Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI LINGKUNGAN

PERCOBAAN IV
ANALISIS KUALITAS AIR

OLEH

NAMA : ANTON
NIM : F1D2 18 022
KELOMPOK : IV (EMPAT)
ASISTEN PEMBIMBING : MUHAMMAD ILHAM

PROGRAM STUDI BIOTEKNOLOGI


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara berkembang dengan angka peningkatan

kepadatan penduduk yang cukup pesat. Tingginya angka pertumbuhan

penduduk yang tidak diiringi dengan pembangunan sarana pengolahan limbah

yang memadai, mengakibatkan permasalahan baru di masyarakat khususnya

permasalahan lingkungan. Aktivitas pembuangan limbah secara langsung di

lingkungan meliputi wilayah perairan, misalnya pembungan limbah tinja ke

perairan, menjadi salah satu pemicu meningkatnya kadar kontaminan di

lingkungan perairan, dimana air yang sepatutnya menjadi salah satu sumber

daya utama pendukung aktivitas manusia, justru mengalami penurunan

kualitas sebagai dampak dari aktivitas tersebut.

Air bersih merupakan salah satu standarisasi baku mutu kesehatan

lingkungan yang dapat diukur melalui parameter fisika, kimia dan biologi.

Kualitas air menggambarkan ukuran kelayakan penggunaan air dalam

mendukung segala bentuk aktivitas manusia. Air yang digunakan dalam

berbagai aktivitas manusia memiliki karakteristik dan ukuran kualtias yang

berbeda-beda, dimana hal ini bergantung pada lokasi sumber pengambilan

atau penggunaan air tersebut. Ukuran kualitas air telah ditetapkan dalam

standar baku mutu yang mencakup layak atau tidaknya air digunakan, serta

layak atau tidaknya air untuk dikonsumsi.

Penentuan kualitas air sebagai ukuran parameter kelayakan air

digunakan, dapat dilakukan melalui pengujian secara biologis dengan


melibatkan mikroorganisme dalam hal ini bakteri coliform. Pengujian

kandungan bakteri colifom pada air dilakukan melalui metode Most Probable

Number (MPN) untuk mengukur layak atau tidaknya air digunakan dan

metode Indeks Pencemar Biologi (IPB) untuk mengukur layak atau tidaknya

air dikonsumsi. Hasil pengujian kandungan total bakteri coliform dapat

dijadikan acuan untuk membandingkan hasil pengujian air dan mutu air yang

ditetapkan di wilayah tersebut, sehingga dapat memberikan kesimpulan

sekaligus informasi mengenai kualitas sampel air yang digunakan. Melihat

urgensi dari permasalahan ini maka praktikum analisis kualitas air perlu untuk

dilakukan.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana cara pengujian kualitas air sampel air sungai, air rawa dan air

sumur?

2. Bagaimana indikator fisik dan biologis ujia kualitas sampel air sungai, air

rawa dan air sumur?

C. Tujuan Praktikum

Tujuan yang ingin dicapai dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui cara pengujian kualitas air sampel air sungai, air rawa

dan air sumur.

2. Untuk mengetahui indikator fisik dan biologis ujia kualitas sampel air

sungai, air rawa dan air sumur.


D. Manfaat Praktikum

Manfaat yang hendak diperoleh dalam praktikum ini adalah sebagai

berikut:

1. Dapat mengetahui cara pengujian kualitas air sampel air sungai, air rawa

dan air sumur.

2. Dapat mengetahui indikator fisik dan biologis ujia kualitas sampel air

sungai, air rawa dan air sumur.


II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Air

Air merupakan salah satu sumber daya alam yang berguna bagi

kelangsungan hidup suatu organisme. Air tersusun atas dua unsur berupa

hidrogen dan oksigen,dimana dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen

pada satu atom oksigen (H2O). Banyaknya limbah termasuk limbah domestik

rumah tangga yang dibuang secara langsung ke badan air menjadi salah satu

penyebab peningkatan akumulasi mikroorganisme patogen. Limbah domestik

ini dapat mencemari perairan baik secara fisika, kimia maupun biologi, selain

itu berbagai patogen yang terakumulasi di perairan dapat menjadi sumber

penyakit bila kualitas air tidak dalam keadaan bersih (Wandrivel dkk., 2012).

