Anda di halaman 1dari 16

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lingkungan telah memberikan variasi morfologi dari tumbuhan berupa

adanya perbedaan warna, hal ini selain dipengaruhi oleh lingkungan juga

dipengaruhi oleh genetik. Tingkat genetik, sifat-sifat tersebut tidak hanya

dipengaruhi oleh sebuah lokus gen tetapi oleh banyak lokus gen. Diversitas

genetic dapat terjadi karena adanya variasi genetic, baik internal maupun

antarspecies pada suatu populasi. Adanya polimorfisme pada suatu species akan

sangat bermanfaat dalam bidang genetika maupun kepentingan seleksi. Variasi ini

dapat digunakan untuk identifikasi dan mencari asal usul suatu jenis hewan,

mengetahui hubungan kekerabatan antar species sampai pada penyusunan peta

gen. Informasi genetic dapat dijadikan dasar perkawinan silang.

Secara teknis persilangan dilakukan dengan maksud untuk penggabungan

beberapad sifat yang semula terdapat pada dua bangsa yang berbeda kedalam satu

bangsa silangan, pembentukan bangsa baru, garding up, pemanfaatan terosis.

Salah satu keuntungan dari persilangan adalah hybrid vigour atau heterosis yakni

untuk mendapatkan keturunan yang lebih baik. Adanya hukum peluang telah

diterapkan oleh bapak ilmu genetika, Gregor Mendel. Dimana dikemukakan

bahwa hasil persilangan dari generasi antar F1 pada kacang buncis untuk tujuh

karakter tanaman yakni bentuk biji, warna albumen, warna kulit biji, bentuk

polong, warna polong, posisi letak bunga dan panjang batang, dengan rasio 3 : 1.

Ketepatan hukum mendel juga diterapkan untuk mengetahui besarnya peluang


memperoleh benih jagung resesif dari hasil persilangan antara jagung biasa x

jagung QPM.

Prinsip segregasi secara bebas dalam persilangan monohibrid dapat

dibuktikan dengan mengawinkan suatu jenis organism dengan mengamati satu

tanda beda pada organism tersebut. Persilangan antara generasi F1 akan

menghasilkan generasi F2 yang terdiri dari dua macam fenotip dengan rasio 3:1

atau tiga macam genotip dengan rasio 1:2:1. Pada persilangan dihibrid, gen-gen

yang terletak pada kromosom yang berbeda akan berpasangan secara bebas ketika

gametogenesis, sehingga akan menghasilkan empat macam fenotip dengan

perbandingan 9:3:3:1.

Dengan adanya variasi morfologi pada setiap species, maka sebagai

bentuk pembuktian secara ilmiah maka dilakukan pengamatan tentang pekawinan

monohibrid dan juga akan membuktikan kebenaran hukum mendel.

B. Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk membuktikan Hukum Mendel I

pada persilangan monohibrid.


II. TINJAUAN PUSTAKA

Gen adalah bahan genetikyang terkait dengan sifat tertentu. Sebagai bahan

genetik tentu saja gen diwariskan dari satu individu ke individu lainnya. Gen

memiliki bentuk-bentuk alternatif yang dinamakan alel. Ekspresi dari alel dapat

serupa, tetapi orang lebih sering menggunakan istilah alel untuk ekspresi gen yang

secara fenotifik berbeda. Gregor Mendel telah berspekulasi tentang adanya suatu

bahan yang terkait dengan suatu sifat atau karakter di dalam tubuh suatu individu

yang dapat diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Ia menyebutnya

'faktor'. Hukum segregasi bebas menyatakan bahwa pada pembentukan gamet,

kedua gen yang merupakan pasangan alela itu akan memisah sehingga tiap-tiap

gamet menerima satu gen dari alelanya (Mega, 2008).

Gregor Mendel merupakan pencetus berbagai prinsip dasar genetika.

Akhir abad kesembilan belas, beliau mengenali adanya unit informasi yang

diwariskan untuk pembentukan sifat yang dapat diamati pada organisme. Ini

merupakan konsep pertama gen (Bresnick, 2003). Kelahiran genetika dengan teori

faktornya, Mendel menunjukkan bahwa sifat diwariskan ke generasi baru dalam

kondisi terpisah. Terobosan Mendel masih belum diakui saat ia meninggal pada

tahun 1884, namun ditemukan kembali di awal abad ke-20 oleh para ilmuan yang

sedang menyelidiki pewarisan sifat. Faktor-faktor Mendel diberi nama baru, yaitu

gen. Penelitian Mendel menjadi dasar ilmu genetika (Walker, 2003).

Konsep Mendel kemudian dikenal sebagai hukum Mendel pertama

(Segregasi Mendel). Hukum segregasi Mendel menyatakan bahwa : Pasangan


gen atau dua copy dari suatu gen saling bersegregasi (berpisah) masing-masing

selama transmisi dari tetua ke zuriat. Hukum Mendel tersebut menunjukkan

bahwa hanya satu copy dari setiap gen ditemukan dalam gamet (Griffiths et al,

2000, Brooker, 2009).

Persilangan monohibrid atau monohibridisasi adalah persilangan antara dua

spesies dengan satu sifat beda. Mendel pertama kali mengetahui sifat monohibrid

pada saat melakukan penyilangan pada kacang ercis (Pisum sativum). Sehingga

sampai saat ini masih berlaku Hukum Mendel I (Yatim, 1986). Persilangan

monohibrid yang menghasilkan keturunan dengan perbandingan F2, yaitu 1 : 2 : 1

merupakan bukti berlakunya hukum Mendel I yang dikenal dengan nama Hukum

Pemisahan Gen yang Sealel (The Law of Segregation of Allelic Genes).

Sedangkan persilangan dihibrid yang menghasilkan keturunan dengan

perbandingan F2, yaitu 9 : 3 : 3 : 1 merupakan bukti berlakunya Hukum Mendel II

yang disebut Hukum Pengelompokkan Gen secara Bebas (The Law Independent

Assortment of Genes). Dengan mengikuti secara saksama hasil percobaan Mendel,

baik pada persilangan monohibrid maupun dihibrid maka secara sederhana dapat

kita simpulkan bahwa gen itu diwariskan dari induk atau orang tua kepada

keturunannya melalui gamet (Stanfield, 1991).

Monohibrid adalah persilangan antar dua spesies yang sama dengan satu

sifat beda. Persilangan monohibrid ini sangat berkaitan dengan hukum Mendel I

atau yang disebut dengan hukum segresi. Hukum ini berbunyi, Pada

pembentukan gamet untuk gen yang merupakan pasangan akan disegresikan

kedalam dua anakan. Mendel pertama kali mengetahui sifat monohybrid pada saat
melakukan percobaan penyilangan pada kacang ercis (Pisum sativum). Sehingga

sampai saat ini di dalam persilangan monohybrid selalu berlaku hukum Mendel I.

Sesungguhnya di masa hidup Mendel belum diketahui sifat keturunan modern,

belum diketahui adanya sifat kromosom dan gen, apalagi asam nukleat yang

membina bahan genetic itu. Mendel menyebut bahan genetic itu hanya factor

penentu (determinant) atau disingkat dengan factor. Hukum Mendel I berlaku

pada gametogenesis F1 x F1 itu memiliki genotif heterozigot. Gen yang terletak

dalam lokus yang sama pada kromosom, pada waktu gametogenesis gen sealel

akan terpisah, masing-masing pergi ke satu gamet (Yasin, 2005).

Chi-square (chi kuadrat) sering kali digunakan untuk menguji apakah data

yang diperoleh dari suatu percobaan itu sesuai dengan ratio yangkita harapkan

atau tidak. Di dalam suatu percobaan jarang sekali kita memperoleh data yang

sesuai dengan yang kita harapkan (secara teoritis). Hampir selalu menjadi

penyimpangan. Penyimpangan yang kecil relatif lebih dapat diterima pada

penyimpangan yang besar. Selain itu, apabila penyimpangan tersebut semakin

sering terjadinya dapat dikatakan semakin normal dan cenderung lebih dapat

diterima daripada penyimpangan yang jarang terjadi. Sekarang yang menjadi

pertanyaan adalah seberapa besar penyimpangan itu dapat diterima dan seberapa

sering terjadinya atau berapa besar peluang terjadinya, dan jawabannya dapat

dicari dengan uji X2. Rumus X2 adalah :

O (Observed) adalah hasil pengamatan, sedangkan E (Expected) adalah data yang

diharapkan secara teoritis, dan jumlah dari nilai X2 untuk setiap kategori.

Semakin kecil nilai X2 menunjukan bahwa data yang diamati semakin tipis
perbedaannya dengan yang diharapkan. Sebaliknya semakin besar X2 menunjuka

semakin besar pula penyimpangannya. Batas penyimpangan yang diterima atau

besar peluang terjadinya nilai penyimpangan yang dapat diterima hanya satu kali

dalam 20 percobaan (peluang 1/20 = 0,05) maka pada P = 0,05 adalah atau

ditolaknya data percobaan, selain itu data juga dapat dianalisis melalui distribusi

tipe kelahiran, rataan jumlah anak per kelahiran, bobot lahir, dan bobot sapih serta

melalui analisis statistik berupa rataan sifat, koefisien varians, analisis ragam dan

keunggulan relatif (Dedi. 2006).


III. METODE PRAKTIKUM

A. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan pada praktikum persilangan monohibrid ini adalah

biji kedelai, media tanam (tanah), lembar pengamatan dan label. Alat yang

digunakan pada praktikum persilangan monohibrid ini antara lain seedbox dan alat

tulis.

B. Prosedur Kerja

1. Tanah dimasukkan kedalam seedbox hingga penuh.

2. Diberikan sedikit air agar tanah menjadi lembab.

3. Biji populasi P1,P2, F1 dan F2 ditanam pada seedbox berisi tanah.

4. Kacang kedelai dibiarkan tumbuh dan berkecambah.

5. Warna batang yang muncul,diamati.

6. Data ditabulasikan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Bagan Persilangan

P: Kedelai Grobogan (Berbunga ungu) >< Kedelai Muria (Berbunga putih)

UU uu

G U u

F1 Uu ( 100% Kedelai Berbunga Ungu )

UU uu
UU UU Uu
Uu Uu uu
F2

Genotip = UU : 2 Uu : uu

Fenotip = 3 Kedelai berbunga ungu : 1 Kedelai berbunga putih

PENGAMATAN WARNA HIPOKOTIL


KE
P1 P2 F1 F1 F2 F2 F2 F2
1 Hijau Ungu Hijau - Hijau Ungu Ungu Ungu
2 Hijau - Hijau - Hijau Ungu - -
3 Hijau Ungu Ungu - - Ungu Hijau Ungu
4 - - Ungu Ungu - Hijau Ungu -
5 - - - Ungu Ungu - Ungu Ungu
6 Hijau Ungu Ungu Ungu Ungu - Ungu Ungu
7 Hijau Ungu Ungu Hijau - Ungu - -
8 - Ungu - - - - Ungu Ungu
9 Hijau - - - - Hiijau - Ungu
10 Hijau - Ungu - Ungu Hijau - Unguu
TOTAL
TUMBUH
Tabel. Uji X2 hasil pengamatan warna batang kedelai.
Karakteristik yang diamati
Ungu Hijau Jumlah total
Observasi (O) 19 6 25
Harapan (E) 18,75 6,25 25
2
(I0-EI-1/2) 0,0625 0,0625
2
(I0-EI-1/2)
0,0033 0,01 0,0133
E
X2 0,0133 0,0133 0,0133
2
X tabel yaitu 3,84.

Kesimpulan : X2 hitung (0,0133) < X2 tabel maka H0 diterima atau signifikan,

artinya sesuai dengan harapan. Maka Hukum Mendel I terbukti.

B. pembahasan

Hukum I Mendel (disebut hukum segregasi) adalah mengenai kaidah

pemisahan alel pada waktu pembentukan gamet. Hukum segregasi menyatakan

bahwa pada waktu pembentukan gamet terjadi segregasi atau pemisahan alel-alel

secara bebas dari diploid menjadi haploid. Hukum 1 Mendel dapat dipelajari dari

persilangan monohybrid. Saat pembentukan gamet, pasangan alel akan memisah

secara bebas. Misalnya genotipe suatu tanaman Aa, maka yang dibentuk akan

membawa gen A dan gen a (Diah, 2006).

Persilangan monohibrid adalah persilangan antara dua individu sejenis

dengan memperhatikan satu sifat beda. Misalnya persilangan antara rambutan

yang berbuah manis dengan rambutan yang berbuah masam, persilangan antara

ayam berbulu putih dengan ayam berbuluh hitam, manusia berkulit putih dengan

manusia berkulit hitam, dan suami yang bertubuh tinggi dengan istri yang

bertubuh rendah. Persilangan antara sesamanya dapat digambar- kan dalam

bentuk diagram. Diagram tersebut dikenal sebagai diagram Punnett.


Gregor Johan Mendel (1822 1884 ) disebut juga bapak genetika. Karena

melalui percobaannya beliau dapat meletakkan dasar dasar ilmu genetika.

Dalam percobaannya mendel menggunakan tanaman kacang kapri atau ercis (

Pisum Sativum ). Alasannya, tanaman kacang kapri memiliki siklus hidup yang

tidak lama, mudah disilangkan, memiliki bunga sempurna serta tidak

memiliki tujuh sifat yang mencolok. Dengan penelitian menggunakan tanaman

kapri tersebut akhirnya mendel dapat menemukan hukum hukum genetika yang

dikenal dengan Hukum Mendel I dan Hukum Mendel II.

Hukum Mendel I Ketika berlangsung pembentukan gamet pada individu,

akan terjadi pemisahan alel secara bebas. Oleh karena itu setiap gamet

mengandung salah satu alel yang dikandung oleh induknya. Hukum mendel

I disebut juga segregasi bebas, dapat dijumpai pada persilangan monohibrid.

Mendel menyilangkan dua individu kacang kapri yang memiliki satu sifat beda (

monohibrid) yaitu antara kapri berbatang tinggi dengan berbatang rendah, sifat

tinggi dominan terhadap sifat rendah.

Mendel melakukan persilangan monohibrid atau persilangan satu sifat

beda, dengan tujuan mengetahui pola pewarisan sifat dari tetua kepada generasi

berikutnya. Persilangan ini untuk membuktikan hukum Mendel I yang

menyatakan bahwa pasangan alel pada proses pembentukkan sel gamet dapat

memisah secara bebas. Hukum Mendel I disebut juga dengan hukum segregasi.

Persilangan tumbuhan atau hewan ini sangat bermanfaat karena dapat

memilih sifat-sifat yang baik dan menghilangkan sifat-sifat yang kurang baik,

dengan demikian persilangan dapat digunakan untuk memperoleh bibit unggul


atau menghasilkan keturunan dengan sifat-sifat yang unggul atau yang baik,

dengan demikian manfaat persilangan antara lain, Menghasilkan keturunan

dengan sifat-sifat yang baik. Menghasilkan bibit unggul baik pada tumbuhan

maupun hewan, misalnya varietas tanaman jenis unggul hasil persilangan PB5,

PB8, IR22, IR24, juga pada ternak, misalnya sapi Santa gertrudis, hasil

persilangan sapi brahman dengan sapi shorthorn.

Contoh persilangan monohibrid yaitu persilangan jagung lokal Madura (Zea

mays L. cv. Guluk-guluk) dengan jagung unggul (Zea mays L. cv. Srikandi

kuning). Penelitian ini dilakukan hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar

protein total parental jagung Srikandi kuning sebesar 7,83 %, kadar protein total

tersebut lebih kecil dibanding dengan kadar protein total hasil penelitian

sebelumnya yang dilakukan oleh Azrai (2004) yaitu sebesar 10,3%. Penurunan

kadar protein tersebut kemungkinan disebabkan adanya pengaruh kenaikan kadar

air pada pembungkus (plastik) selama proses pengiriman. Menurut Sudarmadji

dkk. (1996) bahwa berdasarkan sifat kelarutannya, protein dibedakan dalam 4

kelompok besar, salah satunya adalah albumin yang bersifat larut dalam air.

