Anda di halaman 1dari 10

RESUME MATERI

“Pewarisan Sifat”
Disusun Oleh

Nama : Neneng Qori Farida

NIM : 205040207113025

Kelas : Agroekoteknologi A

Asisten : Adinda Nur Salsabila

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2021
1. Teori Pewarisan Sifat
Teori pertama tentang sistem pewarisan yang dapat diterima
kebenarannya dikemukakan oleh Gregor Mendel pada 1865. Teori ini
diajukan berdasarkan penelitian persilangan berbagai varietas kacang kapri
(Pisum sativum). Hasil percobaannya, ditulis dalam makalah yang
berjudul Experiment in Plant Hybridization. Dalam makalah tersebut,
Mendel mengemukakan beberapa hipotesis mengenai pewarisan material
genetik dari tetua kepada anaknya, di antaranya adalah Hukum Segregasi
dan Hukum Perpaduan Bebas. Hukum Segregasi atau Hukum Mendel I
menyatakan bahwa dalam pembentukan sel gamet, pasangan alel akan
memisah secara bebas. Sedangkan, Hukum Perpaduan Bebas atau Hukum
Mendel II menyatakan bahwa alel dari lokus satu akan berpadu secara
bebas dengan alel-alel dari lokus lainnya.
Alasan Mendel Menggunakan Kacang Kapri :
- Memiliki bunga sempurna yang menyerbuk sendiri
- Mudah dilakukan penyerbukan silang
- Masa hidup singkat, cepat menghasilkan keturunan
- Memiliki pasangan 7 sifat kontras
2. Percobaan Monohibrid dan Hukum Mendel I
Pada percobaan monohibrid untuk tujuh sifat yang diamati pada
tanaman kapri, Mendel memperoleh hasil seperti yang disajikan pada
Tabel 5.1 dan 5.2. Pada seluruh tanaman F1 , hanya ciri sifat dari salah
satu tetuanya yang muncul, sedangkan ciri sifat dari tetua yang lain tidak
muncul. Sifat yang muncul pada F1 , misalnya biji bundar disebut sifat
dominan. Sedangkan, sifat yang tidak muncul, misalnya biji keriput
disebut sifat resesif. Pada generasi F2 , ciri-ciri yang dipunyai kedua tetua
muncul kembali, misalnya biji bundar dan biji keriput. Dari percobaan
Mendel untuk seluruh sifat yang diamati pada F2 , terdapat perbandingan
yang mendekati 3 : 1, antara ciri dominan dan resesif.
Dari percobaan tersebut, Mendel menyimpulkan bahwa pada saat
pembentukan gamet, terjadi pemisahan bebas pasangan gen-gen yang
dikandung oleh induk (parental) sehingga setiap gamet memperoleh satu
gen dari alelnya. Misalnya, induk Bb (F1 ) menghasilkan gamet B dan b.
Hal ini dikenal sebagai Hukum Segregasi atau Hukum Mendel I.
Kemudian, terjadi perkawinan antara induk jantan dan betina. Hal ini
menyebabkan gamet B dan b bergabung secara acak. Sehingga, dihasilkan
F2 dengan perbandingan fenotif 3 : 1. Pada Monohibrid terdapat
persilangan sebagai berikut :
a. Kasus dominan penuh
Persilangan pada kasus dominansi penuh akan terjadi apabila sifat gen
yang satu lebih kuat dibandingkan dengan sifat gen yang lainnya.
Akibatnya, sifat gen yang lebih kuat itu dapat menutupi sifat gen yang
lemah. Dalam hal ini, gen yang memiliki sifat yang kuat disebut gen
dominan dan gen yang memiliki sifat yang lemah disebut gen resesif.

Perhatikan contoh di bawah ini!

Persilangan antara bunga mawar merah (MM) dengan bunga mawar


putih (mm) dengan gen M bersifat dominan penuh terhadap m.
Lakukanlah persilangan sampai mendapatkan F2!
Penyelesaian :
Berdasarkan persilangan di atas, kita bisa mengetahui perbandingan
fenotip dan genotipnya. Perlu diingat kalau fenotip adalah sifat yang
tampak. Jadi, berdasarkan hasil F2 kita bisa tahu kalau perbandingan
fenotipnya adalah 3 : 1 (3 sifat merah : 1 sifat putih). Sedangkan, untuk
perbandingan genotipnya diperoleh MM : Mm : mm = 1 : 2 : 1.
b. Kasus dominasi tidak penuh (Intermediet)
Persilangan pada kasus intermediet terjadi apabila sifat dari kedua gen
sama-sama kuat. Jadi, tidak ada gen yang bersifat dominan ataupun
resesif.

Perhatikan contoh di bawah ini!


Persilangan antara bunga mawar merah (MM) dengan bunga mawar
putih (mm) dengan M dan m sama-sama merupakan gen dominan.
Lakukanlah persilangan sampai mendapatkan F2!

Penyelesaian :
3. Percobaan Dihibrid dan Hukum Mendel II
Percobaan Mendel yang melibatkan dua sifat sekaligus disebut
percobaan dihibrid. Dari percobaan ini, dapat disimpulkan bahwa dalam
proses pembentukan gamet, setiap pasang alel dalam satu lokus
bersegregasi bebas dengan pasangan alel lokus lainnya, dan akan berpadu
secara bebas dengan alel dari lokus lainnya. Hukum perpaduan bebas ini
dirumuskan dari hasil observasi terhadap penyebaran fenotip F2
persilangan dihibrid. Pada F2 , Mendel memperoleh perbandingan fenotip
9 : 3 : 3 : 1. Misalnya, persilangan dengan dua sifat beda antara biji bundar
kuning dengan keriput hijau. Pada F1 diperoleh biji bundar kuning. Hal ini
terjadi, karena setiap gen dapat berpasangan secara bebas. Artinya, biji
bundar dominan terhadap keriput, dan kuning dominan terhadap hijau.
Persilangan antara F1 menghasilkan keturunan F2 dengan perbandingan
fenotip antara bulat kuning : keriput kuning : bulat hijau : keriput hijau = 9
: 3 : 3 : 1.

4. Cara untuk mencari variasi


Variasi dalam persilangan dapat diketahui dengan menggunakan berbagai
metode. Metode yang dapat digunakan diantaranya:
1) Diagram Punnet
2) Segitiga Pascal

Berdasarkan contoh metode segitiga pascal tersebut, maka didapatkan


variasi fenotipe sebagai berikut Fenotip :
• T_U_M_ = 27
• T_uuM_; ttU_M_ ; T_U_mm = 9
• T_uumm ; ttU_mm ; ttuuM_ = 3 
• ttuumm = 1
3) Metode Garpu

5. Macam-macam Persilangan
a. Uji Silang (Test Cross)
Uji Silang (Test Cross) adalah perkawinan individu F1 dengan
induknya yang bersifat homozigot resesif. Tujuannya untuk
mengetahui suatu individu bersifat homozigot atau heterozigot.

b. Persilangan Balik (Back cross)


Persilangan Balik (Back cross) adalah persilangan antara keturunan
pertama dengan salah satu tetua (parents). Tujuannya untuk
memindahkan gen atau sifat tertentu dari salah satu tetua.
c. Persilangan Resiprok
Persilangan resiprok adalah persilangan kebalikan dari yang semula
dilakukan. Tujuannya untuk membuktikan bahwa induk jantan dan
betina mempunyai kesempatan yang sama dalam pewarisan sifat.

Anda mungkin juga menyukai