Anda di halaman 1dari 2

B.

LANDASAN TEORI

Hukum Mendel II yaitu pengelompokan gen secara bebas berlaku ketika pembuatan gamet.
Dimana gen sealel secara bebas pergi ke masing masing kutub meiosis. Pembuktian hukum ini
dipakai pada dihibrid atau polihibrid, yaitu persilangan dari dua individu yang memiliki dua atau
lebih karakter yang berdeba. Hukum ini juga disebut hukum Asortasi. Hibrid adalah turunan dari
suatu persilangan antara dua individu yang secara genetik berbeda. Persilangan dihibrid yaitu
persilangan dengan dua sifat beda sangat berhubungan dengan hukum Mendel II yang berbunyi
“Independent assortment of genes” atau pengelompokan gen secara bebas. Arti hibrid
semacam itu juga dikemukakan oleh Gardner Ratio. Fenotipe klasik yang dihasilkan dari
perkawinan dihibrida adalah 9:3:3:1, ratio ini diperoleh oleh alel-alel pada kedua lokus
memperlihatkan hubungan dominan dan resesif. Ratio ini dapat dimodifikasi jika atau kedua
lokus mempunyai alel-alel dominan dan alel lethal (Crowder, 1999).

Mendel melakukan persilangan ini dan memanen 315 ercis bulat-kuning, 101 ercis keriput-
kuning, 108 bulat-hijau dan 32 ercis keriput-hijau. Hanyalah 32 ercis keriput-hijau yang
merupakan genotipe tunggal. Hasil-hasil ini membuat Mendel mendirikan hipotesisnya yang
terakhir (hukum Mendel kedua). Distribusi satu pasang faktor tidak bergantung pada distribusi
pasangan yang lain. Hal ini dikenal sebagai hukum pemilihan bebas. Ciri khas karya Mendel
yang cermat ialah bahwa ia lalu menanam semua ercis ini dan membuktikan adanya genotipe
terpisah di antara setiap ercis dengan kombinasi baru ciri-cirinya (Kimball, 1983).

Berdasarkan data F2 dihibrid, Mendel menyusun Hukum Perpaduan Bebas yang berisi bahwa
“Segregasi suatu pasangan gen tidak bergantung pada segregasi pasangan gen lainnya,
sehingga di dalam gamet-gamet yang terbentuk akan terjadi pemilahan kombinasi gen-gen
secara bebas”. Dari F1 bergenotip AaBb dalam proses pembentukan gamet alel A dapat bebas
berpadu dengan B atau b, juga a bebas memilih B atau b. Akibat perpaduan beas ini maka
setiap jenis gamet yang terbentuk yaitu AB, Ab, aB, dan ab akan mempunyai frekuensi yang
sama. Dalam kasus dihibrid akan mempunyai frekuensi masing-masing 0,25. Akibat perpaduan
bebas dari alel-alel dalam pembentukan gamet, dan penggabungan bebas gamet-gamet dalam
perkawinan maka dalam kasus alel dominan-resesif F2 akan mempunyai fenotip dengan
perbandingan 9:3:3:1. Untuk membuktikan Hukum Perpaduan Bebas dilakukan uji silang
dihibrid dengan menyilangkan F1 terhadap tetua resesif. Tekbukti kebenaran hukum ini dengan
munculnya turunaan uji silang dengan perbandingan 1:1:1:1 untuk fenotip yang
menggambarkan gamet AB, Ab, aB dan ab (Campbell, 2002).

Fungsi utama dari banyak gen adalah menghasilkan protein yang mengaktifkan maupun
menonaktifkan gen lain. Perkembangan merupakan proses yang membingungkan – sebuah
sistem komunikasi yang sangat rumit namun harmonis dan terkoordinasi dengan baik,
melibatkan sinyal-sinyal kimia yang tidak hanya dari dalam tubuh tetapi juga dari luar tubuh
(Fried, 2005).
I. DAFTAR PUSTAKA

Campbell, NA, Reece JB, Mitchell LG. Mendel dan Ide tentang Gen. In: Safitri A, Simarmata L,
Hardani HW. Biologi 5th Edition. Jakarta: Erlangga.

Crowder, L.V., 1999. Genetika Tumbuhan. Diterjemahkan oleh L. Kusdiarti.Yogyakarta: Gadjah


Mada Uiversity Press.
Fried, George. 2005. Biologi. Jakarta: Erlangga.

Goodenough, U. 1984. Genetika. Diterjemahkan oleh Sumartono Adisoemarto. Jakarta:


Erlangga.

Kimball, J.W., 1983. Biologi Jilid I Edisi Kelima. Diterjemahkan oleh S.S. Tjitrosomo dan N. Sugiri.
Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai