Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA

PERSILANGAN MONOHIBRID

Oleh

KHAEROTUNNISA
196201426077

PROGRAM STUDI BIOLOGI MEDIK

UNIVERSITAS NASIONAL

2019/2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tinjauan Pustaka


Hereditas adalah pewarisan sifat/watak dari induk ke keturunannya
baik secara biologis melalui gen (DNA) atau secara sosial melalui pewarisan
gelar, atau status sosial. Ide pewarisan gen ini pada awalnya dikemukakan
oleh seorang pendeta yang dikenal sebagai “Bapak Genetika Modern”
bernama Gregor Johan Mendel. Mendel menguji beberapa tanaman pea
(Pisum sativum). Dalam studi ini menunjukkan bahwa satu dari empat
tanaman kacang memiliki ras resesif alel, dua dari empat orang hibrida dan
satu dari empat ras yang dominan. Percobaannya membuat Mendel membuat
dua generalisasi, Hukum Mendel pertama mengenai proses pemisahan atau
segretion, dan Hukum Mendel kedua mengenai hukum berpasangan secara
bebas atau Independent Assortment.
Hukum Mendel I menyatakan bahwa pada pembentukan gamet (sel
kelamin), kedua gen induk yang merupakan pasangan alel akan memisah
sehingga tiap-tiap gamet menerima satu gen dari induknya. Hukum Mendel II
menyatakan bahwa bila dua individu mempunyai dua pasang atau lebih sifat,
maka diturunkannya sepasang sifat secara bebas, tidak bergantung pada
pasangan sifat lainnya.
Hibrid adalah turunan dari suatu persilangan antara dua individu yang
secara genetik berbeda. Arti hibrid semacam itu juga dikemukakan oleh
Gardner. Hibrid dapat dibedakan menjadi monohibrid, dihibrid, trihibrid dan
bahkan polihibrid tergantung pada jumlah sifat yang diperhatikan pada
persilangan itu.
Monohibrid adalah perkawinan antar dua individu dari spesies yang
sama yang memiliki satu sifat yang berbeda. Tetua ini merupakan galur murni
yang sudah diseleksi oleh Mendel. Persilangan antara dua galur murni ini
menghasilkan keturunan F1. Hasil persilangan pada keturunan pertama dari
kedua tetua galur murni tersebut disebut generasi pertama atau F1. Generasi
kedua merupakan persilangan F1 disilangkan dengan F dan disebut F2.
Persilangan F1 juga disebut persilangan hibrida. Ketika hanyasatu karakter
dan dua sifat berada di bawah pertimbangan, itu disebut monohobrida. Ketika
dua karakter sedang dipertimbangkan, itu disebut persilangan dihibrid.
Pada saat persilangan monohibrid Mendel mengembangkan empat
hipotesis :
1. ada bentuk-bentuk alternatif gen, sekarang disebut alel
2. untuk setiap karakteristik setiap organisme memiliki dua gen
3. gamet hanya membawa satu alel untuk masng-masng mewarisi
karakteristik
4. alel dapat menjadi dominan atau resesif
Sifat dominan adalah sifat-sifat eksklusif yang muncul pada generasi
F1, sedangkan sifat resesif adalah ciri-ciri yang tersembunyi atau
disembunyikan pada generasi F1. Gennotip adalah gen yang sebenarnya
dipunyai setiap individu. Fenotip adalah pnemapilan fisik atau kegiatan
biokimia yang disebabkan oleh suatu fenotip.
Persilangan dihibrid adalah perkawinan antara dua individu dari
spesies yang sama yang memiliki dua sifat berbeda. Sebagai contoh Mendel
memulai percobaan dengan menyilangkan tanaman induk galur murni yang
berbeda dalam dua karakter yang dimilikinya seperti warna biji (kuning atau
hijau) dan keadaan kulit bii (bulat atau keriput). Alel untuk biji kuning (Y)
adalah dominan terhadap alel biji hijau (y), dan bulat (R) dominan terhadap
keriput (r). jika tanaman homozigot untuk biji kuning bulat (RRYY)
disilangkan denga tanaman homozigot untuk biji hijau keriput (rryy),
menghasilkan F1 keturunan dihibrid heterozigot untuk kedua sifat (RrYy) dan
memiliki fenotif dominan biji kuning.
χ2 (chi-square) merupakan alat bantu untuk menentukan seberapa baik
kesesuaian suatu percobaan (goodness of fit). Didalam suatau percobaan
jarang sekali kita memperoleh data yang sesuai dengan yang kita harapkan
(secara teoritis). Hampir selalu menjadi penyimpangan. Penyimpangan yang
relative kecil lebih diterima pada penyimpangan yang besar. Selain itu apabila
penyimpangan tersebut semakin sering terjadinya dapat dilakatakan semakin
normal dan cenderung lebih dapat diterima daripada peenyimpangan yang
jarang terjadi. Pada uji ini penyimpangan nisbah amatan (observed) dari
nisbah harapan (expected) dengan rumus
χ2 = Σ (O – E)2 ⁄ E

Observed (O) adalah hasil pengamatan, sedangkan Expected (E)


adalah data yang diharapkan secara teoritis dan jumlah dari nilai χ2 untuk
setiap kategori. Semakin kecl nilai χ2 menunjukkan bahwa data yang diamati
semakin tipis perbedaannya dengan yang diharapkan. Sebaliknya semakin
besar χ2 menunjukkan semakin besar pula penyimpangannya. Data
penyimpangan yang diterima ataubesar eluan terjadinya nilai penyimpangan
yang dapat diterima hanya satu kali dalam 20 kali percobaan (peluan 1/20 –
0.=,05) maka pada P – 0,05 adalah diterima atau ditolaknya percobaan.

1.2 Tujuan

A. Untuk membuktikan Hukum Mendel I (rasio fenotif dan rasio genotif


yang dihasilkan)
B. Menghitung X2 untuk menguji data hasil pengamatan serta
menginterprestasikan X2 setelah dibandingkan dengan nilai X2 pada
tabel
BAB II

Metode

2.1 Alat dan Bahan

Jagung hasil persilangan monohibrida

2.2 Cara Kerja

A. Monohibrida
1. Setiap kelompok dibagikan satu jagung hasil persilangan
monohibrida
2. Hitunglah jumlah biji jagung berwarna ungu dominan
homozigot dengan biji jagung berwarna kuning resesif
homozigot
3. Buatlah persilangan jagung tersebut
4. Ujilah hasil F2 persilangan jagung, apakah hipotesis sesuai
dengan Hukum Mendel ke-1
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Persilangan

A. Persilangan Monohibrid

Diketahui : Biji ungu P (Dominan)

Biji kuning p (Resesiv)

P : Jagung Ungu >< Jagung Kuning

Genotip : PP pp

Gamet : P p

F1 : Pp

F2 :

P p
P PP Pp
p Pp pp

F2 : PP : Jagung warna ungu

Pp : Jagung warna ungu Jagung warna ungu 75%

Pp : Jagung warna ungu Jagung warna kuning 25%

pp : Jagung warna kuning

Perhitungan

Diketahui (observed) : Jumlah total biji 612

Jumlah biji kuning 136

Jumlah bijij ungu 476


Diharapkan (expected) : Jumlah biji kuning ¼ x 612 = 153

Jumlah biji ungu ¾ x 612 = 459

XI2 =∑𝑁
1=1 = (O1 – E1)2 X22 =∑𝑁
1=2 = (O2 – E2)2
E1 E1
= (476-459) 2 = (136-153) 2
459 153
= 0.63 = 1.88

= XI2 + X22

= 0.63 + 1.88

= 2.5

Jagung Ungu Jagung Kuning Jumlah


Observed (O) 476 136 612
Expected (E) 459 153 612
Deviation (O-E) -17 17 0
Deviation (d2) 289 289
X2 hitung = d2/E 0.63 1.88 2.5
X2 tabel = α 0.05 ; df : 1 3.84
Kesimpulan Percobaan yang dilakukan sesaui dengan
hukum mendel I. Hasil signifikan
3.2 Pembahasan

