Anda di halaman 1dari 7

PEWARISAN MONOHIBRID

Disusun oleh:
Setya Aresti Febriani
Kelas B
I/2

LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2021
I. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
1. Tabel uji Chi-Square
Tabel 1.1 Uji X2 (Chi-Square) Monohibrid

Kelas Fenotipe O (Hasil) E (Harapan) (O−E)2


E
Tipe liar (wild 20 24 0,7
type)
Tipe mutan 12 8 2
(ebony)
Total 32 32 X2h = 2,7

2. Perhitungan uji Chi-Square


a. Mencari nilai E (expect/harapan)
Rumus E
E = peluang x jumlah individu

E liar = ¾ x 32 = 24
E mutan (ebony) = ¼ x 32 = 8

b. Mencari nilai X2 hitung


Rumus uji Chi-Square:
2 (O−E)2
X h=
E
(20−24)2
X2hit liar = =0,7
24
(12−8)2
X2hit ebony = =2
8
X2hit = X2hit liar + X2hit ebony
= 0,7 + 2 = 2,7
c. Mencari X2tabel
Derajat bebas (db) = n−1
= 2−1=1
N = jumlah kelas fenotip
Tingkat kesalahan (alfa) = 0,05
X2 tabel = 3,84
d. Kesimpulan
X2 hitung = 2,7
X2 tabel = 3,84
Kesimpulan karena X2 hitung (2,7) < X2 tabel (3,82) maka
diterima artinya nisbah teoritis terpenuhi pada hasil perkawinan
yang sesungguhnya ( tidak ada penyimpangan dari hukum mendel
1).

B. Pembahasan
Pewarisan monohibrid merupakan suatu persilangan dengan
menggunakan varietas-variestas induk yang hanya memiliki satu sifat
beda. Sepasang alel yang berbeda , salah satunya akan bersifat
dominan dan yang lain bersifat resesif. Percobaan persilangan tersebut
dilakukan dengan bertujuan untuk mengetahui pola pewarisan sifat
dari tetua terhadap keturunanannya (Campbell, 2004). Persilangan
monohibrid ini, perkawinan pada induk disebut parental (P) dan hasil
perbandingan keturunannya disebut Filial (F) (Abdurrahman, 2008).
Persilangan monohibrid akan memiliki rasio genotipe dominan dan
resesif 1:2:1 dan rasio fenotipe 3:1 pada keturunan keduanya.
Sedangkan pada keturunan pertamanya akan menghasilkan keturunan
yang mirip dengan induk dominannya. Persilangan monohibrid sangat
penting dalam penelitian terutama dalam bidang genetika tumbuhan,
pengujiannya akan menggunakan dasar Hukum Mendel 1 atau sering
disebut dengan hukum segregasi (Dwidjoseputro, 1981).
Pada persilangan monohibrid berlaku Hukum Mendel 1 disebut
hukum segregasi (the low of segregation), dimana hukum tersebut
menyatakan bahwa keberadaan sepasang faktor partikulat (gen)
mengendalikan setiap sifat dan harus bersegregasi saat pementukan
gamet dan akan menyatu secara acak saat fertilisasi. Jadi, dua alel
pengatur sifat tertentu akan terpisah pada gamet yang berbeda. Selain
itu, salah satu faktor tersebut cenderung diekspresikan dengan
menutupi faktor lain apaila keduanya muncul secara bersamaan
(George H. Fried & George J. H. 2006)
Karakter lalat tipe liar yaitu memiliki tubuh yang berwarna kuning,
sepasang mata yang merah, sayap dari lalat ini lurus, transparan, dan
panjang sayap biasanya lebih panjang dari abdomen. Pada percobaan
ini digunakan lalat tipe liar jantan yang memiliki ciri-ciri tubuh kecil
dari betina, bentuk ujung abdomen tumpul dan berwarna hitam,
segmen tubuh kurang terlihat jelas dan memiliki alat kopulasi yaitu sex
comb atau sisir kelamin yang terletak di kaki belakang. Sedangkan
karakteristik lalat tipe ebony yaitu warna tubuh cenderung lebih gelap
dari lalat normal, penyebabnya karena terjadi mutasi pada kromosom 3
di lokus 77. Alasan digunakan lalat tipe liar dan lalat tipe ebony pada
persilangan monohirid adalah untuk menguji pewarisan satu sifat beda
dari lalat ebony yaitu warna tubuh yang lebih gelap dari lalat normal
yang dengan mudah dapat diamati oleh praktikan.
Gambar pola persilangan monohibrid tipe liar dan ebony

♂D. melanogaster >< ♀D. melanogaster

Parental 1 (EE) (ee)

Tipe liar Eboni

Gamet E e

Filial 1 100% Ee (D. Melanogaster tipe liar)

Parental 2 ♂D. melanogaster >< ♀D. melanogaster

(Ee) (Ee)

Gamet E,e E,e

Filial 2 EE,Ee.Ee,ee

Gamet E e
E EE Ee
e Ee ee

Genotipe 1:2:1

Fenotipe 3:1

Nisbah fenotip pada persilangan monohibrid dapat terjadi


penyimpangan semu akibat adanya beberapa peristiwa, diantaranya semi
dominansi, kodominansi, dan gen letal. Pada semi dominan atau dominasi
tidak sempurna hibrida F1 memiliki penampilan diantara dari kedua
tetuanya. Peristiwa tersebut terjadi jika suatu gen dominan tidak menutupi
pengaruh alel resesifnya dengan sempurna, sehingga pada individu
heterozigot akan muncul sifat antara (intermediet). Oleh kerena itu,
individu heterozigot akan memiliki fenotipe yang berbeda dengan fenotipe
individu homozigot dominan dengan rasio 1:2:1. Contoh peristiwa semi
dominansi dapat dilihat pada pewarisan warna bunga pukul empat
(Mirabilis jalapa), persilangan pada bunga warna putih dengan bunga
warna merah akan menghasilkan keturunan F1 berwarna merah muda
(Estri L. A., 2016). Pada peristiwa kodominansi espresi dimunculkan dari
masing-masing alel atau dari kedua alel tanta saling menutupi dengan rasio
fenotipe pada F2 1:2:1. Contoh peristiwa kodominansi yaitu pada
golongan darah ABO di manusia. Sedangkan pada gen letal merupakan
gen yang dapat menyebabkan menyebabkan kematian jika dalam keadaan
homozigot, kematian dapat terjadi pada masa embrio atau beberapa saat
setelah kelahiran. Gen letal dibagi menjadi dua yaitu gen letal dominan
yang dapat menyebabkan kematian pada homozigot dominan dan
menimbulkan efek subletal pada homozigot resesif, contohnya pada ayam
creeper. Sedangkan gen letal resesif dapat menyebabkan kematian dalam
keadaan homozigot resesif, contohnya pada jagung albino.

Pengunaan uji Chi-square pada persilangan monohibrid dilakukan


untuk mengetahui berapa besar penyimpangan yang terjadi pada nisbah
mendelian apakah terpenuhi pada nisbah teoritis pada hasil perkawinan
yang sesungguhnya. Analisis perhitungan uji Chi-square pada percobaan
persilangan lalat tipe liar dan ebony yaitu pada tipe lalat liar didapatkan O
(hasil) 20 dengan E (nilai harapan) 24 sehingga X2hit liar dihitung

(O−E)2
menggunakan rumus didapatkan hasil 0,7. Sedangkan pada tipe
E
ebony didapatkan O (hasil) 12 dengan E (nilai harapan) 8 sehingga X 2hit

(O−E)2
ebony dihitung dengan rumus didapatkan hasil 2. Dengan
E
demikian, X2hitung diperoleh dari penjumlahan hasil X2hit liar dengan
X2hit ebony yaitu 2,7. X2 tabel diperoleh dengan derajat bebas 1 dan
tingkat kesalahan (alfa) 0,05 sehingga jika dilihat dengan tabel maka
didapatkan X2 tabel 3,84, karena X2 hitung lebih kecil dari pada X2 tabel
maka diterima yang artinya nisah teoritis terpenuhi pada hasil perkawinan
yang sesungguhnya atau tidak ada penyimpangan dari Hukum Mendel 1.
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Deden, et al., 2008. Biologi Kelompok Pertanian. Bandung:


Grafindo Media Pratama.
Arumingtyas, Estri laras., 2006. Genetika mendel: Prinsip Dasar Pemahaman
Ilmu Genetika. Malang: UBpress.
Campbell, Neil A., 2004. Biologi. Jakarta: Erlangga.

Dwidjosepuro. 1981. Penghantar Genetika. Jakarta: Bharta.

Fried, George H. & Hademenos, George J., 2006. Scaum’s Outlines of Theory
and
Problems of Biology. Surabaya: Erlangga.
Susanto, Agus Hery dkk., 2021. Petunjuk Praktikum Genetika. Purwokerto:
Universitas Jenderal Soedirman.

Anda mungkin juga menyukai