Anda di halaman 1dari 13

PENGANTAR INSTALASI PENGOLAHAN AIR MINUM DAN

ANALISIS KUALITAS AIR


Planning of Discharge Nodes and Piping Network

Aziz Hidayatulloh1, Jefri Natanail Sianturi2, Muhammad Aditiya


Resqiyanto3, Shaffadina Putry Chessaramadhanty4
1,2,3,4,5)
Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor, Jl. Raya Dramaga
Kampus IPB, Bogor 16680

Email: shaffadinaputry@apps.ipb.ac.id

PENDAHULUAN

Air minum dapat dikatakan ideal ketika jernih, tidak berwarna, dan tidak
berasa. Air minum juga harus tidak mengandung kuman pathogen dan segala
makhluk yang membahayakan kesehatan manusia serta tidak mengandung zat
kimia yang membahayakan fungsi tubuh seperti korosif yang meninggalkan
endapan. Atas dasar pemikiran tersebut dibuat standar air minum yaitu suatu
peraturanyang memberi petunjuk tentang konsentrasiberbagai parameter yang
sebaiknya diperbolehkan ada di dalam air minum agar tujuan penyediaan air
bersih dapat tercapai. Standar demikian akan berlainan dari negara ke negara,
tergantung pada keadaan sosiokultural termasuk kemajuan teknologi suatu negara
(Rusly et al 2019). Seperti di Indonesia yang memiliki syarat yang harus dipenuhi
di bawah baku mutu air yang telah ditetapkan oleh pemerintah PERMENKES
Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 mengenai persyaratan kualitas air minum
sehingga perlu dilakukannya adanya instalasi pengolahan air bersih untuk
mencapai syarat.

Instalasi Pengolahan Air Bersih digunakan untuk mengolah air baku menjadi
air bersih yang mempunyai kualitas aman untuk dikonsumsi dalam kehidupan
sehari- hari. Kegiatan Instalasi Pengolahan Air Bersih akan memberikan dampak
yang besar terhadap kualitas lingkungan khususnya adalah air. Parameter yang
paling besar dan berpengaruh terhadap kandungan air baku yang akan diolah
menjadi air bersih adalah Fe (Ferrom/Besi) dan Mn (Mangan) yang terkandung di
dalam air baku. Sebab kandungan Fe dan Mn yang melebihi standart air baku jika
digunakan untuk kehidupan sehari-hari dapat menyebakan penyakit ginjal bila
mengonsumsi air yang mengandung Fe dan Mn karena kandungan Fe dan Mn
lama mengendap pada tubuh, biasanya terjadi pada jangka waktu yang lama
(Candra 2018). Tujuan dari praktikum ini adalah dapat membahas dan
membandingkan dari aspek teknis (engineering) tentang Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Setelah
itu, melakukan penilaian menggunakan
10
metode Storet pada setiap parameter dengan acuan baku mutu Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air
Minum, dan dapat menunjukkan secara detail penilaian sehingga diperoleh kelas
mutu air dari sungai Indrapura dan dapat menganalisis dan menentukan
pentahapan unit IPAM dan rencana kapasitas unit.

TINJAUAN PUSTAKA
Kualitas Air Minum
Air merupakan elemen yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Sebagian
besar tubuh manusia, sekitar 70%, terdiri dari air. Kita memerlukan air minum
untuk menjaga tubuh tetap terhidrasi dan mencegah dehidrasi. Seiring dengan
peningkatan standar hidup, permintaan akan air juga akan meningkat. Salah satu
cara untuk memenuhi kebutuhan akan air adalah dengan mencari dan
mendapatkan sumber air tambahan, seperti mencari air tanah, air sungai, atau air
danau (Rahmiatia 2020).
Penurunan kualitas air minum disebabkan karena sistem pengolahan air
mengalami penurunan kinerja dalam usaha mengolah sumber air baku atau
penurunan kualitas air ini juga bisa disebabkan oleh penurunan kualitas air baku
yang digunakan, misalnya sumber air yang digunakan adalah air permukaan dan
mengalami penyurutan atau kekeruhan air meningkat akibat terjadinya erosi,
meningkatnya volume sampah pada badan air dan banyak kemungkinan lain yang
terjadi pada badan air yang digunakan (Biela 2016). Air yang layak diminum
adalah air yang memenuhi standar baku mutu menurut PERMENKES RI No.
492/MENKES/IV/2010 tentang “Persyaratan Kualitas Air Minum”. Parameter-
parameter yang harus dilihat yaitu parameter fisik, kimiawi dan bakteriologis, dan
parameter tersebut merupakan satu kesatuan. Jadi jika ada satu saja parameter
yang tidak memenuhi syarat maka air tersebut tidak layak untuk diminum.
Pemakaian air minum yang tidak memenuhi standar kualitas tersebut dapat
menimbulkan gangguan kesehatan, baik secara langsung maupun tidak langsung
(Nadya et al. 2015). Bakteri coliform adalah mikroorganisme yang digunakan
sebagai penanda untuk menilai tingkat kebersihan sumber air. Jika bakteri ini
hadir dalam air minum, itu menunjukkan bahwa air tersebut mungkin
terkontaminasi oleh limbah manusia (Putri dan Kurnia 2018).

Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM)


Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM) adalah sebuah fasilitas produksi
dalam sistem penyediaan air minum. Fasilitas produksi ini mencakup semua
elemen, seperti bangunan pengolahan, peralatan operasional, instrumen pengukur,
serta fasilitas penyimpanan air minum yang digunakan untuk mengubah air
mentah menjadi air minum melalui berbagai metode fisik, kimia, dan biologis
(Hariono dan Marsono 2022). IPAM berperan sebagai serangkaian langkah yang
bertujuan untuk mengolah air mentah sehingga bisa dikonsumsi. Biasanya,
proses pengolahan di

10
IPAM mencakup koagulasi, flokulasi, sedimentasi, filtrasi, dan tahap disinfeksi
(Ramadhan et al. 2019). Pemilihan unit pengolahan khusus bergantung pada
karakteristik dan kualitas air mentah yang akan diolah, sehingga hasil akhir
memenuhi standar kualitas air yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Perancangan IPAM akan direncanakan dalam 4 tahap. Tahapan pengolahan
yang akan digunakan sebagai yang pertama adalah tahap koagulasi & flokulasi
Air baku, Tahap kedua sedimentasi Tahap untuk memisahkan partikel flok yang
telah terbentuk. Tahap ketiga filtrasi, tahapan untuk memisahkan partikel yang
masih lolos dalam proses pengendapan. Tahap keempat desinfeksi tahapan untuk
mematikan mikroorganisme yang masih terkandung dalam air olahan. Dengan
hal ini diharapkan kebutuhan masyarakat akan air bersih dan higienis dapat
terpenuhi (Morar et al. 2016).

Debit Harian Maksimum (Qhm)


Debit Harian Maksimum adalah parameter kunci dalam hidrologi yang
digunakan untuk menentukan besarnya debit air yang dapat terjadi pada suatu
sungai atau aliran air selama satu hari tertentu. Pengembangan konsep Qhm telah
mengalami evolusi sepanjang waktu, dengan perubahan dalam metode
perhitungan dan pemahaman yang semakin baik tentang faktor-faktor yang
memengaruhi besarnya Qhm. Pada umumnya, metode perhitungan Qhm
melibatkan analisis data curah hujan, kondisi topografi, dan sifat hidrologis
daerah aliran sungai.
Qhm memiliki peran penting dalam perencanaan dan desain infrastruktur air,
seperti bendungan, saluran air, dan proyek-proyek tata air lainnya. Penggunaan
Qhm yang akurat sangat penting dalam memastikan keamanan dan kinerja
infrastruktur ini, terutama dalam menghadapi potensi banjir dan bencana alam
lainnya.

Metode Sohret
Metode Sohret adalah suatu pendekatan yang berkaitan dengan permodelan
geologi dan pemetaan bawah permukaan. Metode ini telah menjadi fokus utama
dalam penelitian geofisika terapan dan eksplorasi minyak dan gas. Metode Sohret
menggunakan berbagai alat dan teknik geofisika untuk memahami struktur bawah
permukaan tanah yang mencakup parameter geologi, seperti resistivitas dan
refraksivitas gelombang seismik.
Metode Sohret telah terbukti sangat efektif dalam mengidentifikasi lapisan
batuan, keberadaan sumber daya alam, dan bahkan potensi kegempaan. Penelitian
terbaru telah mencoba mengintegrasikan metode Sohret dengan teknologi terkini,
seperti pemrosesan data berkecepatan tinggi dan perangkat lunak pemodelan 3D,
untuk meningkatkan ketepatan dan akurasi pemetaan bawah permukaan. Melalui
pemanfaatan metode Sohret, pemahaman kita tentang karakteristik geologi bawah
permukaan semakin berkembang, dan hal ini memberikan kontribusi penting
dalam eksplorasi sumber daya alam dan mitigasi risiko geologi.

10
METODOLOGI
Praktikum dilaksanakan pada hari Kamis , 19 Oktober 2023 pada pukul 13.00-
15.00 WIB. Praktikum dilakukan secara daring melalui Zoom Meeting. Alat dan
bahan yang digunakan antara lain laptop yang dilengkapi perangkat lunak
Microsoft Excel serta modul praktikum. Praktikum ini dilakukan dengan tujuan
Tujuan dari praktikum membahas dan membandingkan dari aspek teknis
(engineering) tentang Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun
2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air dan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang
Persyaratan Kualitas Air Minum. Dalam praktikum pengolahan IPAM terdapat
beberapa tahapan yaitu penentuan kualitas air, penentuan status mutu air,
penetahapan unit IPAM dan rencana kapasitas unit IPAM, dan alternatif
pemilihan unit IPAM.Pada penentuan status mutu air terdapat dua metode yaitu
metode indeks pencemar dan metode storet. Pada praktikum ini digunakan metode
storet. Metode Storet (Kep. Men. LH No. 115/2003) dapat digunakan dalam
menentukan status mutu air di Indonesia. Dengan metode Storet ini, parameter-
parameter kualitas air dapat diketahui telah memenuhi atau melampaui baku mutu
air (Per. Men. Kes. No. 492/MENKES/PER/IV/2010). Secara prinsip, metode
Storet membandingkan antara data kualitas air dengan baku mutu air sesuai
dengan peruntukannya sehingga status mutu air dapat ditentukan. Penentuan status
mutu air pada metode ini menggunakan sistem nilai dari US-Environmental
Protection Agency (US-EPA) melalui dengan empat kelas klasifikasi mutu air
(Tabel 1).

Tabel 1 Evaluasi nilai status mutu air metode Storet


Kelas Kondisi Nilai Mutu air
A Baik Sekali 0 Memenuhi baku mutu
B Baik -1 sampai -10 Tercemar ringan
C Sedang -11 sampai -30 Tercemar sedang
D Buruk lebih besar dari -31 Tercemar berat

Ketika suatu parameter pengukuran tidak memenuhi baku mutu, maka


ditentukan status mutu air seperti pada Tabel 2. Pentahapan unit IPAM dan
rencana kapasitas unit ditentukan dengan memepertimbangkan sosial, ekonomi,
penduduk, dan biaya untu membangun instalasi pengolahanair bersih, kebutuhan
air minum sesuai dengan peningkatan jumlah penduduk pada tahun perencanaan.

10
Tabel 2 Sistem nilai pada metode Storet untuk menentukan status mutu air
Parameter
Jumlah contoh Nilai
Fisika Kimia Biologi
Maksimum -1 -2 -3
< 10 Minimum -1 -2 -3
Rata-rata -3 -6 -9
Maksimum -2 -4 -6
≥ 10 Minimum -2 -4 -6
Rata-rata -6 -12 -18

Pentahapan unit IPAM dan rencana kapasitas unit ditentukan dengan memepertimbangkan
sosial, ekonomi, penduduk, dan biaya untu membangun instalasi pengolahan air bersih,
kebutuhan air minum sesuai dengan peningkatan jumlah penduduk pada tahun perencanaan.
Kisaran untuk debit satu unit IPAM ditentukan sesuai kebutuhan berdasarkan kebutuhan air
tahun perencanaan, ketersediaan lahan, dan biaya konstruksi. Pada pentahapan satu unit IPAM,
kapasitas unit diusahakan dapat memberikan kebutuhan produksi air yang besar dan tidak perlu
menambahkan jumlah unit pada periode waktu singkat. Penentuan kapasitas unit berdasarkan
dari kebutuhan harian maksimum (Qhm) pada tahun terkini dan tahun perencanaan.
Secara sederhana prosedur kegiatan praktikum ini digambarkan pada diagram alir berikut:

Mulai

Data-data hasil pengukuran konsentrasi parameter status mutu air dan baku mutu
diinput ke dalam Microsoft Excel

Hasil pengukuran dilapangan dibandingkan dengan baku mutu, apakah diperlukan


penambahan/penghilangan pada parameter tersebut

Gambar 1 Diagram alir penentuan status mutu air

10
A

Skor storet setiap parameter dihitung berdasarkan pedoman penentuan sistem nilai
untuk menentukan status mutu air

Kemudian skor storet dari semua parameter ditotal

Total skor storet digunakan untuk menentukan status mutu air berdasarkan aku mutu
PP 82 tahun 2001dan baku mutu Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
492/MENKES/PER/IV/2010, sehingga dipilihlah kelas air yang cocok dengan data
yang sudah dianalisis

Parameter-parameter yang tidak sesuai dengan baku mutu ditentukan unit


pengolahan yang cocok agar sesuai dengan standar yang berlaku

Selesai

Gambar 2 Diagram alir penentuan status mutu air (lanjutan)

Rumus yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :


Jumlah storet = nilai maksimum + nilai minimum + nilai rata-rata...............(1)
Debit total = kapasitas unit x jumlah unit....................................................(2)
Debit sisa = debit total – debit harian maksimum.....................................(3)
Unit tambahan = Jumlah unit tahun (X) – jumlah unit tahun (X-1)..................(4)

PEMBAHASAN
Kualitas air bersih yang berasal dari sumber air tanah dipengaruhi oleh situasi serta kondisi
sanitasi dan konstruksi dari sumur. Kualitas air adalah faktor yang sangat krusial dalam
menentukan kebersihan air tersebut. Persyaratan untuk kualitas air bersih mengacu pada
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2017 tentang batasan
minimal yang harus dipenuhi dalam hal higiene sanitasi sehingga air tidak menjadi penyebab
penyakit dan masalah teknis bagi masyarakat (Sulistryorini et al. 2016). Upaya menjaga
kebersihan dan sanitasi bertujuan meningkatkan kesehatan masyarakat yang menggunakan air
bersih dalam keperluan seperti mandi, menyikat gigi, mencuci pakaian, dan perkakas.
Beberapa parameter yang harus diukur dalam menentukan kualitas air menentukan kualitas air
yaitu suhu, kekeruhan, warna, daya hantar listik (DHL), jumlah zat padat terlarut (TDS), rasa,
dan bau. Parameter fisika yang diukur mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 yang menetapkan persyaratan kualitas air minum.
Penurunan

