Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI

“KANCING GENENTIKA”

Oleh :

Mutia Ulfah S

13

XII MIPA 8

SMA NEGERI 1 WONOGIRI

2016/2017
I. Tujuan Percobaan
 Memahami pengertian dominan, resesif, fenotip, genotip, dan istilah lain dalam
persilangan
 Menghitung jumlah fenotip dan genotip dalam persilangan monohibrida
 Membandingkan fenotip dan genotip dengan menggunakan hukum mendel

II. Dasar Teori


Reproduksi secara seksual terjadi melalui peleburan gamet jantan dan betina. Menurut
Mendel setiap sifat dikendalikan oleh satu pasang faktor keturunan yang disebut gen.
Pada pembentukan gamet dalam peristiwa meiosis pasangan kedua gen terpisah.
Kemudian pada saat fertilisasi gamet-gamet yang mengandung gen itu akan melebur
secara acak.

Hukum mendel satu adalah perkawinan dua tetua yang mempunyai satu sifat beda
(monohibrid). Setiap individu yang berkembangbiak secara seksual terbentuk dari
peleburan dua gamet yang berasal dari induknya. Berdasarkan hipotesis mendel setiap
sifat/ karakter ditentukan oleh gen (sepasang alel). Hukum mendel satu berlaku pada
waktu gametogenesis F1 X F1 itu memiliki genotipe heterozigot. Dalam perestiwa meiosis,
gen sealael akan terpisah, masing-masing akan membentuk gamet. Waktu terjadi
penyerbukan sendiri (F1 X F1) dan pada proses fertilisasi gamet-gamet yang
mengandung gen itu akan melebur secara acak dan terdapat empat macam peleburan
atau perkawinan. (penuntun praktikum, 2014)

Hukum Mendel I dikenal sebagai hukum Segregasi. Selama proses meiosis


berlangsung, pasangan-pasangan kromosom homolog saling berpisah dan tidak
berpasangan lagi. Setiap set kromosom itu terkandung di dalam satu sel gamet. Proses
pemisahan gen secara bebas dikenal sebagai segregasi bebas. Hukum Mendel I dikaji
dari persilangan monohibrid. (Syamsuri, 2004:101)

Hukum Mandel I berlaku pada gametogenesis F1 . F1 itu memiliki genotif heterozigot.


Baik pada bunga betina maupun benang sari, terbentuk 2 macam gamet. Maka kalau
terjadi penyerbukan sendiri (F1 x F1 ) terdapat 4 macam perkawinan. (Wildan Yatim,
1996:76).

Pada galur murni akan menampilkan sifat-sifat dominan (alel AA) maupun sifat resesif
(aa) dari suatu karakter tertentu. Bila disilangkan, F1 akan mempunyai kedua macam alel
(Aa) tetapi menampakkan sifat dominan (apabila dominant lengkap). Sedangkan individu
heterozigot (F 1 ) menghasilkan gamet-gamet, setengahnya mempunyai alel dominan A
dan setengahnya mempunyai alel resesif a. Dengan rekomendasi antara gamet-gamet
secara rambang populasi F2 menampilkan sifat-sifat dominant dan resesif dengan nisbah
yang diramalkan. Nisbah fenotif yaitu 3 dominan (AA atau Aa) : 1 resesif (aa). Nisbah
geneotif yaitu 1 dominan lengkap (AA) : 2 hibrida (Aa) : 1 resesif lengkap (aa). (L. V.
Crowder, 1997:33)

Genetika yang sesungguhnya baru dimulai pada decade kedua dari abad ke-19
setelah mendel menyajikan secara hati-hati hasil analisis beberapa percobaan
persilangan yang dibuatnya pada tamanan ercis/kapri (Pisumsativum). (Suryo, 1990).

Johann Mendel lahir tanggal 22 Juli 1822 di kota kecil Heinzendorf di Silesia, Austria.
(Sekarang kota itu bernama Hranice wilayah Republik Ceko.) Johann memunyai dua
saudara perempuan. Ayahnya adalah seorang petani. Minatnya dalam bidang hortikultura
ternyata dimulai sejak dia masih kecil. (Paskah,2010).

Eksperimen Mendel dimulai saat dia berada di biara Brunn didorong oleh
keingintahuannya tentang suatu ciri tumbuhan diturunkan dari induk keturunannya. Jika
misteri ini dapat dipecahkan, petani dapat menanam hibrida dengan hasil yang lebih
besar. Prosedur Mendel merupakan langkah yang cemerlang dibanding prosedur yang
dilakukan waktu itu. Mendel sangat memperhitungkan aspek keturunan dan keturunan
tersebut diteliti sebagai satu kelompok, bukan sejumlah keturunan yang istimewa. Dia juga
memisahkan berbagai macam ciri dan meneliti satu jenis ciri saja pada waktu tertentu;
tidak memusatkan perhatian pada tumbuhan sebagai keseluruhan. Dalam eksperimennya,
Mendel memilih tumbuhan biasa, kacang polong, sedangkan para peneliti lain umumnya
lebih suka meneliti tumbuhan langka. Dia mengidentifikasi tujuh ciri berbeda yang
kemudian dia teliti:

 bentuk benih (bundar atau keriput),


 warna benih (kuning atau hijau),
 warna selaput luar (berwarna atau putih),
 bentuk kulit biji yang matang (licin atau bertulang),
 warna kulit biji yang belum matang (hijau atau kuning),
 letak bunga (tersebar atau hanya di ujung), dan
 panjang batang tumbuhan (tinggi atau pendek). (Paskah, 2010)

