Anda di halaman 1dari 7

https://journal.trunojoyo.ac.

id/juvenil Juvenil

Volume 1, No. 2, 2020

ISSN 2723-7583 (Online)


KEPADATAN BAKTERI COLIFORM SEBAGAI INDIKATOR PENCEMARAN
BIOLOGIS DI PERAIRAN PESISIR SEPULUH KABUPATEN BANGKALAN
THE DENSITY OF THE BACTERIA COLIFORM AS AN INDICATOR OF BIOLOGICAL POLLUTION
IN THE SEPULUH COASTAL WATERS OF THE BANGKALAN REGENCY

Endang Tita Saputri1* dan Makhfud Efendy2


1
Mahasiswa Program Studi Ilmu Kelautan, Jurusan Kelautan dan Perikanan Fakultas Pertanian,
Universitas Trunojoyo Madura
2
Program Studi Ilmu Kelautan, Jurusan Kelautan dan Perikanan Fakultas Pertanian, Universitas
Trunojoyo Madura

*Corresponding author e-mail: endangtita15@gmail.com

Submitted: 16 June 2020 / Revised: 26 August 2020 / Accepted: 26 August 2020

http://doi.org/ 10.21107/juvenil.v1i2.7579

ABSTRACT

The bacteria coliform is one of a kind of negative bacteria commonly found in sea water, the existence
of this coliform bacterium can be an indicator of biology that is protracted for environmental
conditions. This study aims to find out the environmental conditions by a biological indicator of the
bacteria in the Sepuluh regency Bangkalan Madura waters, the main ingredient of this study is
seawater and sediment. The analysis shown the density of the bacteria coliform ata research site
ranging from 500-800 colonies/ml for water samples and 27-120 MPN/g for sediment samples. The
results are still below the raw standard of quality that makes in the Sepuluh water in biological good
condition. The presence of the bacteria in the ocean waters can have an effect on humans and
biogens. And it’s worth considering for coastal environment processing efforts, especially in an effort
to preserve the sustainability of fisheries.

Keywords: Coliform Bacter, Coastal Water, Sepuluh Water

ABSTRAK

Bakteri coliform merupakan salah satu jenis bakteri negatif yang umumnya ditemukan diperairan laut,
keberadaan bakteri coliform ini dapat menjadi indikator biologi yang penting untuk mengetahui kondisi
lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi lingkungan dengan berdasarkan
indikator biologis berupa kelimpahan bakteri coliform di perairan Sepuluh Kabupaten Bangkalan
Madura. Bahan utama pada penelitian ini adalah air laut dan sedimen. Hasil analisa menunjukan
kepadatan bakteri coliform di lokasi penelitian berkisar antara 500-800 koloni/ml untuk sampel
perairan dan 27-120 MPN/g untuk sampel sedimen. Hasil yang diperoleh masih dibawah standar
baku mutu sehingga perairan Sepuluh dalam kondisi baik secara biologis. Keberadaan bakteri
coliform pada perairan laut dapat berpengaruh terhadap manusia dan biota. Sehingga perlu
dipertimbangkan dalam upaya pengelolahan kawasan lingkungan pesisir, khususnya dalam upaya
untuk menjaga keberlanjutan sumberdaya perikanan.

Kata Kunci: Bakteri coliform, Perairan Pesisir, Perairan Sepuluh

PENDAHULUAN yang dipengaruhi oleh masuknya limbah baik


domestik, maupun industri yang berakibat
Wilayah pesisir Kabupaten Bangkalan memiliki pada penurunan kualitas perairan dan
permasalahan antara lain faktor alam, segi produktivitas ekosistem (Syah 2010). Menurut
masyarakat dan permasalahan akibat faktor Hamuna (2018) di perairan laut akan dijumpai
antropogenik. Antropogenik merupakan faktor berbagai jenis sampah dan bahan pencemar,
yang berpotensi mengakibatkan konflik yang hal tersebut tentu dapat menyebabkan
besar seperti, beratnya tekanan eksploitasi degradasi lingkungan di wilayah pesisir dan
sumberdaya pesisir serta pesatnya laju ekosistem disekitarnya, masuknya zat-zat
pencemaran secara gradual. Pencemaran anorganik dan organik kebadan air secara

243
Juvenil, 1(2), 243-249, (2020)
berlebihan memiliki dampak buruk pada merupakan tingkat pencemaran dari segi
perairan laut dan menyebabkan penurunan fisika, kimia, dan biologi akibat dari aktivitas
kualitas air laut secara fisika, kimia, dan manusia. Banyaknya limbah menunjukkan
biologis. Menurut Girard (2003) Pencemaran spesifikasi limbah yang dilihat dari jumlah
biologis dapat diketahui dengan eksplorasi kandungan bahan pencemar di dalam limbah.
mikroba sebagai mikroorganisme di perairan Parameter-parameter lingkungan mampu
laut, yang dapat dilakukan dan digunakan menunjukan berapa banyak kandungan
sebagai informasi kondisi lingkungan. pencemaran, jika jumlah parameter rendah
Beberapa mikroba dapat digunakan sebagai serta memiliki konsentrasi yang rendah, hal ini
parameter indikator pencemaran lingkungan menunjukkan kecilnya peluang untuk
salah satunya bakteri coliform yang tumbuh terjadinya pencemaran lingkungan (Kristanto
dan berkembang di perairan. Parameter 2002).
mikrobiologi digunakan sebagai bioindikator
awal pencemar perairan yang berasal dari Bakteri coliform merupakan jenis bakteri yang
buangan domestik, industri pengolahan mampu digunakan sebagai indikator
limbah, sampah dan limbah perternakan keberadaan bakteri-bakteri lain. Penentuan
Kecamatan Sepuluh memiliki kondisi yang coliform sebagai indikator pencemaran dengan
menarik untuk dilakukan penelitian karena melihat dari jumlah koloninya bakteri yang
aktivitas masyarakatnya serta dimana laut pasti berkolerasi positif dengan adanya
yang memiliki kondisi fisik baik belum tentu keberadaan bakteri-bakteri pathogen, analisa
kondisi biologisnya menunjukan keadaan coliform lebih cepat dan murah dari pada
kondisi yang baik. Untuk itu diperlukannya analisis jenis bakteri-bakteri lain. Rendahnya
penelitin ini untuk mengetahui kondisi biologis keberadaan bakteri coliform pada perairan
dengan menggunakan indikator keberadaan menunjukan semakin baiknya kualitas perairan
bakteri colifom sebagai indikator awal kondisi tersebut. Coliform merupakan suatu kelompok
lingkungan perairan Sepuluh Kabupaten bakteri yang dapat digunakan sebagai
Bangkalan Madura. indikator polusi kotoran dan salinitas yang
tidak baik terhadap perairan. Adanya bakteri
Definisi pencemaran dalam Peraturan coliform di dalam perairan laut menunjukkan
Republik Indonesia Nomer 82 Tahun 2001 kemungkinan adanya mikroorganisme yang
tentang Pengelolaan Kualitas Air dan bersifat eterpatogenetik dan taksigenetik yang
Pengendalian Pencemaran Air menyatakan, mampu mempengaruhi kesehatan biota
pencemaran air diindikasikan dengan turunnya maupun manusia (Wanda 2012). Bakteri
kualitas air sampai dengan tingkat tertentu coliform meliputi semua bakteri berbentuk
yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi batang, gram negatif, tidak berbentuk spora
sebagaimana peruntukannya. Tingkatan dan pada suhu 37oC dalam waktu kurang dari
tertentu tersebut adalah baku mutu air yang 48 jam dapat memfermentasi laktosa dengan
ditetapkan dan berfungsi sebagai tolak ukur memproduksi gas dan asam (Suharyono
untuk menentukan tingkat terjadinya 2008).
pencemaran perairan. Ketetapan baku mutu
perairan selain didasarkan pada peruntukan, Bakteri coliform suatu kelompok bakteri yang
juga didasarkan pada kondisi nyata kualitas air bersumber pada kotoran manusia dan hewan
yang mungkin berbeda antara satu daerah yang terdapat dalam jumlah banyak,
dengan daerah lainnya. Pendekatan- menjadikan bakteri ini sering dipakai sebagai
pendekatan dalam penentuan status mutu air indikator dari kualitas makanan dan perairan.
dengan membandingkan data setiap Bakteri yang termasuk dari golongan coliform
parameter kualitas air konvensional seperti memiliki toksik yang mampu menyebabkan
parameter fisik, kimia, bakteriologi, dan kondisi gangguan dalam sistem pencernaan (Partiwi
normative, dengan baku mutu yang digunakan 2013). Bakteri coliform dibedakan menjadi dua
sebagai acuan atau rujukan dalam penentuan yakni, (1) coliform fecal misalnya Escherichia
kondisi perairan (Hamuna 2018). coli, dan (2) coliform no-fecal misalnya
Enterobakter aerogenes. Bakteri fecal adalah
Kualitas air penting dalam kehidupan baik bakteri coliform yang berasal dari kotoran
untuk organisme air maupun manusia dan manusia atau hewan berdarah lainnya,
komunitas perairan seperti bakteri, tanaman sedangkan coliform non-fecal adalah jenis
air, ikan, zooplankton dan sebagainya. bakteri coliform yang terdapat pada hewan
Menurut Sumarwoto (1984), kualitas air atau tanaman-tanaman yang telah mati atau
ditentukan oleh faktor-faktor seperti zat membusuk (Priyanto 2009). Bakteri coliform
terlarut, zat yang tersuspensi dan makhluk merupakan mikorba yang digunakan untuk
hidup, sehingga dapat dikatakan kualitas air sintesis pada perairan dan makanan karena

244
Saputri dan Efendy, Kepadatan Bakteri Coliform
menyebabkan berbagai jenis penyakit, Pengambilan sampel penelitian diambil secara
diantaranya diare, gagal ginjal akut, dan langsung di perairan Kabupaten Sepuluh
meningitis. Infeksi pada sistem pencernaan Bangkalan Madura dilakukan berdasarkan
merupakan penyebab tingginya angka teknik purposive sampling, dimana perairan
insidensi penyakit diare (Nugroho 2015). Sepuluh Kabupaten Bangkalan merupakan
wilayah perairan laut lepas banyak masyarakat
MATERI DAN METODE di daerah pesisir berkerja sebagai nelayan
selain itu laut digunakan sebagai tempat
Perairan Sepuluh Kabupaten Bangkalan buangan masyarakat. Pengambilan sampel air
Madura, sampel yang di ambil air dan sedimen dan sedimen dalam penelitian dilakukan
dimana terdapat 3 stasiun dan setiap stasiun sejajar dengan bibir pantai, menggunakan 3
memilki 3 titik penelitian. stasiun dengan 3 titik perstasiun sejajar
Stasiun penelitian untuk pengambilan sampel dengan garis pantai dan jarak dari titik satu
dibedakan berdasarkan pada pertimbangan ketitik yang lain 5 meter.
kondisi lingkungan kawasan perairan tersebut.
Sampel Perairan

Analisis bakteri coliform sampel air dalam


penelitian ini menggunakan metode membran
filter. Pertama menyaring sampel air laut 100
ml menggunkan membran filter dengan alat
manifolt membrane filter, selanjutnya menjapit
membran filter dan memindahkannya ke
media TTC (dalam meletakkan membran filter
kedalam media TTC tidak ada udara yang
terjebak dibawahnya), inkubasi media pada
suhu 36oC selama 2 x 24 jam. Lakukan
pengamatan pertumbuhan dan perubahan
bakteri yang tersaring dalam membran filter,
jika hasil positif bakteri coliform akan
Gambar 1. Peta lokasi penelitian membentuk koloni yang berwarna kuning
sampai orange. Uji penguat dengan
Stasiun I melakukan pemindahan bakteri yang tumbuh
pada media TSA 0% dan TB, inkubasi TSA
Stasiun I terletak diperairan Prancak, dimana 0% dalam suhu 45oC untuk TB inkubasi dalam
stasiun I dekat dengan pemukiman penduduk suhu 36oC. Terakhir menghitung jumlah yang
dan mata pencarian warga berkerja sebagai terindikasi bakteri coliform. Penggunaan
nelayan serta tidak jauh dari lokasi titik metode membran filter menghasilkan bakteri
penelitian terdapat tanaman mangrove, selain dalam bentuk koloni. Teknik membran filter
itu banyak masyarakatnya membuang limbah secara statistika hasilnya dapat dihitung
rumah tangga ke laut. secara langsung dan tepat. Kepadatan koloni
bakteri dapat dihitung dengan kepekatan per
Stasiun II
100 ml, rumus perhitungannya menurut APHA
Stasiun II terletak diperairan Labuhan, dimana (1979) dan WHO (1977) sebagai berikut:
stasiun II dekat dengan pemukiman penduduk
Total bakteri/100 ml = Total koloni bakteri x
dan stasiun II ini merupakan kawasan
100 (volume air yang di saring)
konservasi mangrove yang dikelola oleh warga
Kementrian Lingkungan Hidup 2006,
sekitar. Daerah pesisir ini lebih bersih dan
menyatakan bahwa standart baku mutu bakteri
terdapat tempat sampah untuk membuang
coliform 1000 koloni/100ml.
sampah bagi wisatawan.
Sampel Sedimen
Stasiun III
Analisis bakteri coliform untuk sampel sedimen
Stasiun III terletak diperairan Lembung
dalam penelitian ini mengacu pada penelitian
Paseser, dimana stasiun III dekat dengan
Pelczar (1988) yakni metode multiple test
pemukiman penduduk, terdapat tanaman
tube. Pertama sampel sedimen 250 g
mangrove, dan terdapat aktivitas pertambakan
dilarutkan dalam larutan BFP 250 ml dan
udang. Limbah dari hasil panen pertambakan
stacometer agar homogen. Kedua menyiapkan
biasanya dibuang ke laut.
9 tabung reaksi berisi media LB 9 ml yang
didalamnya terdapat durham, pindahkan 1 ml

245
Juvenil, 1(2), 243-249, (2020)
sampel ke dalam media LB berpangkat tiga limbah secara bakteriologi (AMERICAN
(10-1, 10-2, dan 10-3) dan pengenceran, PUBLIC HEALTH SOCIATION 1976). Prinsip
inklubasi selama 2 x 24 jam (amati jika kerja teknik membran filter ialah berdasarkan
terdapat gelembung pada tabung durham dan tertahannya partikel-partikel dari sampel, yang
warna larutan keruh teridentifikasi bakteri melewati permukaan atas membran filter
terdapat bakteri coliform). Ketiga uji penguat, (Cotton 1974).
sampel yang bergelembung dipindahkan ke
dalam larutan BGLB, inklubasi selama 2 x 24 Tabel 1. Hasil Uji Perairan
jam. Jika terdapat gelembung di dalam tabung Jumlah Bakteri
Lokasi
durham dan warna terlihat keruh berarti Coliform (koloni/100ml)
teridentifikasi bakteri coliform. Penggunaan Prancak 600
metode multiple test tube membandingkan
500
hasilnya hanya berdasarkan jumlah bakteri
perkiraan terdekat yang dinyatakan dalam 500
MPN (Most Probable Number). Kemudian Labuhan 600
hasil dibandingkan dengan standart baku mutu
600
Kep-51/MENKLH/2004, menyatakan bahwa
standart baku mutu bakteri coliform di laut 500
adalah 1000 MPN/g. Lembung Paseser 600
HASIL DAN PEMBAHASAN 700
Bakteri Coliform 800
Hasil uji bakteri coliform untuk sedimen
Hasil uji bakteri coliform perairan (Tabel 1.) menggunakan metode MPN. Metode Most
menggunakan metode saringan membran Probable Number (MPN), merupakan metode
(membran filter). Menurut Kunarso (1989), perhitungan sel terutama untuk perhitugan
menyatakan pada awalnya teknik membran bakteri coliform berdasarkan jumlah perkiraan
filter ini dikembangkan pertama kali oleh Win terdekat. Perkiraan terdekat merupakan
pada tahun 1957, dan teknik ini semakin perhitungan dalam range tertentu. Dihitung
berkembang pesat hingga sekarang dengan dengan nilai duga dekat dengan statistik
berbagai modifikasi dan prosedur yang lebih dengan merujuk pada table MPN (Hartanti
sempurna. Teknik membran filter merupakan 2015). Hasil dalam penelitian uji bakteri
teknik yang baik untuk pemeriksaan air dan coliform di perairan Sepuluh Tabel 2.
Tabel 2. Hasil Uji Sedimen
Jumlah Tabung Positif
Lokasi MPN/g
10 10 10
Prancak 2 3 1 36
2 3 1 36
3 0 1 38
Labuhan 2 1 1 20
2 1 2 27
2 1 2 27
Lembung Paseser 3 1 1 75
3 1 2 120
3 1 1 75
Analisis Pencemaran Coliform Perairan I, II, dan III nilai pH sesuai dengan standar
Sepuluh baku mutu, sedangkan untuk suhu, DO, dan
salinitas tidak sesuai dengan standar baku
Perairan Sepuluh Kabupaten Bangkalan mutu perairan (Tabel 3.). Ketiga stasiun
dalam penelitian ini memiliki tiga stasiun, dari penelitian memiliki potensi untuk pertumbuhan
hasil penelitian parameter lingkungan stasiun bakteri coliform (Tabel 4.).

246
Saputri dan Efendy, Kepadatan Bakteri Coliform
Tabel 3. Parameter Pertumbuhan Bakteri Coliform
Lokasi Penelitian
Bakteri
Parameter Lembung Sumber Kondisi
Prancak Labuhan Coliform
Paseser
Suhu (0C) 30,9 33,8 33,2 12 44 Herd (2001) Sesuai
Adrianto Tidak
4,61 4,51 4,37 >5
DO (mg/L) (2018) Sesuai
Salinitas
24 27 26 <85 Herd (2001) Sesuai
(ppt)
pH 6,5 8,5 7,9 7,2-8,5 Salle (2000) Sesuai
Menurut Tururaje (2010), bakteri coliform penelitian menunjukan bahwa semua sampel
merupakan indikator kontaminasi lingkungan positif membentuk gelembung (gas), yang
atau sanitasi yang kurang baik serta indikator diduga telah terjadi kontaminasi oleh bakteri
kontaminasi tinja dari manusia dan hewan coliform. Nilai koloni dan MPN yang diperoleh
berdarah panas. Bakteri coliform memiliki daya dari hasil penelitian menunjukan jumlah bakteri
tahan yang lebih tinggi dari pada bakteri coliform pada perairan dan sedimen daerah
pathogen lain serta lebih mudah diisolasi dan Sepuluh rata-rata bakteri coliform pada
ditumbuhkan (Sutiknowati 2018). Naiknya perairan 500-800 koloni/ml sedangkan untuk
temperatur, kelembapan dan pH pada suatu sedimen 27-120 MPN/g. Stasiun I Prancak
lingkungan menyebabkan mudah terjadinya memperoleh nilai bakteri coliform pada
perkembangbiakan bakteri pathogen (Slamat perairan rata-rata 500-600 koloni/ml
1997). Kondisi suhu yang menunjang sedangkan sedimen 36-38 MPN/g bakteri
pertumbuhan bakteri coliform adalah 12-44 coliform. Stasiun II Labuhan memperoleh nilai
0C, sedangkan kisaran salinitas yang baik bakteri coliform pada perairan rata–rata 500-
untuk pertumbuhan bakteri coliform yang tidak 600 koloni/ml sedangkan sedimennya 20-27
lebih besar dari 85 ppt (Herd 2001). Salle MPN/g bakteri coliform. Stasiun III Lembung
(2000) menyatakan bakteri laut dapat tumbuh Paseser memperoleh nilai bakteri coliform
pada pH 6,5-8,5 namun pertumbuhan pada perairan 600-800 koloni/ml sedangkan
optimumnya 7,2- 8,5. Menurut Andrianto sedimen 75-120 MPN/g bakteri coliform. Nilai
(2018), kadar oksigen terlarut dalam air yang tertinggi pada daerah Lambung Paseser
baik >5 mg/L. Hasil penelitian parameter DO perairan yang memiliki rata-rata pada perairan
kurang optimum untuk pertumbuhan bakteri 600-800 koloni/ml sedangkan sedimen 75-120
coliform, hal ini menunjukan bahwa tidak MPN/g bakteri coliform, namun masih dalam
adanya aktifitas pertanian yang intensif serta standar baku mutu yang bagus. Kelimpahan
terdapat jenis-jenis bakteri yang membutuhkan bakteri coliform pada perairan stasiun III dapat
oksigen dalam kehidupannya. Pasco et. al disebabkan oleh kondisi lingkungan dimana
(2003), nilai DO rendah menunjukan bahwa dekat dengan aktifitas manusia dan adanya
tidak adanya aktifitas pertanian yang intensif di tambak udang dimana limbah dari tambak
area tersebut mengingat sisa pupuk udang dibuang ke laut, selain itu juga
merupakan salah satu sumber bahan kandungan organik yang tinggi di perairan,
pencemar bakteri coliform. Lisdayanti (2013), saat pengambilan sampel bersamaan dengan
bakteri aerob adalah bakteri yang hidupnya setelah panen udang. Menurut Azizah (2017)
memerlukan oksigen bebas cotohnya kegiatan budidaya tambak udang di tambak
Nitrosomonasdan Acetobacter, sedangkan menghasilkan limbah organik baik yang
bakteri anaerob adalah jenis bakteri yang berasal dari sisa pakan maupun kotoran
dapat hidup tanpa oksigen bebas contohnya udang serta pelankton yang mati, sisa pakan
Escherichia coli dan Aerobacter. dan bahan organik tersebut dalam industri
tambak udang dapat mencapai 60% dari total
Penelitian bakteri coliform pada perairan dan porsi pengeluaran usaha budidaya udang dan
sedimen di daerah Sepuluh (Tabel 4.5) sangat hilang begitu saja untuk dibuang keperairan
penting dilakukan karena untuk mengetahui sekitarnya, limbah organik yang dibuang akan
kondisi daerah tersebut. Menurut Waluyo mempengaruhi pencemaran lingkungan pantai
(2017), menyatakan salah satu indikator disekitarnya. Kandungan bahan organik yang
pencemar mikroba adalah keberadaan bakteri tinggi dapat meningkatkan kandungan
coliform, selain itu bakteri coliform ada yang ammonia yang bersifat tosik bagi udang dan
bersifat pathogen yaitu bakteri yang dapat biota air lainnya.
menimbulkan penyakit, oleh karena itu sangat
pentingnya melakukan uji bakteri coliform Menurut Putri (2018), menyatakan bahwa
pada perairan. Hasil yang diperoleh dari tinggi rendahnya nilai dari bakteri coliform

247
Juvenil, 1(2), 243-249, (2020)
dapat digunakan untuk menentukan kondisi diperbolehkan untuk kandungan bakteri
kualitas suatu perairan. Pembuangan limbah coliform adalah sebesar 1000/100 ml. Perairan
organik yang berasal dari aktivitas masyarakat Sepuluh Kabupaten Bangkalan dapat
dapat menyebabkan pencemaran dan dapat dikatakan dalam kondisi baik secara biologis.
meningkatkan organisme pathogen pada Rendanya kepadatan bakteri coliform menjadi
perairan. Hasil pada Stasiun I dan II memiliki salah satu indikasi kualitas lingkungan, masih
nilai kelimpahan bakteri coliform yang rendah, perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut
karena kandungan organik yang ada di dengan menentukan indikator-indikator lain
perairan rendah, namun nilai bakteri coliform yang menjadi faktor penting untuk menentukan
tersebut dapat terus mengalami peningkatan. kondisi dan kualitas lingkungan. Hal ini sangat
Hasil dari ketiga stasiun Sepuluh memiliki nilai penting dilakukan dalam upaya pengelolahan
yang berada dibawah standar baku mutu lingkungan, khususnya dalam upaya
untuk perairan KEPMEN LH tahun 2006 pemanfaatan potensi sumberdaya alam di
sebesar 1000 koloni dan untuk sedimen wilayah pesisir dan laut. Menurut Wahyuni
KEPMEN LH nomer 51 tahun 2004 sebesar (2016), menyatakan kondisi fisika perairan
1000 MPN yang telah ditetapkan. Menurut baik belum tentu kondisi biologi perairan juga
Kunarso (2011) nilai batas ambang yang baik pada perairan yang sama.
Tabel 4. Parameter Perairan Sepuluh
Lokasi Penelitian Kondisi
Parameter Satuan Lembung Sumber
Prancak Labuhan Perairan
Paseser
Kepmen LH
Fisika suhu (0C) 30,9 33,8 33,2 Tidak Sesuai
No. 51 2004
Kepmen LH
Kimia pH 8 8,5 7,9 Sesuai
No. 51 2004
Kepmen LH
DO mg/L 4,61 4,51 4,37 Tidak Sesuai
No. 51 2004
Kepmen LH
Salinitas Ppt 24 27 26 Tidak Sesuai
No. 51 2004
Kepmen LH
Biologi Koloni/ml 500-600 500-600 600-800 Sesuai
Bakteri 2006
Colifrom Kepmen LH
MPN/g 36-38 20-27 75-120 Sesuai
No.51 2004
KESIMPULAN DAN SARAN IInfection. General Meeting of
Kesimpulan American Society for Microbiology.
Washington D. C. Virginie, USA.
Berdasarkan penelitian dan analisa yang telah Hamuna, B., Tanjung, R.H.R., Suwito., Maury,
dilakukan dapat disimpulkan bahwa Terdapat H.K., Alianto. (2018). Kajian Kualitas
bakteri coliform di perairan rata-rata 500-800 Air Laut dan Indikasi Pencemaran
koloni/ml sedangkan sedimen rata-rata 27-120 Berdasarkan Parameter Fisika-Kimia
MPN/g. Adapun status pencemaran secara Di Perairan Distrik Depapre, Jayapura.
biologi di perairan Sepuluh masih dibawah Jurnal Ilmu Lingkungan, 16(1), 35-43.
baku mutu. Hartani, A.S. (2015). Mikrobiologi Kesehatan.
Ed. I. Yogyakarta: CV. Adi Offset.
DAFTAR PUSTAKA Herd, T., Crowlker J.S. (2001). Food security
for nutritionists. I CD-SEAMEO-GT2-
Andrian, B.G., Fatmawati., Kojong, S.N. WHO.
(2014). Analisa Pencemaran Bakteri Kunarso, Djoko Hadi. (1989). Teknik Membran
Coliform Dan Identifikasi Escherichia Filter Untuk Idetifikasi Bakteri
coli Pada Air Isi Ulang Dari Depot Di Pencemar. Oseana, 4(14), 133-143
Kota Manado. Jurnal Ilmiah Farmasi- Kristanto, P. (2002). Ekologi Industri.
UNSRET, 3 (3), 325-334. Yogyakarta: Penerbit Andi.
American Public Health Association. (1976). Lisdayanti, E. (2013). Potensi Antibakteri Dari
Standart Method For The Examination Bakteri Asosiasi lamun (Seagrass)
Of Water And Wastewater APHA- Dari Pulau Bonebatang Perairan Kota
AWWA-WPCF. Washington: 1193 pp. Makassar. Skripsi. Universitas
Girard, F., Batisson, I., Harel J., Fairbrother, J. Hasanuddin Makassar.
M. (2003). Use Of Egg Yolk-Derived Nugroho, D. (2015). Uji Mikrobiologis Pada
Immunoglobulins as an Alternative to Berbagai Jenis Air Minum. Skripsi.
Antibiotic Treatment for Control of Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Attaching and Effacing Esherichia coli

