Anda di halaman 1dari 15

MODEL PERBANDINGAN GENETIK MENURUT MENDEL

LAPORAN PRAKTIKUM
diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Genetika
dosen pengampu: Dr. Suhara, M.Pd., Dr. Hj. Diah Kusumawaty, M.Si.,
Dr. Hj. Sri Anggraeni, M.S., Dr. H. Riandi, M.Si.

oleh:
Kelas A
Kelompok 2
Annisa Fadhila (1500145)
Aulia Fuji Yanti (1501665)
Hamidah Siti Nurjanah (1501472)
Nurul Aulia Rahmi K (1503737)
Raka Firdansyah (1504354)
Siti Salma (1507518)

DEPARTEMEN PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2018
A. Judul
Model Perbandingan Genetik Menurut Mendel.

A. Waktu dan Tempat

Hari, tanggal : Selasa, 14 Februari 2018.


Waktu : Pukul 07.00 s.d. 09.30 WIB.
Tempat : Laboratorium Mikrobiologi Gedung FPMIPA A UPI.

B. Tujuan
1. Membuktikan perbandingan menurut Mendel 1:2:1 untuk rasio genotip dan
3:1 untuk rasio fenotip pada persilangan monohibrid, serta perbandingan
fenotip 9:3:3:1 pada persilangan dihibrid.
2. Menghitung χ2 untuk menguji data hasil pengamatan.
3. Menginterpretasi nilai χ2 setelah dibandingkan dengan nilai χ2 pada tabel.

C. Landasan Teori
Sekitar tahun 1857, ada seorang biarawan bernama George Mendel yang
melakukan percobaan terkait pewarisan sifat pada tanaman kacang ercis, hingga
terlahirlah hukum genetika modern atau yang lebih dikenal dengan “Hukum
Mendel”. Salah satu alasan mengapa Mendel mungkin memilih meneliti ercis
adalah tanaman itu tersedia dalam banyak varietas. Misalnya, satu varietas
memiliki bunga ungu, sedangkan varietas yang lain memiliki bunga putih. Sifat
terwariskan yang berbeda-beda di antara individu, misalnya warna bunga,
disebut karakter. Setiap varian untuk satu karakter, misalnya warna ungu atau
putih untuk bunga, disebut sifat (Campbell, 2010).
Tiap sifat dari makhluk hidup dikendalikan oleh sepasang faktor
keturunan yang dikenalkan dengan gen. Sepasang gen ini, satu berasal dari
induk jantan dan yang satu lagi berasal dari induk betina. Gen yang sepasang
ini disebut satu alel. Gen yang sealel akan memisah satu dengan yang lainnya
pada waktu gametogenesis. Peristiwa pemisahan ini disebut segregasi bebas
(Tim Dosen Genetika, 2016). Sifat keturunan yang dapat kita amati/lihat
(warna, bentuk, ukuran) dinamakan fenotip. Sifat dasar yang tak tampak dan
tetap (artinya tidak berubah-ubah karena lingkungan) pada suatu individu
dinamakan genotip (misalnya TT, tt), (Suryo, 1984).
Stern dalam Suryo (1984) betrpendapat bahwa genotip dan lingkungan
dapat menetapkan fenotip atau dengan lain perkataan fenotip merupakan
resultante dari genotip dan lingkungan. Dengan demikian, maka dua genotip
yang sama dapat menunjukkan fenotip yang berlainan, apabila lingkungan bagi
kedua fenotip itu berlainan. Contohnya anak kembar satu-telur tentunya
memiliki genotip yang sama, tetapi jika kedua anak itu dibesarkan dalam
lingkungan yang berbeda, maka akhirnya mereka masing-masing akan
memiliki fenotip yang berlainan.
Hasil penelitian Mendel dengan melakukan persilangan berbagai
varietas kacang kapri (Pisum sativum) untuk monohibrid menyimpulkan bahwa
setiap sifat organisme ditentukan oleh faktor, yang kemudian disebut gen.
Faktor tersebut diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dalam
setiap individu tanaman terdapat dua faktor (sepasang) untuk masing-masing
sifat, yang kemudian dikenal dengan istilah sepasang (dua) alel; satu faktor
berasal dari tetua jantan dan satu faktor lagi berasal dari tetua betina. Dalam
penggabungan tersebut, setiap faktor tetap utuh dan selalu mempertahankan
identitasnya. Pada saat pembentukan gamet, setiap faktor dapat dipisah kembali
secara bebas. Peristiwa ini kemudian dikenal sebagai Hukum Mendel I, yaitu
Hukum Segregasi. Perbandingan fenotipe F2 pada monohibrid untuk ciri
dominan: ciri resesif = 3:1 terjadi karena adanya proses penggabungan secara
acak gamet betina dan jantan dari tanaman F1 pada saat pembuahan (fertilisasi)
yang didahului dengan proses penyerbukan (Wirjosoemarto, 2008).
Menurut Hukum Perpaduan Bebas (Hukum Mendel II), gen-gen akan
bergabung satu sama lain secara bebas dalam proses pembentukan gamet.
Berdasarkan teori peluang, munculnya gen-gen pada suatu gamet merupakan
munculnya kejadian-kejadian secara serempak.Berdasarkan teori peluang,
munculnya gen-gen pada suatu gamet merupakan munculnya kejadian-kejadian
secara serempak. Bila Hukum Mendel tersebut benar, maka peluang munculnya
suatu kombinasi gen dalam satu gamet sama dengan hasil penggandaan
peluang-peluang gen tunggal; yaitu peluang munculnya kejadian bebas. Sudah
diketahui bahwa proses penggabungan dua gamet pada saat pembuahan juga
merupakan kejadian bebas; yang berarti juga peluangnya dapat digandakan.
Karena itu untuk gen-gen bebas, peluang munculnya suatu genotipe sama
dengan hasil penggandaan peluang munculnya alel-alel, misal untuk
persilangan dihibrid: AABB x aabb  F1 : AaBb (Yusuf, 2008).
Pada persilangan monohibrid, prinsip segregasi secara bebas dapat
dibuktikan dengan mengawinkan suatu jenis organisme dengan mengamati
suatu tanda beda pada organisme tersebut. Persilangan antara generasi F1 akan
menghasilkan generasi F2 yang terdiri dari dua macam fenotip dengan rasio 3:1
atau tiga macam genotip 1:2:1. Sedangkan, pada persilangan dihibrid, gen-gen
yang terletak pada kromosom yang berbeda akan berpasangan secara bebas
ketika gametogenesis, sehingga akan menghasilkan empat macam fenotip
dengan perbandingan 9:3:3:1 (Tim Dosen Genetika, 2016).

D. Alat dan Bahan


1. Alat
Tabel 1. Alat yang digunakan
No. Alat Jumlah
1. Kancing cetet Secukupnya
2. Label Secukupnya
3. Pena 1 unit
4. Kertas Secukupnya
5. Kamera 1 unit
E. Langkah Kerja
1. Hereditas Monohibrid
Bagan alur 1. Hereditas Monohibrid

Kancing cetet 100 kacing cetet


sejumlah merah untuk
dipisahkan menggambarkan
Alat-alat yang akan menurut warna fenotip karakter 1
digunakan tertentu yang telah dan 100 kancing
disiapkan terlebih ditentukan untuk cetet putih untuk
dahulu menggambarkan menggambarkan
fenotip karakter karakter II
pada persilangan disiapkan

Dari masing- Masing-masing


masing wadah kelompok kancing
Pasangan kancing diambil satu cetet merah dan
dikelompokan kancing secara putih dipisahkan
menurut acak lalu sama rata untuk
genotipenya dipasangkan/dicet menggambarkan
etkan untuk individu jantan
menggambarkan dan betina
perkawinan kemudian

Hasil diobservasi dan disesuaikan


dengan hukum mendel dengan
menggunakan perhitungan statistika
2. Hereditas Dihibrid
Bagan alur 2. Hereditas Dihibrid

Kancing cetet Satu kancing cetet


dipisahkan dipasangkan
menurut warna dengan satu
Alat-alat yang akan tertentu yang telah kancing cetet lain
digunakan ditentukan untuk dengan warna
disiapkan terlebih menggambarkan yang
dahulu fenotip karakter menggambarkan
pada persilangan fenotip dari
dihibrid karakter yang

Pasangan kancing cetet


200 pasangan kancing cetet yang menggambarkan
dibagi 2 sesuai warna yang gamet masing-masing
ditentukan untuk dibuat 50 buah pasangan
menggambarkan individu jantan kancing cetet sehingga
didapatkan 200 pasang

Kedua pasangan kancing dari


Hasil perkawinan dikelompokan
kelompok pasangan kancing
menurut genotipenya
jantan dan betina diambil secara
acak dan dikawinkan

Hasil perkawinan diobservasi dan dicek


kesesuaiannya dengan hukum mendel dengan
menggunakan perhitungan statistika
F. Hasil Pengamatan
1. Persilangan monohibrid dan dihibrid
a. Persilangan Monohibrid

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap persilangan monohibrid, kami


mengawinkan satu sifat yang berbeda pada bentuk mata. Mata belo
dengan mata sipit, mata belo dominan terhadap mata sipit.

P: Mata Belo x Mata sipit

Genotif: BB x bb

Gamet: B x b

F1: Bb

F1xF1 : Bb x Bb

G: B, b x B, b

F2 : BB= 29

Bb= 42

Bb= 29.

b. Persilangan Dihibrid

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap persilangan dihibrid, kami


mengawinkan dua sifat yang berbeda pada buah jeruk. Buah jeuk bulat
manis dominan disilangkan dengan buah jeruk kisut masam. Bulat
dominan terhadap kisut dan manis dominan terhadap masam.

P : Bulat x Kisut

Manis x Masam

Genotif: BBMM x bbmm

Gamet: BM x bm
F1: BbMm

F1x F1: BbMm x BbMm

Gamet: B, b, M, m x B, b, M, m

F2 :


BM Bm bM Bm

BM BBMM BBMm BbMM BbMm

Bm BBMm BBmm BbMm Bbmm

bM BbMM BbMm bbMM bbMm

Bm BbMm Bbmm bbMm Bbmm

Berdasarkan hasil persilangan keturunan pertama yang disilangkan


dengan sesamanya maka diperoleh 100 keturunan dengan sifat sebagai
sebagai berikut:

Bulat Manis BBMM = 4 buah


Bulat Manis BBMm = 10 buah
Bulat Masam BBmm = 8 buah
Bulat Manis BbMM = 15 buah
Bulat Manis BbMm = 29 buah
Bulat Masam Bbmm = 11 buah
Kisut Manis bbMM = 3 buah
Kisut Manis bbMm = 16 buah
Kisut Masam bbmm = 4 buah.
2. Hasil perhitungan Uji χ2 monohibrid dan dihibrid
a. Monohibrid
Tabel 2. Hasil Perhitungan Uji χ2 monohibrid
Kelas Kelas
O E (O - E) - 0,5 = D D2 D2/ E = χ2
genotip fenotip
Mata 12,25⁄ = 0,163
BB, Bb 71 3⁄4 x 100 = 75 (71-75) – 0,5 = -3,5 (-3,5)2 =12,25
belo 75
Mata 12,25⁄ = 0,49
bb 29 1⁄4 x 100 = 25 (29-25) – 0,5 = 3,5 (3,5)2 = 12,25
sipit 25
Jumlah 100 100 0,653

Pembahasan:
Derajat bebas (db) = 2-1 =1
χ2 hitung = 0,653
χ2 tabel = 3,841
karena χ2 hitung (0,653) < χ2 tabel (3,841), maka data hasil percobaan dapat kita terima dalam taraf
signifikansi 0,05.

b. Dihibrid
Tabel 3. Hasil Perhitungan Uji χ2 Dihibrid
Kelas Kelas
O E (O - E) = D D2 D2/ E = χ2
genotip fenotip
Bulat 9⁄ x 100 = 56 4⁄ = 0,071
M.B. 58 16 58-56 = 2 (2)2 = 4 56
manis
Bulat 3⁄ x 100 = 19 0⁄ = 0
M.bb 19 16 19-19 = 0 (0)2 = 0 19
masam
Kisut 3⁄ x 100 = 19 0⁄ = 0
mmB. 19 16 19-19 = 0 (0)2 = 0 19
manis
Kisut 1⁄ x 100 = 6 4⁄ = 0,666
mmbb 4 16 4- 6 = -2 (-2)2 = 4 6
masam
Jumlah 100 100 0,737

Pembahasan:
Derajat bebas (db) = 4-1 = 3
χ2 hitung = 0,737
χ2 tabel = 7,816
karena χ2 hitung (0,737) < χ2 tabel (7,816), maka data hasil percobaan dapat kita terima dalam taraf
signifikansi 0,05.
G. Pembahasan

Kegiatan praktikum kali ini, kami melakukan dua persilangan yakni monohibrid
dan dihibrid.

1. Persilangan monohibrid

Dalam praktikum ini, kami melakukan dua persilangan yakni


monohibrid dan dihibrid. Persilangan monohibrid yakni persilangan
dengan satu sifat beda, kami memilih kancing dengan warna merah
sebagai sifat dominan (mata belo) dan resesif sebagai warna putih (mata
sipit). Selanjutnya kami melakukan praktikum sesuai dengan langkah yang
telah dipaparkan sebelumnya dan mendapatkan frekuensi fenotip yakni
merah-merah atau merah-putih (mata belo) 71 dan putih-putih (mata sipit)
29. Selanjutnya kami melakukan uji chi square untuk mengetahui apakah
hasil praktikum yang kami lakukan sesuai dengan perbandingan Mendel
yang seharusnya atau tidak. Sebelum melakukan uji chi square kami
menentukan n dan derajat bebasnya terlebih dahulu. Untuk persilangan ini
n nya adalah 2 dengan derajat bebas 1 sehingga pada uji chi square harus
dikurangi 0,5 sebagai nilai koreksi. Uji chi square dilakukan sesuai dengan
rumus yang telah ditentukan. Hasil uji chi square didapatkan sebagai
berikut χ2 hitung = 0,653dan χ2 tabel = 3,841. Oleh karena χ2 hitung < χ2
tabel, maka data hasil percobaan dapat kita terima dalam taraf signifikansi
0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa hasil praktikum sesuai dengan
perbandingan Mendel yang seharusnya.
2. Persilangan dihibrid
Persilangan yang kedua adalah persilangan dihibrid. Persilangan ini
memiliki 2 sifat beda, sehingga kami memilih 2 warna lainnya yakni hijau
dan cokelat. Kami menentukan bahwa hijau (Bulat) dan coklat (manis)
yang dominan sedangkan merah (kisut) dan putih (masam) sebagai sifat
yang resesif. Kami melakukan persilangan sesuai dengan metode yang
telah dipaparkan sebelumnya. Hasil frekuensi fenotip yang didapatkan
adalah sebagai berikut: cokelat-hijau (bulat-manis) 58, cokelat-putih
(bulat-masam) 19, merah-hijau (kisut-manis) 19, merah-putih (kisut-
masam) 4. Selanjutnya kami mulai menentukkan n dan derajat bebas dari
persilangan ini sebelum menguji dengan uji chi square. Hasil n dari
persilangan adalah 4 dengan derajat bebas 3.
Oleh karena derajat bebas >1 maka tidak ada nilai koreksi yang
menyebabkan nilai d dalam perhitungan chi square tidak usah dikurangi
dengan 0,5. Hasil dari uji chi suare yang telah dilakukan adalah sebagai
berikut: χ2 hitung = 0,737 dan g χ2 tabel = 7,816. Oleh karena χ2 hitung <
χ2 tabel, maka data hasil percobaan dapat kita terima dalam taraf
signifikansi 0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa hasil praktikum sesuai
dengan perbandingan Mendel yang seharusnya.

H. Jawaban Pertanyaan
1. Persilangan monohibrid
a. Apakah arti masing-masing pasangan kancing pada kedua puluh lima
pasang kancing yang berwarna merah dan putih sebelum dipisahkan?
Jawaban:
Arti dari masing-masing pasangan kancing pada kedua puluh lima
pasang kancing yang berwarna merah dan putih sebelum dipisahkan
adalah parental 1 yang diploid (2n).
b. Gamet jantan pada generasi apa yang ditunjukkan dengan kancing merah
dan putih pada kotak I?
Jawaban:
Gamet jantan pada generasi parental 1 ditunjukkan dengan kancing
merah dan putih pada kotak I.
c. Generasi apakah yang ditunjukkan dengan hasil perbanding an fenotip
dan genotip yang dihasilkan dari pengamatan ini?
Jawaban:
Generasi yang ditunjukkan dengan hasil perbandingan fenotip dan
genotip yang dihasilkan disebut generasi filial 2.
d. Bagaimana kesimpulan dari pengamatan ini?
Jawaban:
Kesimpulan dari pengamatan ini yaitu bahwa terbukti bahwa persilangan
antara generasi F1 akan menghasilkan generasi F2 yang terdiri dari dua
macam fenotip dengan rasio 3:1 atau tiga macam genotip dengan rasio
1:2:1.
e. Dari hasil uji χ2 yang dilakukan pada perbandingan fenotip dan genotip,
bagaimana penyimpangan yang terdapat pada data saudara?
Jawaban:
Berdasarkan hasil yang didapatkan penyimpangan yang terdapat dalam
data kami relatif kecil, dan karena χ2 tabel (0,594) < χ2 hitung (3,841)
sehingga masih dapat diterima.
2. Persilangan dihibrid
a. Pada waktu dilakukan perpasangan antara kacing merah dan putih,
saudara akan mendapatkan pasangan kancing merah-merah, merah-putih
dan putih-putih (kelompok kancing A). Sebenarnya masing-masing
pasangan kancing pada kelompok A itu menunjukkan apa?
Jawaban:
Masing-masing pasangan kancing pada kelompok A menunjukkan alel
b. Setiap dua pasang kancing dari kelompok A dan B, menunjukkan ... dari
generasi ...
Jawaban:
Setiap dua pasang kancing dari kelompok A dan B, menunjukkan gamet
dari generasi F1.
c. Cara kerja nomor berapa yang menunjukkan peristiwa “Independent
assortment” Bagaimana dari pengamatan ini?
Jawaban:
Cara kerja yang menunjukkan peristiwa “Independent assortment” dalam
pengamatan ini yaitu cara kerja nomor 1 sampai nomor 5.
d. Bagaimana kesimpulan dari pengamatan ini?
Jawaban:
Kesimpulan dari pengamatan ini yaitu pada persilangan dihibrid terjadi
peristiwa gen-gen dari sepasang alel memisah secara bebas ketika
berlangsung pembelahan meiosis pada waktu pembentukan gamet-
gamet. Oleh karena itu, pada dihibrid terjadi 4 macam pengelompokkan
dari dua pasang gen, dengan perbandingan fenotip 9: 3: 3: 1.

I. Simpulan
1. Fenotip dari persilangan monohibrid yang telah dilakukan, menghasilkan
perbandingan 3:1. Pada persilangan dihibrid dihasilkan fenotip dengan
perbandingan 9:3:3:1. Hal tersebut sesuai dengan model perbandingan
genetik menurut Mendel.
2. Uij χ2 pada persilangan monohibrid menghasilkan χ2 hitung = 0,653 dan
χ2 tabel = 3,841 sedangkan pada persilangan dihibrid, dihasilkan χ2
hitung = 0,737 dan χ2 tabel = 7,816.

3. Hasil uji χ2 pada persilangan monohibrid menunjukkan bahwa χ2 hitung


< χ2 tabel dan pada persilangan dihibrid menunjukkan bahwa χ2 hitung <
χ2 tabel yang berarti bahwa data hasil percobaan dapat kita terima dalam
taraf signifikansi 0,05 dan hasil praktikum sesuai dengan perbandingan
Mendel yang seharusnya.
DAFTAR PUSTAKA

Campbell & Reece. (2010). Biologi: Jilid 1. Jakarta: Erlangga.


Suryo. (1984). Genetika. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Tim Dosen Genetika. (2016). Pedoman Praktikum Genetika. Bandung:
Departemen Pendidikan Biologi Universiatas Pendidikan Indonesia.
Wirjosoemarto, Koesmadji. (2008). Genetika. [Online]. Diakses dari:
http://repository.ut.ac.id/4302/3/PEBI4311-M1.pdf.
Yusuf & Darmo, Ence. (2008). Praktikum Genetika. [Online]. Diakses dari:
http://repository.ut.ac.id/4480/1/BIOL4443-M1.pdf.
LAMPIRAN

1. Persilangan Monohybrid

Gambar 1. Hasil Persilangan Monohybrid


(Dok. Kelompok 2, 2018).
2. Persilangan Dihybrid

Gambar 2. Hasil Persilangan Dihybrid


(Dok. Kelompok 2, 2018).

Gambar 3. Hasil Persilangan Dihybrid


(Dok. Kelompok 2, 2018).

Anda mungkin juga menyukai