10
kualitas air dapat diindikasikan dengan peningkatan kadar parameter fisika terukur. Parameter
kimia mengacu pada ketidakadaan unsur atau substansi kimia yang berpotensi berbahaya bagi
kesehatan manusia. Selain itu, komponen tertentu yang membantu menjaga kondisi air agar
bebas dari mikroorganisme berbahaya harus dijaga dalam konsentrasi yang sesuai. Parameter ini
dapat dikelompokkan menjadi dua kategori, yakni bahan kimia yang dapat berdampak langsung
pada kesehatan manusia dan berpotensi menyebabkan masalah bagi konsumen. Kategori pertama
melibatkan bahan-bahan anorganik, organik, dan tingkat pH. Terakhir parameter bakteriologis
merupakan jumlah maksimum E. coli dan total bakteri Coliform per 100 ml sampel (Permenkes
No. 492/Menkes/Per/IV/2010).
Penentuan kapasitas unit didasarkan pada kebutuhan harian maksimum (Qhm) pada tahun
terkini dan tahun perencanaan. Untuk menghitung proyeksi kebutuhan air, terlebih dahulu
dilakukan proyeksi jumlah penduduk sesuai dengan jangka waktu atau periode desain yang
hendak direncanakan. Periode waktu yang digunakan adalah tahun 2023, 2038, dan 2053. Tabel
3 menunjukkan data debit sisa terkecil yang sudah diolah menggunakan metode dan urut
didapatkan hasil bahwa debit sisa terkecil adalah 25 L/detik. Pengolahan data lanjutan
menghasilkan nilai parameter-parameter yang terdapat pada Tabel 3 yang menyatakan persen
sisa produksi tahun 2023, 2038, dan 2053 secara berurut adalah 2,59 %; 3,06 %; dan 9,20 %.
Kapasitas produksi masing-masing tahun perencanaan secara berurut diperoleh sebesar 225
L/detik, 300 L/detik, dan 425 L/detik. Hubungan antara tahun perencanaan dengan kapasiitas
produksi akan menunjukan pentahapan unit kapasitas yang dapat dilihat pada Gambar 3.

Tabel 3 Hasil perhitungan rekapitulasi kapasitas IPAM


Kapasitas Qsisa
Penambahan Jumlah Kebutuhan Qunit % sisa
Tahun produksi produksi
Unit Unit air (L/dt) (L/dt) produksi
(L/dt) (L/dt)
2023 - 9 225 219,18 25 5,82 2,59
2038 3 12 300 290,82 25 9,18 3,06
2053 5 17 425 385,90 25 39,10 9,20

Kapasitas Produksi Per Tahun


500
Kapasitas Produksi (L/detik)

400
300
200
100
0
2023 2038 2053
Tahun

Gambar 3 Kapasitas produksi tahun 2023, 2038, dan 2053

10
Kebutuhan akan air minum akan terus meningkat dengan pertumbuhan penduduk suatu
wilayah seiring berjalannya waktu. Gambar 3 menunjukkan kapasitas produksi yang diperlukan
pada tahun-tahun perencanaan 2023, 2038, dan 2053 mengalami peningkatan seiring berjalannya
waktu. Oleh karena itu, perencanaan yang efisien untuk Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM)
harus dierhatikan. Debit yang diperlukan untuk setiap unit IPAM harus diputuskan berdasarkan
kebutuhan air selama periode tahun perencanaan, ketersediaan lahan, dan biaya konstruksi. Hal
ini untuk memastikan bahwa kapasitas setiap unit dapat memenuhi produksi air yang cukup besar
dan tidak memerlukan penambahan unit dalam jangka waktu yang singkat selama tahap
pengembangan IPAM. Untuk menentukan kapasitas unit yang paling efisien, perlu dilakukan
perhitungan yang menghasilkan debit sisa terkecil untuk tahun-tahun tersebut. Berdasarkan data
dalam Tabel 1, kapasitas unit yang paling efisien adalah sebesar 25 liter/detik.