Air seiring berjalannya waktu selalu mengalami perubahan kualitas, kuantitas

maupun kontinuitas, dimana air yang umum digunakan dalam aktivitas sehari-

hari berupa air tawar. Ketersediaan air tawar dunia hanya berada pada kisaran

3% dan 97% lainnya berupa air asin, selain itu air yang dapat digunakan untuk

mendukung segala aktivitas dan kebutuhan manusia hanya berada pada

kisaran 0,3% (Melinda dkk., 2017).

Berdasarkan sumber dan pemanfaatannya air dibedakan mejadi empat

golongan. Golongan A yaitu air yang dimanfaatkan sebagai air minum dan

dapat dikonsumsi secara langsung tanpa melalui pengolahan terlebih dahulu.

Golongan B yaitu air yang digunakan sebagai bahan baku kemudian melalui

proses pengolahan agar dapat dikonsumsi dan digunakan untuk berbagai

kebutuhan lainnya. Golongan C yaitu air yang digunakan untuk kebutuhan


peternakan maupun perikanan. Golongan D yaitu air yang digunakan untuk

kebutuhan pertanian, industri dan pembangkit listrik. Besarnya potensi air

sebagai kebutuhan vital manusia, maka kualitas air juga perlu dalam keadaan

bersih dan terjaga (Aryasa dkk., 2019).

B. Kualitas Perairan

Air bersih merupakan salah satu standar baku mutu kesehatan

lingkungan, dimana kualitas air bersih dapat dilihat berdasarkan sifat fisika,

kimia dan biologi (Purwati, 2020). Kualitas perairan merupakan suatu istilah

yang menggambarkan kesesuaian atau kecocokan air untuk tujuan tertentu,

misalnya sebagai bahan baku air minum atau sebagai sumber irigasi dalam

keadaan bersih. Air bersih merupakan air yang memenuhi persyaratan dan

standarisasi baku mutu berdasarkan aspek fisika, kimia dan biologi.

Berdasarkan sifat fisika air yang baik dicirikan dengan karakteristik tidak

berbau, tidak berwarna, tidak berasa dan tidak keruh. Persyaratan kimia air

bersih dicirikan dengan tidak adanya kandungan senyawa atau zat kimia

berbahaya dan beracun di dalam air, serta takaran zat terlarut berada dalam

ambang batas tertentu. Ditinjau dari aspek biologi air bersih tidak boleh

mengandung mikroba patogen misalnya total bakteri coliform yang melebihi

ambang batas baku mutu (Zikra dkk., 2018). Pemantauan kualitas perairan

bertujun untuk mengetahui kuaitas air berdasar pada parameter fisika, kimia

dan biologi, kemudian membamdingkan kualitas air dengan baku mutu yang

sesuai peruntukannya untuk melihat nilai kelayakannya (Saraswati dkk.,

2017).
C. Baku Mutu Air

Baku mutu air merupakan suatu ketentuan mutu air yang ditetapkan

oleh suatu daerah atau negara, dimana ketentuan ini menyangkut ukuran,

batasan atau kadar mahluk hidup, energi dan zat yang harus ada atau zat yang

keberadaanya tidak diperbolehkan di dalam badan air. Baku mutu air dapat

menjadi pertimbangan dalam menentukan keputusan perihal layak atau

tidaknya suatu perairan dijadikan sebagai sumber daya yang menunjang

kebutuhan hidup manusia (Sanjaya dan Iriani, 2018).

D. Uji Kualitas Perairan

Ukuran kualitas perairan dapat diketahui melalui keberadaan bakteri

coliform yang berperan sebagai indikator perairan tercemar. Bakteri Coliform

adalah jenis bakteri yang umum digunakan sebagai indikator penentu suatu

sumber air telah terkontaminasi oleh patogen atau tidak. Bakteri coliform

mencakup semua jenis bakteri yang berbentuk batang, gram negatif, tidak

membentuk spora serta dapat memefermentasi laktosa pada suhu 37℃

sehingga menghasilkan gas dan asam dengan kurun waktu kurang dari 48 jam.

Bakteri Coliform umumnya tidak menjadi penyebab dari penyakit-

penyakit bawaan air, tetapi ada beberapa jenis coliform yang bersifat patogen

yang dapat menghasilkan zat toksin. Salah satu contohnya bakteri coliform

yaitu Escherichia coli (Fitoni dkk., 2013). Escherichia coli tergolong pada

bakteri coliform yang merupakan flora normal di dalam usus manusia dan

Bakteri ini secara relatif mudah dibunuh dengan pemanasan pada suhu 60ºC

selama 30 menit. (Falamy dkk., 2012). Escherichia coli menjadi salah sanitasi
karena bakteri ini merupakan bakteri komensal yang hidup dalam saluran

pencernaan manusia, perpindahkan bakteri ini melalui air yang tercemar oleh

tinja atau air seni seseorang yang terinfeksi saluran pencernaan. Bakteri ini

dapat bertahan hidup di air walau air bukanlah media yang ideal untuk

pertumbuhannya. Akumulasi bakteri Escherichia coli dalam jumlah yang

melimpah atau berlebih dapat menyebabkan bakteri ini bersifat berbahaya atau

patogen. Pengujian untuk mendeteksi kandungan bakteri coliform perairan

untuk melihat kelayakan mutu air dapat dilakukan melalui uji MPN dan IPB.

Metode pengujian kualitas air dilakukan melalui metode Most

Probable Number (MPN). Pengunaan metode dimaksudkan untuk mengetahui

jumlah coliform yang terakumulasi di dalam air. Metode MPN merupakan

salah satu teknik menghitung jumlah mikroorganisme per mili bahan yang

digunakan sebagai media biakan. Metode MPN pada dasarnya sama dengan

metode perhitungan cawan, tetapi menggunakan medium cair dalam tabung

reaksi. Perhitungan didasarkan pada tabung yang positif, yaitu tabung

menunjukkan pertumbuhan mikroba setelah inkubasi pada suhu dan waktu

tertentu dan dapat diketahui dari gelembung gas yang dihasilkan pada tabung

durham. Pendekatan untuk enumerasi bakteri hidup adalah dengan metode

MPN didasarkan pada metode teori kemungkinan. Sampel ditumbuhkan pada

seri tabung sebanyak tiga atau lima buah tabung untuk setiap kelompok.

Apabila dipakai tiga tabung maka disebut seri tiga, yaitu uji yang biasa

digunakan pada air bersih dan jika dipakai lima tabung maka disebut seri lima,

yaitu biasa digunakan untuk uji air minum (Natalia, 2014).


III. METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 1 Mei 2021 pukul 09.00-

11.00 WITA,bertempat di Laboratorium Biologi dan Bioteknologi Unit

Mikrobiologi dan secara virtual meeting Zoom danGoogle Meet.

B. Bahan Praktikum

Bahan yang digunakan pada praktikum ini dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Bahan dan Kegunaan


No NamaBahan Satuan Kegunaan
1 2 3 4
1. Sampel (air sungai, air mL Sebagai objek pengamatan
tawar dan air sumur)
2. Alkohol 70% mL Sebagai bahan mensterilkan
3. Kapas - Sebagai penutup tabung reaksi
4. Aquades steril mL Sebagai pengencer
5. Medium Lactose Broth g Larutan untuk menguji kualitas air
6. BromTylen Blue - Sebagai pewarna indicator adanya
CO2 di sampel
7. Aluminium Foil - Menutup bagian atas botol ampul

C. Alat Praktikum

Alat yang digunakan pada praktikum ini dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Alat dan Kegunaan


No. NamaAlat Satuan Kegunaan
1 2 3 4
1. Tabung reaksi 28 Untuk wadah sampel
2. Rak tabung reaksi 1 Untuk tempat tabung reaksi
3. Bunsen 1 Untuk menjaga bahan serta media
agar tetap steril
4. Botol ampul 3 Untuk wadah larutan pengencer
5. Hot plate - Untuk memanaskan media
6. Kertas label - Untuk melabeli sampel
7. Tabung durham - Untuk menampung gelembung
udara
Tabel 2. Lanjutan
1 2 3 4
8. Vortex - Untuk menghomogenkan larutan
9. LAF (laminar air 1 Untuk tempat bekerja secara aseptis
flow)
10. Inkubator 1 Untuk menginkubasi sampel

D. Prosedur Kerja

Prosedur kerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Pembuatan Media

a. LB ditimbang sebanyak 3,77 g dandimasukkan ke dalam gelas kimia

b. Aquades steril ditambahkan sebanyak 290 mL

c. Bahan dihomogenkan secara manual menggunakan batang pengaduk

d. BTB ditambahkan sedikit demi sedikit sebanyak 20 mL sambil

dihomogenkan menggunakan stirrer di atas hot plate

e. 28 tabung reaksi disiapkan

f. 9 mL media diukur dan dimasukkan ke dalam masing-masing tabung

reaksi

g. Tabung durham dimasukkan ke dalam tabung yang berisi 9 mL media

h. Menutup tabung reaksi menggunakan kapas

2. Pembuatan Pengencer

a. Sebanyak 9 mL aquades dimasukkan ke dalam 9 botol ampul

b. Menutup botol ampul menggunakan aluminium foil

3. Sterilisasi Alat dan Bahan

a. Menyiapkan alat dan bahan.

b. Membersihkan alat-alat yang akan digunakan.


c. Mengemas alat-alat dengan menggunakan kertas HVS dan

memasukkan setiap alat ke dalam autoklaf

d. Mensterilkan alat-alat dengan menggunakan autoklaf pada suhu 1210C

dengan tekanan 1 atm yang dipertahankan selama 15 menit.

4. Analisis Kualitas Air (MPN)

a. 1 mL sampel disuspensikan dalam botol pengencer pertama hingga

diperoleh pengencer 10-1 kemudian memasukkan dalam 3 tabung

reaksi yang berisi media LB (Lactose Broth)

b. 1 mL sampel disuspensikan dalam botol pengencer kedua hingga

diperoleh pengencer 10-2 kemudian memasukkan dalam 3 tabungreaksi

yang berisi media LB (Lactose Broth)

c. 1 mL sampel disuspensikan dalam botol pengencer ketiga hingga

diperoleh pengencer 10-3 kemudian memasukkan dalam 3 tabung

reaksi yang berisi media LB (Lactose Broth)

d. Tabung durham dimasukkan ke dalam tabung reaksi berisi 9 mL

media dan digoyangkan agar tidak terdapat gas dalam tabung durham

sebelum proses inkubasi

e. Seluruh tabung reaksi ditutup menggunakan kapas kemudian

diinkubasi selama 24 jam

f. Setelah 24 jam media diamati dengan indicator adanya kekeruhan gas

dan perubahan warna

g. Melakukan perhitungan kualitas bakteri Coliform dengan metode

MPN
h. Membuat hasil pengamatan

5. Pembuatan Nilai Indeks Pencemar Biologi (IPB)

a. Ketiga sampel air dipekatkan menggunakan sentrifugasi selama 30

menit dengan kecepatan 10. 000 rpm

b. Hasil endapan dimasukkan ke dalam botol ampul dan dipipet tetes ke

kaca objek

c. Pengamatan adanya mikroorganisme dengan menghitung langsung

jumlahnya dibawah mikroskop

d. Perhitungannilai IPB menggunakan rumus

b
IPB = ×100%
a+b

Keterangan:

a: kandungan mikroorganisme yang mengandung klorofil

b: kandungan mikroorganisme yang tidak mengandung klorofil


IV. HASIL PENGAMATAN

A. Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan pada praktikum ini dapat dilihat pada Tabel 3 dan 4.

