Anda di halaman 1dari 86

Bab 5 POLA-POLA HEREDITAS

Istilah Dalam Pola Hereditas


1. Parental (P) ; induk yang disilangkan
dikenal P1 induk dalam penyilangan per-
tama dan P2 (penyilangan kedua).
2. Gamet (G); kelamin jantan dan betina.
3. Filial (F);hasil keturunan atau anak missal
ada F1 dan F2
4. Gen; dikenal ada gen dominan ditulis
dengan huruf besar dan gen resesif den-
gan huruf kecil,
.
5.Alel merupakan pasangan gen yang
terdapat pada kromososm sehomolog.
6.Genotipe ;keadaan genetic dari suatu
individu atau populasi.
7.Fenotipe sifat yang muncul atau dapat
diamati
Bab 5 Pola-Pola Hereditas

A.HUKUM PEWARISAN SIFAT


Hukum I Mendel ( Hukum Segregasi/Pemisa-
han)
Pada waktu pembentukan gamet terjadi pemisahan
(segregasi) alel secara bebas dari diploid menjadi
haploid. Pada penyilangan monohibrid dengan
penyilangan satu sifat beda yang merupakan
pasangan alel.

Persilangan Monohibrid
Persilangan monohibrid ialah persilangan dengan
hanya memperhatikan satu karakter pembeda
pada objek penelitian.
Kacang ercis (Pisum sativum)
• Variasi kacang ercis
a.Persilangan dominan

 Pada persilangan dominan, Mendel menyilangkan tanaman kacang


ercis bunga merah dengan putih. Warna merah diatur oleh gen M
sementara putih diatur oleh gen m.

 Parental 1       :  Bunga merah (MM)      x           Bunga putih (mm)
 Gamet           :           M                                                         m
 Filial 1 :                       Bunga Merah  (Mm)
 Parental 2       : Bunga Merah  (Mm)      x           Bunga Merah  (Mm)
 Gamet           :           M, m
 Filial 2            : Bunga Merah  (MM); 2 Bunga Merah  (Mm); Bunga
putih (mm)
  Perbandingan genotip pada persilangan monohibrid dominan ialah
1 MM: 2Mm: 1mm, 
 Perbandingan fenotipenya ialah 3 merah: 1 putih.
b.Persilangan intermediet
 Pada persilangan intermediet, keturunan akan mengikuti sifat kedua
induk. Artinya, sifat campuran akan muncul hasil dari pencampuran
dua gen yang berbeda.
 Parental 1       :  Bunga merah (MM)      x           Bunga putih (mm)
 Gamet           :           M                                                         m
 Filial 1 :           Bunga Merah  Muda (Mm) → warna campu-
ran (Intermediet)
 Parental 2       : Bunga Merah  Muda (Mm) x Bunga Merah  Muda
(Mm)
 Gamet           :           M, m
 Filial 2            : Bunga Merah (MM); 2 Bunga Merah Muda (Mm);
Bunga putih                       (mm)
  Dari hasil persilangan intermediet di atas, ditemukan sedikit perbe-
daan dengan persilangan monohibrid dominan.
 Perbandingan genotip pada persilangan monohibrid dominan ialah
1 MM: 2Mm: 1mm, 
 perbandingan fenotipnya 1 merah: 2 Merah muda: dan 1 putih.
Hukum Mendel II
• Hukum II Mendel ( Hukum Asortasi/
Berpasangan secara bebas )
• Pada waktu pembentukan gamet, alel-alel
berbeda yang telah bersegregasi bebas
akan bergabung secara bebas memben-
tuk genotip dengan kombinasi-kombinasi
alel yang berbeda
Persilangan dihibrid ialah persilangan dua individu dengan memperhatikan
dua karakter pembeda sebagai fokus penelitian. Adapun persilangan yang di-
lakukan oleh mendel ialah warna polong dan bentuknya.
Kacang ercis polong hijau keriput disilanngkan dengan kacang ercis kuning bu-
lat. Warna hijau dominan terhadap kuning, sementara bentuk bulat lebih dom-
inan terhadp keriput. Berikut alur persilangannya:
Parental 1 : Hijau Keriput (HHbb)     x           Kuning Bulat (hhBB)
Gamet                 :           Hb                                                        hB
Filial 1                  :           Hijau Bulat (HhBb)
Parental 2 : Hijau Bulat (HhBb)        x Hijau Bulat (HhBb)
Gamet                 : HB, Hb, hB, hb
Filial 2                  :
·         H_B_   = Hijau Bulat (9)
·         H_bb  = Hijau keriput (3)
·         hhB_  = kuning Bulat (3)
·         hhbb       = kuning keriput (1)
 
Dari persilangan dihidbrid tersebut diperoleh perbandingan fenotip 9:3:3:1.
Persilangan filial pertama dengan sesamanya akan menghasilkan keturunan
yang memiliki sifat yang sama dengan parental 1.
 
Perbedaan Mendel I dan II
Hukum Mendell I/Hukum Hukum Mendell II/Hukum
Pemisahan Bebas Berpasangan Bebas

•‘pada pembentukan gamet ‘bila dua individu berbeda


kedua gen yang merupakan satu dengan yang lain
pasangan akan dipisahkan  dalam dua pasang sifat atau
dalam dua sel anak’. lebih, maka diturunkannya
sifat yang sepasang itu tidak
bergantung pada sifat
pasangan lainnya’.

MENU
B.Testcross (uji silang) 
• Testcross (uji silang) adalah persilangan
antara suatu individu yang tidak diketahui
genotipnya dengan induk yang genotipnya
homozigot resesif.
• Testcross digunakan untuk menguji het-
erozigitas suatu persilangan. Misalnya
Anda diberi segenggam biji bulat, dan si
pemberi tidak tahu pasti apakah biji bulat
itu homozigot atau heterozigot. Untuk da-
pat mengetahuinya bisa dengan
cara Testcross. 
Apa itu Uji Silang (Test Cross)

Uji Silang (Test Cross) adalah persilangan antara individu F1 dengan individu yang
resesif. Jadi apabila kita menggunakan contoh persilangan di depan, maka pada uji
silang ini kita memilih tikus jantan dari keturunan F1 dan dikawinkan dengan induk
betinanya, yaitu putih hh. Tetapi andai kata induk betinanya itu tiada lagi (misalnya
mati), maka kita harus mencari tikus putih lainnya (misalnya membeli di pasar
hewan), karena tikus yang putih itu pasti resesif (hh).

Uji silang ini menghasilkan keturunan ±50 % tikus putih (genotif hh) dan ± 50 % tikus
hitam (Hh). Dengan kata lain perkataan, uji silang pada monohybrid (Hh x hh) meng-
hasilkan keturunan dengan perbandingan genotif maupun fenotif sebagai 1:1.

Persilangan demikian itu dinamakan uji silang “testcross” karena persilangan dengan
menggunakan individu yang resesif itu dapat digunakan untuk menguji (mengetes)
apakah suatu individu yang kita hadapi itu homozigot atau heterozigot. Andaikata ke-
turunannya tidak memisah, maka suatu petunjuk bahwa individu tersebut homozigot
(Hh x hh). Akan tetapi andaikata keturunannya memisah, maka suatu petunjuk bahwa
individu itu heterozigot (Hh x hh).
Perkawinan test cross menghasilkan keturunan dengan
perbandingan 1 : 1. Jika hasil keturunan F1 menghasilkan
perbandingan fenotip 1 : 1,

Berarti individu yang diuji bergenotip heterozigot. Seba-


liknya, jika test cross 100% berfenotip sama,berarti indi-
vidu yang diuji bersifat homozigot (galur murni).
C.Back Cross
• Apabila Anda mengawinkan F1 dengan
salah satu induknya, baik dari induk ho-
mozigot dominan maupun resesif, maka
persilangan ini disebut dengan backcross.
Tujuan mengadakan perkawinan ini
adalah untuk mengetahui genotipe in-
duknya.
langkah silang antara F1 dengan salah
satu induknya
F1     x    salah satu induk (P)
• Contoh: Marmot mempunyai gen B yang menunjukkan pembawa

pembawa sifat warna .


sifat warna bulu hitam dan gen b yang menunjukkan
bulu putih. Induk jantan
mempunyai bulu berwarna hitam homozigot disilangkan
dengan induk betina mempunyai bulu berwarna putih
homozigot kemudian dilanjutkan dengan perkawinan
balik. Genotip F2 hasil perkawinan balik dapat ditentukan
melalui langkah-langkah berikut.
D.Persilangan Resiprok

• Persilangan Resiprok
Persilangan resiprok adalah suatu persi-
langan dimana sifat induk jantan dan
betina bila dibolak-balik/dipertukarkan
tetapi tetap menghasilkan keturunan yang
sama.
E. Cara Menentukan Jumlah Macam Gamet

• Jumlah macam gamet dari induk dapat dihitung meng-


gunakan rumus 2n (baca: 2 pangkat n) dengan n meru-
pakan jumlah pasangan alel heterozigot yang bebas
memisah.
• Penulisan alel heterozigot dilakukan secara terpisah,
sedangkan yang alel homozigot ditulis salah satu.

*) Pada alel heterozigot diberi penghubung garis berca-


bang, sedangkan  pada alel homozigot diberi
penghubung garis lurus
Contoh 01

Terdapat individu memiliki 2 pasang alel heterozigot yang bergenotip Pp Qq RR.


Tentukan berapa jumlah dan macam gametnya!

Penyelesaian

Diketahui:
Genotip Pp Qq RR (terdapat 2 pasang alel heterozigot dan 1 pasang alel ho-
mozigot)

Ditanya:
Jumlah dan macam gametnya = ..... ?

Jawab:
Digunakan rumus 2n untuk mencari jumlah macam gametnya, di mana n adalah
pasangan alel heterozigot. Maka didapatkan 22 = 4 macam gamet.
Macam gametnya dapat dicari dengan menggunakan Diagram Anak
Contoh 02

Carilah jumlah dan macam gamet yang terbentuk dari individu bergenotip EeFf Gg Hh!

Penyelesaian

Diketahui :
Genotip EeFf Gg Hh memiliki 4 pasangan alel heterozigot. Namun, pada genotip tersebut ter-
dapat tautan antara Alel Ee dan Ff, sehingga dihitung 3 pasangan alel yang heterozigot.

Ditanya :
Jumlah dan macam gametnya = ..... ?

Jawab :
Karena terdapat tautan alel, maka jumlah macam gametnya sebanyak :
2n = 23 = 8 macam

Untuk membuktikan kedelapan macam gamet tersebut, maka digunakan metode diagram
anak garpu pada Gambar 02.
Cara Menentukan Macam Genotip dan Fenotip Hasil Ketu-
runan

Dalam menentukan genotip dan fenotip hasil keturunan, maka


cara termudahnya adalah langsung dengan memasangkan alel
antara kedua induk yang sealel, menghitung jumlahnya kemu-
dian menggabungkan dengan alel lainnya yang bukan sealel dan
mengalikan koefisiennya.

Contoh 03

Sebuah tanaman Kacang Ercis biji bulat kuning heterozigot


bergenotip (BbKk) disilangkan dengan sesamanya. Tentukan ra-
sio fenotip keturunannya jika sifat alel Bulat (B) dan Kuning (K)
dominan terhadap alel Keriput (b) dan Hijau (h)!
Penyelesaian

Diketahui :
Ercis bergenotip BbKk dengan fenotip biji Bulat
Kuning disilangkan sesamanya. Alel B dan K dom-
inan terhadap b dan k.

Ditanya :
Rasio fenotip keturnannya berapa ?

Jawab :
P1 : BbKk (Biji bulat - kuning jantan) >< BbKk (Biji
bulat - kuning betina)

G1 :  BK, Bk, bK, dan bk (jantan) - BK, Bk, bK,


dan bk (betina)

F1 : Gambar 03
Penyimpangan Semu Hukum
Penyimpangan
Mendel
terjadi karena
beberapa gen saling mempengaruhi
dalam menunjukkan fenotipe.
Perbandingan fenotipe dapat
berubah, tetapi prinsip dasar dari
cara pewarisan, tetap sesuai dengan
prinsip-prinsip Mendel. Terjadi
karena ada interaksi antar alel dan in-
teraksi genetik

MENU
Interaksi gen
• Interaksi gen ialah Peristiwa dua gen atau
lebih yang bekerja atau menghalang-
halangi dalam memperlihatkan fenotipe.
• F2 = 9:3:3:1.

MENU
Atavisme
• Atavisme adalah interaksi beberapa gen
yang menghasilkan sifat baru.
• Contoh pada jengger ayam
• Genotipe Fenotipe
• R.P. Walnut
• R.pp Rose
• rrP. Pea
• rrpp Single
 Berdasarkan diagram persilangan tersebut terdapat penyimpangan diband-
ingkan dengan persilangan dihibrid.

Penyimpangan yang dimaksud bukan mengenai perbandingan fenotip,
tetapi munculnya sifat baru pada F1 dan F2.

 Keturunan F1 berfenotip ayam berpial walnut atau sumpel, tidak


menyerupai salah satu induknya. Sifat pial sumpel atau walnut (F1)
merupakan interaksi dua faktor dominan yang berdiri sendiri-sendiri
dan sifat pial tunggal (F2) sebagai hasil interaksi dua faktor resesif.
Bab 5 Pola-Pola Hereditas

Interaksi Genetik — Atavisme


Alel Ganda
• Merupakan suatu gen yang memiliki lebih
dari dua alel.
• Terjadi karena perubahan struktur DNA
(mutasi) yang diwariskan.
Bab 5 Pola-Pola Hereditas

Interaksi Alel — Alel ganda

Chinchilla Abu-abu muda


Abu-abu tua
cchcch cchch dan cchc
CC, Cc , Cc , Cc
ch h

Alel ganda pada kelinci


yang mempengaruhi
warna bulu

Himalaya Albino
chch dan chc cc
Kodominan
• Adalah dua alel dari suatu gen yang diek-
spresikan secara bersama-sama dan
menghasilkan fenotipe yang berbeda pada
individu bergenotipe heterozigot.
• Contoh alel yang mengatur golongan
darah system M-N pada manusia
Bab 5 Pola-Pola Hereditas

Interaksi Alel — Kodominan


• Alel letal dominan adalah individu dengan
alel letal dominan .yang bergenotipe ho-
mozigot akan letal, yang bergenotipe het-
erozigot akan mengalami sub letal.
• Alel letal resesif hanya menyebabkan ke-
matianpada individu yang bergenotipe
homozigot resesif. Individu genotype ho-
mozigot dan heterozigot adalah normal.
Bab 5 Pola-Pola Hereditas

Interaksi Alel — Alel letal

Alel letal resesif


pada tumbuhan

Alel letal dominan


pada ayam ber-
jambul
Bab 5 Pola-Pola Hereditas

Interaksi Alel — Dominansi tidak sempurna


Kodominan
• Dua alel dari suatu gen yang diekspre-
sikan secara bersama-sama dan meng-
hasilkan fenotipe yang berbeda pada indi-
vidu bergenotipe heterozigot.
Polimeri
• Polimeri adalah gen dengan banyak sifat
beda yang berdiri sendiri-sendiri, tetapi
mempengaruhi bagian yang sama dari
suatu prganisme.
• F2  = 15:1 

MENU
Bab 5 Pola-Pola Hereditas

Interaksi Genetik — Polimeri


 Hasil persilangan di atas
menghasilkan perbandingan
fenotipe 15 kulit biji berwarna
merah dan hanya satu kulit biji
berwarna putih.
 Warna merah dihasilkan oleh
gen dominan yang terkandung
di dalam gandum tersebut,baik
M1 maupun M2.
Pada kenyataannya, warna
merah yang dihasilkan sangat
bervariasi,
mulai dari warna merah tua,
merah sedang, merah muda,
hingga merah
pudar mendekati putih.
 Semakin banyak gen dominan
yang menyusunnya,
semakin merah juga warna
kulit gandum tersebut.
Kriptomeri
• Kriptomeri adalah peristiwa persilangan, di
mana suatu faktor dominan tertutup oleh
faktor dominan lainnya dan baru tampak jika
tidak bersama dengan faktor penutup itu.
• F2 = 9:3:4 

MENU
Warna bunga Linaria maroccana ditentukan oleh
ekspresi gen-gen berikut.
1) Gen A, menentukan ada bahan dasar pigmen antosianin.
2) Gen a, menentukan tidak ada bahan dasar pigmen
antosianin.
3) Gen B, menentukan suasana basa pada plasma sel.
4) Gen b, menentukan suasana asam pada plasma sel.
Persilangan antara Linaria maroccana bunga merah
dengan bunga putih menghasilkan keturunan seperti
dijelaskan pada diagram berikut.

P : AAbb >< aaBB


(Merah) (Putih)

Gamet : Ab aB

F1 : AaBb
(Ungu)
Bab 5 Pola-Pola Hereditas

Interaksi Genetik — Kriptomeri


Epistasis-hipostasis
• Epistasis-hipostasis adalah peristiwa di
mana gen dominan menutupi gen
dominan lain yang bukan alelnya.
• Faktor pembawa sifat yang menutupi
disebut epistasis, sedangkan sifat yang
tertutup disebut hipostasis.
•  F2 = 12:3:1. 

MENU
• Epistasis dominan .terjadi jika gen yang
menutupi kerja gen lainnya bersifat domi-
nan.
• Epistasis resesif terjadi jika gen yang
menutupi gen lainnya bersifat homozigot
resesif.
• Epistasis gen dominan rangkap terjadi jika
dua gen dominan atau lebih menghasilkan
satu fenotipe yang sama.
 1. Epistasis Dominan
 Perkawinan antara tanaman bawang
berumbi lapis kuning homozigot dengan
yang merah homozigot menghasilkan tana-
man F1 yang berumbi lapis merah.

Keturunan F2 terdiri atas 16 kombinasi den-
gan perbandingan 12/16 merah: 3/16 Kun-
ing: 1/16 putih atau 12 : 3: 1.

 Perbandingan itu terlihat menyimpang dari


hokum Mendel, tetapi ternyata tidak.

 Perbandingan 9 : 3 : 3 : 1
untuk keturunan perkawinan dihibrid hanya
mengalami modifikasi saja, yaitu 9 : 3 : 3 : 1
menjadi 12 : 3 : 1.

 Perhatikan diagram persilangan berikut.


P : AAbb >< aaBB
(Merah) (Kuning)

F1 : AaBb
(Merah)

F2 :
9 A_B_ : umbi lapis merah.
3 A_bb : umbi lapis merah.
3 aaB_ : umbi lapis kuning.
1 aabb : umbi lapis putih.
Pada peristiwa epistasis resesif terdapat suatu gen resesif yang bersifat epistasis terhadap gen
dominan yang bukan alelnya (pasangannya).
Gen resesif tersebut harus dalam keadaan homozigot, contohnya pada pewarisan warna ram-
but tikus.
Gen A menentukan warna hitam, gen a menentukan warna abu-abu, gen C menentukan enzim
yang menyebabkan timbulnya warna dan gen c yang
menentukan enzim penghambat munculnya warna.

Gen C bersifat epistasis. Jadi, tikus yang berwarna hitam memiliki gen C dan A. Perhatikan
diagram persilangan berikut.

P : CCAA >< ccaa


(Hitam) (Putih)
G: CA ca

F1 : CcAa
(Hitam)

F2 : Diperoleh perbandingan genotip sebagai


berikut.
9 C_A_ : hitam
3 C_aa : abu-abu
3 ccA_ : putih
1 ccaa : putih
Jadi, perbandingan fenotip F2 = hitam : abu-abu : putih
 3.Epistasis Dominan dan Resesif
Epistasis dominan dan resesif (inhibiting
gen)merupakan penyimpangan semu yang
terjadi karena terdapat dua gen dominan
yang jika dalam keadaan bersama akan
menghambat pengaruh salah satu gen domi-
nan tersebut.

 Peristiwa ini mengakibatkan


perbandingan fenotip F2 = 13 : 3.

 Contohnya ayam
leghorn putih mempunyai fenotip IICC
dikawinkan
dengan ayam white silkre berwarna putih
yang mempunyai genotip iicc.
Catatan:

C = gen yang menghasilkan warna.


c = gen yang tidak menghasilkan warna (ayam menjadi
putih).
I = gen yang menghalang-halangi keluarnya warna (gen ini
disebut juga gen penghalang atau inhibitor).
i = gen yang tidak menghalangi keluarnya warna.