10
Tabel 4 Parameter melewati baku mutu pada Sungai Indrapura
Parameter Konsentrasi
Hasil Nilai
Hasil Hasil Penambahan / Nilai Nilai Skor
KELOMPOK analisis Baku rata-
Satuan analisis analisis Penghilangan minimum maksimum STORET
2 rata- Mutu* rata
min. rata maks.
FISIKA
Temperatur °C 25,1 26 27 24-30 0 0 0 0 0
Warna NTU 328 340 349
Kekeruhan NTU 253 254 272
Zat pada
terlarut mg/l 1004 1050 1108 1000 -50 0 -6 -2 -8
KIMIA
pH mg/l 6,1 6,3 6,4 06 - 09 0 0 0 0 0
Klorida mg/l 502 530 543 600 0 0 0 0 0
CO2 Agresif mg/l 1,7 2 2,1
Sulfat mg/l 406 421 442 400 -21 -4 -12 -4 -20
Flourida mg/l 1,3 2 2,2 0,5 -1,5 -2 -6 -2 -10
Kalsium mg/l 3,3 4 4,6
Aluminium mg/l 27 29 31
Kesadahan mg/l 2,1 2,5 2,8
DO mg/l 5,7 6,3 6,4 6 -0,3 0 -6 -2 -8
Natrium mg/l 1,7 2 2,2
Seng mg/l 3,7 4,2 4,4 0,05 -4,15 -2 -6 -2 -10
Zat organik mg/l 29,3 30,5 31,3 10 -20,5 -4 -12 -4 -20
Amonia mg/l 5,2 7,5 8,1 0,5 -7 -2 -6 -2 -10
Nitrat mg/l 10,3 11 11 10 -1 -4 -12 -4 -20
Nitrit mg/l 0,03 0,05 0,06 0,06 0 0 0 0 0
Besi mg/l 0,9 1,3 1,6 0,3 -1 -2 -6 -2 -10
Mangan mg/l 1,1 1,5 1,7 0,1 -1,4 -2 -6 -2 -10
Timbal mg/l 1 1,2 1,2 0,03 -1,17 -2 -6 -2 -10
Kadmium mg/l 0,01 0,01 0,02 0,01 0 0 0 -2 -2
Raksa mg/l 0,001 <0,001 0,002 0,001 0 0 0 -2 -2
Deterjen mg/l 127 130 171 200 0 0 0 0 0
BIOLOGI
Total Koliform MPN/00 450 900 990 1000 0 0 0 0
KELAS AIR : Tercemar Berat D TOTAL SKOR : -24 -84 -32 -140
UNIT PENGOLAHAN TERPILIH

Berdasarkan Tabel 4, kondisi Sungai Indrapura yang buruk dikarenakan tercemar berat
mengakibatkan IPAM Kawasan Terpadu Mandalapura harus mengolah air sungai tersebut secara
optimal. Setiap parameter memerlukan metode dari unit yang berbeda untuk mengolahnya agar
memenuhi baku mutu air yang diinginkan, sehingga pelaksanaan pengolahan air Sungai
Indrapura oleh IPAM dilakukan melalui kombinasi unit yang berbeda-beda untuk memastikan
semua parameter tersebut dapat diubah agar sesuai dengan baku mutu. Unit yang umumnya
dimiliki oleh IPAM terbagi dalam tiga garis besar yaitu Prapengolahan yang mencangkup
prasedimentasi dan praklorinasi, tahap Pembunuhan yang mencangkup adsorban, koagulan, dan
korektor pH, serta tahap Perlakuan yang mencangkup koagulasi, flokulasi, sedimentasi, filter
pasir cepat, filter pasir lambat, injeksi klor, injeksi asam/basa, dan pengolahan tambahan.
Kondisi Sungai Indrapura yang tercemar berat dengan banyak pencemar menjadikan IPAM harus
menggunakan seluruh unit yang ada ditambah dengan pengolahan tambahan berupa ion
exchange agar dapat menurunkan kadar dari parameter pencemar.

10
Tabel 5 Skema yang menyisakan debit paling sedikit

Tahun 2023 Tahun 2038 Tahun 2053


Kapasitas
ΣQsisa
Unit
(L/dtk)
(L/detik)
Qhm Jumlah Q Total Q Sisa Qhm Jumlah Q Total Q Sisa Qhm Jumlah Q Total Q Sisa
(L/detik) Unit (L/detik) (L/detik) (L/detik) Unit (L/detik) (L/detik) (L/detik) Unit (L/detik) (L/detik)

25 219,18 9 225 5,82 290,82 12 300 9,18 385,90 17 425 39,10 54,10

30 219,18 8 240 20,82 290,82 10 300 9,18 385,90 14 420 34,10 64,10

35 219,18 7 245 25,82 290,82 9 315 24,18 385,90 12 420 34,10 84,10

40 219,18 6 240 20,82 290,82 8 320 29,18 385,90 11 440 54,10 104,10

45 219,18 5 225 5,82 290,82 7 315 24,18 385,90 10 450 64,10 94,10
50 219,18 5 250 30,82 290,82 6 300 9,18 385,90 9 450 64,10 104,10

55 219,18 4 220 0,82 290,82 6 330 39,18 385,90 8 440 54,10 94,10

60 219,18 4 240 20,82 290,82 5 300 9,18 385,90 7 420 34,10 64,10

65 219,18 4 260 40,82 290,82 5 325 34,18 385,90 7 455 69,10 144,10
70 219,18 4 280 60,82 290,82 5 350 59,18 385,90 6 420 34,10 154,10

75 219,18 3 225 5,82 290,82 4 300 9,18 385,90 6 450 64,10 79,10
80 219,18 3 240 20,82 290,82 4 320 29,18 385,90 6 480 94,10 144,10

85 219,18 3 255 35,82 290,82 4 340 49,18 385,90 5 425 39,10 124,10

90 219,18 3 270 50,82 290,82 4 360 69,18 385,90 5 450 64,10 184,10
95 219,18 3 285 65,82 290,82 4 380 89,18 385,90 5 475 89,10 244,10

100 219,18 3 300 80,82 290,82 3 300 9,18 385,90 5 500 114,10 204,10

Selain dari dilakukannya penentuan kualitas dan status mutu air untuk menentukan
penggunaan unit, pada pengoperasian IPAM juga perlu dilakukan proses pentahapan untuk
memastikan kapasitas produksi yang dihasilkan dapat mencukupi kebutuhan air yang diperlukan.
Berdasarkan Tabel 5, hasil analisis awal pada Kawasan Terpadu Mandalapura, kebutuhan air
harian maksimum (Qhm) masyarakat pada tahun 2023 mencapai 219,18 lt/dtk. Menggunakan
jumlah dan pertumbuhan penduduk setiap tahunnya maka dengan mudah didapatkan kebutuhan
air harian maksimum (Qhm) masyarakat Kawasan Terpadu Mandalapura untuk beberapa tahun
kedepan yaitu tahun 2038 dan 2053 secara berturut sebesar 290,82 lt/dtk dan 385,90 lt/dtk, nilai
kebutuhan air harian maksimum tersebut menjadi dasar untuk pentahapan IPAM pada tahun
2023 dan perencanaan penambahan unit pada tahun 2038 dan 2053. Pentahapan dilakukan
betujuan agar mendapatkan penggunaan unit seefisien mungkin untuk memenuhi kebutuhan, hal
tersebut ditandai dengan kombinasi kapasitas unit (Q unit) dengan jumlah unit yang
menghasilkan debit sisa (Q sisa) minimum dari produksi total dengan kebutuhan. Selain itu
untuk mendapatkan hasil seefisien mungkin kombinasi kapasitas unit harus dapat menghasilkan
debit sisa minimum hingga tahun rencana pentahapan yaitu tahun 2053.

Pentahapan yang dilakukan pada IPAM Kawasan Terpadu Mandalapura mendapatkan


kapasitas unit (Q unit) untuk menghasilkan proses pengolahan paling efisien ialah sebesar 25
lt/dtk. Dimana dengan total unit pada tahun 2023 sebanyak 0 unit, tahun 2038 sebanyak 3 unit,
dan pada tahun 2053 sebanyak 5 unit sebagaimana rinciannya dapat diamati pada Tabel 3.
Penambahan jumlah unit tersebut sejalan dengan peningkatan kebutuhan air yang menigkat
setiap tahunnya yang ditunjukan oleh grafik pada Gambar 3.

10
DAFTAR NOTASI
𝑄ℎ𝑚 = Debit harian maksimum (L/detik)
𝐹ℎ𝑚 = Faktor harian maksimum
𝑄𝑟 = Debit rata-rata atau total kebutuhan air (L/detik)
𝑄𝑗𝑝 = Debit jam puncak (L/detik)
𝐹𝑗𝑝 = Faktor jam puncak
𝑄𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = Debit total (L/detik)
𝑄𝑠𝑖𝑠𝑎 = Debit sisa (L/detik)
𝐼𝑃𝑗 = Indeks pencemaran bagi peruntukkan
(𝐶𝑖/𝐿𝑖𝑗)𝑀 =nilai Ci/Lij maksimum
(𝐶𝑖/𝐿𝑖𝑗)𝑅 = nilai Ci/Lij rata-rata

KESIMPULAN
Kualitas air bersih yang berasal dari sumber air tanah dipengaruhi oleh sanitasi dan
konstruksi sumur, serta faktor-faktor fisika dan kimia tertentu. Upaya menjaga kebersihan dan
sanitasi air bersih sangat penting untuk kesehatan masyarakat. Beberapa parameter yang harus
diukur untuk menentukan kualitas air meliputi suhu, kekeruhan, warna, daya hantar listrik,
jumlah zat padat terlarut, rasa, bau, dan parameter bakteriologis. Penurunan kualitas air dapat
diindikasikan oleh peningkatan parameter fisika yang terukur, serta ketidakadaan unsur atau
substansi kimia berbahaya. Pengembangan Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM) harus
mempertimbangkan kebutuhan air selama periode tahun perencanaan, ketersediaan lahan, dan
biaya konstruksi. Pemilihan kapasitas unit yang efisien, berdasarkan perhitungan debit sisa
terkecil, adalah kunci untuk memenuhi kebutuhan air yang terus meningkat. Kondisi buruk
Sungai Indrapura yang tercemar berat memerlukan pengolahan air melalui kombinasi unit yang
berbeda untuk memenuhi baku mutu air yang diinginkan. IPAM harus menggunakan berbagai
unit termasuk prapengolahan, tahap pembunuhan, dan tahap perlakuan, serta pengolahan
tambahan seperti ion exchange. Pentahapan IPAM harus dipertimbangkan untuk memastikan
kapasitas produksi yang mencukupi. Kombinasi kapasitas unit harus menghasilkan debit sisa
minimum hingga tahun rencana pentahapan. Dalam kasus IPAM Kawasan Terpadu
Mandalapura, kapasitas unit yang paling efisien adalah sebesar 25 liter/detik, dengan
penambahan unit seiring peningkatan kebutuhan air masyarakat setiap tahunnya. Keseluruhan
perencanaan dan pengoperasian IPAM sangat penting untuk memastikan pasokan air bersih yang
cukup dan memenuhi standar kualitas air yang diperlukan untuk menjaga kesehatan masyarakat.

10
Daftar Pustaka
Candra A. 2018. Sistem pengolahan dan analisis kualitas air minum secara fisika dan kimia di
PDAM Tirtamarta Yogyakarta berdasarkan PERMENKES nomor
907/Menkes/SK/VII/2002 dalam upaya pencapaian SDGs tujuan 6. Jurnal BAPPEDA.
4(3):174-181

Putri MA, Kurnia P.2018. Identifikasi keberadaan bakteri coliform dan total mikroba dalam es
dung-dung di sekitar Universitas Muhammadiyah Surakarta. Media Gizi Indonesia.
13(1): 40– 48.

Rahmiati. 2020. Pemeriksaan kualitas air minum isi ulang secara mikrobiologis. Jurnal Sains
Ilmiah. 1(1): 31-37.

Rusly S, Budiman B, Rismawati N. 2019. Study kualitas air pada instalasi pengolahan air
vatutela PDAM Kota Palu. Jurnal Kolaboratif Sains. 2(1): 167-174

Sulistyorini, I. S., Edwin, M., & Arung, A. S. (2016). Analisis kualitas air pada sumber mata air
di kecamatan Karangan dan Kaliorang kabupaten Kutai Timur. Jurnal hutan tropis, 4(1),
64-76.

10
Lampiran 1. Contoh Perhitungan

Diketahui :
 kapasitas unit 25
 jumlah unit 9
 Debit harian maksimum (Qhm) :219,18
 Jumlah unit tahun (X) 17
 jumlah unit tahun (X-1) 12

 Debit total = kapasitas unit x jumlah unit


= 25 * 9
= 225

 Debit sisa = debit total – debit harian maksimum


= 225 – 219,18
= 5,82
 Unit tambahan = Jumlah unit tahun (X) – jumlah unit tahun (X-1)
= 17 – 12
=5
 Kapasitas produk = Jumlah unit x Debit unit
= 9 * 25
= 225

10

Anda mungkin juga menyukai