Tabel 3. Hasil Pengamatan MPN


Seri pengenceran Nilai Nilai Mutu Coliform Coliform Baku
No. Sampel Ket
10-1 10-2 10-3 MPN Air (mL) lim. Bawah lim. Atas Mutu
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Air Layak
1. <3,0 <3x102 - 9,5 1x103
sumur pakai

- - - - - - - - -

Tidak
Air 5 3
2. >1100 >1,1x10 420 - 1x10 layak
sungai
pakai

+++ +++ +++


Tabel 3. Lanjutan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Tidak layak
3. Air rawa 1100 1,1x105 150 4800 1x103
pakai

+++ +++ - + +

Nilai MPN

a. Air rawa

1
Nilai MPN ×
f . tengah

1
1100 ×
10−2

1100 ×10 2
Tabel 4. Hasil Pengamatan IPB
No. Sampel a B ab Keterangan
1 2 3 4 5 6
1. Air sumur 10 0 0 Layak Konsumsi
2. Air sungai 4 1 0,2 Tidak layak Konsumsi
3. Air rawa 12 18 0,6 Tidak layak Konsumsi
Ket: a: mengandung klorofil b: tidak mengandung klorofil

Nilai IPB

b
IPB= × 100 %
a+ b

18
IPB= × 100 %
12+18

¿ 0,6 ÷ 100

= 0, 006
B. Pembahasan

Air sebagai salah satu kebutuhan vital manusia menjadi salah satu zat

yang kualitasnya perlu dijaga dalam keadaan bersih. Pengujian kualitas air

dilakukan untuk mengetahui serta mengukur kelayakan penggunaan air dalam

menunjang kehidupan manusia. Uji kualitas air untuk mengukur layak atau

tidaknya air digunakan dapat diukur menggunakan metode Most Probable

Number (MPN), sedangkan pengukuran layak atau tidaknya sampel air

dikonsumsi diukur menggunakan metode Indeks Pencemar Biologi (IPB).

Hasil pengukuran yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan standarisasi

baku mutu air yang telah ditetapkan.

Most Probable Number (MPN) digunakan dengan melibatkan peran

mikroba dalam hal ini bakteri coliform. Keberadaan bakteri ini sebagai

indikator kadar pencemaran wilayah perairan yang menjadi sampel uji dalam

praktikum ini. Bakteri coliform akan melakukan fermentasi terhadap media

pertumbuhan yang digunakan yaitu media Lactosa Broth (LB). Media ini

mengandung laktosa yang menjadi sumber energi bagi pertumbhan mikroba,

dimana laktosa itu sendiri terdiri atas glukosa dan galaktosa. Proses fermentasi

laktosa akan menghasilkan senyawa asam yang meliputi asam asetat atau

asam laktat dan juga karbon dioksida (CO2). Hasil metabolisme ini

menggambarkan indikator fisik berupa perubahan warna sampel dari sampel

yang berwarna hijau menjadi kuning, serta terbentuknya gelembung sebagai

indikasi telah terjadinya fermentasi oleh bakteri coliform khusunya Eschericia

coli. Pengujian layak atau tidaknya sampel air yang digunakan sebagai bahan
uji untuk dikonsumsi, dilakukan melalui metode Indeks Pencemar Biologi

(IPB). Metode ini melihat kandungan mikroorganisme berklorofil dalam hal

ini algae. Proses analisis data dilakukan untuk membandingkan hasil

pengukuran dengan baku mutu air yang telah ditetapkan untuk mengukur

tingkat kelayaka konsumsi dari sampel bahan uji.

Berdasarkan hasil pengamatan dari praktikum ini dapat memberikan

gambaran hasil dari pengukuran parameter biologis. Diketahui bahwasanya

sampel air sumur layak untuk digunakan dan dikonsumsi, sedangkan sampel

air rawa dan air sungai tidak layak sebab melebihi ambang batas baku mutu

yang telah ditetapkan. Hal in disebabkan karena sampel air sungai dan air

rawa yang digunakan secara tidak langsung mengandung total bakteri

coliform yang besar. Air sungai yang menjadi tempat pembuangan limbah

domestik rumah tangga dan tidak menutup kemungkinan digunakan sebagai

tempat pembuangan tinja, oleh karena itu bakteri Eschericia coli yang

umumnya berasal dari kotoran (tinja) terakumulasi di badan air. Pernyataan ini

sesuai dengan hasil penelitian Riky.,(2019) yang menyataan ringginya

aktivitias pemukiman di sekitar sungai arut menyebabkan akumulasi bakteri

Eschericia coli menjadi meningkat dan menjadi indikasi keberadaan patogen.

\
V. PENUTUP

A. Simpulan

Kesimpulan yang dapat diberikan berdasarkan praktikum ini adalah

sebagai berikut:

1. Metode analisis kualitas air secara mikrobiologis dapat dilakukan melalui

metode Most Probable Number (MPN) dan Indeks Pencemar Biologi

(IPB).

2. Indikator fisik pengujian kualitas air ditunjukan dengan terbentuknya gas

dan terjadinya perubahan warna hijau menjadi kuning, sedangkan

indikator biologis digambarkan melalui total bakteri coliform di perairan.

B. Saran

Saran yang dapat diberikan berdasarkan praktikum ini adalah sebagai

berikut:

a. Untuk asisten tetap sabar dalam membimbing dan terimakasih telah

meluangkan waktunya untuk membimbing.

b. Untuk praktikan sebaiknya tetap menjalin kerjasama yang baik dalam

menyelesaikan seluruh kegiatan praktikum.


DAFTAR PUSTAKA

Aryasa, I.W.T., Risky, D.P., dan Artaningsih, N.P.L.J. (2019). Uji Pendahuluan
Kualitas Air pada Sumber Mata Air di Banjar Tanggahan Tengah,
Desa Susut Kecamatan Susut Kabupaten Bangli. Jurnal Kesehatan
Terpadu, 3(2), 76-81.

Fitoni, C.N., Asri, M.t., dan Hidayat, M.T. (2013). Pengaruh Pemanasan Filtrat
Rimpang Kunyit (Curcuma llonga) terhadap Pertumbuhan Koloni
Bakteri Coliform Secara In Vitro. Jurnal Lneterabio, 2(3), 217-221.

Natalia, L.A. (2014). Kajian Kualitas Bakteriologis Air Minum Isi Ulang di
Kabupaten Blora Melalui Metode Most Probable Number. skripsi,
Universitas Negeri Semarang, Semarang.

Purwati, L. (2020). Uji Bakteri Coliform dan Escherichia Coli pada Air Tercemar
dengan Penggunaan Susunan Filter. Skripsi, Universitas Islam Malang,
Malang.

Riky. (2019). Identifikasi Adanya Bakteri Ecoli pada Air Sungai Arut Pangakalan
Bun. Jurnal Borneo Cendekia, 3(1), 107-113.

Saraswati, N.L.G.R.A., Arthana, I.W., dan Hendrawan, I.G. (2017). Analisis


Kualitas Perairan pada Wilayah Perairan Pulau Serangan Bagian Utara
Berdasarkan Baku Mutu Air Laut. Journal of Marine and Aquatic
Science, 3(2), 163-170.

Wanrivel, R., Suharti, N., dan Lestari, Y. (2012). Kualitas Air Minum yang
Diproduksi Depot Air Minum Isi Ulang di Kecamatan Bungus Padang
Berdasarkan Persyaratan Mikrobiologi. Jurnal Kesehatan Andalas,
1(3), 129-133.

Zikra, W., Amir, A., dan Putra, A.E. (2018). Identifikasi Bakteri Escherichia coli
(E.coli) pada Air Minum di Rumah Makan dan Cafe di Kelurahan Jati
serta Jati Baru Kota Padang. Jurnal Kesehatan Andalas, 7(2), 212-216.

Anda mungkin juga menyukai