Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA

IMITASI PERBANDINGAN GENETIS PERCOBAAN


MENDEL

Milwan Hendarsyah
NIM. C1011181012

Kelompok 4

PRODI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2019

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mata cokelat, biru, hijau, atau abu-abu; rambut hitam, cokelat, pirang,
atau merah-ini hanyalah segelintir contoh variasi terwariskan yang bisa kita
amati pada individu-individu dalam suatu populasi.
Penjelasan tentang hereditas yang paling banyak dianut orang selama
tahun 1800-an adalah hipotesis “pencampuran”, gagasan bahwa materi
genetic yang disumbangkan oleh kedua orangtua bercampur seperti cat biru
dan kuning yang bercampur menjadi hijau. Hipotesis ini memprediksi
bahwa selama beberapa generasi, populasi yang kawin acak akan
memunculkan populasi individu yang seragam. Akan tetapi, pengamatan
kita sehari-hari dan hasil-hasil percobaan pembiakan dengan hewan dan
tumbuhan menentang prediksi tersebut. Hipotesis pencampuran ini juga
gagal menjelaskan berbagai fenomena lain dari pewarisan-sifat, misalnya
sifat yang muncul kembali setelah melompati satu generasi (Campbell;
2008).
Orang yang pertama kali melakukan persilangan dengan dengan
menggunakan tumbuhan sebagai bahan adalah seorang alim ulama
berkebangsan Australia bernama GEOGOR MENDEL (1822-1884) pada
tahun 1866. Mendel diakui sebagai bapak genetika. Dalam percobaan awal
Mendel ia menggunakan 1 sifat beda pada tumbuhan sebagai alat uju silang.
Yang mana dalam persilangan monohybrid didapat hasil anakan dengan
rasio fenotip 3 : 1. Hali ini dikarenakan gen-gen yang sealel memisah. Ini
dikenal sebagai Hukum I Mendel (Yuliza, 2011).
Mendel dalam dalam percobaan-percobaannya kadang dapat
mengetahui bahwa ada gen-gen yang tidak dominan dan tidak resesif pula.
Dengan perkataan lain gen tesebut tidak memperlihatkan sifat dominan
sepenuhnya. Akibat keturunan dari perkawinan individu dengan satu sifat
beda akan mempunyai sifat antara dari kedua induknya. Sifat demikian itu
dinamakan Sifat Intermediet.

1
Mendel membuat persilangan dengan mengunakan tanaman mulut singa
(Antirrhinum majus) yang bunganya berwarna merah dan putih. Semua
tanaman keturunan F1 berbunga merah muda. Ini berarti bahwa sifat dari
kedua induknya ikut mengambil peranan.
Ketika tanaman-tanaman F1 dibiarkan menyerbuk sendiri, maka didapat
tanaman-tanaman F2 yang memisah dengan perbandingan ¼ merah : ½
merah muda : ¼ putih atau 1:2:1. Disini kita dapat lebih mudah
membedakan tanaman yang homozigot (yaitu yang berbunga merah, dan
yang berbunga putih) dari tanaman yang heterozigot (yaitu berbunga merah
muda).
Apabila tanaman-tanaman F2 homozigot berbunga merah (MM)
dibiarkan menyerbuk sesamanya atau menyerbuk sendiri, maka
keturunannya akan selalu berbunga merah saja.
Demikian pula dengan tanaman-tanaman F2 homozigot berbunga putih
(mm) untuk selanjutnya akan selalu menghasilkan keturunan berbunga
putih saja. Adapun tanaman F2 heterozigot berbunga merah muda bila
dibiarkan menyerbuk sesamanya atau mengadakan penyerbukan sendiri
akan selalu menghasilkan keturunan yang memisah dengan perbandingan
1:2:1.
Jika diadakan penyerbukan silang antara dua tanaman homozigot yang
berbeda satu sifat missal Mirabilis jalapa (bunga pukul empat) berbunga
merah yang disilangkan dengan yang berbunga putih, maka terjadilah F1
yang berbunga jambon (Merah muda). F1 yang kita sebut monohibrida ini
bukan homozigot lagi, melainkan suatu heterozigot.
Jika tanaman F1 ini kita biarkan mengadakan penyerbukan sendiri,
kemudian biji-biji yang dihasilkan itu kita tumbuhkan, maka kita peroleh F2
yang berupa tanaman berbunga merah, tanaman berbunga jambon dan
tanaman berbunga putih, jumlah-jumlah mana berbanding 1:2:1.
Dalam hal ini maka warna jambon itu kita namakan warna intermediet
antara merah dan putih. Jadi F1 tersebut diatas merupakan suatu
monohibrida yang intermediet (Ma’arif, 2009).

2
Monohibrid adalah persilangan antar dua spesies yang sama dengan
satu sifat beda. Persilangan monohIbrid ini sangat berkaitan dengan hukum
Mendel I atau yang disebut dengan hukum segresi. Hukum ini berbunyi,
“Pada pembentukan gamet untuk gen yang merupakan pasangan akan
disegresikan kedalam dua anakan.”
Mendel pertama kali mengetahui sifat monohybrid pada saat melakukan
percobaan penyilangan pada kacang ercis (Pisum sativum). Sehingga
sampai saat ini di dalam persilangan monohybrid selalu berlaku hukum
Mendel I.
Sesungguhnya di masa hidup Mendel belum diketahui sifat keturunan
modern, belum diketahui adanya sifat kromosom dan gen, apalagi asam
nukleat yang membina bahan genetic itu. Mendel menyebut bahan genetic
itu hanya factor penentu (determinant) atau disingkat dengan factor.
Hukum Mendel I berlaku pada gametogenesis F1 x F1 itu memiliki
genotif heterozigot. Gen yang terletak dalam lokus yang sama pada
kromosom, pada waktu gametogenesis gen sealel akan terpisah, masing-
masing pergi ke satu gamet (Anonim, 2010).
Persilangan dihibrid yaitu persilangan dengan dua sifat beda sangat
berhubungan dengan hukum Mendel II yang berbunyi “Independent
assortment of genes”. Atau pengelompokan gen secara bebas.Hukum ini
berlaku ketika pembentukan gamet, dimana gen sealel secara bebas pergi ke
masing-masing kutub ketika meiosis. Hukum Mendel II disebut juga hukum
asortasi.
Persilangan dihibrid atau dihibridisasi adalah suatu persilangan
(pembastaran) dengan dua sifat beda. Dalam percobaannya tentang prinsip
berpasangan secara bebas (Hukum Mendel II), Mendel melakukan
eksperimen dengan membastarkan tanaman Pisum sativum bergalur murni
dengan memperhatikan dua sifat beda, yaitu biji bulat berwarna kuning
dengan galur murni berbiji kisut berwarna hijau (Santoso, 2009).

Analisis χ2

3
Uji χ2 (chi-square) merupakan alat bantu untuk menentukan
seberapa baik kesesuaian suatu percobaan (goodness of fit). Pada uji ini
penyimpangan nisbah amatan (observed) dari nisbah harapan (expected)
dengan rumus
χ2 = Σ (O – E)2 ⁄ E
χ2 = (O1 – E1) ⁄ E1 + (O2 – E2) ⁄ E2 + ………. + (On – En)
⁄ En
Nilai χ2 diinterpretasikan sebagai peluang dengan mencocokkannya ke tabel
χ2 berdasarkan derajat bebasnya. Derajat bebas (db) adalah banyaknya
fenotip yang dapat diekspresikan (n) dikurangi satu. Pada satu sifat beda
berkedominanan penuh terdapat dua fenotip dan db = n-1 = 2-1 = 1. Pada
dua sifat beda berkedominanan sebagian, db = 9-1 = 8.
Contoh: Berdasarkan persilangan dihibrid kapri berbiji bulat,
kuning x kapri berbiji keriput hijau. Mendel mengamati 315 biji bulat,
kuning : 108 biji bulat, hijau : 101 biji keriput, kuning : 32 biji keriput, hijau
dari total 556 biji. Berdasarkan nisbah fenotip 9:3:3:1 yang dapat
diharapkan oleh Mendel sebenarnya adalah 9/16 x 556 = 312,75 biji bulat,
kuning : 3/16 x 556 = 104,25 biji bulat, hijau : 3/16 x 556 = 104,25 biji keriput,
kuning : 1/16 x 556 = 34,75 biji keriput, hijau. Seberapa baik percobaan
Mendel tersebut dibandingkan harapan dapat dihitung dengan
χ2 = Σ (O-E)2 / E = (315 – 312,75)2 / (312,75) + (108-104,25)2 /
(104,25) + (101-104,25)2 / (104,25) + (32-34,75)2 /
34,75
χ2 = 0,016 + 0,135 + 0,101 + 0,218 = 0,470 dengan db = 4 fenotipe – 1 = 3
dicocokkan pada Tabel χ2 (Fisher dan Yates, 1943):

Derajat P = 0,99 0,95 0,80 0,50 0,20 0,05 0,01


bebas

4
1 0,000157 0,00303 0,0642 0,455 1,642 3,841 6,635
2 0,020 0,103 0,446 1,386 3,219 5,991 9,210
3 0,115 0,352 1,005 2,366 4,642 7,815 11,345
4 0,297 0,711 1,649 3,357 5,989 9,448 13,277
5 0,554 1,145 2,343 4,351 7,289 11,070 15,086
6 0,872 1,635 3,070 5,348 8,558 12,592 16,812
7 1,239 2,167 3,822 6,346 9,803 14,067 18,475
8 1,646 2,733 4,549 7,344 11,030 15,507 20,090
9 2,088 3,325 5,380 8,343 12,242 16,919 21,666
10 2,558 3,940 6,179 9,342 13,442 18,307 23,209
Dari tabel tersebut χ2 = 0,407 (db=3) terletak pada P=0,80 – 0,95, sehingga
dapat disimpulkan bahwa percobaan Mendel tersebut sesuai dengan harapan
nisbah fenotipe 9:3:3:1 sebesar 80-90% (Anonim, 2011).

B. Tujuan

Tujuan ndari praktikum ini adalah :


1. Mendapatkan gambaran tentang kemungkinan gen yang dibawa oleh
gamet akan bertemu secara acak (random).
2. Melakukan pengujian lewat tes χ2.

BAB II
METODELOGI

5
A. Waktu dan Tempat

Hari/ tanggal : Rabu 16 Oktober 2011


Waktu Pelaksanaan : 13.00 WIB
Tempat : Laboratorium Pendidikan Biologi FKIP Untan

B. Alat dan Bahan

Alat :
- Kancing genetika atau kancing berukuran sama tetapi warnanya
berlainan. Pada tes monohybrid terdapat 6 kancing berwarna merah dan
6 kancing putih. Sedangkan pada tes dihibrid terdapat 4 kancing merah
– hijau, 4 kancing merah – kuning, 4 kancing putih – hijau, dan 4
kancing putih kuning. Kancing tersebut diasumsikan sebagai gamet.
Kancing diletakkan pada sepasang tas karton berwarna cokelat dengan
tulisan monohybrid dan dihibrid. Kantong tersebut diasumsikan sebagai
alat kelamin.
- Tas kantong berwarna coklat.
- ATK.

C. Prosedur

1. Monohybrid Dominan :
Gojog kantong. Ambil satu kancing dari masing-masing kantong
bertuliskan monohybrid. Anggap warna merah merupakan gen R
(dominan), sedangkan warna putih merupakan gen r (resesif). Catat
genotip dan fenotip. Lakukan 10 ulangan untuk setiap individu.
Selanjutnya, gabungkan dengan data kelas. Analisis menggunakan uji
χ2.

6
2. Monohybrid Intermediet :
Ulangi prosedur pada pengerjaan percobaan untuk monohybrid
dominan, namun kali ini anggaplah persilangan yang terjadi adalah
intermediet.

3. Dihibrid Dominansi Penuh :


Gojog kantong. Kancing merah mewakili gen dominan R dengan
alelnya kancing warna putih (r), dan kancing hijau mewakili gen
dominan B, dengan alelnya kancing warna kuning (b). catat genotip dan
fenotip. Lakukan 10 ulangan untuk setiap individu. Selanjutnya,
gabungkan dengan data kelas. Analisis menggunakan uji χ2.

4. Dihibrid Intermediet :
Ulangi prosedur pada pengerjaan percobaan untuk monohybrid
dominan, namun kali ini anggaplah persilangan yang terjadi adalah
intermediet.

BAB III
ANALISIS DATA

7
A. Hasil Pengamatan

Tabel 1. Data Pengamatan Monohibrid Dominan


Kelompok RR (Merah) Rr (Merah) Rr (Putih)
Blue 13 25 12
Brown 11 20 9
Violet 13 17 20
Green 12 21 17
Yellow 9 19 12
White 13 13 14
Red 12 18 10
Pink 9 28 13
Total 92 161 107

Perbandingan fenotip = Merah : Putih


3 : 1

Tabel 2 : Hasil Perhitungan Uji χ2 pada Persilangan Monohibrid Dominan


O-E=
Fenotip O E (d)2 X2 = (d)2 / E
d
Merah 253 270 -17 289 1.07
Putih 107 90 17 289 3.21
X2hitung = 4.281

Nilai X2hitung dibandingkan dnegan nilai X2tabel,


nilai derajad bebas (DB) merupakan banyaknya kelas fenotipe dikurangi satu = 2 –
1=1
Jadi X2tabel(0.05) = 3,841. Karena X2hitung = 4.281 > X2tabel = 3,841, Maka hasil
persilangan yang diuji tidak memenuhi nisbah Mendel.
Tabel 3. Data Pengamatan Monohibrid Intermediet
Kelompok RR (Merah) Rr (Pink) Rr (Putih)

8
Blue 13 25 12
Brown 11 20 9
Violet 13 17 20
Green 12 21 17
Yellow 9 19 12
White 13 13 14
Red 12 18 10
Pink 9 28 13
Total 92 161 107

Perbandingan Fenotip : Merah : Pink : Putih


1 : 2 : 1

Tabel 4 : Hasil Perhitungan Uji χ2 pada Persilangan Monohibrid Intermedier


O–E=
Fenotip O E (d)2 X2 = (d)2 / E
d
Merah 92 90 2 4 0.0444
Pink 161 180 -19 361 2.0055
Putih 107 90 17 289 3.2111
X2hitung = 5.2610

Nilai X2hitung dibandingkan dnegan nilai X2tabel,


nilai derajad bebas (DB) merupakan banyaknya kelas fenotipe dikurangi satu = 3 –
1 = 2.
Jadi X2tabel(0.05) = 5,2610. Karena X2hitung = 3.11< X2tabel = 5,2610, Maka hasil
persilangan yang diuji masih memenuhi nisbah Mendel.

Keterangan :
R = Merah
R = Putih

Tabel 5. Dihibrid Dominan

9
Kelompok RRBB RrBB RRBb RrBb rrBB rrBb rrbb RRbb Rrbb
Blue 6 7 10 13 1 2 - 3 8
Brown 1 4 6 8 1 7 3 4 6
Violet 2 4 3 12 3 4 2 4 16
Green 0 10 8 12 3 9 2 2 4
Yellow 3 7 6 8 - 4 2 7 3
White 3 3 5 8 2 7 1 6 5
Red 4 3 10 11 5 1 - 2 4
Pink - 1 4 19 2 4 5 4 11
Total 19 39 52 91 17 38 15 32 57

Perbandingan fenotip:
Merah, Hijau : Putih, Hijau : Merah, Kuning : Putih, Kuning
9 : 3 : 3 : 1

Tabel 6 : Hasil Perhitungan Uji χ2 pada Persilangan Dihibrid Dominan


O–E=
Fenotip O E (d)2 X2 = (d)2 / E
d
Merah,Hijau 201 202.5 -1.5 2.25 0.0111
Putih, Hijau 55 67.5 -12.5 156.25 2.3148
Putih, Kuning 15 22.5 -7.5 56.25 2.5
Merah,
89 67.5 21.5 462.25 6.8481
Kuning
X2hitung = 11,674

Nilai X2hitung dibandingkan dnegan nilai X2tabel,


nilai derajad bebas (DB) merupakan banyaknya kelas fenotipe dikurangi satu = 4 –
1 = 3.
Jadi X2tabel(0.05) = 7,815. Karena X2hitung = 11,674 > X2tabel = 7,815, Maka hasil
persilangan yang diuji tidak memenuhi nisbah Mendel.

10
Tabel 7. Dihibrid Intermediet
Kelompok RRBB RrBB RRBb RrBb rrBB rrBb rrbb RRbb Rrbb
Blue 6 7 10 13 1 2 - 3 8
Brown 1 4 6 8 1 7 3 4 6
Violet 2 4 3 12 3 4 2 4 16
Green 0 10 8 12 3 9 2 2 4
Yellow 3 7 6 8 - 4 2 7 3
White 3 3 5 8 2 7 1 6 5
Red 4 3 10 11 5 1 - 2 4
Pink - 1 4 19 2 4 5 4 11
Total 19 39 52 91 17 38 15 32 57

Keterangan :
RrBb X RrBb

RB = Merah – Hijau
Rb = Merah – Kuning
rB = Putih – Hijau
rb = Putih – Kuning

Merah = R Hijau = B
Putih = r Kuning = b

Keterangan Dihibrid Dominan :


RRBB, RrBB, RRBb, RrBb = (merah hijau)
rrBB, rrBb = (putih hijau)
RRbb, Rrbb = (merah kuning)
rrbb = (putih, kuning)

11
Keterangan Dihibrid Intermediet :
RRBB = (merah hijau) rrBb = (putih,biru)
RrBB = (pink,hijau) RRbb = (merah kuning)
RRBb = (merah,biru) Rrbb = (pink,kuning)
RrBb = (Pink,biru) Rrbb = (putih, kuning)
rrBB = (putih hijau)

Perbandingan fenotip:
M,H : N,H : M,B : N,B : P,H : P,B : P,K : M,K : N,K
1 :2 :2 :4 :1 :2 :1 :1 :2

Tabel 8 : Hasil Perhitungan Uji χ2 pada Persilangan Dihibrid Intermedier


O–E=
Fenotip O E (d)2 X2 = (d)2 / E
d
Merah,Hijau 19 22.5 -3.5 12.25 0.5444
Pink, Hijau 39 45 -6 36 0.8
Merah ,Biru 52 45 7 49 1.0888
Pink, Biru 91 90 1 1 0.0111
Putih, Hijau 17 22.5 -5.5 30.25 1.3444
Putih, Biru 38 45 -7 49 1.0888
Merah,Kuning 32 22.5 9.5 90.25 4.0111
Pink,Kuning 57 45 12 144 3.2
Putih, Kuning 15 22.5 -7.5 56.25 2.5
X2hitung =
14.6108

Nilai X2hitung dibandingkan dnegan nilai X2tabel,


nilai derajad bebas (DB) merupakan banyaknya kelas fenotipe dikurangi satu = 9 –
1 = 8.
Jadi X2tabel(0.05) = 15,507. Karena X2hitung = 14.6108 < X2tabel = 15,507, Maka
hasil persilangan yang diuji memenuhi nisbah Mendel.

12
B. Pembahasan

Pada praktikum Imitasi Perbandingan Genetis Percobaan Mendel di


gunakan kancing sebagai gen. Dari hasil praktikum akan dilihat apakah
sesuai dengan hukum Mendel atau tidak. Hal tersebut dapat dilihat dari
perbandingan hasil yang didapat dengan tabel χ2.
Dari data yang di dapat, dapat dilihat bahwa pada uji Monohibrid
Dominan, tidak memenuhi nisbah Mendel. Tetapi pada uji Monohibrid
Intermediet, memenuhi nisbah Mendel. Pada Dihibrid Dominan, tidak
memenuhi nisbah Mendel. Sedangkan pada Dihibrid Intermediet,
memenuhi nisbah Mendel.

Jika percobaan ini tidak sesuai dengan hukum Mendel, maka telah
terjadi penyimpangan pada hukum Mendel tersebut.
Hukum 1 Mendel (Hukum Segregasi) :
Gen memiliki bentuk-bentuk alternative atau alel. Dalam organism diploid,
kedua gen bersegregasi (memisah) selama pembentukan gamet. Setiap
sperma atau sel telur hanya mengandung satu alel dari setiap pasangan.

Hukum ini menjelaskan rasio fenotip F2 3 : 1 yang teramati saat


monohybrid menyerbuk sendiri. Setiap organism mewarisi satu alel untuk
setiap gen dari masing-masing induk. Dalam heterozigot, kedua alel
berbeda, dan ekspresi salah satu alel (yang dominan) menutupi efek
fenotipik alel yang satu lagi (alel resesif). Homozigot memiliki alel indentik
dari gen tertentu, dan merupakan galur-murni.
Pada praktikum digunakan teori kemungkinan (chi kuadrat) untuk
mengetahui kemungkinan yang akan diperoleh dari suatu persilangan.
Dalam suatu percobaan jarang ditemukan hasil yang tepat betul, karena
selalu saja ada penyimpangan. Secara umum kesalahan terjadi karena pada
saat pengambilan secara acak dan memasangkan kancing genetic terjadi
kesalahan disebabkan oleh kurangnya ketelitian dalam pencatatan hasil

13
persilangan, terjadi pengambilan kancing yang lebih atau kurang di dalam
kantong, dan kurang kompaknya para praktikan dalam mengambil
nkancing, menyebutkan, dan mencatatnya sehingga terdapat perbedaan
rasio fenotip dan rasio genotip dengan hukum Mendel.

14
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang didapat dari praktikum ini adalah :


1. Adanya penyimpangan hokum Mendel pada uji Monohibrid Dominan
dan Dihibrid Dominan.
2. Uji Monohibrid Intermediet dan Dihibrid Tntermediet sesuai dengan
nisbah Mendel.
3. Gen memiliki bentuk-bentuk alternative atau alel. Dalam organism
diploid, kedua gen bersegregasi (memisah) selama pembentukan gamet.
Setiap sperma atau sel telur hanya mengandung satu alel dari setiap
pasangan.
4. Jika percobaan ini tidak sesuai dengan hukum Mendel, maka telah
terjadi penyimpangan pada hukum Mendel tersebut.

B. Saran

Adapun saran yang dapat diajukan, yaitu :


1. Ketelitian dalam praktikum.

15
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Persilangan Monohibrid.


http://id.wikipedia.org/wiki/Persilangan_monohibrid. Diakses; Kamis, 17
Nopember 2011.
Anonim. 2011. http://sangmerpaticinta.blogspot.com/2009/08/laporan-praktikum-
genetika-imitasi.html. Diakses; Kamis, 17 Nopember 2011.
Campbell, Neil A. et al. 2008. BIOLOGI. Jakarta; Erlangga
Ma’arif, Samsul. 2009. Imitasi Perbandingan Genetis.
http://www.unjabisnis.net/2009/09/laporan-praktikum-genetika-
imitasi.html. Diakses; Kamis, 17 Nopember 2011.
Santoso, Bhima Wibawa. 2009. Imitasi Perbandingan Genetis III.
http://bhimashraf.blogspot.com/2009/12/imitasi-perbandingan-genetis-
iii.html. Diakses; Kamis, 17 Nopember 2011.
Yuliza. 2011. Imitasi Perbandingan Genetis I.
http://ritacuitcuit.blogspot.com/2011/02/imitasi-perbandingan-genetis-
i.html. Diakses, Kamis. 17 Nopember 2011.

16
LAMPIRAN

Tabel 9. Data Pengamatan Monohibrid Dominan Individu

Pengambilan Ke- Rr (Merah) Rr (Merah) Rr (Putih)


1 √
2 √
3 √
4 √
5 √
6 √
7 √
8 √
9 √
10 √
Total 3 4 3
Total Kelompok 11 20 9

Tabel 10. Data Pengamatan Monohibrid Intermediet Individu

Pengambilan Ke- Rr (Merah) Rr (Pink) Rr (Putih)


1 √
2 √
3 √
4 √
5 √
6 √
7 √
8 √
9 √
10 √
Total 3 4 3
Total Kelompok 11 20 9

Tabel 11. Data Pengamatan Dihibrid Dominan Individu

Pengambilan RRBB RrBB RRBb RrBb rrBB rrBb rrbb RRbb Rrbb
Ke-
1 √
2 √
3 √
4 √
5 √
6 √

17
7 √
8 √
9 √
10 √
Total - 2 3 2 - 1 - 1 1
Total
1 4 6 8 1 7 3 4 6
Kelompok

Tabel 12. Data Pengamatan Dihibrid Intermediet Individu

Pengambilan RRBB RrBB RRBb RrBb rrBB rrBb rrbb RRbb Rrbb
Ke-
1 √
2 √
3 √
4 √
5 √
6 √
7 √
8 √
9 √
10 √
Total - 2 3 2 - 1 - 1 1
Total
1 4 6 8 1 7 3 4 6
Kelompok

18
Pertanyaan
1. Jelaskan hukum Mendel 1 dan penjelasannya berkaitan dengan percobaan
yang telah dilaksanakan !
Jawab :
Hukum 1 Mendel (Hukum Segregasi) :
Gen memiliki bentuk-bentuk alternative atau alel. Dalam organism diploid,
kedua gen bersegregasi (memisah) selama pembentukan gamet. Setiap
sperma atau sel telur hanya mengandung satu alel dari setiap pasangan.
Hukum ini menjelaskan rasio fenotip F2 3 : 1 yang teramati saat monohybrid
menyerbuk sendiri. Setiap organism mewarisi satu alel untuk setiap gen dari
masing-masing induk. Dalam heterozigot, kedua alel berbeda, dan ekspresi
salah satu alel (yang dominan) menutupi efek fenotipik alel yang satu lagi
(alel resesif). Homozigot memiliki alel indentik dari gen tertentu, dan
merupakan galur-murni.

2. Buatlah bagan model pewarisan sifat tanaman yang diuji !


Jawab :

3. Jika hasil percobaan ini tidak sesuai dengan hukum Mendel, apakah artinya
hukum Mendel 1 tidak berlaku ? Jelaskan !

19
Jawab :
Jika percobaan ini tidak sesuai dengan hukum Mendel, maka telah terjadi
penyimpangan pada hukum Mendel tersebut.

20

Anda mungkin juga menyukai