DENGAN MENGGUNAKAN FILTER SERBUK KERAMIK Hari Dwi Wahyudi ABSTRAK Program Studi Teknik Sipil Air sebagai materi esensial bagi kehidupan manusia, dari hal tersebut Universitas Widya Dharma penelitian ini dilakukan dengan tujuan merancang suatu model filter air hariwahyudi.hdw@gmail.com yang mampu mengolah dan meningkatkan kualitas air hujan sehingga memenuhi standar kualitas higiens dan sanitasi untuk air bersih. Model Syarifah Aini filter air ini merupakan bagian pelengkap dari Sistem Pemanenan Air Program Studi Teknik Sipil Hujan (SPAH). Hasil uji kualitas air hujan menunjukkan warna air Universitas Widya Dharma bernilai angka 78 TCU, warna air ini melebihi ambang batas baku mutu aini07931@gmail.com syarat. Parameter kimia yang diuji sudah memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan kecuali 3 parameter kimia yaitu pH, Kadmium dan Zat Organik (KMnO4). Sedangkan untuk parameter biologi, hasil uji kualitas air hujan nilai yang diperoleh masih jauh dari ambang batas yang dipersyaratkan. Komposisi media filter air hujan yang dirancang berdasarkan hasil analisa uji kualitas air hujan. Tabung filter air hujan terbuat dari pipa PVC diameter 4 inchi, dengan panjang 80 cm. Komposisi media filter, terdiri dari: karbon aktif, tebal 25 cm; serbuk keramik, tebal 25 cm; pasir vulkanik, tebal 15 cm; dan kerikil, tebal 10 cm. Hasil uji kualitas air hujan yang telah difiltrasi menunjukkan nilai di bawah ambang batas maksimal menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2017.
KATA KUNCI: air bersih, air hujan, SPAH, filter air
PENDAHULUAN berada pada wilayah muara sungai. Selayaknya Air merupakan materi esensial, merupakan daerah yang berada pada kawasan muara sungai, kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia. permasalahan utama yang ditemui dalam Permasalahan yang timbul dan sering dijumpai penyediaan air bersih, adalah kualitas air dari bahwa kualitas air tanah maupun air sungai yang sumber air tanah yang ada mengalami intrusi dari digunakan masyarakat kurang memenuhi syarat air payau sehingga kualitas air baku yang diambil sebagai air minum yang sehat bahkan di dari sumur berada di bawah ambang batas beberapa tempat bahkan tidak layak untuk standar kualitas baku mutu kesehatan. diminum. Pada daerah yang kering, waktu musim kemarau, dan persediaan air tanah menurun, akan sulit sekali untuk mendapatkan air minum. Masalah kebutuhan air minum dapat ditanggulangi dengan memanfaatkan air hujan. Menampung air hujan dari atap rumah adalah cara lain untuk memperoleh air Menurut Sorong Selatan Dalam Angka 2019 (BPS Kabupaten Sorong Selatan, 2020), Distrik Inanwatan sebagai salah satu distrik yang berada dalam wilayah administratif Kabupaten Sorong Selatan, merupakan salah satu distrik tertua di wilayah Papua Barat. Distrik Inanwatan berada Gambar 1. Posisi Distrik Inanwatan pada Peta Administratif dalam kawasan yang dikenal dengan IMEKKO Papua Barat (Sumber: Google Earth, diunduh 14 Januari 2021) yakni Distrik Inanwatan, Matemani, Kais, dan Tujuan utama dari penelitian ini adalah Kokoda. Distrik Inanwatan memiliki luas wilayah merancang suatu model filter air yang mampu 960.540 Km2. Secara geografis, Distrik Inanwatan
SIAR II 2021: SEMINAR ILMIAH ARSITEKTUR | 338
mengolah dan meningkatkan kualitas air hujan tangki di atas tanah atau di bawah tanah sehingga memenuhi standar kualitas higiens dan (ground tank). sanitasi untuk air bersih sesuai dengan Peraturan e. Filter pengolah air; Merupakan instrumen Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32 yang terdiri dari beberapa media yang Tahun 2017 tentang Standar Baku Mutu berfungsi untuk melakukan proses filtrasi, Kesehatan Lingkungan Dan Persyaratan sedimentasi dan adsorpsi air. Kesehatan Air Untuk Keperluan Higiene Sanitasi, f. Pompa (pump); Dibutuhkan apabila tangki Kolam Renang, Solus Per Aqua, Dan Pemandian penampung air hujan berada di bawah tanah. Umum. Standar Kualitas Air Minum Standar baku mutu kesehatan lingkungan TINJAUAN PUSTAKA untuk media air untuk keperluan higiene sanitasi Sistem Pemanen Air Hujan meliputi parameter fisik, biologi, dan kimia yang Sistem Pemanenan Air Hujan (SPAH) dapat berupa parameter wajib dan parameter merupakan metode atau Teknik pengumpulan tambahan. Parameter wajib merupakan dan penampungan air hujan yang menjadikan air parameter yang harus diperiksa secara berkala hujan sebagai air baku dan pada tahapan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- selanjutnya air hujan yang sudah ditampung undangan, sedangkan parameter tambahan tersebut diolah dengan proses tertentu sehingga hanya diwajibkan untuk diperiksa jika kondisi menjadi air bersih yang memenuhi standar baku geohidrologi mengindikasikan adanya potensi mutu kualitas kesehatan dan dapat dikonsumsi pencemaran berkaitan dengan parameter oleh manusia. Komponen dasar sebagai tambahan. Air untuk keperluan higiene sanitasi penyusun Sistem Pemanenan Air Hujan (SPAH) tersebut digunakan untuk pemeliharaan menurut Quaresvita, C. (2016) adalah: kebersihan perorangan seperti mandi dan sikat a. Area penangkapan air hujan (collection area); gigi, serta untuk keperluan cuci bahan pangan, Tempat penangkapan air hujan dan bahan peralatan makan, dan pakaian. Selain itu air yang digunakan dalam konstruksi permukaan untuk keperluan higiene sanitasi dapat digunakan tempat penangkapan air hujan sebagai air baku air minum. Standar kualitas air mempengaruhi efisiensi pengumpulan dan yang digunakan untuk pengujian adalah kualitas air hujan. Bahan-bahan yang Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia digunakan untuk permukaan tangkapan Nomor 32 Tahun 2017 tentang standar baku hujan harus tidak beracun dan tidak mutu kesehatan lingkungan dan persyaratan mengandung bahanbahan yang dapat kesehatan air untuk keperluan higiene sanitasi, menurunkan kualitas air hujan (UNEP, 2001). kolam renang, solus per aqua, dan pemandian Umumnya bahan yang digunakan adalah umum. bahan anti karat seperti alumunium, besi a. Parameter Fisika, dalam Standar Baku Mutu galvanis, beton, fiberglass shingles. Kesehatan Lingkungan untuk media air higiene b. Sistem pengaliran air hujan (conveyance sanitasi meliputi 6 (enam) parameter, yaitu: system); Terdiri dari saluran pengumpul atau kekeruhan, warna, zat padat terlarut, suhu, pipa yang mengalirkan air hujan yang turun di rasa, dan bau. atap ke tangki penyimpanan (cistern or b. Parameter Kimia; dalam Standar Baku Mutu tanks). Saluran pengumpul atau pipa Kesehatan Lingkungan untuk media air higien mempunyai ukuran, kemiringan dan dipasang sanitasi meliputi 10 (Sepuluh) parameter wajib sedemikian rupa agar kuantitas air hujan dan 10 (sepuluh) parameter tambahan. dapat tertampung secara maksimum. Parameter kimia wajib, yaitu: pH, besi, c. Filter sampah; Digunakan untuk menyaring flourida, kesadahan (CaCO3), mangan, nitrat, sampah (daun, plastik, ranting, dll) yang ikut nitrit, sianida, deterjen, pestisida total. bersama air hujan dalam saluran penampung Sedangkan parameter kimia tambahan, sehingga kualitas air hujan terjaga. Dalam meliputi: air raksa, arsen, kadmium, kromium, kondisi tertentu, filter harus bisa dilepas selenium, seng, sulfat, timbal, benzene, zat dengan mudah dan dibersihkan dari sampah. organic (KMNO4). d. Tangki (cistern or tank) penampung; Tempat c. Parameter Biologi; dalam Standar Baku Mutu untuk menyimpan air hujan, dapat berupa Kesehatan Lingkungan untuk media air higiene
SIAR II 2021: SEMINAR ILMIAH ARSITEKTUR | 339
sanitasi terdiri dari 2 (dua) parameter yang b. Tahap 2, hasil uji sampel air hujan terdiri dari total coliform dan Escherichia coli selanjutnya dianalisa terhadap nilai ambang dengan satuan/unit colony forming unit dalam batas untuk menjadi dasar perancangan filter 100 ml sampel air. air. unsur parameter air yang melebihi nilai Saringan Pasir Lambat ambang batas selanjutnya menjadi fokus Menurut Puskim Balitbang Kementerian utama untuk direduksi dengan filter hasil PUPR, Saringan Pasir Lambat (SPL) merupakan rancangan. salah satu teknologi alternatif yang sederhana c. Tahap 3, perancangan filter air hujan. Dasar dapat dilaksanakan oleh masyarakat di pedesaan dari perancangan filter air hujan ini adalah dalam memenuhi kebutuhan air bersih. Saringan analisa hasil uji sampel air hujan. Pasir Lambat (SPL), yaitu instalasi pengolahan air d. Tahap 4, pengujian akhir terhadap hasil berupa saringan yang menggunakan pasir sebagai filtrasi air hujan. Hal ini dilakukan untuk media filter dengan ukuran butiran sangat kecil, mengetahui kualitas air hasil filtrasi dengan namun mempunyai kandungan kuarsa yang instrumen filter hasil rancangan. tinggi. Saringan Pasir Lambat (SPL) merupakan Peralatan yang digunakan dalam penelitian salah satu cara pengolahan air baku untuk ini adalah spektrofotometer Uv-Vis, ICPE, alat uji menghasilkan air minum, beroperasi secara TDS meter, pH meter, oven, neraca analitik, gravitasi serempak, terjadi proses fisis, proses turbidimeter, petrifilm-meter, peralatan titrasi biokimia dan proses biologis. Pada umumnya dan peralatan gelas kimia. Bahan-bahan yang saringan pasir lambat yang diterapkan di digunakan dalam penelitian ini adalah sampel air Indonesia merupakan suatu instalasi hujan, aquades, larutan aquades asam nitrat, konvensional dalam upaya mengurangi asam askorbat, larutan indikator dikromat 5%, kekeruhan dan Total Suspended Solid (TSS) air larutan AgNO3. baku. Tabel 1. Metode pengujian kualitas air hujan Pengolahan air baku menjadi air bersih yang NO. PARAMETER METODE PENGUJIAN 1. PARAMETER FISIKA memenuhi standar baku mutu kualitas kesehatan Kekeruhan dengan menggunakan sistem Saringan Pasir 1. Menggunakan alat ukur Lambat (SPL) dengan arah aliran dari bawah ke Warna Turbidimeter. atas mempunyai keuntungan antara lain: 2. Menggunakan alat ukur a. Biaya operasional yang murah karena tidak Zat Padat Terlarut Spektrofotometer. 3. (TDS) Menggunakan alat ukur TDS- menggunakan bahan kimia untuk media filter Suhu meter. yang digunakan, 4. Menggunakan alat ukur b. Dapat menghilangkan zat besi, mangan, dan Rasa Termometer. warna serta kekeruhan, 5. Pengujian langsung dengan Bau indera manusia. c. Dapat menghilangkan ammonia dan polutan 6. Pengujian langsung dengan organik, karena proses penyaringan berjalan indera manusia. secara fisika dan biokimia, 2. PARAMETER KIMIA d. Sangat cocok untuk daerah pedesaan, pH e. Proses pengolahan sangat sederhana, 1. Menggunakan alat uji pH- Besi (Fe) meter. f. Perawatan mudah karena pencucian media 2. Menggunakan alat uji ICPE. penyaring (pasir) dilakukan dengan cara Flouride Menggunakan alat ukur membuka kran penguras, sehingga air hasil 3. Spektrofotometer. saringan yang berada di atas lapisan pasir Kesadahan (CaCO3) Menggunakan alat ukur 4. Mangan (Mn) Spektrofotometer. berfungsi sebagai air pencuci. Menggunakan alat uji ICPE. 5. Nitrit (NO2) Menggunakan alat ukur METODE PENELITIAN Spektrofotometer. Tahapan pelaksanaan penelitian tentang 6. Cyanida Menggunakan alat ukur pemanfaatan air hujan sebagai sumber air bersih Spektrofotometer. 7. Menggunakan alat ukur ini terdiri dari beberapa tahap, sebagai berikut: Sulfat Spektrofotometer. a. Tahap 1, pengambilan dan pengujian sampel Menggunakan alat ukur air hujan. 8. Kadmium Spektrofotometer. Menggunakan alat ukur 9. Zat Organik Spektrofotometer.
SIAR II 2021: SEMINAR ILMIAH ARSITEKTUR | 340
(KMnO4) 2. Warna TCU 78,00 10. Zat Padat Terlarut 3. PARAMETER 3. mg/L 23,00 BIOLOGI (TDS) o 1. Total Coliform Menggunakan alat ukur 4. Suhu C + 3,00 Petrifilm meter 5. Rasa tidak berasa (Sumber: penulis, 2021) 6. Bau tidak berbau HASIL PENELITIAN B. KIMIA Nilai Ambang Batas (NAB) menurut standar 1. pH mg/L 4,67 kualitas air sesuai Peraturan Menteri Kesehatan 2. Besi (Fe) mg/L 0,116 Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2017 dilihat 3. Flouride mg/L 0,61 pada Tabel 2. 4. Kesadahan (CaCO3) mg/L 5 Tabel 2. Nilai ambang batas kualitas air menurut 5. Mangan (Mn) mg/L 0,192 Permenkes RI No. 32 Tahun 2017. 6. Nitrit (NO2) mg/L 0,042 7. Cyanida mg/L 0,006 BATAS MAX. No PARAMETER UJI UNIT 8. Sulfat mg/L 0,00 HIGIENIS 9. Kadmium mg/L 0,055 A. FISIKA 10 Zat Organik 1. Kekeruhan NTU 25,00 mg/L . (KMnO4) 11,10 2. Warna TCU 50,00 C. BIOLOGI Zat Padat Terlarut /100 3. mg/L 1.000,00 1. Total Coliform (TDS) mL < 3,00 o 4. Suhu C + 3,00 (Sumber: hasil pengujian, 2021) 5. Rasa tidak berasa 6. Bau tidak berbau PEMBAHASAN Parameter Fisika B. KIMIA Dari hasil pengamatan secara visual, kualitas 1. pH mg/L 6,5 - 8,5 fisik air yang berasal air hujan diambil dari tangki 2. Besi (Fe) mg/L 1,00 penampung yang berada di kawasan Bandar 3. Flouride mg/L 1,50 Udara Inanwatan relatif baik. Beberapa indikator 4. Kesadahan (CaCO3) mg/L 500,00 yang dijadikan parameter kualitas air meliputi 5. Mangan (Mn) mg/L 0,50 kekeruhan, warna, TDS, suhu, rasa dan bau. Semua parameter fisika tersebut masih dibawah 6. Nitrit (NO2) mg/L 1,00 batas standar baku mutu kesehatan lingkungan 7. Cyanida mg/L 0,10 dan persyaratan kesehatan air untuk keperluan 8. Sulfat mg/L 400,00 higien sanitasi, Per Men Kes RI No.32 Tahun 9. Kadmium mg/L 0,005 2017, kecuali parameter uji warna. 10 Zat Organik mg/L 10,00 Hasil uji kualitas air hujan yang berada di . (KMnO4) kawasan Bandar Udara Inanwatan menunjukkan C. BIOLOGI warna air bernilai angka 78 TCU, warna air ini 1. Total Coliform /100 50,00 melebihi ambang batas baku mutu syarat baku mL mutu air higienis yaitu 50 TCU, maka parameter (Sumber: Per Men Kes RI No.32 Tahun 2017) warna air ini perlu diturunkan kadarnya menggunakan filter yang sudah dirancang. Warna Hasil pengujian terhadap sampel air hujan pada air dapat disebabkan karena adanya bahan disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Hasil uji kualitas air hujan. organik dan bahan anorganik, karena keberadaan NILAI plankton, humus dan ion-ion logam (misalnya No PARAMETER UJI UNIT besi dan mangan), serta bahan-bahan lain. HASIL UJI Adanya oksida besi menyebabkan air berwarna A. FISIKA kemerahan, keberadaan oksida mangan 1. Kekeruhan NTU 8,00 menyebabkan air berwarna kecoklatan atau
SIAR II 2021: SEMINAR ILMIAH ARSITEKTUR | 341
kehitaman (Efendi, 2003). Warna kuning alami (Pb). Ekstrak serta pengolahan seng dan timbal pada air berasal dari asam organik yang tidak sering menyebabkan pencemaran lingkungan berbahaya bagi kesehatan, dan warna ini bisa oleh kadmium (Cd). Logam berat Cd juga berasal disamakan dengan warna asam tanik yang dari indsutri kimia (industri cat, zat warna, terdapat dalam air teh (Herlambang, 2006). fotografi, karet, pupuk, pestisida dan baterai), Parameter Kimia pelapis logam dan campuran logam (Dewa, Dari beberapa indikator parameter kimia 2015). Kadar Kadmium yang ada dalam air hujan yang diuji meliputi pH, Besi, Fluoride, Kesadahan, yang berada di kawasan Bandar Udara Inanwatan Mangan, Nitrit, Cyanida, Sulfat, Kadmium dan Zat hasil uji memberikan angka 0,055 mg/L, Organik (KMnO4) dapat diketahui bahwa kualitas sementara batas maksium air higienis menurut air hujan yang berada di kawasan Bandar Udara Per Men Kes RI No.32 Tahun 2017 adalah 0,005 Inanwatan sudah memenuhi baku mutu yang mg/L, berarti angka ini harus diturunkan dipersyaratkan yaitu baku mutu kesehatan kadarnya supaya air hujan dapat dimanfaatkan lingkungan dan persyaratan kesehatan air untuk sebagai air higienis atau air bersih melalui filter keperluan higien sanitasi, Per Men Kes RI No.32 yang dirancang dalam penelitian ini. Dampak Tahun 2017, kecuali 3 parameter kimia yaitu pH, yang ditimbulkan apabila terdapat kelebihan Kadmium dan Zat Organik (KMnO4). Kadmium dalam air minum ataupun air yang pH (Potensial Hydrogen) adalah skala ukuran dikinsumsi oleh tubuh manusia sangatlah yang digunakan untuk mengukur aktivitas ion beresiko. kadar Cd yang masuk ke dalam tubuh hidrogen (pembentuk asam). Air hujan biasanya 0,009 – 0,02 mg org-1 hari-1. Sebagian besar Cd bersifat asam, hal ini disebabkan air hujan tersebut akan terakumulasi dalam hati dan ginjal melarutkan gas-gas yang terdapat di atmosfer, sehingga kadarnya akan jauh lebih tinggi dari misalnya gas karbondioksida (CO2), sulfur (S), dan kadar Cd tersebut pada sumbernya dan ada yang nitrogen oksida (NO2) yang dapat membentuk keluar melalui pencernaan. Masukan (intake) Cd asam lemah. Berdasarkan BMKG, Nilai Ambang secara terus menerus akan membahayakan Batas (NAB) pH air hujan normal yaitu 5,6. kesehatan manusia, karena dapat menyebabkan Sedangkan berdasarkan Permenkes RI No.32 toksisitas kronis. Kadmium jika dikonsumsi dapat Tahun 2017, standar baku mutu kesehatan mengakibatkan kerusakan pada ginjal, hati, paru- lingkungan dan persyaratan kesehatan air untuk paru dan tulang. Kadmium yang masuk ke dalam keperluan higien sanitasi untuk pH air sebesar 6,5 tubuh terkumpul di dalam ginjal, hati dan ada – 8,5. Air hujan dikatakan bersifat hujan asam sebagian yang dikeluarkan lewat saluran apabila pH < 5 (Mayasari, 2014). pH air hujan pencernaan. Secara umum gejala keracunan Cd yang berada di kawasan Bandar Udara Inanwatan pada manusia baik secara akut maupun kronis hasil uji menunjukkan angka 4,67 angka ini masih dapat mengakibatkan gangguan pada sistem dibawah range air higienis sanitasi (6,5-8,5). pernapasan, kerusakan pada fungsi organ hati Maka pH air hujan ini perlu dinaikkan kadar pH dan ginjal, pendarahan, gangguan terhadap nya supaya air hujan dapat digunakan sebagai pertumbuhan tulang yang menyebabkan keperluan air bersih atau air higienis, dengan kerapuhan tulang (Rawat et al, 2012). Di Jepang menyaring air hujan menggunakan filter yang telah terjadi keracunan oleh Cd, yang sudah dirancang. menyebabkan penyakit lumbago yang berlanjut Kadmium merupakan hasil sampingan dari ke arah kerusakan tulang dengan akibat melunak pengolahan bijih logam seng (Zn), yang dan retaknya tulang. Organ tubuh yang menjadi digunakan sebagai pengganti seng. Unsur ini sasaran keracunan Cd adalah ginjal dan hati, bersifat lentur, tahan terhadap tekanan, memiliki apabila kandungan mencapai 200 μg Cd/gram titik lebur rendah serta dapat dimanfaatkan (berat basah) dalam cortex ginjal yang akan untuk pencampur logam lain seperti nikel, perak, mengakibatkan kegagalan ginjal dan berakhir tembaga, dan besi. Senyawa kadmium juga pada kematian. Korban terutama terjadi pada digunakan bahan kimia, bahan fotografi, wanita pascamonopause yang kekurangan gizi, pembuatan tabung TV, cat, karet, sabun, kekurangan vitamin D dan kalsium. Penimbunan kembang api, percetakan tekstil dan pigmen Cd dalam tubuh mengalami peningkatan sesuai untuk gelas dan email gigi. Keberadaan Cd di usia yaitu paruh-umur dalam tubuh pada kisaran alam bercampur dengan seng (Zn) dan timbal 20 – 30 tahun (Dewa, 2015).
SIAR II 2021: SEMINAR ILMIAH ARSITEKTUR | 342
Zat organik (KMnO4) hasil uji kualitas air jauh dari ambang batas yang dipersyaratkan hujan yang berada di kawasan Bandar Udara sehingga air hujan masih aman untuk Inanwatan menunjukkan angka 11,10 mg/L, dimanfaatkan sebagai kebutuhan air bersih. angka ini melebihi ambang batas baku mutu Kandungan total coliform yang cukup banyak syarat baku mutu air higienis yaitu 10 mg/L, maka mengindikasikan adanya bakteri patogenik parameter kimia zat organik air ini perlu seperti giardia dan cryptosporidium terkandung diturunkan kadarnya menggunakan filter yang di dalam air tersebut (Chiras dan Reganold, sudah dirancang, yang salah satu bahannya 2005). Bakteri patogen tersebut dapat menggunakan serbuk keramik. menyebabkan berbagai macam penyakit, seperti Zat organik merupakan makanan disentri, kolera, penyakit saluran pencernaan, mikroorganisme yang menyebabkan pesatnya tifus, hepatitis, polio dan lain sebagainya. pertumbuhan mikroorganisme air, sehingga membahayakan masyarakat yang Filter air hujan menggunakannya untuk memenuhi kebutuhan Berdasarkan hasil uji kualitas air hujan yang sehari-hari. Air yang kelebihan zat organik dapat dilakukan, selanjutnya dirancang desain Sistem menyebabkan kerusakan pada organ ginjal, hati, Pemanenan Air Hujan (SPAH). Desain SPAH yang kulit, sistem saraf pusat (Agmalini et al ,2013). terintegrasi dengan filter pengolah air disajikan Menurut penelitian Agmalini (2013), Salah pada Gambar 2. satu cara untuk menetralkan kandungan logam berat dan kandungan zat organik yang bersifat merusak tubuh yaitu dengan menggunakan teknologi membran. Penelitian dilakukan dengan menggunakan membran keramik dengan perbandingan komposisi dari tanah liat, abu batubara dan serbuk besi yaitu 67,5%:25%:7,5%. Hasil analisa yang didapat memperlihatkan adanya peningkatan kualitas air rawa yang memenuhi persyaratan menjadi air minum. Penurunan TDS, kandungan ion logam besi (Fe) Gambar 2. Sistem Pemanenan Air Hujan (SPAH) dan kandungan zat organik (Angka KMnO4) (Sumber: penulis, 2021) cenderung cukup tinggi yaitu TDS menjadi Komposisi media filter air hujan yang sebesar 84 ppm, kandungan ion logam besi (Fe) dirancang berdasarkan hasil analisa uji kualitas air menjadi sebesar 0,042 mg/L dan kandungan zat hujan, desain filter air hujan dilihat pada Gambar organik (Angka KMnO4) menjadi sebesar 0,77 4. mg/L dan pH sekitar 6,7. Hasil analisa terdapat Tabung filter air hujan terbuat dari pipa PVC produk sesuai dengan 492/MENKES/PER/IV/2010 diameter 4 inchi, dengan panjang 80 cm. tentang persyaratan kualitas air minum. Komposisi media filter, terdiri dari : karbon aktif, tebal 25 cm; serbuk keramik, tebal 25 cm; pasir Parameter Biologi vulkanik, tebal 15 cm; dan kerikil, tebal 10 cm. Pengujian kualitas air dengan parameter biologi menggunakan dua indikator yaitu kandungan bakteri coliform total dan bakteri fecal coliform. Bakteri coliform dapat bersumber dari limbah, limpasan pertanian, kontaminasi dengan tinja dan lainnya. Dari hasil uji parameter biologi bakteri coliform total, air hujan yang berada di kawasan Bandar Udara Inanwatan menunjukkan angka <3,00/100 mL. Berdasarkan Permenkes RI No.32 Tahun 2017, standar baku mutu kesehatan lingkungan dan persyaratan kesehatan air untuk keperluan higien sanitasi, jumlah bakteri dalam air hujan tersebut masih Gambar 3. Filter air hujan
SIAR II 2021: SEMINAR ILMIAH ARSITEKTUR | 343
(Sumber: penulis, 2021) Penelitian mengenai Pemanfaatan Air Hujan Ukuran butiran media filter harus memenuhi Sebagai Sumber Air Bersih Di Wilayah Distrik kualifikasi lolos ayakan seperti pada Tabel 3. Inanwatan – Papua Barat, disimpulkan bahwa: Tabel 3. Ukuran butiran media filter a. Hasil uji kualitas air hujan menunjukkan No. Ukuran Lubang warna air bernilai angka 78 TCU, warna air ini Jenis Media Filter Saringan Saringan (mm) melebihi ambang batas baku mutu syarat. Kerikil 4 4,75 Parameter kimia yang diuji sudah memenuhi Karbon aktif (arang) 30 0,60 baku mutu yang dipersyaratkan kecuali 3 Serbuk keramik 75 0,12 parameter kimia yaitu pH, Kadmium dan Zat Pasir vulkanik 100 0,15 Organik (KMnO4). Sedangkan untuk (Sumber: penulis, 2021) parameter biologi, hasil uji kualitas air hujan Karbon aktif berfungsi sebagai penyaring dan nilai yang diperoleh masih jauh dari ambang penjernih air, yaitu dengan cara; menyerap bau, batas yang dipersyaratkan. Komposisi media menjernihkan air, mengambil klorin, dan filter air hujan yang dirancang berdasarkan menyegarkan air. Karbon aktif merupakan hasil analisa uji kualitas air hujan. material berpori-pori yang berfungsi menyerap b. Desain rancangan tabung filter air hujan setiap kontaminan yang melaluinya. Karbon aktif terbuat dari pipa PVC diameter 4 inchi, bekerja dengan cara penyerapan atau absorpsi. dengan panjang 80 cm. Komposisi media Karbon aktif yang digunakan pada model filter ini filter, terdiri dari: karbon aktif, tebal 25 cm; berasal dari arang tempurung kelapa, dan atau serbuk keramik, tebal 25 cm; pasir vulkanik, arang kayu. Penggunaan karbon aktif juga tebal 15 cm; dan kerikil, tebal 10 cm. bertujuan untuk meningkatkan nilai pH air hujan c. Hasil uji kualitas air hujan yang telah difiltrasi sehingga memenuhi standar nilai pH air layak menunjukkan nilai di bawah ambang batas konsumsi. Penggunaan serbuk keramik bertujuan maksimal menurut Peraturan Menteri untuk menurunkan kadar ion Kadmium (Cd) dan Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32 Zat Organik (KMnO4) yang larut dalam air hujan. Tahun 2017 tentang Standar Baku Mutu Berdasarkan penelitian Febrina, L. (2015), Kesehatan Lingkungan Dan Persyaratan penggunaan media filter keramik mampu Kesehatan Air Untuk Keperluan Higiene mereduksi kadar ion Fe dan Mn, sampai dengan > Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua, Dan 90%. Menurut Kurniawati, S.D. (2017), pasir Pemandian Umum. vulkanik dengan gradasi ukuran butiran yang seragam berfungsi sebagai media penyaring, DAFTAR PUSTAKA demikian pula penggunaan kerikil yang _______, Peraturan Menteri Kesehatan Republik mempunyai ukuran butiran relatif kecil dan Indonesia Nomor 32 Tahun 2017 tentang seragam, juga bertujuan sebagai media Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan penyaring. Dan Persyaratan Kesehatan Air Untuk Berdasarkan hasil uji kualitas air setelah Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang, proses filtrasi, mengalami penurunan yang Solus Per Aqua, Dan Pemandian Umum. signifikan terhadap parameter yang sebelumnya Agmalini, S., Lingga, N.N., Nasir, S., 2013, melampaui Nilai Ambang Batas (NAB). Penurunan Peningkatan Kualitas Air Rawa Menggunakan parameter terlampaui tersebut dilihat pada Tabel Membran Keramik Berbahan Tanah Liat 4. Alam dan Abu Terbang Batubara, Jurnal Tabel 4. Hasil uji kualtisa air setelah filtrasi Teknik Kimia No. 2, Vol. 19, April 2013. No. PARAMETER UJI UNIT NILAI HASIL UJI Chiras, D. and J.P. Reganold, 2005, Natural A. FISIKA Resource Conservation, dalam Wiryono 1. Warna TCU 36,00 (peny.), 2013, Pengantar Ilmu Lingkungan, B. KIMIA Pertelon Media, Bengkulu. 1. pH mg/L 6,88 Dewa, R.P., 2015, Analisa Kandungan Timbal (Pb) 2. Kadmium mg/L 0,0045 dan Kadmium (Cd) Pada Air Minum Dalam 3. Zat Organik (KMnO4) mg/L 6,94 Kemasan Di Kota Ambon, MAJALAH BIAM (Sumber: hasil pengujian, 2021) Vol. 11, No. 2 Desember 2015, Hal 76-82. SIMPULAN DAN SARAN
SIAR II 2021: SEMINAR ILMIAH ARSITEKTUR | 344
Effendi, H., 2003, Telaah Kualitas Air, Kanisius; Yogyakarta. Febrina, L, Ayuna, A., 2014., Studi Penurunan Kadar Besi (Fe) Dan Mangan (Mn) Dalam Air Tanah Menggunakan Saringan Keramik, Jurnal TEKNOLOGI, Universitas Muhammadiyah Jakarta, Jakarta. Herlambang, Arie, 2006, Pencemaran Air dan Strategi Penangulangannya, JAI vol. 2 nomor 1, Peneliti Pusat Teknologi Lingkungan, BPPT. Kurniawati, S.D., Santjoko, H., Husein, A., 2017., Pasir Vulkanik sebagai Media Filtrasi dalam Pengolahan Air Bersih Sederhana untuk Menurunkan Kandungan Besi (Fe), Mangan (Mn) dan Kekeruhan Air Sumur Gali, Jurnal SANITASI, Poltekkes Yogyakarta, D.I. Yogyakarta. Mayasari, 2014, Analisis Kualitas Air Hujan Dan Limpasan Melalui Media Green Roof di Kampus IPB Darmaga Bogor, Skripsi. https://repository.ipb.ac.id. Rawat,S.K., R.K Singh., R.P Singh, 2012, Remediation Of Nitrite Contamination In Ground And Surface Waters Using Aquatic Macrophytes, Jurnal Environtental Biol. 33:51-56.