Pada praktikum yang dilakukan pada hari Senin, tanggal 30


September 2019 yang berjudul Persilangan Monohibrida dan Persilangan
Dihibrida pada tanaman jagung. Setiap kelompok diminta untuk menghitung
jagung baik jagung hasil persilangan monohibrid. Kemudian mengolah
datanya menggunakan X2 hitung dan membandingkannya dengan X2 tabel
untuk mengetahui apakah hasil pengamatan yang diperoleh sesuai dengan
ratio yang diharapkan atau malah sebaliknya.
A. Persilangan Monohibrida
Persilangan ini menggunakan satu sifat beda. Jagung berwarna ungu
dominan homozigot dilambangkan (P) dengan biji jagung berwarna kuning
resesif homozigot dilambangkan (p). Pada keturunan (F1) perkawinan dari
keduanya merupakan gabungan dari kedua gen (Pp) yang dalam fenotifnya
bentuk tetap bulat (percampuran jagung warna ungu dan jagung warna
kuning). Sedangkan pada keturunan (F2) mulai tampak berlakunya Hukum
Segregasi yaitu pemisahan secara bebas gen sealel. Pada percobaan ini,
persilangan antara F1 didapatkan perbandingan genotifnya dari PP : Pp : pp
adalah 25% : 50% : 25% sehingga perbandingan fenotifnya adalah 75% :
25%.
Perbandingan ini sesuai dengan Hukum Mendel I atau Hukum
Segregasi dimana pada persilangan antar keturunan F1 tampak bahwa
perbandingan hasil perkawinan antar factor dominan dan resesif pada
genotifnya adalah 1 : 2 : 1 dan perbandingan fenotifnya adalah 3 : 1.
Berdasarkan percobaan yang dilakukan mengenai Hukum Mendel I
atau Persilangan Monohibrid yang dilakukan dengan cara menghitung biji
jagung, diperoleh hasil bahwa terdapat 476 buah biji jagung berwarna ungu
dan 136 buah biji jagung berwarna kuning. Kedua jumlah biji jagung
berwarna ungu dan berwarna kuning dijumlahkan. Kemudian, dihitung
hasilnya secara teoritis dengan cara mengalikan (jumlah biji jagung berwarna
ungu dan biji jagung berwarna kuning) dengan 75% untuk menemukan hasil
biji jagung warna ungu secara teoritis dan mengalikan jumlah (biji jagung
berwarna ungu dan biji jagung bewarna kuning) dengan 25% untuk
menemukan jumlah biji berwarna kuning secara teoritis. 75% didapatkan dari
hasil fenotif PP (25%) dan Pp (50%) sedangkan 25% didapatkan dari hasil
fenotif pp (25%). Dari hasil pengalian diperoleh jumlah biji jagung berwarna
ungu yaitu 459 buah dan biji jagung berwarna kuning adalah 153 secara
teoritis. Setelah itu, dicari deviasi dengan cara mengurangi hasil observasi
dengan hasil ekspektasi dan dicari deviasi kuadratnya, kemudian dihitung X2.
Setelah X2 dihitung lalu dibandingkan dengan X2 tabel (3,84). Jika X2 hitung
< X2 tabel, maka percobaan yang dilakukan sesuai dengan Hukum Mendel
KE-1. Dari hasil percobaan didapatkan X2 hitung adalah 2.5 yang
menunjukkan bawah hasil percobaan dapat diterima karena lebih kecil dari
3,84.
BAB IV

KESIMPULAN

Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa :

Hasil persilangan Monohibrida sesuai dengan bunyi Hukum Mendel I yaitu


“bahwa pada pembentukan gamet (sel kelamin), kedua gen induk (Parent) yang
merupakan pasangan alel akan memisah sehingga tiap-tiap gamet menerima satu
gen dari induknya”
DAFTAR PUSTAKA

Laras, Estri A. 2016. Genetika Mendel : Prinsip Dasar Pemahaman ilmu


Genetika. Malang : UB Press. http://books.google.com/books

Rahmat, Dedi. 2006. Evaluasi Performa Domba Persilangan Barbados dengan


Domba

Akbar, Rinaldi Taudik. Dkk. 2015. Implementasi Sistem Hereditas Menggunakan


Metode Persilangan Hukum Mendel Untuk Identifikasi Pewarisan Warna Kulit Manusia.
Jurnal Online mahasiswa-acadaemia.edu

Pai, A.C., 1992. Dasar-dasar Genetika Ilmu untuk Masyarakat. Diterjemahkan

S.S. Tjitrosomo dan N. Sugiri.Jakarta: Erlangga


LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai