Hereditas
Hereditas
LAPORAN PRAKTIKUM
diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Genetika
dosen pengampu: Dr. Suhara, M.Pd., Dr. Hj. Diah Kusumawaty, M.Si.,
Dr. Hj. Sri Anggraeni, M.S., Dr. H. Riandi, M.Si.
oleh:
Kelas A
Kelompok 2
Annisa Fadhila (1500145)
Aulia Fuji Yanti (1501665)
Hamidah Siti Nurjanah (1501472)
Nurul Aulia Rahmi K (1503737)
Raka Firdansyah (1504354)
Siti Salma (1507518)
B. Tujuan
1. Membuktikan perbandingan menurut Mendel 1:2:1 untuk rasio genotip dan
3:1 untuk rasio fenotip pada persilangan monohibrid, serta perbandingan
fenotip 9:3:3:1 pada persilangan dihibrid.
2. Menghitung χ2 untuk menguji data hasil pengamatan.
3. Menginterpretasi nilai χ2 setelah dibandingkan dengan nilai χ2 pada tabel.
C. Landasan Teori
Sekitar tahun 1857, ada seorang biarawan bernama George Mendel yang
melakukan percobaan terkait pewarisan sifat pada tanaman kacang ercis, hingga
terlahirlah hukum genetika modern atau yang lebih dikenal dengan “Hukum
Mendel”. Salah satu alasan mengapa Mendel mungkin memilih meneliti ercis
adalah tanaman itu tersedia dalam banyak varietas. Misalnya, satu varietas
memiliki bunga ungu, sedangkan varietas yang lain memiliki bunga putih. Sifat
terwariskan yang berbeda-beda di antara individu, misalnya warna bunga,
disebut karakter. Setiap varian untuk satu karakter, misalnya warna ungu atau
putih untuk bunga, disebut sifat (Campbell, 2010).
Tiap sifat dari makhluk hidup dikendalikan oleh sepasang faktor
keturunan yang dikenalkan dengan gen. Sepasang gen ini, satu berasal dari
induk jantan dan yang satu lagi berasal dari induk betina. Gen yang sepasang
ini disebut satu alel. Gen yang sealel akan memisah satu dengan yang lainnya
pada waktu gametogenesis. Peristiwa pemisahan ini disebut segregasi bebas
(Tim Dosen Genetika, 2016). Sifat keturunan yang dapat kita amati/lihat
(warna, bentuk, ukuran) dinamakan fenotip. Sifat dasar yang tak tampak dan
tetap (artinya tidak berubah-ubah karena lingkungan) pada suatu individu
dinamakan genotip (misalnya TT, tt), (Suryo, 1984).
Stern dalam Suryo (1984) betrpendapat bahwa genotip dan lingkungan
dapat menetapkan fenotip atau dengan lain perkataan fenotip merupakan
resultante dari genotip dan lingkungan. Dengan demikian, maka dua genotip
yang sama dapat menunjukkan fenotip yang berlainan, apabila lingkungan bagi
kedua fenotip itu berlainan. Contohnya anak kembar satu-telur tentunya
memiliki genotip yang sama, tetapi jika kedua anak itu dibesarkan dalam
lingkungan yang berbeda, maka akhirnya mereka masing-masing akan
memiliki fenotip yang berlainan.
Hasil penelitian Mendel dengan melakukan persilangan berbagai
varietas kacang kapri (Pisum sativum) untuk monohibrid menyimpulkan bahwa
setiap sifat organisme ditentukan oleh faktor, yang kemudian disebut gen.
Faktor tersebut diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dalam
setiap individu tanaman terdapat dua faktor (sepasang) untuk masing-masing
sifat, yang kemudian dikenal dengan istilah sepasang (dua) alel; satu faktor
berasal dari tetua jantan dan satu faktor lagi berasal dari tetua betina. Dalam
penggabungan tersebut, setiap faktor tetap utuh dan selalu mempertahankan
identitasnya. Pada saat pembentukan gamet, setiap faktor dapat dipisah kembali
secara bebas. Peristiwa ini kemudian dikenal sebagai Hukum Mendel I, yaitu
Hukum Segregasi. Perbandingan fenotipe F2 pada monohibrid untuk ciri
dominan: ciri resesif = 3:1 terjadi karena adanya proses penggabungan secara
acak gamet betina dan jantan dari tanaman F1 pada saat pembuahan (fertilisasi)
yang didahului dengan proses penyerbukan (Wirjosoemarto, 2008).
Menurut Hukum Perpaduan Bebas (Hukum Mendel II), gen-gen akan
bergabung satu sama lain secara bebas dalam proses pembentukan gamet.
Berdasarkan teori peluang, munculnya gen-gen pada suatu gamet merupakan
munculnya kejadian-kejadian secara serempak.Berdasarkan teori peluang,
munculnya gen-gen pada suatu gamet merupakan munculnya kejadian-kejadian
secara serempak. Bila Hukum Mendel tersebut benar, maka peluang munculnya
suatu kombinasi gen dalam satu gamet sama dengan hasil penggandaan
peluang-peluang gen tunggal; yaitu peluang munculnya kejadian bebas. Sudah
diketahui bahwa proses penggabungan dua gamet pada saat pembuahan juga
merupakan kejadian bebas; yang berarti juga peluangnya dapat digandakan.
Karena itu untuk gen-gen bebas, peluang munculnya suatu genotipe sama
dengan hasil penggandaan peluang munculnya alel-alel, misal untuk
persilangan dihibrid: AABB x aabb F1 : AaBb (Yusuf, 2008).
Pada persilangan monohibrid, prinsip segregasi secara bebas dapat
dibuktikan dengan mengawinkan suatu jenis organisme dengan mengamati
suatu tanda beda pada organisme tersebut. Persilangan antara generasi F1 akan
menghasilkan generasi F2 yang terdiri dari dua macam fenotip dengan rasio 3:1
atau tiga macam genotip 1:2:1. Sedangkan, pada persilangan dihibrid, gen-gen
yang terletak pada kromosom yang berbeda akan berpasangan secara bebas
ketika gametogenesis, sehingga akan menghasilkan empat macam fenotip
dengan perbandingan 9:3:3:1 (Tim Dosen Genetika, 2016).
Genotif: BB x bb
Gamet: B x b
F1: Bb
F1xF1 : Bb x Bb
G: B, b x B, b
F2 : BB= 29
Bb= 42
Bb= 29.
b. Persilangan Dihibrid
P : Bulat x Kisut
Manis x Masam
Gamet: BM x bm
F1: BbMm
Gamet: B, b, M, m x B, b, M, m
F2 :
♂
BM Bm bM Bm
♀
BM BBMM BBMm BbMM BbMm
Pembahasan:
Derajat bebas (db) = 2-1 =1
χ2 hitung = 0,653
χ2 tabel = 3,841
karena χ2 hitung (0,653) < χ2 tabel (3,841), maka data hasil percobaan dapat kita terima dalam taraf
signifikansi 0,05.
b. Dihibrid
Tabel 3. Hasil Perhitungan Uji χ2 Dihibrid
Kelas Kelas
O E (O - E) = D D2 D2/ E = χ2
genotip fenotip
Bulat 9⁄ x 100 = 56 4⁄ = 0,071
M.B. 58 16 58-56 = 2 (2)2 = 4 56
manis
Bulat 3⁄ x 100 = 19 0⁄ = 0
M.bb 19 16 19-19 = 0 (0)2 = 0 19
masam
Kisut 3⁄ x 100 = 19 0⁄ = 0
mmB. 19 16 19-19 = 0 (0)2 = 0 19
manis
Kisut 1⁄ x 100 = 6 4⁄ = 0,666
mmbb 4 16 4- 6 = -2 (-2)2 = 4 6
masam
Jumlah 100 100 0,737
Pembahasan:
Derajat bebas (db) = 4-1 = 3
χ2 hitung = 0,737
χ2 tabel = 7,816
karena χ2 hitung (0,737) < χ2 tabel (7,816), maka data hasil percobaan dapat kita terima dalam taraf
signifikansi 0,05.
G. Pembahasan
Kegiatan praktikum kali ini, kami melakukan dua persilangan yakni monohibrid
dan dihibrid.
1. Persilangan monohibrid
H. Jawaban Pertanyaan
1. Persilangan monohibrid
a. Apakah arti masing-masing pasangan kancing pada kedua puluh lima
pasang kancing yang berwarna merah dan putih sebelum dipisahkan?
Jawaban:
Arti dari masing-masing pasangan kancing pada kedua puluh lima
pasang kancing yang berwarna merah dan putih sebelum dipisahkan
adalah parental 1 yang diploid (2n).
b. Gamet jantan pada generasi apa yang ditunjukkan dengan kancing merah
dan putih pada kotak I?
Jawaban:
Gamet jantan pada generasi parental 1 ditunjukkan dengan kancing
merah dan putih pada kotak I.
c. Generasi apakah yang ditunjukkan dengan hasil perbanding an fenotip
dan genotip yang dihasilkan dari pengamatan ini?
Jawaban:
Generasi yang ditunjukkan dengan hasil perbandingan fenotip dan
genotip yang dihasilkan disebut generasi filial 2.
d. Bagaimana kesimpulan dari pengamatan ini?
Jawaban:
Kesimpulan dari pengamatan ini yaitu bahwa terbukti bahwa persilangan
antara generasi F1 akan menghasilkan generasi F2 yang terdiri dari dua
macam fenotip dengan rasio 3:1 atau tiga macam genotip dengan rasio
1:2:1.
e. Dari hasil uji χ2 yang dilakukan pada perbandingan fenotip dan genotip,
bagaimana penyimpangan yang terdapat pada data saudara?
Jawaban:
Berdasarkan hasil yang didapatkan penyimpangan yang terdapat dalam
data kami relatif kecil, dan karena χ2 tabel (0,594) < χ2 hitung (3,841)
sehingga masih dapat diterima.
2. Persilangan dihibrid
a. Pada waktu dilakukan perpasangan antara kacing merah dan putih,
saudara akan mendapatkan pasangan kancing merah-merah, merah-putih
dan putih-putih (kelompok kancing A). Sebenarnya masing-masing
pasangan kancing pada kelompok A itu menunjukkan apa?
Jawaban:
Masing-masing pasangan kancing pada kelompok A menunjukkan alel
b. Setiap dua pasang kancing dari kelompok A dan B, menunjukkan ... dari
generasi ...
Jawaban:
Setiap dua pasang kancing dari kelompok A dan B, menunjukkan gamet
dari generasi F1.
c. Cara kerja nomor berapa yang menunjukkan peristiwa “Independent
assortment” Bagaimana dari pengamatan ini?
Jawaban:
Cara kerja yang menunjukkan peristiwa “Independent assortment” dalam
pengamatan ini yaitu cara kerja nomor 1 sampai nomor 5.
d. Bagaimana kesimpulan dari pengamatan ini?
Jawaban:
Kesimpulan dari pengamatan ini yaitu pada persilangan dihibrid terjadi
peristiwa gen-gen dari sepasang alel memisah secara bebas ketika
berlangsung pembelahan meiosis pada waktu pembentukan gamet-
gamet. Oleh karena itu, pada dihibrid terjadi 4 macam pengelompokkan
dari dua pasang gen, dengan perbandingan fenotip 9: 3: 3: 1.
I. Simpulan
1. Fenotip dari persilangan monohibrid yang telah dilakukan, menghasilkan
perbandingan 3:1. Pada persilangan dihibrid dihasilkan fenotip dengan
perbandingan 9:3:3:1. Hal tersebut sesuai dengan model perbandingan
genetik menurut Mendel.
2. Uij χ2 pada persilangan monohibrid menghasilkan χ2 hitung = 0,653 dan
χ2 tabel = 3,841 sedangkan pada persilangan dihibrid, dihasilkan χ2
hitung = 0,737 dan χ2 tabel = 7,816.
1. Persilangan Monohybrid