Mendel melakukan percobaan selama 12 tahun. Dia menyilangkan (mengawin silang)


sejenis buncis dengan memerhatikan satu sifat beda yang menyolok. Misalnya, buncis
berbiji bulat disilangkan dengan buncis berbiji keriput, buncis dengan biji warna kuning
disilangkan dengan biji warna hijau, buncis berbunga merah dengan bunga putih, dan
seterusnya. (Fandri, 2009).

III. Alat dan Bahan


1. Model gen (kancing genetika) berwarna merah dan putih masing-masing 100 biji
2. Dua buah kowah/kotak yang diberi nama “kotak jantan” dan “kotak betina”.

IV. Cara Kerja


1. Menyediakan model gen merah dan putih masing-masing 100 biji
2. Memisahkan sepasang model ge merah dan sepasang model gen putih. Model ini
dimisalkan sebagai individu merah dan individu putih.
3. Memasangkan pasangan gen pada langah nomor 2
4. Perlakuan ini dimisalkan peristiwa pemisahan gen pada pembentuk gamet baik oleh
individu merah maupun putih. Menggabungkan kembali model gen jantan merah
dengan model gen betina putih dan begitu juga sebaliknya. Hasil yang terbentuk pada
F1, keturunan individu merah dan putih.
5. Memisahkan kembali model gen merah dari model gen putih(pada nomor 4).
Perlakuan ini menggambarkan pemisahan gen pada pembentukan gamet oleh F1.
6. Meletakkan sama banyak model gen betina dan model gen jantan baik merah maupun
putih ke dalam kotak terpisah, yaitu ke dalam “kotak jantan” dan “kotak betina”.
7. Dengan mata tertutup, mengambil secara acak(sambil dikocok) sebuah gen dari
masing-masing kotak, kemudian pasangkan.
8. Melakukannya terus menerus sampai habis.
9. Mencatat setiap pasangan model gen yang terambil ke dalam tabel data.
V. Hasil Percobaan
No Pasangan Turus Jumlah
1. Merah-merah IIII IIII IIII IIII IIII 25

2. Merah-putih IIII IIII IIII IIII IIII IIII IIII IIII IIII IIII 50

3. Putih-putih IIII IIII IIII IIII IIII 25

Jumlah seluruhnya IIII IIII IIII IIII IIII IIII IIII IIII IIII IIII 100
IIII IIII IIII IIII IIII IIII IIII IIII IIII IIII

VI. Jawaban Pertanyaan


1. Perbandingan pasangan
merah-merah : merah-putih : putih-putih = 25 : 50 : 25 = 1 : 2 : 1
2. Warna yang tertutup = putih
Warna yang menutupi = merah
3. Pasangan model gen yang terlihat sama pada soal nomor 2 :
Gen merah-merah dengan gen merah-putih (MM & Mm), karena pasangan gen merah-
putih bersifat heterozigot sehingga merah dominan terhadap putih, dan yang terlihat
merahnya. Maka pasangan model gen yang tampak sama adalah merah-merah.
4. Perbandingan jumlah pasangan-pasangan gen pada nomor 2 :
Merah : Putih = 75 : 25 = 3 : 1
5. Gen yang diperoleh ada 3 macam, yaitu:
 Merah-merah (MM)
 Merah-putih (Mm)
 Putih-putih (mm)
6. Dilihat dari warna yang tampak saja terdapat 2 macam pasangan model gen yaitu
merah dan putih.
7. a. F1 : Merah >< Merah (Fenotip)
Mm >< Mm (Genotip)
Gamet: M M
m m
F2 : merah merah merah putih
MM Mm Mm mm
b. Perbandingan fenotip F2

Merah : Putih = 3 : 1

VII. Kesimpulan
 Gen memiliki bermacam gamet yang mengatur variasi pada karakter keturunannya.
Setiap individu membawa sepasang gen, baik dari jantan maupun betina.
 Sepasang gen yang memiliki dua alel yang berbeda, alel dominan akan selalu
nampak dari luarnya secara visual, sedangkan alel resesif tidak nampak tetapi akan
diwariskan pada gamet yang dibentuknya.
 Perbandingan pengambilan saat praktkum sdah sesuai dengan teori dengan
Perbandingan Genotipe = 1 : 2 : 1
Perbandingan Fenotipe = 3 : 1
 Pada percobaan ini sifat dominan ditemukan pada fenotip Merah.
 Gen merah bersifat dominan terhadap gen putih, sehingga gen putih tertutupi oleh
gen merah karena gen putih bersifat resesif.
VIII. Daftar Pustaka
http://dedirian.blogspot.com/2014/10/laporan-praktikum-genetika-tentang_17.html?m=1

Irnaningtyas. 2013. Biologi. Jakarta : Penerbit Erlangga.

IX. Lampiran

Anda mungkin juga menyukai