Anda di halaman 1dari 4

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hukum Mendel II



Hukum Mendel II : Pengelompokan gen secara bebas. Dalam bahasa Inggeris : Independent
Assortment of Genes. Hukum ini berlaku ketika pembentukan gamet, dimana gen sealel secara
bebas pergi ke masing-masing kutub ketika meiosis. Pembuktian hukum ini dipakai pada
Dihibrid atau Polihibrid, yakni persilangan dari individu yang memiliki 2 atau lebih karakter
berbeda. Disebut juga hukum Asortasi.
(Yatim Wildan, 2003).

2.2 Faktor Alel

Faktor (alele) yang mengatur karakter yang berbeda (dua atau lebih sifat yang dikenal) memisah
secara bebas ketika terbentuk gamet. Apabila dua pasang gen yang tidak bertaut terdapat dalam
hibrida, nisbah fenotipe pada F2 adalah 9:3:3:1. uji silang tanaman dihibrida menghasilkan
nisbah 1:1:1:1;. Makin banyak jumlah gen (pasangan alele) makin banyak jumlah kelas fenotipe
dan genotipe pada F2. Metode garis cabang dalam analisa genetik menyederhanakan penentuan
kelas-kelas fenotipe dan genotipe. Huruf digunakan untuk menyatakan sifat genetik tetapi simbol
+ dapat untuk menggantikan alele dominan atau digunakan dalam kombinasinya dengan alele
resesif, terutama pada Drosophila.
( Crowder L.V, 1990 ).

2.3 Analisis X
2

Uji 2 (chi-square) merupakan alat bantu untuk menentukan seberapa baik kesesuaian suatu
percobaan (goodness of fit). Pada uji ini penyimpangan nisbah amatan (observed) dari nisbah
harapan (expected) dengan rumus :
2 = (O E)2 E
2 = (O1 E1) E1 + (O2 E2) E2 + .......... + (On En) En
Nilai 2 diinterpretasikan sebagai peluang dengan mencocokkannya ke tabel 2 berdasarkan
derajat bebasnya. Derajat bebas (db) adalah banyaknya fenotip yang dapat diekspresikan (n)
dikurangi satu. Pada satu sifat beda berkedominanan penuh terdapat dua fenotip dan db = n-1 =
2-1 = 1. Pada dua sifat beda berkedominanan sebagian, db = 9-1 = 8.
( Rumpaisum,Marice A. 2009).

2.4 Pembentukan Dihibrid
Dihibrida membentuk empat gamet yang secara genetik berbeda dengan frekuensi yang kira-kira
sama karena orientasi secara acak dari pasangan kromosom nonhomolog pada piringan metafase
meiosis pertama. Bila dua dihibrida disilangkan, akan dihasilkan 4 macam gamet dalam
frekuensi yang sama baik pada jantan maupun betina. Suatu papan-periksa genetik 4 x 4 dapat
digunakan untuk memperlihatkan ke-16 gamet yang dimungkinkan. Rasio fenotipe klasik yang
dihasilkan dari perkawinan genotipe dihibrida adalah 9:3:3:1. Rasio ini diperoleh bila alel-alel
pada kedua lokus memperlihatkan hubungan dominan dan resesif.
(Stansfield, 1991).



Crowder L.V, 1990. Genetika Tumbuhan. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Stansfield, W.D., 1991. Genetika. Diterjemahkan oleh Machidin Apandi.
Erlangga, Jakarta.

Yatim Wildan, 2003. Genetika. Edisi ke-5. Penerbit Tarsito, Bandung









Hukum mendel II : pengelompokkan gen secara bebas. Dalam bahasa inggris :
Independent Assortment of ganes. Hukum ini berlaku ketika pembentukan gamet, dimana gen
sealel secara bebas pergi ke masing-masing kutub ketika meosis. Pembuktian hukum ini dipakai
pada Dihibrid atau Polihibrid, yakni persilangan dari individu yang memiliki 2 atau lebih
karakter berbeda. Disebut juga Hukum Asortasi. (yatim:2003).
Hukum mendel II disebut hukum pengelompokkan gen secara bebas (dalam bahasa
inggris: the law of independent Assortment of ganes). Hukum ini menyatakan bahwa gen-gen
dari sepasang alel memisah secara bebas ketika berlangsung pembelahan reduksi(meiosis) pada
waktu pembentukkan gamet. (Suryo:1994)
Disamping melakukan percobaan dengan pewarisan satu sifat beda. Mendel juga
melakukan persilangan dengan dua sifat beda. Prinsip segregasi mendel berlaku pada segregasi
kromosom homolog. Mendel menyilangkan tanaman yang mempunyai dua macam alel yang
berbeda. Ia menyilangkan tanaman ercis yang berwarna kuning dan berbiji bulat dengan tanaman
tanaman yang berwarna hijau dan berbiji keriput. F
1
penyilangan 2 parental homolog adalah
dihibrid (heterozigot) untuk dua gen yang terkait individu F
1
ini disebut individu dihibrid dan
persilangannya disebut persilangan dihibrid. (sisunandar:2011)
Kalau disilangkan kacang ercis kuning-bulat dengan kacang ercis hijau-keriput ternyata
F
1
terdiri atas kacang ercis yang bijinya kuning-bulat semua. Ini menunukkan karakter kuning
dan bulat sama dominan terhadap hijau dan keriput. Lalu kalau F
1
melakukan penyerbukan
sendiri, terdapat F
2
yang bukan terdiri atas 2 kelas saja fenotipenya tapi ada 4 kelas. Keempat
kelas fenotipe F
2
yaitu: kuning-bulat, kuning-keriput, hijau-bulat, hijau keriput. (yatim:2003)
Ratio perbandingan F
2
kalau dijumlahkan semua yang memiliki karakter sama dari
keempat macam itu, akan didapat : 9 kuning-bulat : 3 kuning-keriput : 3 hijau-bulat : 1 hijau-
keriput. Bila disingkat : Ratio Fenotipe dihibrid F
2
: 9 : 3 : 3 : 1 (yatim : 2003)
Berlakunya hukum mendel II yaitu ketika terjadinya meiosis pada gametogonium
individu yang memiliki genotipe double-heterozigot, triple-heterozigot, atau poli-hiterozigot, dan
seterusnya sesuai dengan jenis hibridnya, apakah di, tri atau poli-hibrid. Sesuai anafase I saat
pemisaahan dan pengelompokkan gen-gen secara bebas, ke kutub atas atau ke kutub bawah
(yatim:2003)


Sisunanadar, 2011. Penuntun Praktikum Genetika. Purwokerto : Universitas Muhammadiyah
Purwokerto.
Suryo, 1994 . Gnetika Stratal. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.
Yatim wildan, 2003 . Genetika edisi ke 5. Bandung : Tarsito

Sumber : http://amalia-ratnasari.blogspot.com/2012/08/laporan-praktikum-genetika-
persilangan_13.html#ixzz2PC7zZOjl

Anda mungkin juga menyukai