Berdasarkan hasil laporan tahunan Balitkabi Malang Jawa Timur (1995) tentang

pengaruh jenis pengemas sebagai alat penyimpan tepung jagung dari beberapa

varietas menyebutkan bahwa kadar air awal tepung dan jenis pengemas

berpengaruh terhadap kadar air tepung selama penyimpanan. Kenaikan kadar air

pengemas plastik PE dan kaleng relatif kecil tetapi mengakibatkan penurunan

kandungan protein tepung sampai 2,6%. Pada F1 dihasilkan kadar protein yang

rendah masing-masing 7,30% dan 7,40 % untuk F1 Srikandi kuning dan F1


Guluk-guluk. Hasil ini berarti sesuai dengan prinsip persilangan monohibrid

hukum Mendel, karena gen o-2 bersifat resesif dan bukan pewarisan yang bersifat

maternal. Menurut Suryo (1995) pewarisan sifat dikatakan maternal apabila induk

betina memberi sumbangan lebih besar kepada keturunannya daripada induk

jantan dan dikendalikan oleh gen diluar nukleus. Sedangkan pada gen o-2 sudah

diketahui lokasi gennya yaitu terletak pada lengan pendek kromosom nomor 7

(Hartings et al., 1989; Danson et al, 2006). Sedangkan pada F2 terlihat adanya

segregasi antara kadar protein tinggi dengan kadar protein rendah. Pada ulangan 1,

2, 3, 7 dan 8 didapatkan kadar protein rendah (di bawah 10%), sedang ulangan 4,

5 dan 6 didapatkan kadar protein tinggi, sehingga didapatkan perbandingan 5:3

untuk kadar protein rendah dan kadar protein tinggi. Berdasarkan persilangan

monohibrid Mendel, pada F2 akan menghasilkan keturunan dengan perbandingan

3:1 (3 untuk dominan dan 1 untuk resesif).

Manfaat persilangan monodihibrid dalam bidang pertanian yaitu para

lmuwan berhasil menyilangkan berbagai jenis padi sehingga akhirnya ditemukan

bibit padi yang memiliki sifat unggul berdaya hasil tinggi, umur pendek, dan

rasanya enak. Ditemukan pula bibit kelapa hibrida dan jagung hibrida yang

berdaya hasil tinggi. Alasan memakai kedelai yaitu sebagai tanaman model untuk

menunjukkan hasil persilangan monohibrid di daerah tropis seperti Indonesia dapat

digunakan dengan alasan yang sama dengan Mendel dan mudah tumbuh di daerah tropis.

Kedelai digunakan sebagai tanaman model pengganti kapri karena lebih mudah tumbuh

di Indonesia, dapat menghasilkan banyak biji, mempunyai beberapa sifat yang

membedakan antar varietas dan dapat disilangkan. Menurut Sumarno (1983),

kecambah kedelai mempunyai vigor yang baik, pertumbuhannya cepat, dan dapat
tumbuh baik pada lahan berdrainase kurang baik. Kemurnian benih penjenis

dipertahankan di Balai Penelitian Tanaman Pangan Bogor.

Berdasarkan praktikum ini dilakukan persilangan monohibrid antara galur 1

yang berwarna ungu dengan genotip UU, dan galur 2 yang berwarna putih dengan

genotip uu menghasilkan keturunan pertama yang berwarna ungu. Jika keturunan

pertama disilangkan dengan sesamanya dihitung dengan tabel punnet maka akan

terdapat 2 macam fenotip ungu dan putih dan dengan perbandingan genotip UU:

Uu : uu yaitu 1:2:1.Percobaan penanaman 20 biji galur 1 dan 2 dilakukan selama

kurang lebih dua minggu. Diharapkan warna batang kedelai keturunan F2 dengan

warna ungu sebanyak 18 dan putih sebanyak 6. Saat destruksi didapatkan data

bahwa pada keturunan 2 tumbuh dengan banyaknya ungu dan putih yaitu 19 dan

6. Pengujian apakah perbandingan persilangan monohibrid Hukum Mendel I

sesuai dengan percobaan atau tidak dapat diuji dengan melakukan pengujian X2.

Berdasarkan hasil pengamatan diketahui X2 hitung adalah 0,0133 sedangkan X2

tabel adalah 3,84, X hitung < X tabel ini artinya perhitungan sesuai dengan

perbandingan genotipe dan fenotipe yaitu 1:2:1 dan 3:1 pada Hukum Mendel I.

Hal ini sesuai dengan yang dikatakan Saefudin (2007).


V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang didapat dari hasil praktikum ini yaitu persilangan

monohibrid adalah persilangan dengan melihat satu tanda beda serta terbuktinya

hukum mendel 1 pada persilangan monohibrid yang dilakukan.

B. Saran

Saran yang diajukan agar praktikan melakukan percobaan dengan tertib dan

selalu menyiram tanaman percobaan agar tetap lembab sehingga cepat tumbuh

dan dapat dilakukan pengamatan.


Daftar Pustaka

Azrai, M. 2004. Penampilan Varietas Jagung Unggul Baru Bermutu Protein


Tinggi di Jawa dan Bali. Buletin Plasma Nutfah. 10:49-50.

BALITKABI. 1995. Laporan Tahunan Balitkabi. Balai Penelitian Tanaman


Kacangkacangan dan Umbi-umbian: Malang.

Bresnick, S. 2003. Intisari Biologi. Hiprokates: Jakarta.

Brooker, Robert J. 2009. Genetics : Analysis and Principles, Third Edition.


McGraw-Hill: New York.

Danson, J. W. Mercy. M. Michael. K. Martin. L. Alex. K and Alpha. D. 2006.


Marker Assited Introgression of Opaque 2 Gene into Herbicide Resistant
Elite Maize Inbred Lines. African Journal of Biotechnology. 5: 2417-
2422.

Dedi, Rahmat. 2006. Evaluasi Performa Domba Persilangan Barbados dengan


Domba Priangan sebagai Sumber Bibit Unggul. Jurnal Ilmu Ternak. Vol 6
No : 2.

Diah. 2006. Biologi. Erlangga: Jakarta.

Griffiths, Anthony J.F., Jeffrey H. Miller, David T. Suzuki, Richard C. Lewontin,


and William M. Gelbart. 2000. An Introduction to Genetic Analysis,
Seventh Edition. W. H Freeman Company: New York.

Hartings, H. M. Maddolani. N. Lazzaroni. N. Di Fonzo. M. Motto. F. Salamini


and R. Thompson. 1989. The o2 Gene Which Regulates Zein Deposition
in Maize Endosperm Encodes a Protein with Structural Homologies to
Transcriptional Activators. The EMBO Journal. 8: 2795-2801.

Mega, Saraswati. 2008. Estimasi Korelasi Genetik Litter Size Bobot Lahir dan
Bobot sapih Kambing Hasil Persilangan (F1) Pejantan Boer Murni dengan
Kambing Lokal. Skripsi. Universitas Brawijaya: Malang.

Saefudin. 2007. Handout Genetika. Universitas Pendidikan Indonesia: Bandung.

Stanfield, W. D. 1991. Genetika Edisi Kedua. Erlangga: Jakarta.

Sudarmadji, S., B. Haryono dan Suhardi. 1996. Analisa Bahan Makanan dan
Pertanian. Liberty. Kanisius: Yogyakarta.
Sumarno dan Hartono. 1983. Kedelai dan Cara Bercocok Tanamnya. Buletin No.
6. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Bogor: Bogor.

Suryo. 1995. Sitogenetika. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.

Walker, R. 2003. Seri Pengetahuan Gen dan DNA. Erlangga: Jakarta.

Yasin, Muhammad et al. 2005. Uji Kesesuaian Hukum Mendel Dalam


Memilih Benih Jagung Opaque. Jurnal Informatika Pertanian. Vol 14 No :
1.

Yatim, Wildan. 1991. Genetika. Tarsito: Bandung.

Anda mungkin juga menyukai