yang digunakan pada
unggul. Komposit karet CR/NR dapat penelitian ini yaitu metode survei yang
digunakan diantaranya sebagai sil, disertai dengan analis laboratorium.
gasket, selang. Pembuatan komposit Analisis yang digunakan menggunakan
membutuhkan bahan aditif untuk analisa deskriptif komparatif. Komparasi
meningkatkan sifat fisis dan yang digunakan untuk mengukur tingkat
mekanisnya, diantaranya bahan kualitas air yaitu dengan Peraturan
pengisi, aktivator, bahan Permenkes RI Nomor 32 Tahun 2017.
pemvulkanisasi, antioksidan. Data yang yang diperlukan dalam
Hal tersebut kami bandingkan penelitian ini meliputi data primer dan data
dengan beberapa jurnal lain sekunder. Dimana data sekunder
diantaranya berjudul “Kinetika merupakan data yang telah tersedia di
vulkanisasi dan sifat mekanis komposit instansi-instansi, baik pemerintah maupun
acrylonitrile butadiene rubber (NBR)”. swasta. Sedangkan yang dimaksud dengan
Dimana pada penelitiannya data primer adalah data yang perlu diambil
menggunakan acrylonitrile butadiene langsung di lapangan.
rubber (NBR) sebagai komposit. NBR
Data sekunder yang dibutuhkan dalam
ini merupakan kopolimer dari
penelitian ini meliputi:
akrilonitril dan butadiena yang
diproses dengan kopolimerisasi emulsi. a. Data meteorologi

NBR ini bersifat memiliki ketahanan b. Peta Topografi Peta Geologi

minyak yang sangat baik. Selanjutnya, c. Peta administrasi

judul jurnal yang kami gunakan yaitu d. Peta Penggunaan Lahan.

“Pemanfaatan Limbah Fly Ash untuk Data primer yang dibutuhkan

Penanganan Limbah Cair Amonia”. meliputi:

Dimana dalam penelitiannya a. Data sifat fisik mataair meliputi: bau,

menggunakan abu terbang/TiO2 warna dan rasa

5
b. Data kualitas air mataair di dibandingkan dengan baku mutu yang
labolatorium yang terdiri dari sifat sesuai peraturan Menteri Kesehatan RI
kimia dan biologis seperti yang tertera Nomor 32 Tahun 2017.
dalam Permenkes RI Nomor 32 Tahun 3. Hasil dan Pembahasan
2017 (Tertera dalam Tabel 1, Tabel 2,
Sifat dan kandungan yang terdapat
dan Tabel 3).
didalamnya, yang dinyatakan oleh
beberapa parameter seperti parameter
fisika, kimia, dan biologi, yang
semuanya memiliki standar kualitas
untuk keperluan tertentu disebut dengan
kualitas air. Untuk kualitas air di setiap
daerah dapat berbeda-beda tergantung
pada dua faktor yaitu faktor alamiah
adalah yang terjadi secara alami tanpa
campur tangan manusia, dan faktor non
alamiah adalah faktor yang terjadi oleh
aktifitas manusia atau campur tangan
manusia. Secara kasat mata, air mataair
di daerah penelitian terlihat bersih dan
baik untuk digunakan keperluan hygiene
Metode pengambilan sampel
sanitasi. Namun jika hanya ditentukan
menggunakan metode purposif sampel
dengan kasat mata saja tidak cukup
yang dilakukan secara langsung
untuk menentukan kualitas air mataair
terhadap air mata air yang telah dipilih.
yang ada didaerah penelitian, untuk itu
Sampel penelitian ini meliputi Mata Air
peneliti mengambil tiga sampel dari
Cipancar, Mata air Bobonjong, dan
enam mataair yang masih aktif
Mata Air Selawi.
digunakan untuk keperluan hygiene
Analisis yang digunakan dalam
sanitasi, kemudian mengujinya di
penelitian ini adalah deskriptif
laboratorium dan di lapangan langsung
komparatif, yang terdiri dari Sampel
dengan tiga parameter yang meliputi,
penelitian analisis fisik, analisis kimia,
sifat fisik, sifat kimia, dan sifat biologi.
dan analisis biologi terhadap sampel
Kemudian setelah didapat hasil
air mataair yang diambil dari mataair
laboratorium kemudian dibandingkan
disekitar penduduk kemudian

6
dengan baku mutu air kelas satu
peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
32 Tahun 2017.

Gambar 4. Mata Air Selawi

3.1 Pengukuran Parameter Fisik


Parameter fisik yang diukur

Gambar 1. Lokasi Mata Air di dalam penelitian ini yaitu:


Desa Cipancar kekeruhan, zat padat terlarut, suhu,
rasa, dan bau. Secara detail
mengenai hasil pengukuran
parameter fisik kualitas mata air di
daerah penelitian dapat dilihat pada
Tabel 4.

Tabel 4. Hasil Uji Parameter Fisik


Gambar 2. Mata Air Cipancar
Mata Air

Sumber : Hasil Analisis


Laboratorium, 2013.
Gambar 3. Mata Air Bobojong
Sesuai Tabel 4 diatas dapat
diketahui bahwa kondisi mata air di
daerah penelitian tidak berbau dan
tidak berasa. Hal ini menunjkan
bahwa unsur-unsur kimia maupun
gas-gas seperti amonia, tembaga,
dan lain-lain tidak terdapat dalam
7
jumlah yang berlebih, sehingga daerah penelitian, sehingga sangat
tidak menunjukan perubahan yang layak sekali untuk dipergunakan
signifikan pada air mataair daerah sebagai pemenuh kebutuhan
penelitian. Warna mata air di daerah hygiene sanitasi.
penelitian jernih, artinya secara
3.2 Pengukuran Parameter
kasat mata, air tidak memiliki
Biologis
kadar-kadar kimiawi yang tidak
Parameter biologis yang
berlebih.
diukur dalam penelitian ini meliputi
Kemudian temperatur di
kandungan bakteri E.Coli dan Total
daerah penelitian pada saat
Colliform. Secara detail mengenai
pengambilan sampel cukup dingin,
hasil pengukuran parameter fisik
sekitar 20 - 21OC pada tengah hari
kualitas mata air di daerah
dan berdasarkan pemaparan petugas
penelitian dapat dilihat pada Tabel
pengambilan sampel dari Balai
5.
Lingkungan Keairan diperkirakan
Tabel 5. Hasil Uji Parameter Fisik
pada malam hari suhu bisa
Mata Air
mencapai 18OC. Adabun beberapa
faktor yang mempengaruhi kondisi
tersebut diantaranya adalah cuaca
sedang mendung, dan mata air
berada di kaki gunung yang memliki
Sumber : Hasil Analisis
ketinggian dari permukaan laut
Laboratorium, 2013.
sekitar 800 mdpl.
Sesuai Tabel 5, dapat diketahui
Untuk daerah penelitian
bahwa semua mata air di Desa
memiliki residu terlarut yang relatif
Cipancar memiliki kandungan
sedikit, berkisar antara 24 - 47 mg/l
bakteri E.Coli yang melebihi
dan residu tersuspensi 1,0-4,0 mg/l.
standar baku mutu. Kandungan
hal ini menunjukan bahwa daerah
bakteri E.Coli tertinggi terdapat di
penelitian memiliki kadar residu
Mata Air Selawi sebesar 380 mg/l.
terlarut dan residu tersuspensi yang
Konsentrasi coliform total di daerah
cukup rendah. Berdasarkan faktor
penelitian nilai terbesar berada pada
non alamiah yang ada disekitar
Mata Air Selawi dengan nilai
mataair tidak memberikan pengaruh
konsentrasi 1.200 mg/l. Nilai ini
yang besar terhadap air mataair di

8
tergolong tinggi yang jika yang berasal dari kotoran hewan
dibandingkan dengan standar berdarah panas.
ambang batas maksimal yaitu 50
3.3 Pengukuran Parameter Kimia
mg/l, tentunya ini tidak layak karena
Untuk parameter kimia yang
melibihi ambang bats maksimal
diukur dalam penelitian ini meliputi
yang telah ditentukan. Faktor
pH, Besi, Fluorida, kesadahan,
penyebab tingginya nilai
Mangan, Nitrat, Nitrit, Sianida,
konsentrasi bakteri E.Coli dan
Deterjen, Kadmium, Kromium,
coliform total pada Mata Air Selawi
Seng, dan Sulfat. Secara detail
adalah limbah rumah tangga atau
mengenai hasil pengukuran
kotoran manusia. Berdasarkan peta
parameter fisik kualitas mata air di
interpretasi penggunaan lahan Mata
daerah penelitian dapat dilihat pada
Air Selawi memang cukup jauh dari
Tabel 6.
pemukiman, tetapi ada sekitar tiga
Tabel 6. Hasil Uji Parameter Kimia
rumah yang berada cukup dekat
Mata Air
hanya perbedaan topografinya
posisi rumah penduduk ini di atas
mata air. Selain itu juga faktor
terbesar tingginya nilai coliform
total pada sampel nomor tiga ini
adalah kotoran hewan-hewan liar
yang ada disekitar mata air. Sumber : Hasil Analisis
Sementara itu berdasarkan Laboratorium, 2013.
penelitian Fardiaz (1992), tingginya Sesuai Tabel 6 dapat diketahui
kandungan bakteri E. Coli dapat bahwa parameter yang melebihi
diakibatkan oleh aktifitas baku mutu air untuk keperluan
masyarakat dan hewan karena pada hygiene dan sanitasi berdasarkan
prinsipnya E. Coli adalah salah satu peraturan Menteri Kesehatan No 32
bakteri patogen yang tergolong Tahun 2017 adalah parameter pH
Coliform dan hidup secara normal yang terdapat pada Mata Air
didalam kotoran manusia maupun Cipancar, yakni 6,2 sehingga tidak
hewan sehingga, munculnya bakteri layak digunakan untuk keperluan
E. Coli dapat digunakan sebagai hygiene dan sanitasi. Sementara itu
salah satu indikator pencemaran air

9
pada Mata Air Bobojong, dan keanekaragaman plankton dan
Selawi masih dalam standar baku, bentos serta kelimpahan total dan
sehingga layak digunakan untuk biomassa zooplankton dan bentos,
keperluan hygiene dan sanitasi. algae hijau berfilamen semakin

Selain pH, parameter lain yang banyak dan proses nitrifikasi

melebihi baku mutu air untuk terhambat (Effendi, 2003).

keperluan hygiene dan sanitasi Sementara itu berdasarkan

adalah parameter kandungan penelitian yang dilakukan oleh

deterjen yang terdapat pada Mata Soemirat (2007), menyatakan

Air Cipancar sebesar 0,063, Mata bahwa air minum sebaiknya netral,

Air Bobojong sebesar 0,063, dan tidak asam/basa, untuk mencegah

Mata Air Selawi sebesar 0,063, terjadinya pelarutan logam berat,

sehingga berdasarkan parameter dan korosi jaringan distribusi air

tersebut ketiga mata air tidak layak minum. Air adalah pelarut yang

digunakan untuk hygiene dan baik, maka dibantu dengan pH yang

sanitasi. Kandungan pH yang tidak netral dapat melarutkan

rendah di Mata Air Cipancar berbagai element kimia yang

disebabkan aktivitas fotosintesis dan dilaluinya.

respirasi organisme yang hidup Kemudian tingginya

didalamnya, sehingga membentuk kandungan kadar deterjen dalam

reaksi berantai karbonat-karbonat. mata air dipengaruhi oleh aktivitas

Semakin banyak CO2 yang penduduk yang tinggal di sekitar

dihasilkan dari hasil respirasi, reaksi mata air yang membuang limbah

bergerak ke kanan dan secara rumah tangganya dekat dengan mata

bertahap melepaskan ion H+ yang air, sehingga mencemari sumber

menyebabkan pH air turun. Reaksi mata air. Parameter Besi, Fluorida,

sebaliknya terjadi pada peristiwa kesadahan, Mangan, Nitrat, Nitrit,

fotosintesis yang membutuhkan Sianida, Kadmium, Kromium, Seng,

banyak ion CO2, sehingga dan Sulfat pada ketiga mata air

menyebabkan pH air naik. masih memenuhi standar baku mutu

Untuk pengaruh nilai pH air, sehingga layak digunakan untuk

antara 6,0-6,5 terhadap ekosistem di keperluan hygiene dan sanitasi.

perairan adalah penurunan sedikit Secara umum berdasarkan


parameter kimia dapat diambil
10
kesimpulan bahwa kualitas air di Berdasarkan hasil penelitian yang
daerah penelitian masih layak telah dilakukan, maka saran dalam
dimanfaatkan untuk keperluan penelitian ini adalah sebagai berikut:
hygiene dan sanitasi. 1. Kepada masyarakat disarankan
agar masyarakat melakukan
pengolahan air minum terlebih
4. Penutup
dahulu sebelum mengkonsumsi
4.1 Kesimpulan
air dengan cara dimasak sampai
Berdasarkan penelitian yang telah
mendidih, karena teridentifikasi
dilakukan dapat disimpulkan bahwa
adanya kandungan bakteri E- coli
kualitas air mata air di Desa Cipancar
dalam sampel air mata air
Kecamatan Serangpanjang Kabupaten
tersebut.
Subang Untuk keperluan hygiene dan
2. Kepada pihak terkait di Desa
sanitasi baik. Hasil pemeriksaan
Cipancar Kecamatan
laboratorium pada sampel Mata Air
Serangpanjang Kabupaten Suban,
Cipancar, Bobojong, dan Selawi
agar melakukan manajemen
masih tergolong baik digunakan untuk
pembuangan limbah kotoran
keperluan hygiene dan sanitasi. Ada
ternak ataupun manusia untuk
beberapa parameter yang melebihi
menghindari adanya kontaminasi
ambang batas yang telah ditentukan
bakteri E-coli pada sumber mata
untuk hygiene dan sanitasi antara lain:
air.
pH, Total Coliform, bakteri E. Coli,
dan deterjen. Kondisi pH di Mata air
5. Ucapan Terima Kasih
Cipancar sebesar 6,2. Total Coliform
Penulis mengucapkan terimakasih
di Mata Air Cipancar sebesar 75, dan
kepada bapak Ir. Edy Supriyo, M.T. selaku
Mata Air Selawi sebesar 1.200.
dosen pembimbing mata kuliah Teknologi
Kandungan bakteri E Coli di Mata Air
Pengolahan Air Industri.
Cipancar sebesar 30, Mata Air
Bobojong sebesar 12, dan Mata Air
DAFTAR PUSTAKA
Selawi sebesar 380. Sementara itu
AMPL (Air Minum dan Penyehatan
kandungan deterjen di ketiga mata air
Lingkungan). (2010). Newsletter
tinggi, yakni sebesar 0,063.
(Laporan Berkala). Edisi Juli. Jakarta:
4.2 Saran
AMPL.

11
Arsyad, S. (1989). Konservasi tanah dan Robet, J. K. (2008). Pengolahan
air. Bandung: ITB. sumberdaya air. Yogyakarta: Andi.
Chandra, B. (2007). dalam bab 2 tinjauan Soemirat, J. (2003). Toksikologi
teoritis thesis unud lingkungan. Yogyakarta: Gajah Mada
(www.pps.unud.ac.id-) (5, April 2013) University Press.
David, K., Todd, Larry, W., & Mays. Sutrisno & Suci, A. (2002). dalam bab 2
(2005). 3 rd Edition groundwater tinjauan teoritis Thesis pma
hydrology. New York: John Wiley & (www.pps.unud.ac.id/thesis/pdf) (5,
Sons, inc. April 2013)
Effendi, H. (2003). Telaah kualitas air.
Yogyakarta: Kanisius.
Fardiaz, S. (1992). Polusi air dan udara.
Yogyakarta: Kanisius.
Hefni, E. (2012). Telaah kualitas air bagi
pengelolaan sumberdaya dan
lingkungan perairan. Yogyakarta:
Kanisius.
Herlambang. 1996. Air tanah
(http://arisinta.blogspot.com/p/air-
tanah-proses.html) (6, April 2013)
Langgeng, W. S. (2006). Kajian
hidrogeomorfologi mata air di sebagian
lereng gunungapi lawu. Jurnal Forum
Geografi UMS, 20(1), 68 – 85.
Anas, H. (2007). Evaluasi kualitas airtanah
untuk air minum di kecamatan grogol
kabupaten sukoharjo tahun 1991 dan
tahun 2007 (studi perbandingan dengan
hasil penelitian tahun 1991) Skripsi,
Surakarta: Fakultas Geografi UMS.
Peraturan Pemerintah No. 82 tahun (2001).
Pengelolaan kualitas air dan
pengendalian pencemaran air. Jakarta:
Presiden Republik Indonesia.

12

Anda mungkin juga menyukai