248
Saputri dan Efendy, Kepadatan Bakteri Coliform
Kesehatan Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah. Jakarta
Pratiwi, R. (2013). Distribusi Bakteri Coliform
di SITU Ciledong Depok Jawa Barat.
Skripsi. Universitas Indrapura PGRI.
Prayitno, A. (2009). Uji Bakteriologi Air Baku
Dan Siap Konsumsi Dari PDAM
Surakarta Ditinjau Dari Jumlah Bakteri
Coliform. Skripsi. Fakultas Keguruan
Dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Surakarta
Salle, A.J. (2000). Fundamental Principles Of
Bacteriology. 8. Harper & Brothers.
Sutiknowati, L.I. (2018). Keragaman Bakteri
Pada Perairan Sabang, Provinsi Aceh.
Majalah Ilmiah Biologis Biosfera: A.
Scientific Journal, 35(2), 54-62.
Suharyono. (2008). Diare Akut Klinik dan
Labooratorik. Jakarta Cipta: Jakarta.
Syah, A. F. (2010). Indikasi Kenaikan Muka Air
Laut di Pesisir Kabupaten Bangkalan
Madura (Doctoral dissertation, Tesis
Fakultas Teknik Jurusan Teknik
Kelautan Universitas Trunojoyo.
Madura).
Tururaja, Tresia., Mogea, Rani. 2010. Bakteri
Coliform Di Perairan Teluk Doreri,
Manokwari Aspek Pencemaran Laut
Dan Identifikasi Species. Ilmu
Kelautan, 15(1), 47-52.
Wanda, S. M. (2012). Analisa Bakteri Coliform
(Fekel dan Non Fekel) Pada Air Sumur
Di Komplek Roudi Manokwari. Skripsi.
Program Studi Biologi Universitas
Negeri Papua. Manokwari.

249

Anda mungkin juga menyukai