Meskipun gen C mempengaruhi munculnya warna


bulu, tetapi karena bertemu dengan gen I (gen yang
menghalangi munculnya warna), maka menghasilkan
keturunan dengan fenotip ayam berbulu putih.

Jadi,
perbandingan fenotip:
F2 = ayam putih : ayam berwarna
13/16: 3/16= 13:3
Bab 5 Pola-Pola Hereditas

Interaksi Genetik — Epistasis dan Hipostasis

Epistasis re-
sesif pada tikus

Epistasis dominan pada labu


Bab 5 Pola-Pola Hereditas

Interaksi Genetik — Epistasis dan Hipostasis (2)

Epistasis gen resesif rangkap Epistasis gen dominan rangkap


Gen-gen komplementer
• Gen komplementer adalah interaksi antara
dua gen dominan, jika terdapat bersama-
sama akan saling melengkapi sehingga
muncul fenotipe alelnya.
• F2 = 9:7 

MENU
 Gen komplementer adalah gen-gen yang berinteraksi dan saling
melengkapi. Kehadiran gen-gen tersebut secara bersama-sama
akan memunculkan karakter (fenotip) tertentu.

 Sebaliknya, jika salah satu gen tidak hadir maka pemunculan


karakter (fenotip) tersebut akan terhalang atau tidak sempurna.

 Perhatikan contoh berikut.


Pemunculan suatu pigmen merupakan hasil interaksi dua
gen, yaitu gen C dan gen P.
Gen C : mengakibatkan munculnya bahan mentah pigmen.
Gen c : tidak menghasilkan pigmen.
Gen P : menghasilkan enzim pengaktif pigmen.
Gen p : tidak mampu menghasilkan enzim.
Bab 5 Pola-Pola Hereditas

Interaksi Genetik — Komplementer


Tautan gen
• Pautan/Tautan (linkage) adalah suatu
keadaan dimana terdapat banyak gen
dalam satu kromosom.

MENU
Bab 5 Pola-Pola Hereditas

TAUTAN

Gen tertaut auto-


somal pada
Drosophila
Bab 5 Pola-Pola Hereditas

TAUTAN (2)

Penurunan sifat tertaut seks


pada Drosophila
Pindah silang
• Pindah silang (crossing over) merupakan
peristiwa pertukaran gen karena
kromosom homolog saling melilit saat
meiosis.
• Pindah silang adalah peristiwa
bertukarnya bagian kromosom satu den-
gan kromosom lainnya yang homolog,
atau bagian kromosom lainnya yang tidak
homolog.
MENU
, terjadi pada pem-
• Peristiwa pindah silang
belahan meiosis profase I, subfase pakiten
dan akan berakhir pada metafase I.
• Pindah silang akan menghasilkan ketu-
runan yang terdiri atas kombinasi parental
(KP) dan rekombinan (RK). Nilai pindah
silang adalah angka yang menunjukkan
persentase rekombinasi dari hasil-hasil
persilangan. Semakin jauh jarak antarke-
dua gen, semakin besar kemungkinan ter-
jadinya pindah silang. Nilai pindah silang
(NPS) dapat dihitung dengan rumus:
Bab 5 Pola-Pola Hereditas

PINDAH SILANG

Pindah silang
mengakibatkan
rekombinasi
Pautan seks
• Pautan sex (sex linkage) merupakan suatu
keadaan dimana terdapat banyak gen
tertentu yang selalu terdapat pada
kromosom sex.

MENU
Gagal berpisah
• Gagal berpisah (non disjunction) meru-
pakan kegagalan kromosom homolog un-
tuk memisahkan diri saat pembelahan
meiosis. Akibatnya terdapat gamet yang
lebih atau kurang jumlah kromosomnya.

MENU
Determinasi Seks
• Determinasi sex adalah cara penentuan
jenis kelamin pada hewan dan manusia
yang dilambangkan dengan huruf tertentu.

MENU

Anda mungkin juga menyukai